Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

KELARUTAN
Tujuan : Mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya.

Pendahuluan
Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang
menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah terjadi dan
membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven
tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang strukturnya
menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan atas polaritas antara
solven dan solut yang dinyatakan dengan tetapan dielektrikum, atau momen dipol, ikatan
hidrogen, ikatan Van der waals (London) atau ikatan elektrostatik yang lain
(Martin, 1993).
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak
disebut zat pelarut. Kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum yang terlarut yang
akan larut dalam sejumlah tertentu. Konteks kualitatif menyebutkan, ada zat-zat yang dapat
larut, sedikit larut atau tidak larut. Zat yang dikatakan tidak larut jika sebagian besar zat
tersebut melarut bila ditambahkan air, jika tidak zat tersebut digambarkan sebagai sedikit
larut atau tidak dapat larut. Senyawa ionik semuanya merupakan elektrolit kuat, tetapi daya
larutnya tidak sama (Chang, 2004).
Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen
dipolnya, namun Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja
tidak cukup untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut
membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh
dibandingkan dengan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, dan lain-
lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam
air. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit
kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar
termasuk dalam golongan pelarut aprotik dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen
dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya
dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Minyak dan lemak larut dalam benzen,
tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut
nonpolar (Martin, 1993).
Eter adalah senyawa yang tak berwarna dengan bau enak yang khas. Tiitik didihnya
rendah dibandingkan dengan etanol, dengan jumlah atom karbon sama, dan dinyatakan
mempunyai titik didih sama dengan hidrokarbon. Eter dengan bobot molekul rendah
seperti dietil eter benar-benar larut dalam air. Kelarutan dietil eter dalam air adalah 7 gram
per 100 ml air, makin tinggi jumlah atom karbon suatu eter, kelarutannnya dalam air makin
rendah (Hart, 2003).
Istilah larut dan tidak larut memang memiliki makna yang relatif sama dengan
peristiwa bercampur dan tidak bercampur, namun, sangat perlu dipahami bahwa ada satu
perbedaan yang sangat penting. Istilah didalam kelarutan (solubility) ada perbedaan derajat
kelarutan, seperti sedikit larut, larut sebagian, dan sangat larut, akan tetapi dalam istilah
kebercampuran (miscibility) tidak dikenal derajat kebercampuran. Yang dikenal hanya
istilah bercampur atau tidak (Tim Dosen Kimia Organik, 2016).
Peristiwa bercampur atau larut antara dua zat menunjukkan adanya interaksi
diantara kedua zat tersebut. Interaksi yang terjadi dapat berupa gaya London (Van der
Waals), interaksi dipol-dipol, ikatan hidrogen, dan interaksi ion-ion. Cara untuk
memprediksi jenis interaksi yang terjadi, pemahaman akan kepolaran suatu molekul
menjadi sangat penting (Tim Dosen Kimia Organik, 2016).
Adanya perbedaan elektronegatifitas di dalam ikatan kovalen akan menimbulkan
perbedaan muatan parsial atom-atom penyusun molekul. Perbedaan ini menyebabkan
senyawa mempunyai momen dipol-dipole dan senyawa bersifat polar. Senyawa yang
bersifat polar akan lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa yang bersifat
nonpolar lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lai ntetapan dielektrik, dapat tidaknya membentuk ikatan hidrogen,
panjang rantai atom karbon, memiripan struktur dan lainnya (Chang, 2004).
Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Benzofenon
Benzofenon mempunyai rumus kimia C13H10O. Benzofenon memiliki sifat fisik
padat (Kristal padat), sedangkan sifat kimianya berbau manis, tidak berasa dan tidak
berwarna. Titik didih dari benzofenon yaitu 305,4 0C dan titik cairnya 49 0C. Benzofenon
mempunyai berat molekul 182,22 g/mol. Bahan ini larut dalam air, methanol, dietil eter
dan aseton. Benzofenon dapat menyebabkan iritan dan sensitizer jika terjadi kontak dengan
kulit. Benzofenon yang mengenai kulit harus segera dibasuh dengan banyak air selama
minimal 15 menit (Anonim, 2016).
2. Akuades (air)
Akuades memiliki rumus kimia H2O. Akuades mempunyai sifat fisik cair, sedangkan
sifat kimianya tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Titik didih dari akuades yaitu
100 0C dan memiliki pH 7 (netral). Akuades tidak berbahaya dalam kasus kontak dengan
kulit dan mata. Akuades ini non mengiritasi mata dan non korosif untuk kulit (Anonim,
2016).
3. Metanol
Metanol mempunyai rumus kimia CH3OH. Sifat fisik dari metanol yaitu cair dan
sifat kimianya berbau tajam, tidak berasa dan tidak berwarna. Metanol memiliki berat
molekul 32,04 g/mol. Bahan ini mempunyai titik didih 64,5 0C dan titik leleh -97,8 0C.
Metanol mudah larut dalam air dingin dan air panas. Metanol dapat menyebabkan iritan
jika mengenai mata. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika mata terkena metanol
yaitu, segera siram mata dengan air yang mengalir sedikitnya selama 15 menit (Anonim,
2016).
4. Heksana
Heksana mempunyai rumus kimia C6H14. Senyawa ini memiliki bentuk fisik berupa
cairan tidak berwarna dan ber bau seperti minyak bumi. Heksana mempunyai berat
molekul sebesar 86.18 g/mol, titik didihnya sebesar 68 °C (154.4 °F), titik lelehnya sebesar
-95 °C (-139 °F), dan tekanan uap nya sebesar 27.3 kPa. Heksana larut dalam dietil eter,
aseton, dan tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Heksana berbahaya apabila
terkena kontak dengan mata yang dapat menyebabkan iritasi hingga kerusakan kornea.
Heksana yang terkena kontak dengan mata ditangani dengan membasuh mata yang terkena
dengan air mengalir selama 15 menit dan dapatkan pertolongan medis (Anonim, 2016).
5. Etanol
Etanol mempunyai nama lain Ethyl Alcohol dengan rumus kimia C2H5OH. Senyawa
ini memiliki bentuk fisik berupa cairan tidak berwarna, berbau seperti anggur atau wiski
dan berasa tajam. Etanol mempunyai titik didih sebesar 78.5 °C (173.3 °F), titik lelehnya
sebesar -114.1°C (-173.4 °F), dan tekanan uapnya sebesar 5.7 kPa. Etanol Mudah larut
dalam air dingin, air panas, metanol, dietil eter dan larut dalam aseton. Etanol berbahaya
apabila tertelan yang dapat menyebabkan iritasi atau gangguan pada saluran pencernaan.
Rtanol yang terlelan ditangani dengan tidak menyuruh korban untuk memuntahkannya dan
tidak memberikan apapun melalui mulut, segera dapatkan penanganan medis (Anonim,
2016).
6. 1-Butanol
1-butanol mempunyai rumus kimia CH3(CH2)2CH2OH. Bahan ini mempunyai sifat
fisik cair dan sifat kimianya yaitu sedikit berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Titik
didih dari 1-butanol adalah 117,7 0C, titik lelehnya -89,5 0C dan berat molekulnya yaitu
74,12 g/mol. Bahan ini mudah larut dalam methanol dan dietil eter. 1-butanol ini dapat
menyebabkan iritan jika terjadi kontak dengan mata. 1-butanol yang mengenai mata harus
segera dibasuh dengan banyak air selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
7. Asam Benzoat
Asam benzoat memiliki rumus kimia C6H5COOH dengan sifat fisik padat dan sifat
kimianya yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Titik didih dan titik leleh
dari asam benzoat yaitu 249,2 0C dan 122,4 0C. Berat molekul dari asam benzoat adalah
122,12 g/mol. Asam benzoat dapat menyebabkan iritan jika terjadi kontak dengan kulit.
Asam benzoate yang mengenai kulit segera disiram dengan banyak air (Anonim, 2016).
8. Anilin
Rumus kimia dari anilin yaitu C6H5NH2. Anilin mempunyai sifat fisik cair,
sedangkan sifat kimianya adalah berbau aromatik, tidak berasa dan tidak berwarna dengan
berat molekul 93,13 g/mol. Titik didih dari anilin yaitu 184,1 0C dan titik cairnya -6 0C.
Anilin bis menyebabkan bahaya jika terkena mata yaitu dapat terjadi iritan. Anilin yang
mengenai mata Segera disiram dengan banyak air selama minimal 15 menit dan dapatkan
bantuan medis (Anonim, 2016).
9. Fenol
Fenol memiliki rumus kimia C6H5OH. Fenol mempunyai sifat fisik padat dan sifat
kimianya berbau aromatik dan tajam, tidak berasa dan tidak berwarna. Titik didih dari
fenol 182 0C dan titik cairnya 42 0C dengan berat molekul 94,11 g/mol. Bahan ini midah
larut dalam methanol, dietil eter, air dingin dan aseton. Fenol dapat menyebabkan iritasi
pada saluran pernapasan pada kasus inhalasi. Korban yang menghirup fenol harus segera
dipindahkan ke udara segar, berikan pernapasan buatan atau oksigen dan dapatkan bantuan
medis (Anonim, 2016).
10. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida mempunyai rumus kimia NaOH. Sifat fisiknya yaitu padat,
sedangkan sifat kimianya yaitu tidak berbau, tidak berasa dan berwarna putih. Titik didih
dan titik leleh dari natrium hidroksida yaitu 1388 0C dan 323 0C dengan pH 13,5. Natrium
hidroksida dapat menyebabkan iritan dan korosif jika mengenai mata. Natrium hidroksida
yang mengenai mata harus segera dibasuh dengan banyak air (Anonim, 2016).
11. Asam Klorida
Asam klorida memiliki rumus kimia HCl. Asam klorida mempunyai sifat fisik cair
dan sifat kimianya berbau pedas, tidak berasa dan tidak berwarna. Titik didihnya 108,58 0C
dan titik leburnya -65,25 0C. Asam klorida mudah larut dalam air dingin, air panas dan
dietil eter. Asam klorida dapat menyebabkan korosif, iritan dan permeator jika terjadi
kontak dengan kulit. Asam klorida yang terjadi kontak dengan kulit harus segera dibasuh
dengan banyak air selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
12. Dietil Eter
Rumus kimia dari dietil eter adalah C4H10O. Dietil eter mempunyai sifat fisik cair,
sedangkan sifat kimianya berbau tajam, rasanya manis dan tidak berwarna dengan berat
molekul 74,12 g/mol. Titik didih dan titik leleh dari dietil eter yaitu 34,6 0C dan -116,3 0C.
Bahan ini larut dalam aseton dan sedikit larut dalam air dingin. Dietil eter dapat
menyebabkan iritan jika mengenai kulit. Dietil eter yang mengenai kulit harus segera
disiram dengan banyak air (Anonim, 2016).
13. Aseton
Aseton ini memiliki rumus kimia C3H6O. Aseton mempunyai sifat fisik cair dan sifat
kimianya berbau seperti mint, rasanya pedas dan tidak berwarna. Aseton memiliki berat
molekul 58,08 g/mol. Titik didih dari aseton adalah 56,2 0C, sedangkan titik lelehnya -
0
95,35 C. Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan air panas. Aseton bisa
mengakibatkan iritan jika terjadi kontak dengan mata. Aseton yang mengenai mata harus
segera disiram dengan air yang mengalir selama minimal 15 menit (Anonim, 2016).
14. Metilen Klorida
Metilen klorida mempunyai rumus kimia CH2CI2. Sifat fisik dari metilen klorida
yaitu cair, sedangkan sifat kimianya tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Metilen
klorida memiliki berat molekul 84,93 g/mol. Titik didih dari metilen klorida adalah 39,75
0
C dan titik lelehnya -96,7 0C. Bahan ini mudah larut dalam methanol, dietil eter, n-oktanol
dan aseton. Metilen kloridan bisa menyebabkan iritan jika mengenai mata. Metilen klorida
yang mengenai mata segera dibasuh dengan banyak air selama minimal 15 menit (Anonim,
2016).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada percobaan ini adalah penmbahan beberapa zat terlarut kedalam
pelarut. Senyawa zat pelarut dan zat terlarut yang memiliki gaya antarmolekul yang sama
akan mudah bercampur atau larut menjadi suatu larutan. Kelarutan suatu adatan memiliki
prinsip kerja yaitu penambahan sampel (asam benzoate, 2-naftol, dan kolesterol) dengan
pelarut yang berbeda-beda pada tiap tabung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sampel
tersebut larut, tidak larut atau larut sebagian.
Kelarutan alkohol memiliki prinsip kerja meliputi dengan menambah tetes demi tetes
metanol sampai total 10 tetes pada air dan dikocok setiap satu tetes penambahan metanol ,
hal ini untuk mengetahui dan membuktikan adanya 2 fase yang menandakan kedua cairan
tidak bercampur atau larut. Percobaan diulangi dengan larutan uji yang berbeda dengan
tanda yang sama seperti metanol.
Kelarutan asam-basa organik memiliki prinsip kerja dengan mereaksikan bahan uji
asam benzoate dengan sampel-sampel yang berbeda dalam masing-masing tabung reaksi.
Percobaan diulangi bahan uji yaitu asam benzoat yang diganti dengan sampel-sampel lain
kemudian diamati perubahannya. Bercampur atau tidak bercampur memiliki prinsip kerja
meliputi dengan menambahkan sampel-sampel yang berbeda pada masing-masing bahan
uji yang sama dikocok, ini berfungsi untuk menentukan kedua cairan itu bercampur atau
tidak bercampur.

Alat

Gelas arloji, pipet Pasteur, tabung reaksi, gelas beker, batang pengaduk, gelas ukur, pipet
tetes.

Bahan
Benzofenon, air, metanol, heksana, etanol, 1-butanol, asam benzoat, anilin, fenol, NaOH
1,0 M, HCl 1,0 M, dietil eter, aseton, metilen klorida.

Prosedur Kerja
A. Kelarutan suatu padatan
Dimasukan masing-masing sekitar 40 mg (0,040 g) asam benzoat kedalam 4 tabung
reaksi yang bersih dan kering. Setiap tabung reaksi diberi label, kemudian ditambahkan 1
mL air pada tabung reaksi pertama, 1 mL metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL
heksana pada tabung ketiga. Tabung reaksi keempat digunakan sebagai kontrol. Aduk
campuran pada tabung reaksi 1 -3 dengan pengaduk selama 1 menit, diamkan selama 30
detik, lalu diamati apakah sampelnya larut, tidak larut, atau larut sebagian dengan
membandingkan banyaknya sisa padatan dalam tabung 1-3 terhadap tabung 4. dicatat hasil
pengamatan dalam lembar pengamatan.
dipipet larutan (bagian cairan) pada tabung reaksi 1-3 masing-masing pada 3 tabung
reaksi yang lain menggunakan pipet Pasteur, dilakukan dengan hati-hati supaya sisa padatan
(bila ada) tidak ikut dipipet. Cairan yang dipindahkan dari tabung reaksi 1-3 diuapkan
dengan penangas air hingga seluruh cairan menguap. diamati, apakah ada padatan yang
tersisa. Jika ada padatan dalam tabung reaksi, sampelnya tidak larut. Jika tidak ada atau
hanya sedikit padatan dalam tabung reaksi, sampelnya larut.

B. Kelarutan alkohol
Dimasukkan masing-masing sebanyak 1 mL pelarut (air) kedalam 3 tabung reaksi.
Tabung reaksi pertama ditambahkan tetes demi tetes metanol sampai total 10 tetes. Diamati
kemudian dikocok setiap penambahan satu tetes metanol. Jika terbentuk dua fase atau bola
cair mengindikasikan kedua cairan tidak bercampur atau tidak larut. diulangi percobaan ini
dengan mengganti etanol dengan 1-butanol, kemudian ter-butanol. diulangi percobaan ini
kembali dengan mengganti pelarut air dengan heksana.

c. Kelarutan asam-basa organik


Dimasukkan masing-masing sekitar 30 mg (0,030 g) asam benzoat kedalam tiga
tabung reaksi yang kering. diberi label setiap tabung reaksi. Tabung reaksi pertama
ditambahkan 1 mL air, tabung kedua 1 mL NaOH 1,0 M, dan tabung ketiga 1 mL HCl 1,0
M. diaduk setiap tabung reaksi dengan pengaduk selama 10-20 detik. didiamkan lalu
diamati, diulangi percobaan ini dengan mengganti asam benzoat dengan 1 mL anilin dan 1
mL fenol.

d. Bercampur atau tidak bercampur


Ditambahkan masing-masing 1 mL cairan dalam satu tabung reaksi yang sama.
Digunakan tabung reaksi yang berbeda untuk setiap pasangan. Dikocok tabung reaksi 10-
20 detik untuk menentukan apakah kedua cairan bercampur atau tidak bercampur.
Waktu yang dibutuhkan
No Percobaan waktu
1 Kelarutan suatu padatan 45 menit
2 Kelarutan alkohol 45 menit
3 Kelarutan asam-basa organik 45 menit
4 Bercampur atau tidak bercampur 45 menit

Data dan Perhitungan


Tabel hasil percobaan
A. Kelarutan suatu padatan
1. Sebelum dipanaskan
Pelarut Gambar
Sampel air Metanol heksana
aaira
ir
air
Asam benzoat Tidak larut larut Tidak larut

Tidak larut larut Tidak larut


2-naftol
Larut Larut Larut sebagian
Kolesterol
sebagian sebagian

2. Setelah dipanaskan
Pelarut Gambar
Sampel air Metanol heksana

Larut Tidak larut Larut


Asam benzoat
sebagian
Larut Tidak larut Larut
2-naftol
sebagian

Larut Larut Larut


Kolesterol
sebagian

B. Kelarutan alkohol
Alkohol Pelarut Gambar
Air Heksana

Metanol Larut Tidak larut (2 fase)


1-butanol Tidak larut (2 fase) Larut

Ter-butanol Larut Larut

Etanol Larut Tidak larut (2 fase)

C. Kelarutan asam-basa organik


Sampel Pelarut Gambar
air NaOH 1,0 HCl 1,0
M M

Tidak larut Larut Tidak larut


Asam benzoat
(2 fase) (2 fase)
Tidak larut Tidak larut Tidak larut
Anilin
(2 fase) (2 fase) (2 fase)

Larut Larut Larut


Fenol

D. Bercampur atau tidak bercampur


No Yang dicampur Bercampur atau Tidak Gambar
Bercampur

1 Air Etanol
Bercampur (1 fase)
2 Air Sikloheksan Tidak bercampur (2 fase)

Bercampur (1 fase)
3 Air Aseton

Tidak bercampur (2 fase)


4 Air Etil asetat

Tidak bercampur (2 fase)


