Anda di halaman 1dari 7

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI

CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN

Disusun Oleh :
Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E
(Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa – Bidang Inventarisasi DDDT SDA & LH)
Rezha Irfaddien, ST
(Staf Sub Bidang Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa – Bidang Inventarisasi DDDT SDA & LH)

A. Pendahuluan

Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya. Pencemaran udara khususnya yang terjadi di kota-kota besar sumber utamanya adalah
aktivitas transportasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JICA (1997), sektor transportasi diperkirakan
menyumbangkan 70% pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor mengeluarkan gas
karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon (HC) sehingga
menyumbang 1/3 dari total gas pencemar udara (Kuncoro Sejati, 2011).

Peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca mendorong terjadinya pemanasan global. Karbondioksida
dan metana adalah 2 (dua) zat utama penyebab efek rumah kaca. Efek rumah kaca yang dihasilkan oleh metana
lebih kuat daripada karbondioksida. Gas CO2 bertahan di atmosfer selama 50-200 tahun, N2O selama 114-120
tahun, CH4 dan pengganti CFC selama 12 tahun. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
yang terangkum dalam Fourt Assessment Report (AR4) 2007 menyebutkan bahwa akselerasi emisi CO2 sejak
tahun 2000 mengalami kenaikan lebih dari 3% per tahun atau lebih dari 2 ppm per tahun (Kuncoro Sejati, 2011).
Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan transportasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah harus
didasarkan atas prinsip pengembangan yang berkelanjutan (sustainability), yaitu melihat jauh ke depan,
berdasarkan perencanaan jangka panjang yang komprehensif dan berwawasan lingkungan.

Secara umum sektor transportasi dapat dikelompokkan menjadi 3 moda, yaitu transportasi darat,
transportasi laut dan transportasi udara. Berdasar prakiraan kebutuhan energi, subsektor transportasi darat
merupakan sub-sektor yang paling besar menggunakan energi yaitu mencapai 90% dari kebutuhan sektor
transportasi. Transportasi darat yang paling besar menggunakan bahan bakar adalah kendaraan bermotor. Oleh
karena itu transportasi darat merupakan sub-sektor yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan efisiensi
penggunaan energi untuk jangka panjang.

Secara umum, berdasarkan data BPS pembangunan infrastruktur jalan di wilayah Kalimantan megalami
tingkat pertumbuhan 0,22% per tahun berdasarkan data 2010-2015. Hal ini tentunya seiring dengan dengan
pertumbuhan kendaraan bermotor yang mengalami pertumbuhan rata-rata 2,05%. Hal ini tentunya akan
berdapak terhadap tingkat emisi CO2 secara keseluruhan di wilayah Kalimantan. Untuk itu, telaahan ini
bertujuan untuk menghitung kontribusi tingkat emisi CO2 yang dihasilkan oleh sektor transportasi khususnya
transportasi darat.
B. Bahan dan Metode

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari lembaga
pemerintah terkait, antara lain ; Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Pertamina, dan BPS. Data
yang dikumpulkan meliputi :

1. Data historis penggunaan energi di sektor transportasi;


2. Data kondisi sektor transportasi saat ini, seperti: moda transportasi, jumlah kendaraan bermotor,
statistik transportasi darat, laut dan udara, dan penggunaan bahan bakar;

Data lain yang penting adalah data koefisien emisi GRK yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC). Saat ini IPCC Guideline yang digunakan sebagai pegangan untuk perhitungan koefisien
emisi adalah IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories tahun 2006.

B.1 Ruang Lingkup Masalah

Telaahan ini bertujuan untuk menghitung tingkat emisi CO2 yang dihasilkan oleh sektor transportasi di
wilayah Kalimantan pada rentang waktu 2010 – 2015. Data yang digunakan berasal dari tingkat Provinsi yang
meliputi antara lain Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan
Timur. Untuk provinsi Kalimantan Utara dikarenakan keterbatasan data maka dianggap masih tergabung dalam
data provinsi Kalimantan Timur.

