Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat

penting dalam membantu kita untuk melakukan aktivitas kehidupan serta

rutinitas kita sehari-hari. Bila keadaan kita tidak baik (sakit) maka itu akan

mempengaruhi produktifitas kita juga. Melihat pentingnya hidup sehat

tersebut, maka sudah semestinya kita menjaga perilaku kita dan sadar akan

pentingnya hidup sehat agar terhindar dari serangan penyakit. Akan tetapi,

pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum sadar akan

pentingnya hidup sehat tersebut, sehingga mereka kurang memperhatikan

masalah kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan

mengakibatkan rentannya terserang oleh suatu penyakit, baik yang sifatnya

tidak menular dan penyakit yang menular seperti TBC, dan lain-lain (Helmia,

2010).

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium Tuberculosis (dan kadang-kadang oleh M. Bovis dan

africanum). Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Penularan

terjadi melalui udara (airborne spreading) dari “droplet” infeksi. Sumber

infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan dahaknya, dimana pada

pemeriksaan hapusan dahak umumnya ditemukan BTA positif.

1
2

Batuk akan menghasilkan droplet infeksi (droplet nuclei). Pada sekali

batuk dikeluarkan 3000 droplet. Penularan umumnya terjadi dalam ruangan

dengan ventilasi kurang. Sinar matahari dapat membunuh kuman dengan

cepat, sedang pada ruangan gelap kuman dapat hidup. Risiko penularan

infeksi akan lebih tinggi pada BTA (+) dibanding BTA (-).

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menahun, bahkan dapat

seumur hidup. Setelah seseorang terinfeksi kuman tuberkulosis, hampir 90%

penderita secara klinis tidak sakit, hanya didapat test tuberkulin positif, 10%

akan sakit. Penderita yang sakit, bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50%

penderita TB paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik

dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Helmia, 2010).

WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi

kemanusiaan. Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk

pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi

(WHO, 1993).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), jumlah kasus

baru tuberkulosis (TBC) pada 2015 mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari

sebelumnya hanya 9,6 juta. Adapun jumlah temuan TBC terbesar adalah di

India sebanyak 2,8 juta kasus, diikuti Indonesia sebanyak 1,02 juta kasus dan

Tiongkok sebanyak 918 ribu kasus (WHO, 2016).

Dalam laporan yang bertajuk Global Tuberculosis Report 2016 itu,

angka kematian akibat TBC di Indonesia mencapai 100 ribu jiwa dalam

setahun ditambah 26 ribu penderita tuberkulosis yang terindikasi HIV positif.


3

Angka kematian dunia yang diakibatkan oleh bakteri mycobacterium

tuberculosis ini mencapai 1,4 juta jiwa ditambah 390 ribu jiwa penderita yang

positif terkena HIV. Sedangkan prevalensi penderita TBC di Indonesia pada

2015 sebesar 395 per 100 ribu populasi dengan angka kematian sebesar 40

per 100 ribu populasi (WHO, 2016).

TBC menular lewat udara dan telah membunuh banyak orang. Untuk

itu WHO akan mengurangi jumlah kasus baru sampai 80% mulai 2016 dan

mengurangi kematian akibat TBC sampai 90% hingga 2030 (WHO, 2016).

Di Indonesia pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis

sebanyak 330.910 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus

tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus.

Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah

penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus

tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 38% dari jumlah seluruh kasus

baru di Indonesia (Kemenkes RI, 2016).

Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan. Pada

masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada

laki-laki dibandingkan perempuan.

Menurut laporan Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) 2015, masih

terdapat 10,4 juta kasus TBC di dunia. Jumlah ini terdiri dari 5,9 juta (56 %)

laki-laki, 3,5 juta (34 %) wanita, dan 1 juta (10 %) anak-anak. (Kemenkes RI,

2016).
4

Dalam laporan tersebut, kematian yang diakibatkan oleh penyakit TBC

diperkirakan mencapai 1,4 juta dan ditambah 0,4 juta kematian orang yang

mengidap HIV yang juga terjangkit TBC. Meskipun jumlah kematian akibat

TBC ini mengalami penurunan sebesar 22 % sepanjang 2010-2015, tapi

masih menjadi salah satu 10 penyebab kematian diseluruh dunia. Untuk

memerangi penyakit berbahaya ini, pada 24 Maret ditetapkan sebagai hari

TBC sedunia. (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan data dari Kemenkes RI tersebut Provinsi Jawa Barat

termasuk ke dalam provinsi yang tinggi jumlah penderita TB Paru,

dikarenakan jumlah penduduk di Jawa Barat yang sangat tinggi dibandingkan

di provinsi-provinsi lainnya.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Pada tahun

2016, ditemukan kasus suspec TB Paru sebanyak 259.933 kasus, dari hasil

pemeriksaan laboratorium hanya ditemukan kasus baru indikasi BTA+

sebanyak 34.070 orang, atau 13,11% dari suspec TB Paru, angka ini masih

dalam batas toleransi antara 5 – 15 %, jika angka ini < 5% itu menunjukkan

penjaringan suspec terlalu longgar atau ada masalah dalam pemeriksaan

laboratorium (negatif palsu) dan sebaliknya jika > 15 % menunjukkan

penjaringan terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium

(positif palsu).