5 Air Kloroform
Pembahasan Hasil
Percobaan kali ini adalah mengenai kelarutan yang bertujuan untuk
mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya. Percobaan ini dilakukan
untuk mengamati kelartan suatu padatan, kelarutan alkohol, kelarutan asam-basa organik
dan bercampur atau tidak bercampur. Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah
solven pada suhu tertentu yang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut
atau solven telah terjadi dan membentuk dispersi molekuler yang homogen. Kelarutan
suatu zat (solute) dalam solven tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa
atau zat yang strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya
didasarkan atas polaritas antara solven dan solut yang dinyatakan dengan tetapan
dielektrikum, atau momen dipol, ikatan hidrogen, ikatan Van der waals (London) atau
ikatan elektrostatik yang lain
Percobaan petama mengenai kelarutan suatu padatan yang menggunakan bahan
asam benzoat, 2-naftol, kolesterol. Ketika sampel tersebut masing-masing dicampur
dengan pelarut air, metanol, dan heksana. Hasil yang didapatkan yaitu asam benzoat jika
dilarutkan dalam air, metanol dan heksana berturut-turut yaitu tidak larut, larut dan tidak
larut. Asam benzoat tidak larut dalam air karena asam benzoat mengandung gugus -OH
dengan sendiri dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, karena dengan adanya ikatan
hidrogen, maka asam benzoat tidak dapat larut dalam air. Asam benzoat larut dalam
metanol, karena metanol merupakan gugus alkohol yang merupakan senyawa polar
sehingga dapat melarutkan asam bonzoat. Asam benzoate tidak larut dalam heksana
karena heksana merupakan pelarut yang bersifat non polar. 2-naftol yang dicampurkan
dengan air tidak larut karena air merupakan senyawa polar yang didalamnya terdapat
ikatan hydrogen. 2-naftol larut dalam metanol dan tidak larut dalam heksana yang
merupakan senyawa non polar. Kolesterol merupakan senyawa polar yang dapat larut
sebagian dalam air, metanol dan heksana. Sampel-sampel yang telah direaksikan tersebut
kemudian diambil cairannya tanpa endapan yang masuk, lalu dipanaskan hingga semua
cairan tidak bersisa pada tabung reaksi. Pemanasan bertujuan untuk mengetahui larut atau
tidak larutnya padatan dalam larutan yang telah direaksikan tersebut. Hasil yang diperoleh
yaitu asam benzoate larut dalam air dan heksana dan tidak laut sebagian dalam metanol. 2-
naftol jga larut dalam aid an heksana tetapi tidak larut dalam metanol. Kolesterol juga larut
dalam air dan heksana tapi larut sebagian dalam metano yang merupakan senya polar.
Percobaan selanjutnya yaitu mengenai kelarutan alkohol. Sampel yang digunakan
yaitu metanol, 1-butanol, ter-butanol dan etanol. Hasil yang didapat menunjukkan hanya
butanol saja yang tidak larut dalam air. Dalam prinsip like dissolves like dijelaskan bahwa
kelarutan dapat dipengaruhi oleh kesamaan struktur yang membentuk molekulnya.
Molekul air, dibentuk oleh atom H dan O dan alkohol juga dibentuk oleh atom H dan O
oleh sebuah ikatan sigma. Adanya gugus OH ini membuat alkohol memiki polaritas yang
hampir sama dengan polaritas air. Namun kepolaritasan yang dimiliki oleh senyawa-
senyawa turunan alkohol tidak akan sebanding dengan polaritas air, hal ini dipengaruhi
oleh kehadiran gugus alkil pada molekulnya. seperti yang diketahui gugus alkil merupakan
gugus non polar, semakin panjang alkil yang dimiliki oleh suatu senyawa maka semakin
besar sifat non polarnya. Pada metanol dan etanol, dimana gugus alkil yang kedua
senyawa ini miliki tidak begitu panjang dan tidak merubah tingkat kelektronegatif
sehinnga etanol dan metanol dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan pada butanol,
gugus alkilnya lebih mendominasi molekul sehingga tidak dapat larut dalam senyawa
polar.. Kelarutan alkohol pada pelarut heksana menunjukkan bahwa metanol dan etanol
tidak larut dalam heksana, hal ini dikarenakan metanol dan etanol hanya dapat larut dalam
senyawa polar, sedangkan heksana merupakan pelarut non polar.
Percobaan selanjutnya yaitu membahas mengenai kelarutan asam basa organik.
Sampel yang digunakan yaitu asam benzoat, anilin dan fenol. Asam benzoat tidak larut
dalam air dan HCl karena asam benzoat merupakan senyawa non polar sehingga tidak
dapat larut dalam air dan HCl, akan tetapi asam benzoate dapat larut dalam basa kuat
seperti NaOH. Anilin menunjukkan tidak larut pada pelarut air, HCl maupun NaOH,
Anilin tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam asam sulfat, seperti yang kita tahu
bahwa anilin tidak dapat larut dalam air dan basa kuat, tetapi anili larut dalam asam kuat.
Anilin mempunyai pH < 7 sehingga bersifat asam, yang seharusnya bersifat basa, anilin
merupakan contoh dari basa lemah dan basa aromatik sehingga anilin juga termasuk dalam
senyawa aromatik. Anilin seharusnya dapat larut dalam HCl yang merupakan asam kuat,
hal ini mungkin dikarenakan kesalahan dalam mengamati larutan ataupun pencampuran
bahan. Fenol dapat larut dalam air, NaOH maaupun HCl karena fenol merupakan senyawa
polar.
Percobaan selanjutnya yaitu mengenai bercampur atau tidak bercampur yang
menggunakan sampel etanol, sikloheksana, aseton, etil asetat dan kloroform yang semua
sampel tersebut dilarutkan dalam air. Hasil yang didapatkan etanol bercampur dalam air,
karena kedua senyawa ini merupakan senyawa polar. Sikloheksana tidak bercampur
dengan air karena pada senyawa sikloheksana terdapat gugus aromatic dengan membentuk
cincin, sehingga sikloheksana sulit bereaksi dengan air. Aseton ketika dilarutkan dalam air
bercampur karena aseton dan air merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga dapat
larut. Etil asetat dan kloroform tidak bercampur dengan air karena etil asetat dan
kloroform merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga tidak dapat bercampur
dengan air.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa senyawa
organik dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya. Kelarutan berkaitan dengan
prinsip like disolve like, dimana larutan polar akan melarutkan larutan yang polar, dan
sebaliknya larutan yang nonpolar akan melarutkan larutan nonpolar.

Referensi
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Asam Benzoat. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of akuades. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of 2-naftol. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of etanol. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Heksana. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Metanol. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of 1-butanol. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of ter-butanol. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Anilin. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Fenol. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Hidroksida. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Asam klorida. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of sikloheksana. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Etil asetat. [serial online].
http://www.sciencelab.com/. [21 Oktober 2016].
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar dan konsep Inti Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Martin, Alfred.1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik.
Edisi Ketiga 1. UI Press. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Organik. 2016. Petunjuk Praktikum Kimia Organik 2016. Jember :
FMIPA Universitas Jember.

Nama Praktikan
Kartika Indah Aulia (151810301042)

Anda mungkin juga menyukai