Pada studi ini pengumpulan data dilakukan untuk jenis kendaraan Mobil Penumpang, Truk, Bus dan
Sepeda Motor. Jenis kendaraan Mobil Penumpang dan Bus mewakili kontribusi dari sektor transportasi
publik/umum, sedangkan jenis Sepeda Motor mewakili kontribusi dari sektor transportasi individual/pribadi
dimana jenis kendaraan ini mengalami trend pertumbuhan yang cukup signifikan. Selain itu, dikarenakan
keterbatasan data mengenai Jumlah Konsumsi BBM pada tingkat provinsi, studi ini akan menggunakan asumsi
pemakaian BBM berdasarkan jenis kendaraan setiap harinya dengan melakukan survey di wilayah kota
Balikpapan sebagai upaya untuk mendapatkan rata-rata konsumsi bahan bakar per jenis kendaraan mobil
penumpang, bus, truk dan sepeda motor. Berdasarkan hasil survey tersebut, berikut rata-rata konsumsi bahan
bakar per jenis kendaraan :
Tabel 1. Hasil Survey Jumlah Konsumsi Bahan Bakar (liter/hari)
Rata-Rata Jumlah Bahan Bakar
Jenis Kendaraan Jenis Bahan Bakar
(liter/hari)
1 Mobil Penumpang Bensin 16.36
2 Bus Solar 81.67
3 Truk Solar 69.40
4 Sepeda Motor Bensin 1.24

B.2 Model dan Skenario

Dalam dokumen IPCC, terdapat 3 metode yang digunakan dalam memperkirakan emisi dari
pembakaran bahan bakar fosil, antara lain metode Tier 1 dan Tier 2. Perhitungan dengan metode Tier 1
menggunakan data berdasarkan jumlah konsumsi bahan bakar yang digunakan pada tiap jenis kendaraan
dikalikan dengan faktor emisi. Sedangkan pada metode Tier 2, menggunakan faktor emisi berbasis kilometer
jalan kendaraan (vehicle kilometer traveled-VKT atau panjang perjalanan rerata kendaraan per tahun).

Sehubungan dengan keterbatasan data untuk penghitungan emisi yang akan digunakan pada tingkat
provinsi, maka metode yang digunakan dalam telaahan ini adalah pendekatan dengan Tier 1 yang merujuk pada
dokumen IPCC (2006 IPCC Guidelines For National Greenhouse Inventories).

B.2.1 Tier 1

Perhitungan emisi dengan Tier 1 berdasarkan pada konsumsi bahan bakar. Perhitungannya dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (IPCC, 2006) :

Fuela = jumlah bahan bakar X energy content

Emission =∑𝑎 (fuela x EFa)

Dimana ;

Jumlah Bahan Bakar = liter

Energy content bensin = 34,66 MJ/l

Energy content solar = 36,68 MJ/l

Fuela = Jumlah Bahan Bakar (TJ)

EFa = Faktor emisi CO2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/TJ)

Emission = Emisi CO2 total (kg)

a = Jenis bahan bakar (bensin, solar, dll)

B.2.2 Tier 2

Metode Tier 2 menggunakan faktor emisiberbasis kilometer jalan kendaraan (vehicle kilometer
travelled-VKT atau panjang perjalanan rerata kendaraan per tahun). Untuk jaringan jalan utama, emisi
diperlakukan sebagai sumber garis atau line source.

VKT j,line = Σ Qji . li


Ecji = VKTji . EFcj (100-C)/100

Dimana ;
VKTj,line = VKT kategori kendaraan j pada ruas jalan i yang dihitung sebagai sumber garis (km/tahun)
Qji = volume kendaraan dalam kategori j pada ruas jalan i (kendaraan/tahun)
li= panjang ruas jalan i (km)
Ecji = emisi pencemar c untuk kendaraan kategori j pada ruas jalan i
C = efisiensi peralatan pengendali emisi (%)
C = 0, jika tidak terpasang peralatan pengendali
Data jumlah bahan bakar didapatkan dari keseluruhan jumlah bahan bakar yang ada di suatu
Provinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pertamina ataupun data survey lapangan.
Sedangkan untuk faktor emisi CO2 untuk tiap jenis bahan bakar (kg/TJ), didapatkan dari jurnal yang
dikeluarkan berdasarkan IPCC Guidence 2006. Dengan Tier 1, faktor Faktor emisi mengacu pada faktor emisi
internasional, seperti IPCC, CORINAIR dan US EPA. Berikut tabel faktor emisi yang diambil dari dokumen IPCC
2006 maupun dokumen lainnya :

Tabel 2. Faktor Emisi Metode Tier 1


Pencemar Premium Solar Sumber
TSP (g/kg) 2.2 1.52
CORINAIR
NOx (g/kg) 6.64 14.91
(2009)
CO (g/kg) 497.7 7.4
HC (g/mile) 0.184 0.29 US EPA (1995)
CO2 (kg/TJ) 69,300 74,100
CH4 (kg/TJ) 33 3.9 IPCC (2006)
N2O (kg/TJ) 3.2 3

C. Penghitungan Emisi CO2

Berdasarkan hasil perhitungan, emisi CO2 dari sub sektor transportasi darat di wilayah Ekoregion
Kalimantan mengalami pertumbuhan emisi CO2 rata-rata 1,97% per tahunnya. Selama rentang waktu 2010-
2015, kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 3,26% dari jumlah emisi sebesar
19.783.887.864 ton di tahun 2010 menjadi 25.602.814.254 ton di tahun 2011. Trend kenaikan emisi CO2 dapat
dilihat pada grafik berikut :