Jumlah keseluruhan kasus TB Paru pada tahun 2016 sebanyak 57.247

kasus dan kasus pada anak sebanyak 6.600 orang (11,53%), secara

epidemiologi (Dinkes Prov. Jawa Barat, 2016).


5

Trend Case Notification Rate (CNR) di Provinsi Jawa Barat periode

tahun 2010 - 2015 cenderung naik, dari 76,22/100.000 pada tahun 2010

menjadi 138,87/100.000 pada tahun 2015, dan pada tahun 2016 mengalami

penurunan cukup signifikan pada posisi 120,25/100.000

Jumlah kasus TB Paru yang ditemukan dan tercatat dalam laporan

berdasarkan kabupaten/kota per 100.000 penduduk, antara 35,25/100.000

(Kab.Subang) hingga 428,68 (Kota Cirebon) dengan rata rata 136,13.

Terdapat 14 Kabupaten/Kota dengan CNR dibawah Jawa Barat

(120,58), yaitu Kab Subang, Kab Bekasi, Kab Karawang, Kab Bandung

Barat, Kab Purwakarta, Kab Indramayu, Kab Pangandaran, Kab Tasikmalaya,

Kota Bandung, Kab Garut, Kota Cimahi dan Kab Ciamis. (Dinkes Prov. Jawa

Barat, 2016).

Tinggi-rendahnya angka CNR di suatu wilayah selain dipengaruhi oleh

upaya penemuan kasus (case finding) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

seperti kinerja sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah tersebut, jumlah

fasyankes yang terlibat layanan DOTS, dan banyaknya pasien TB yang tidak

terlaporkan oleh fasyankes (Dinkes Prov. Jawa Barat, 2016).

Kasus TB Paru di Kabupaten Karawang masih dibawah Case

Notification Rate (CNR) Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kab. Karawang pada tahun 2017, terdapat 393 kasus TB Paru pada

anak dengan rincian perempuan 178 kasus dan laki-laki sebanyak 215 kasus.

Pada kasus TB Paru dewasa, terdapat 2.888 kasus dengan rincian perempuan

1.096 kasus dan laki-laki 1.792 kasus. (Dinkes Kab. Karawang, 2017).
6

Hal ini membuktikan bahwa angka kesakitan terjadi lebih sering pada

laki-laki yaitu 2.007 kasus dalam setahun dalam periode 2017 (Dinkes Kab.

Karawang, 2017).

Berdasarkan laporan kasus di UPTD Puskesmas Lemahabang

Kabupaten Karawang untuk penyakit tuberkulosis paru pada tahun 2017

didapatkan data sebanyak 54 penderita 38,1% dari pencapaian target tahun

2017. (Data Pengelola P2M UPTD Puskesmas PONED Lemahabang, 2017)

Berdasarkan data-data diatas, penderita TB paru semakin meningkat,

padahal TB paru ini penyakit yang bisa disembuhkan apabila cara

penanganannya menggunakan prosedur dengan benar, yaitu dengan

menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan baik.

Pentingnya peran perawat sebagai tenaga kesehatan dalam memberikan

asuhan keperawatan termasuk berupaya bersama-sama mencegah dan

mengendalikan penyebaran penyakit TB paru baik dengan cara pendidikan

kesehatan kepada klien dan keluarga yang telah terinfeksi atau melalui

pencegahan dengan memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dan

pencahayaan yang baik.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru di UPTD Puskesmas

Lemahabang Kabupaten Karawang”.


7

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis paru di UPTD

Puskesmas Lemahabang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran pelaksanaan pengkajian pada asuhan

keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan akibat

tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Lemahabang.

b. Mendapatkan gambaran penyusunan analisa data pada asuhan

keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan akibat

tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Lemahabang.

c. Mendapatkan gambaran diagnosa keperawatan yang muncul pada

asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernafasan akibat

tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Lemahabang.

d. Mendapatkan gambaran perencanaan asuhan keperawatan dengan

gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis paru di UPTD

Puskesmas Lemahabang.

e. Mendapatkan gambaran tindakan pada asuhan keperawatan dengan

gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis paru di UPTD

Puskesmas Lemahabang.
8

f. Mendapatkan gambaran evaluasi pada asuhan keperawatan dengan

gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis paru di UPTD

Puskesmas Lemahabang.

g. Melakukan alanisis pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

gangguan sistem pernafasan akibat tuberkulosis paru di UPTD

Puskesmas Lemahabang

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu : Penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2018

2. Tempat : UPTD Puskesmas Lemahabang Kabupaten Karawang

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dapat menjadi pedoman atau acuan pengetahuan dan informasi

secara tinjauan teori tentang asuhan keperawatan dengan masalah

tuberkulosis paru.

2. Manfaat Bagi POLTEKES TNI AU Ciumbuleuit Bandung

Diharapkan dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa dalam

menguasai asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

tuberkulosis paru.
9

3. Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Lemahabang

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi Puskesmas

Lemahabang khususnya petugas program TB Paru di UPTD Puskesmas

Lemahabang dalam mengambil langkah-langkah kebijakan, dalam

rangka upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan pasien dengan

masalah tuberkulosis paru.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah

sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan,

waktu dan tempat, manfaat, dan sistematika penulisan, BAB II : Tinjauan

Pustaka yang terdiri dari konsep teori tentang penyakit berdasarkan asuhan

keperawatan meliputi ; pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

komplikasi, penatalaksanaan medis, terapi, dan konsep asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai