Anda di halaman 1dari 18

.

 SOFTSKILL GUNADARMA
 ARTIKEL
 DESAIN
 TENTANG SAYA

Tags: Artikel → Softskill → Softskill Gunadarma

Kekerasan Pada
Anak
By Angga Putra → 29 January 2013

ABSTRAK

Angga Putra Rochendra. 50412887


Dosen. Sulardi
Kekerasan Pada Anak

Anak sering menjadi korban dari tindakan sewenang-wenang yang dilakukan orang
dewasa, baik itu orang tua atau keluarga terdekatnya. Terdapat 4 tipe utama child abuse
yaitu kekerasan fisik, sexual, psikis dan penelantaran. Angka kejadian Child Abuse (CA)
sendiri memang belum terungkap semua. Biasanya kejahatan ini tersembunyi dimana
ketika ayah, ibu atau anggota keluarga di rumah melakukan kekerasan dan menganggap ini
hal biasa, atau takut akan melapor karena dianggap membuka aib.
Terkuaknya kasus-kasus yang ada, rata-rata setelah luka pada tubuh anak ketika
dibawa berobat atau anak tersebut meninggal. Ini mengikuti fenomena gunung es. CA
dapat terjadi karena berbagai faktor atau mungkin saja beragam kejadian tersebut
terakumulasi dan dengan adanya faktor pencetus sedikit saja, mereka lantas melakukan
kekerasan. Pencetus yang sering terjadi adalah tangisan yang tanpa henti.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun.Hak hak ini berisi
tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda bedakan suku,golongan,
keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah
sama-sama makhluk ciptaan Tuhan .Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini
ternyata masih banyak pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran
kecil yang berkaitan dengan norma hingga pelanggaran HAM besar yang bersifat kriminal
dan menyangkut soal keselamatan jiwa. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya
keseriusan dari pemerintah menangani pelanggaran pelanggaran yang terjadi dan meng
hukum individu atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu masyarakat
juga perlu mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari lingkungan sosial
tempat mereka tinggal hingga nantinya akan terbetuk penegakan HAM tingkat
nasional.Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah kekerasan terhadap
anak.
BAB II
PERMASALAHAN

1.Apakah kekerasan terhadap anak itu ?


2. Sebutkan macam-macam kekerasan terhadap anak ?
3.Apa saja faktor penyebab kekerasan terhadap anak ?
4,Dan sebutkan dampak dari kekerasan tersebut ?