E MI S I T OTAL C O 2 S EK TOR T RANSPORTASI


E K OREGI ON K ALIMANTAN
40,000,000,000,000,000
35,000,000,000,000,000
TINGKAT EMISI (KG)

30,000,000,000,000,000
25,000,000,000,000,000
20,000,000,000,000,000
15,000,000,000,000,000
10,000,000,000,000,000
5,000,000,000,000,000
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Total Emisi 19,783, 25,602, 29,117, 31,867, 34,845, 37,380,

Grafik 1. Emisi Total CO2 Sektor Transportasi Ekoregion Kalimantan

Jika dianalisis per provinsi, maka dapat dilihat bahwa Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan memiliki tingkat emisi CO2 yang paling tinggi dari sektor transportasi darat dibandingkan provinsi
lainnya. Pada rentang waktu 2010-2012 Provinsi Kalimantan Timur mengalami kenaikan tingkat emisi dengan
rata-rata kenaikan sebesar 0,84% per tahun, namun memasuki tahun 2014 mengalami penurunan drastis
sebesar 2,62%. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan, pada tahun 2013 provinsi
ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2,21%. Tingkat emisi paling rendah berada pada Provinsi
Kalimantan Tengah dengan rata-rata kenaikan 1,52% per tahun.

Emisi Total CO2 Sektor Transportasi


Per Provinsi
14,000,000,000,000,000
12,000,000,000,000,000
Tingkat Emisi (Kg)

10,000,000,000,000,000
8,000,000,000,000,000 Kalimantan Timur
6,000,000,000,000,000 Kalimantan Selatan
4,000,000,000,000,000 Kalimantan Barat

2,000,000,000,000,000 KalimantanTengah

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Grafik 2. Emisi Total CO2 Sektor Transportasi Per Provinsi

Tabel 3. Tingkat Emisi CO2 Berdasarkan Provinsi


Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kalimantan Timur 7.793.827.889.768.410 8.724.959.730.447.430 9.747.307.502.276.040 10.689.187.834.196.200 11.148.002.060.169.900 12.133.629.810.090.500
2 Kalimantan Selatan 6.299.258.362.076.150 7.061.149.695.750.120 7.990.753.111.649.740 9.000.066.901.543.480 10.248.184.839.088.000 10.933.637.221.771.200
3 Kalimantan Barat 2.991.469.502.717.550 6.502.740.584.934.850 7.624.925.782.684.350 8.423.782.123.684.520 9.129.384.932.370.620 9.692.792.528.885.440
4 KalimantanTengah 2.699.332.110.302.120 3.313.964.243.480.220 3.754.811.563.505.250 3.754.811.563.505.250 4.319.949.594.050.330 4.620.066.474.508.100
19.783.887.864.864.200 25.602.814.254.612.600 29.117.797.960.115.400 31.867.848.422.929.500 34.845.521.425.678.900 37.380.126.035.255.200

Dari hasil perhitungan, juga diketahui bahwa jenis kendaraan Sepeda Motor memiliki pertumbuhan
tingkat emisi CO2 yang lebih tinggi dibandingkan moda transportasi lainnya, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 2,10% per tahunnya. Tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi lainnya adalah pada jenis kendaraan Mobil
Penumpang yakni sebesar 1,21% per tahun, selanjutnya adalah tingkat pertumbuhan Truk sebesar 1,02% dan
tingkat pertumbuhan Bus sebesar 0,56%. Trend kenaikan emisi CO2 untuk masing-masing jenis kendaraan
dapat dilihat pada grafik dan tabel dibawah ini :
Emisi Total CO2 Sektor Transportasi
Berdasarkan Jenis Kendaraan
40,000,000,000,000,000
35,000,000,000,000,000
Tingkat Emisi (Kg)

30,000,000,000,000,000
25,000,000,000,000,000
Mobil Penumpang
20,000,000,000,000,000
Bus
15,000,000,000,000,000
Truk
10,000,000,000,000,000
5,000,000,000,000,000 Sepeda Motor

