Anda di halaman 1dari 2

Pendapat ini di dukung oleh sebuah laporan berjudul ”Origins of the Elephants Elephas

Maximus L of Borneo”, yang diterbitkan dalam ”Sarawak Museum Journal”. Laporan


itu menyatakan bahwa tidak ada bukti arkeologis mengenai keberadaan gajah dalam
jangka panjang di Borneo. Menurut laporan tersebut, hal itu memperkuat
kemungkinan asal-usul satwa besar ini dari Pulau Jawa dan menjadikan harapan
bahwa gajah Jawa yang sudah punah karena perburuan, ternyata masih tersisa di
Kalimantan karena dipindahkan ratusan tahun yang lalu. Namun, sebagaimana telah
disinggung di muka, ada juga cerita lain yang mengisahkan bahwa gajah Kalimantan
adalah hadiah dari negeri India untuk Sultan Sulu. Perdebatan mengenai asal usul
gajah Kalimantan ini sepertinya belum akan berakhir. Akan tetapi dari bentuk dan
Kisah Gajah “kurcaci” Kalimantan ukurannya, gajah Kalimantan berbeda dengan gajah dari Asia dan India.

(Utara)yang terancam punah Pada tahun 2014, WWF dan peneliti dari Universitas Columbia melakukan penelitian
terhadap DNA gajah Kalimantan. Hasilnya membuktikan bahwa gajah tersebut
berbeda dengan gajah yang ada di Sumatera, Thailand dan Afrika. Kesimpulannya
gajah Kalimantan adalah satwaliar asli Borneo/Kalimantan. Kesimpulan tersebut
diperkuat lagi oleh hasil penelitian
Universitas Mulawarman yang
Beberapa tahun yang lalu terjadi kehebohan terkait keberadaan gajah di Kalimantan. menguji DNA Gajah Kalimantan di
Kehebohan ini terjadi karena keberadaan satwaliar ini di bumi Kalimantan belum balai riset Amerika Serikat (AS).
diketahui oleh banyak orang. Banyak spekulasi tentang asal-usul satwaliar ini, tetapi Penelitian tentang DNA gajah
kalangan ilmuwan umumnya sepakat bahwa ini adalah sub spesies gajah yang hanya Kalimantan juga menunjukkan bahwa
hidup di Pulau Kalimantan yang diberi nama ilmiah Elephas maximus borneensis. satwaliar langka ini sudah ada di
Gajah Kalimantan ini memiliki ukuran lebih kecil dari gajah biasa sehingga sering di bumi Borneo sejak 30.000 tahun lalu.
sebut Gajah Kerdil atau Gajah Kurcaci. Dalam bahasa Inggris, gajah ini dinamakan
Bornean Pygmi Elephant. Sebaran gajah Kalimantan meliputi daerah aliran Sungai Namun ada juga yang berpendapat
Kinabatangan, (Sabah, Malaysia) dan Nunukan (Kalimantan Utara, Indonesia). Di bahwa kedua teori tersebut atas
Nunukan, habitat gajah kurcaci Kalimantan ini adalah hutan-hutan di kecamatan mungkin saja benar adanya dimana
Tulin Onsui, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Masyarakat di wilayah habitat gajah Kalimantan berasal dari Asia
gajah tersebut sering menyebut satwaliar ini dengan sebutan “nenek’. Sebutan sebagai yang bermigrasi atau di bawa ke
tanda hormat masyarakat terhadap satwaliar tersebut. Kalimantan kemudian mengalami
proses adaptasi sehingga berevolusi
Populasi Gajah Kalimantan di wilayah Nunukan menurut penelitian WWF-BKSDA menjadi spesies baru yaitu gajah
Kaltim tahun 2007 – 2012 diperkirakan hanya sekitar 20-80 ekor. Secara keseluruhan berukuran kecil. Nampaknya
populasi gajah Kalimantan (di Sabah dan Kalimantan Utara) termasuk ke dalam perdebatan mengenai asal usul Gajah
kategori satwaliar “endangered” atau terancam punah. ini mungkin akan terus berlanjut.
Foto : WWF - A.Christy WILLIAMS
Misteri Asal Usul Gajah Kalimantan
Sejak awal, asal usul gajah Kalimantan yang berukuran mini ini mengundang banyak Cerita Rakyat si Gajah Kecil
tanya. Gajah ini pernah dikabarkan merupakan keturunan gajah hadiah yang dibawa
Masyarakat Kecamatan Tulin Onsui, Kabupaten Nunukan sejak lama mengenal gajah
oleh Sultan Sulu ke kerajaannya. Dikisahkan bahwa penguasa Negeri Sulu yang
Kalimantan sebagai makhluk yang tidak boleh diganggu. Gajah ibarat makhluk gaib
terletak di lepas pantai timur laut pulau Kalimantan itu melepasliarkan gajah hadiah
yang mempunyai ikatan batin dengan nenek moyang masyarakat di wilayah itu.
tersebut di hutan Kalimantan.
Masyarakat suku Agabag , suku asli yang mendiami sungai Tulid, menghormati gajah

 
 

dengan sebutan “nenek”. Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka dapat
mengerti bahasa gajah.
Dalam kepercayaan masyarakat adat Agabag, gajah telah berjasa kepada mereka.
Satwaliar inilah yang menuntun nenek moyang suku Agabag menemukan makanan
pokok pertama mereka yaitu ubi (iloy). Selain itu gajah pulalah yang memberikan
petunjuk kepada nenek moyang mereka dalam membuat api dari bambu kering yang
digesek. Nilai-nilai tradisional tersebut melekat erat dalam kehidupan masyarakat
suku Agabag. Mereka percaya bahwa jika ada yang mengganggu gajah maka dia akan
mendapatkan “busung”. Busung adalah semacam kondisi buruk yang dialami karena
melanggar nilai-nilai tradisional.
Ada sebuah ungkapan yang sangat masyur tentang gajah yakni “gajah selalu ingat”.
Ungkapan ini ternyata muncul bukan tanpa dasar. Berdasarkan penelitian, gajah
memiliki daya ingat yang kuat. Selain itu, dalam pengetahuan tradisional masyarakat
Agabag, dipercaya gajah memiliki perasaan yang begitu peka dan halus. Dikisahkan
suatu ketika seekor gajah menerjang seorang warga yang ada dihadapannya karena ia
mungkin mengira akan di bunuh, hingga akhirnya warga tersebut meninggal. Setelah
warga tersebut dikuburkan, pada malam harinya tanpa di sangka-sangka si gajah
mendatangi kuburan dan duduk di dekat kuburan tersebut sampai beberapa malam.
Si gajah tersebut tampak menyesali perbuatannya sehinga menyebabkan orang Peta Sebaran Gajah Borneo
tersebut meninggal. Kisah tersebut menggambarkan betapa gajah sebenarnya tidak
suka menyerang apabila tidak dalam kondisi terancam. Kejadian tersebut juga
menunjukkan bahwa si gajah mempunyai ingatan yang kuat dengan peristiwa yang Ancaman Kepunahan
sudah dialaminya.
Gajah Kalimantan kini terancam punah. Hal ini diakibatkan maraknya aktivitas
Sebaran Gajah Kalimantan manusia yang menyebabkan penyusutan dan gangguan tehadap habitatnya.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri diduga semakin
Sebagaimana di sebutkan di atas bahwa populasi gajah liar di Kalimantan, Indonesia mempersempit habitat gajah sehingga satwaliar ini kesulitan untuk mencari makan.
hanya berkisar 20 – 80 ekor. Populasi gajah tersebut diketahui tersebar di daerah Kondisi ini kemudian juga membawa gajah berkonflik dengan manusia, misalnya
Sebuku, Kabupaten Nunukan dan mulai sering dijumpai penduduk sejak tahun 1960- dengan merambah ke wilayah perkebunan sawit masyarakat.
an. Kecamatan Sebuku saat ini sudah mengalami pemekaran menjadi kecamatan Tulin
Onsoi, wilayah administrasi dimana sering ditemukan gajah. Habitat utama gajah Kondisi ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi stakeholder terkait antara lain
Kalimantan ini meliputi: hutan dipterocarpa dataran rendah, hutan dipterocarpa Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, Pemerintah Kabupaten Nunukan, BKSDA,
perbukitan, hutan tepian-sungai, hutan pegunungan rendah dan hutan rawa (WWF termasuk Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan untuk dapat
Indonesia, 2006). menjaga kelestarian Gajah Kalimantan. Bagaimana agar hubungan turun temurun
antara masyarakat adat dan Gajah ini tidak rusak karena menurunnya luas habitat
Di Pulau Kalimantan, populasi gajah sebagian besar berada di negara Malaysia yakni Gajah yang berakibat Gajah mencari makan di kebun-kebun warga. Pusat
di daerah aliran Sungai Kinabatangan, wilayah Negara Bagian Sabah. Di Kalimantan, Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan berencana berkoordinasi dengan
Indonesia, sebaran gajah Kalimantan hampir seluruhnya terbatas pada daerah aliran BKSDA Kaltim dan stakeholder terkait lain untuk merumuskan program kegiatan
Sungai Sebuku. Hanya kadang-kadang, gajah soliter (bersifat menyendiri), dapat sehingga diharapkan di masa datang si “nenek” tidak hanya akan menjadi cerita
mencapai wilayah Kecamatan Sembakung (WWF Indonesia, 2006). Populasi gajah di dongeng atau legenda karena sudah punah.
Negara Bagian Sabah sekitar 1.000 ekor Sutedja (2006).

Anda mungkin juga menyukai