BAB III
PEMBAHASAN

A.Pengertian Kekerasan Terhadap Anak


Pada awalnya terminologi tindak kekerasan atau child abuse berasal dari dunia
kedokteran. Sekitar tahun 1946, seorang radiologist Caffey (dalam Ibnu Anshori, 2007)
melaporkan kasus berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk
(multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan tanpa diketahui
sebabnya (unrecognized trauma). Dalam dunia kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah
Caffey Syndrome (Ranuh dalam Anshori, 2007).
Kasus yang ditemukan Caffey diatas semakin menarik perhatian publik ketika Henry
Kempe tahun 1962 menulis masalah ini di Journal of the American Medical Assosiation,
dan melaporkan bahwa dari 71 Rumah Sakit yang ia teliti, ternyata terjadi 302 kasus tindak
kekerasan terhadap anak-anak, dimana 33 anak dilaporkan meninggal akibat
penganiayaan yang dialaminya, dan 85 mengalami kerusakan otak yang permanen. Henry
(dalam Anshori, 2007) menyebut kasus penelentaran dan penganiayaan yang dialami anak-
anak dengan istilah Battered Child Syndrome, yaitu setiap keadaan yang disebabkan
kurangnya perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua atau pengasuh lain.
Selain Battered Child Syndrome, istilah lain untuk menggambarkan kasus
penganiayaan yang dialami anak-anak adalah Maltreatment Syndrome, yang meliputi
gangguan fisik seperti diatas, juga gangguan emosi anak dan adanya akibat asuhan yang
tidak memadai, ekploitasi seksual dan ekonomi, pemberian makanan yang tidak layak bagi
anak atau makanan kurang gizi, pengabaian pendidikan dan kesehatan dan kekerasan
yang berkaitan dengan medis (Gelles dalam Anshori, 2007).
Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak yang
lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya
yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan,
kesengsaraan, cacat atau kematian. Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk
penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak. Jika
kekerasan terhadap anak didalam rumah tangga dilakukan oleh orang tua, maka hal
tersebut dapat disebut kekerasan dalam rumah tangga.
Tindak kekerasan rumah tangga yang termasuk di dalam tindakan kekerasan rumah
tangga adalah memberikan penderitaan baik secara fisik maupun mental di luar batas-
batas tertentu terhadap orang lain yang berada di dalam satu rumah; seperti terhadap
pasangan hidup, anak, atau orang tua dan tindak kekerasan tersebut dilakukan di dalam
rumah.
Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka
beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa
orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan
kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan
tumbuh kembang anaknya.
Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Sudah barang tentu dalam proses belajar ini, anak
cenderung melakukan kesalahan. Bertolak dari kesalahan yang dilakukan, anak akan lebih
mengetahui tindakan-tindakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, patut atau tidak
patut. Namun orang tua menyikapi proses belajar anak yang salah ini dengan kekerasan.
Bagi orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. bagi orangtua
tindakan yang dilakukan anak itu melanggar sehingga perlu dikontrol dan dihukum.
Wikipedia Indonesia (2006) memberikan pengertian bahwa kekerasan merujuk pada
tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang
menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang
lain. Istilah kekerasan juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku
yang merusak. Kekerasan terjadi ketika seseorang menggunakan kekuatan, kekuasaan,
dan posisi nya untuk menyakiti orang lain dengan sengaja, bukan karena kebetulan (Andez,
2006). Kekerasan juga meliputi ancaman, dan tindakan yang bisa mengakibatkan luka dan
kerugian.
Luka yang diakibatkan bisa berupa luka fisik, perasaan, pikiran, yang merugikan
kesehatan dan mental.kekerasan anak Menurut Andez (2006) kekerasan pada anak adalah
segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk
hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi
seksual, serta trafficking/ jual-beli anak. Sedangkan Child Abuse adalah semua bentuk
kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab
atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut, yang seharusnya
dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru.
Nadia (2004) mengartikan kekerasan terhadap anak sebagai bentuk penganiayaan
baik fisik maupun psikis. Penganiayaan fisik adalah tindakan-tindakan kasar yang
mencelakakan anak, dan segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya.
Sedangkan penganiayaan psikis adalah semua tindakan merendahkan atau meremehkan
anak. Alva menambahkan bahwa penganiayaan pada anak-anak banyak dilakukan oleh
orangtua atau pengasuh yang seharusnya menjadi seorang pembimbing bagi anaknya
untuk tumbuh dan berkembang.
Hoesin (2006) melihat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk pelanggaran
terhadap hak-hak anak. dan dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan sehingga
mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas penegak hukum. Sedangkan Patilima
(2003) menganggap kekerasan merupakan perlakuan yang salah orang tua. Patilima
mendefinisikan perlakuan salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang
akibat-akibatnya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik,
psikologi sosial, maupun mental.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap anak
adalah segala bentuk perlakuan baik secara fisik maupun psikis yang berakibat penderitaan
terhadap anak.Beberapa kriteria yang termasuk perilaku menyiksa dan kekerasan adalah :
 Menghukum anak secara berlebihan
 Memukul
 Menyulut dengan ujung rokok, membakar, menampar, membanting
 Terus menerus mengkritik, mengancam, atau menunjukkan sikap penolakan terhadap anak
 Pelecehan seksual
 Menyerang anak secara agresif
 Mengabaikan anak; tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, kasih sayang dan
memberikan rasa aman yang memadai
B.Macam-macam kekerasan terhadap anak
Penyiksaan terhadap anak dapat digolongkan menjadi: penyiksaan fisik (physical
abuse), penyiksaan emosi (psychological/emotional abuse), pelecehan seksual (sexual
abuse), dan pengabaian (child neglect).
1 . Penyiksaan Fisik (Physical Abuse).
Segala bentuk penyiksaan secara fisik, dapat berupa cubitan, pukulan, tendangan,
menyundut dengan rokok, membakar, dan tindakan-tindakan lain yang dapat
membahayakan anak. Banyak orangtua yang menyiksa anaknya mengaku bahwa perilaku
yang mereka lakukan adalah semata-mata suatu bentuk pendisiplinan anak, suatu cara
untuk membuat anak mereka belajar bagaimana berperilaku baik.
2. Penyiksaan Emosi (Psychological/Emotional Abuse).
Penyiksaan emosi adalah semua tindakan merendahkan atau meremehkan anak,
selanjutnya konsep diri anak terganggu, anak merasa tidak berharga untuk dicintai dan
dikasihi. Jenis-jenis penyiksaan emosi adalah:
a.Penolakan.
b.Tidakdiperhatikan.
c.Ancaman.
d.Isolasi.
3.PelecehanSeksual(SexualAbuse).
Pelecehan seksual pada anak adalah kondisi dimana anak terlibat dalam aktivitas seksual,
anak sama sekali tidak menyadari, dan tidak mampu mengkomunikasikannya, atau bahkan
tidak tahu arti tindakan yang diterimanya. Jenis-jenis penyiksaan seksual adalah:
a. Pelecehan seksual tanpa sentuhan: anak melihat pornografi, atau exhibisionisme, dsb.
b. Pelecehan seksual dengan sentuhan. Semua tindakan pelecehan orang dewasa
terhadap organ seksual anak. Seperti adanya penetrasi ke dalam vagina atau anak dengan
benda apapun yang tidak mempunyai tujuan medis.
c. Eksploitasi seksual. Meliputi semua tindakan yang menyebabkan anak masuk dalam
tujuan prostitusi, atau menggunakan anak sebagai model foto atau film porno.
4. Pengabaian (Child Neglect).
Pengabaian terhadap anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala ketiadaan
perhatian yang memadai, baik fisik, emosi maupun sosial.
Jenis-jenis pengabaian anak:
a. Pengabaian fisik, misalnya keterlambatan mencari bantuan medis, pengawasan yang
kurang memadai, serta tidak tersedianya kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.
b. Pengabaian pendidikan misalnya orang tua seringkali tidak memberikan fasilitas
pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuan anak.
c. Pengabaian secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua tidak menyadari
kehadiran anak ketika sedang bertengkar. Pembedaan perlakuan dan kasih sayang orang
tua terhadap anak-anaknya.
d. Pengabaian fasilitas medis, misalnya orang tua tidak menyediakan layanan medis untuk
anak meskipun secara finansial memadai.
e. Mempekerjakan anak dibawah umur, hal ini melanggar hak anak untuk memperoleh
pendidikan, dapat membahayakan kesehatan, serta melanggar hak mereka sebagai
manusia.
Anak yang dicurigai telah mengalami penyiksaan fisik perlu di lakukan penyelidikan lebih
lanjut yang melibatkan : Pekerja Sosial, Dokter Anak dan Pihak yang berwajib ( Polisi ).

C.Faktor penyebab kekerasan terhadap anak


Ada banyak faktor yang sangat berpengaruh untuk mengarahkan seseorang kepada
penyiksaan anak terhadap anak. Faktor-faktor yang paling umum adalah sebagai berikut:
1. Lingkaran kekerasan, seseorang yang mengalami kekerasan semasa kecilnya
mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal yang pernah dilakukan terhadap dirinya
pada orang lain.
2. Stres dan kurangnya dukungan. Menjadi orangtua maupun pengasuh dapat menjadi
sebuah pekerjaan yang menyita waktu dan sulit. Orangtua yang mengasuh anak tanpa
dukungan dari keluarga, teman atau masyarakat dapat mengalami stress berat.
3. Pecandu alkohol atau narkoba. Para pecandu alkohol dan narkoba seringkali tidak dapat
mengontrol emosi dengan baik, sehingga kecenderungan melakukan penyiksaan lebih
besar.
4.. Menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah bentuk penyiksaan anak
secara emosional dan mengakibatkan penyiksaan anak secara fisik.
5. Kemiskinan dan akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa
krisis.
6. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan di lingkungan sekitar mereka.

D .Dampak kekerasan terhadap anak


Efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan dalam beberapa
kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang
menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai kepibadian sendiri; ada yang
sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar
biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga menemukan adanya kerusakan fisik,
seperti perkembangan tubuh kurang normal juga rusaknya sistem syaraf.
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan
menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA (dalam
Nataliani, 2004) mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang menjadi korban
kekerasan, memiliki keinginan untuk membunuh ibunya.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child
abuse) , antara lain:
1) Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan
menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-
anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya akan
menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Lawson (dalam Sitohang, 2004)
menggambarkan bahwa semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan
perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang
berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius
terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban
meninggal dunia.
2) Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi
orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping
mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola
makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki
dorongan bunuh diri. Menurut Nadia (1991), kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau
didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik.
Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam
beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan,
perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun
kecenderungan bunuh diri.
3) Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara korban
yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan
trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah
menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak
ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi
pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang
biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur,
kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya
masalah kulit, dll (dalam Nadia, 1991).
4) Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini
adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak, Hurlock (1990)
mengatakan jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya
perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan
mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
Dampak kekerasan terhadap anak lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam
mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik.
Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi
dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk
keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
Dan adapun cara untuk mengurangi kekerasan terhadap anak yaitu:
Untuk mencegah dan menghentikan kekerasan pada anak dibutuhkan beberapa
pendekatan diantaranya, pendekatan individu, yaitu dengan cara menambah pemahaman
agama, karena tentunya seorang yang mempunyai pemahaman agama yang kuat akan
lebih tegar menghadapi situasi-situasiyang menjadi factor terjadinya kekerasan.
Pendekatan sosial melingkupi pendekatan partisipasi masyarakat dalam melaporkan
dan waspada setiap tindakan kejahatan, terutama human trafficking. Pendekatan medis,
untuk memberikan pelayanan dan perawatan baik secara fisik atau kejiwaan, juga
memberikan penyuluhan terhadap orang tua tentang bagaimana mengasuh anak dengan
baik dan benar. Dan terakhir adalah pendekatan hukum, tentunya yang bertanggung jawab
masalah ini adalah pemerintah untuk selalu mencari dan menanggapi secara sigap
terhadap setiap laporan atau penemuan kasus kekerasan dan kejahatan dan
menghukumnya dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Berikutnya akan dibahas mengenai pendekatan sosial terutama peran aktif


masyarakat yaitu sbb:
1. Menangani Kasus Penyiksaan
Anak yang dicurigai telah mengalami penyiksaan fisik perlu diselidiki lebih lanjut, dimana
dalam prosesnya sebaiknya melibatkan pekerja sosial, dokter anak dan pihak yang
berwajib (polisi). Prosesnya antara lain:
a. Melapor pada Pusat Konsultasi Anak Usahakan untuk segera melaporkan kepada Pusat
Konsultasi Anak yang ada di berbagai daerah jika kita melihat tindakan kekerasan terhadap
anak.
b. Penyelidikan dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik yang meliputi:

* Anamnesis (suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan
medisnya) secara lengkap, termasuk pencatatan terhadap penjelasan mengenai luka,
waktu terjadinya dan detail-detail lain. Penyiksaan terhadap anak patut dicurigai bila
terdapat luka yang tidak dapat dijelaskan atau tidak ada alasan yang kuat untuk
menerangkan sebab luka. Jika terdapat ketidakcocokan antara luka yang terdapat dengan
anamnesis yang didapatkan atau dengan perkembangan anak, kecurigaan akan adanya
penyiksaan dapat dilaporkan. Penundaan mencari bantuan medis merupakan faktor lain
yang dapat memperkuat kecurigaan akan adanya penyiksaan. Hal ini berhubungan dengan
ketidakpedulian orang tua terhadap luka anaknya yang dianggap tidak serius.
Anamnesis tentang perkembangan anak, antara lain berkaitan dengan pertumbuhan, berat
badan, tinggi badan, lingkar badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, gizi, penampakan
dan pembawaan umum, tanda-tanda pengabaian, penyiksaan seksual dan gangguan
emosi. Perkembangan juga termasuk dalam penggunaan bahasa serta kemampuan anak
bersosialisasi.
*Pencatatan terhadap ekspresi orang tua mengenai kesulitan mereka menghadapi perilaku,
kesehatandanperkembangananaknya.
*Luka yang dapat di dokumentasikan yang meliputi kemungkinan penyebab luka, umur
luka, kemungkinan penyebab, sisi yang terkena, ukuran dan bentuk luka, serta segala
bentuk jaringan yang abnormal pada tubuh yang mencurigakan.

Beberapa hal yang dapat kita temukan dari pemeriksaan fisik adalah :
1)Luka yang menimbulkan bekas.
2)Kelainan pada rambut.
3)Kulit terbakar,sebagianbesar karena sundutan rokok.
c.Melapor pada pihak berwajib. Penegakkan hukum dilakukan dengan segera melaporkan
suatu tindak penyiksaan kepada lembaga yang berwenang. Anak yang mengalami
penyiksaan oleh orang tuanya dapat dititipkan di rumah saudara orang tua dengan
pengawasan yang ketat dari lembaga yang berwenang. Ada juga alternatif berupa orangtua
asuh. Sebuah tim yang profesional yang terdiri dari dokter anak, pekerja sosial, perawat
bidang anak, dan psikiater atau psikolog diharapkan mampu memberikan solusi yang
terbaik baik bagi anak yang menjadi korban serta orang tuanya. Seorang dokter anak
diharapkan dapat terus memantau anak yang menjadi korban penyiksaan. Hal ini
memerlukan kerjasama dengan pekerja sosial dan lembaga yang berwenang dalam
mengurus masalah penyiksaan anak

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan orang tua yang


mempunyai faktor resiko yang tinggi untuk melakukan penyiksaan terhadap anaknya.
Dengan mengidentifikasikan orang tua yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk
melakukan penyiksaan terhadap anak, kita dapat berusaha untuk membantu agar tidak
sampai melakukan penyiksaan terhadap anaknya. Pencegahan lain dapat dilakukan
dengan cara membina kedekatan anak dengan orangtua sejak lahir.
Selain itu, menempati suatu lingkungan yang kondusif dan menyenangkan juga dapat
mempengaruhi perkembangan serta sosialisasi yang terjadi dalam kehidupan anak. Karena
yang dapat melakukan penyiksaan terhadap anak bukan hanya orangtua atau
pengasuhnya saja, maka sebaiknya hal ini dilakukan sebagai suatu tindakan preventif.

BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Kekerasan terhadap anak adalah segala bentuk perlakuan baik secara fisik maupun
psikis yang berakibat penderitaan terhadap anak.
Macam-macam kekerasan terhadap anak:
1 . Penyiksaan Fisik (Physical Abuse).
2. Penyiksaan Emosi (Psychological/Emotional Abuse).
3.PelecehanSeksual(SexualAbuse).
4. Pengabaian (Child Neglect).
Adapun factor penyebab terjadinya kekerasan:
1. Lingkaran kekerasan
2. Stres dan kurangnya dukungan
3. Pecandu alkohol atau narkoba
4.. Menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga
5. Kemiskinan dan akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa
krisis.
6. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan di lingkungan sekitar mereka.
Dan dampak dari kekerasan tersebut ialah:
1) Kerusakan fisik atau luka fisik;
2) Anak akan menjadi individu yang kukrang percaya diri, pendendam dan agresif
3) Memiliki perilaku menyimpang, seperti, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan
obat dan alkohol, sampai dengan kecenderungan bunuh diri;
4) Jika anak mengalami kekerasan seksual maka akan menimbulkan trauma mendalam
pada anak, takut menikah, merasa rendah diri.
Saran
Dokter sebagai klinisi yang bertugas di lapangan harus mempunyai kemampuan
dalam mengenali segala kemungkinan bentuk penyiksaan dan penelantaran anak, terutama
sekali dari kunjungan pasien ke tempat prakteknya.
Manifestasi klinis yang didapatkan pada korban penyiksaan dan penelantaran anak
jelas berbeda dengan manifestasi klinis pada kasus kecelakaan biasa. Sehingga
diharapkan dokter dapat lebih jeli dalam mengenalinya.
Dokter mempunyai kewajiban untuk mendata bentuk penyiksaan itu dan kemudian
bekerjasama dengan pihak lain seperti pekerja sosial dan penegak hukum dalam
penindaklanjutan kasus penyiksaan dan penelantaran anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta :Penerbit Nuansa,Emmy


Soekresno S. Pd.(2007). Mengenali Dan Mencegah Terjadinya Tindak Kekerasan
Terhadap Anak.
Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia,http://www.kpai.go . Didwonload
September 2007.http://www.setneg.go.id
UU PA No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak
Share This:

 inShar e

Post Tags:
ARTIKEL SOFTSKILL SOFTSKILL GUNADARMA

← Previous PostsNext Posts →

Angga Putra Rochendra


I'm Angga Putra Rochendra. Seorang mahasiswa Teknik Informatika di Universitas
Gunadarma yang sekarang bercita-cita menjadi seorang Microsoft Dynamics AX Developer.
Ingin membuat website,logo dan sebagainya?bisa hubungi saya. Terimakasih :)
Website: http://revoluside.com/
 Social Links:
 Facebook
 Twitter
 Google+

Related Posts

Komputasi Modern

Konsep Komunikasi Data

Pengantar Bisnis Informatika

1 comment to '' Kekerasan Pada Anak "


ADD COMMENT

1.
demian last23/07/2017, 13:36
Kalah terus tidak pernah menang?
selalu Deposit tidak pernah WD?
kartu yang dibagikan selalu jelek?

ROYALQQ.POKER jalan menuju kemenangan...


Mani dan Buktikan sendiri..
REPLY
ADD COMMENTFOLLOW US

Facebbok
4,782Followers

Twitter
707Followers

Google+
1,781Followers

 RECENT POST
 RECENT SOFTSKILL

Artikel

File Service Terdistribusi


April 18, 2016

Artikel

Komputasi Modern
March 16, 2016

Artikel

Konsep Komunikasi Data


March 13, 2016

Artikel

Pengantar Bisnis Informatika


January 17, 2016

KATEGORI

 Artikel( 22 )
 Design( 2 )
 NASA DEWA 19( 1 )
 Photoshop( 2 )
 Portofolio( 2 )
 Revoluside( 1 )
 Softskill( 21 )
 Softskill Gunadarma( 23 )

 Facebook
 Twitter
 Google+
 Youtube
Copyright © 2013-2017 Angga Putra R | All Rights Reserved | Powered by Blogger | Angga Putra

Anda mungkin juga menyukai