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun

Grafik 3. Emisi Total CO2 Berdasarkan Jenis Kendaraan

Tabel 4. Emisi CO2 berdasarkan jenis kendaraan


Jenis Kendaraan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Mobil Penumpang 104.242.308.794.618 108.739.257.878.378 97.145.284.331.290 126.419.956.861.481 131.220.508.259.030 141.433.242.730.030
Bus 107.203.821.747.696 107.408.704.132.631 107.990.740.250.387 88.453.893.316.008 129.384.289.489.765 130.635.560.802.603
Truk 2.203.051.779.974.840 2.132.384.993.489.150 2.475.428.203.709.840 2.615.326.529.511.380 3.038.518.725.853.170 3.192.027.978.982.020
Sepeda Motor 17.369.389.954.347.100 23.254.281.299.112.500 26.437.233.731.823.900 29.037.648.043.240.600 31.546.397.902.076.900 33.916.029.252.740.600
Seperti yang telah disebutkan bahwa moda transportasi Sepeda Motor merupakan jenis
transportasi yang menyumbang emisi CO2 yang tinggi di wilayah Kalimantan. Jika dianalisa secara spesifik
tingkat pertumbuhan kendaraan sepeda motor, maka tidaklah mengherankan bahwa kontribusi emisi dari
transportasi sepeda motor tertinggi ada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, karena
berdasarkan hasil inventarisasi di kedua provinsi tersebut pertumbuhan sepeda motor juga meningkat.

Kontribusi Emisi CO2 Moda Transportasi Sepeda Motor


Per Provinsi
3,000,000,000.00
EMISI CO2 (TON)

2,000,000,000.00

1,000,000,000.00

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
TAHUN
Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur
Grafik 4. Kontribusi Emisi CO2 Moda Transportasi Sepeda Motor Per Provinsi
Tabel 9. Emisi CO2 Transportasi Sepeda Motor
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kalimantan Tengah 1,598,103.89 1,963,869.67 2,224,610.99 2,224,610.99 2,552,250.22 2,723,675.19
Kalimantan Barat 624,355,289.39 1,469,024,651.01 1,677,228,238.32 1,851,552,907.11 2,006,053,994.88 2,129,131,961.75
Kalimantan Selatan 1,243,646,787.15 1,406,667,611.93 1,605,143,675.08 1,821,761,549.04 2,043,899,803.83 2,187,885,207.51
Kalimantan Timur 1,495,584,009.83 1,691,629,279.06 1,913,050,036.53 2,113,006,753.23 2,186,849,184.88 2,395,673,516.07
TOTAL EMISI 3,365,184,190 4,569,285,412 5,197,646,561 5,788,545,820 6,239,355,234 6,715,414,361

D. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam studi ini antara lain :

1. Secara umum, tingkat emisi CO2 dari sektor transportasi menunjukkan peningkatan dari tahun 2010-
2015 dengan rata-rata pertumbuhan 0,83% tiap tahunnya. Trend kenaikan yang cukup signifikan terjadi
di tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,673%.

2. Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan memiliki tingkat emisi CO2 yang paling tinggi
dibandingkan provinsi lainnya dari sektor transportasi. Provinsi Kalimantan Timur mengalami kenaikan
tingkat emisi dengan rata-rata kenaikan sebesar 0,84% per tahun, namun memasuki tahun 2014
mengalami penurunan drastis sebesar 2,62%. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Provinsi Kalimantan
Selatan, pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2,21%.

3. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa moda transportasi Sepeda Motor memiliki kontribusi
yang tinggi terhadap tingkat emisi CO2 di wilayah ekoregion Kalimantan, dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata sebesar 2,10% per tahunnya, diikuti dengan Mobil Penumpang sebesar 1,21% per tahunnya,
pertumbuhan Truk sebesar 1,02% dan tingkat pertumbuhan Bus sebesar 0,56%.

4. Tingkat kontribusi emisi CO2 untuk moda Sepeda Motor memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi di
wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, hal ini sejalan dengan hasil inventarisasi
dimana di kedua wilayah ini memiliki tingkat pertumbuhan kendaraan Sepeda Motor yang paling tinggi.

Daftar Pustaka :

IPCC., 2006., Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories., Volume 2: Energy

(JICA), Japan Intenational Cooperation Agency., 1997, The Study on the Integrated Air Quality Management for
Jakarta Metropolitan Area, Indonesia.
Kajian Beban Emisi Pencemar Udara (Tsp, Nox, So2, Hc, Co) Dan Gas Rumah Kaca (Co2, Ch4, N2o) Sektor
Transportasi Darat Kota Yogyakarta Dengan Metode Tier 1 Dan Tier 2., Jurnal Teknik Lingkungan Vol
5 No 1 (2016).
Kementerian Lingkungan Hidup., 2013., Pedoman Teknis Penyusunan Inventarisasi Emisi Pencemar Udara di
Perkotaan, KLHK.
Sejati, Kuncoro., 2011., Global Warming, Food, and Water Problems, Solutions, and The Changes of World
Geopolitical Constellation. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

www.BPS.go.id

Anda mungkin juga menyukai