Anda di halaman 1dari 20

Makalah Teknologi Batubara

Gasifikasi

Disusun Oleh

Idlham Kholid 121150096


Mochammad Baskoro Sujatmiko 121140126

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah
kepada kami, sehingga Makalah Gasifikasi Batubara dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Batubara yang harus
diselesaikan dan berkaitan dengan kegiatan perkuliahan yang sedang dilaksanakan, serta
disusun berdasarkan teori dan referensi yang telah didapat..
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Danang Jaya, M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan penjelasan dan
pengarahan selama pembuatan makalah.
2. Rekan-rekan anggota kelompok yang telah bekerja sama.
3. Semua pihak yang turut membantu secara langsung maupun tidak dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca.

Yogyakarta, 20 April 2017

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ketersediaan sumber energi dan adanya teknologi yang dapat mengubah sumber energi
menjadi bentuk yang bermanfaat bagi masyarakat, merupakan salah satu faktor pemacu
pertumbuhan perekonomian dunia. Hal ini telah tercatat dalam sejarah revolusi industri yang
dimulai dari penemuan mesin uap. Mesin uap merupakan salah satu bentuk teknologi konversi
energi. Setelah itu penemuan dan pemanfaatan teknologi baru yang dapat meningkatkan
produktivitas terus meningkat jumlahnya. Tetapi pertumbuhan perekonomian ini juga
membawa dampak yang negatif bagi sumber lingkungan hidup seperti air, udara, dan tanah.
Dampak negatif tersebut dapat berupa pencemaran sebagai akibat dari emisi polutan dan produk
sampingan yang berupa limbah dari aktivitas penggunaan teknologi tersebut. Semakin
meningkatnya jumlah penduduk dunia akan mengakibatkan semakin meningkatkan jumlah
emisi dan limbah. Oleh karena itu masyarakat internasional menaruh perhatian terhadap jumlah
emisi dan limbah yang dapat ditoleransi oleh sumber lingkungan hidup. Apabila toleransi
tersebut tidak dilampaui, maka sumber lingkungan hidup masih akan mampu untuk
memperbarui diri.
Hubungan yang erat antara penggunaan teknologi dan kerusakan lingkungan telah
menyadarkan masyarakat untuk melakukan modifikasi dan inovasi dari teknologi yang ada saat
ini. Dalam hubungannya dengan penggunaan energi, terus dilakukan inovasi pada teknologi
yang memproduksi, mengkonversi, menyalurkan, dan menggunakan energi sehingga diperoleh
teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Teknologi inovasi tersebut di antaranya
adalah : reaktor fusi nuklir, gasifikasi batubara, superkonduktivitas, dan lampu hemat energi.
Teknologi ini sebagian masih dalam tahap riset dan sebagian sudah sampai pada tahap
komersial.
Gasifikasi adalah proses konversi biomass secara thermokimia untuk menghasilkan
combustible gas yang mampu mengganti bahan bakar minyak. Sampah dapat diolah melalui
dalam beberapa metode. Ada pengolahan sampah menjadi humus, penerapan sampah secara
reduce, reuse dan recycle. Selain itu juga terdapat pengolahan sampah dengan tahapan
gasifikasi. Pengolahan sampah dengan proses gasifikasi menjadi bahan bakar. Dengan
pengolahan ini sampah yang telah berada di TPA dikumpulkan ke dalam suatu alat pembakaran
yang telah termodifikasi fungsinya untuk juga mentransfer gas pembakaran menjadi bahan
bakar. Metode ini merupakan metode yang menekankan pada mekanisme pada perubahan gas
atau konversi gas. Proses konversi ini dilakukan dalam suhu tinggi agar plasma dapat
3
menguraikan sampah-sampah organik, cairan, dan kertas untuk berubah menjadi gas panas
bertekanan dan menguraikan molekul senyawa organik menjadi senyawa dasar seperti gas
CO2, dan H2.
Gasifikasi Biomassa/Batubara merupakan alat yang dapat digunakan untuk
menghasilkan gas sintetis (syn-gas) dari bahan bakar padat yang antara lain berasal dari
biomassa (sampah padat perkotaan, limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan) dan batubara.
Dengan pemanasan dalam gasifier, bahan baku biomassa/batubara akan terurai menjadi gas
hidrogen, methana, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen, polutan dan abu.
Komponen syn-gas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi adalah
hidrogen, methan dan karbon monoksida. Polutan dan abu sisa gasifikasi diserap oleh gas
cleaning & cooling subsystem yang terdiri dari cyclone untuk memfilter partikel padat yang
terbawa gas dan wet scrubber untuk memfilter polutan dan partikel padat yang masih terbawa
gas.
Gas cooling subsystem digunakan untuk mendinginkan gas sintetis untuk meningkatkan
density gas. Gas sintetis yang dihasilkan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
pembakaran/pemanasan (heating/drying) maupun dapat juga digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit berbahan bakar gas atau bisa juga pembangkit berbahan bakar diesel yang
dimodifikasi. Penggunaan gas cleaning & cooling subsystem akan membuat gas terbakar
sempurna sedemikian rupa sehingga yang tersisa hanya gas karbon dioksida.
Sistem ini sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan pemanasan dan pembangkit listrik
bagi industri kecil dan menengah serta untuk aplikasi di daerah terpencil (remote area) yang
belum terjangkau listrik. Bahan bakarnya sangat fleksibel, mulai dari biomassa (sekam padi,
serbuk gergajian kayu, tongkol jagung, cangkang sawit dan limbah lainnya yang mudah didapat
dilokasi instalasi sistem) hingga batubara kualitas rendah yang sampai sekarang ini harganya
jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar minyak atau gas. Industri kecil
menengahpun, dengan harga BBM yang semakin mahal, pasti berkeinginan kuat untuk
menggantikan pemanas/pembangkit mereka dari berbahan bakar minyak menjadi berbasis
bahan bakar batubara.
Pada gasifikasi ini sampah akan bermanfaat sebagai penghasil gas untuk bahan bakar
sehingga dapat bernilai jual kembali dan menghasilkan keuntungan balik bagi masyarakat. Gas
yang dihasilkan dari transfer gas hasil pembakaran sampah dapat menjadi bahan bakar
alternative.
I.1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori gasifikasi?

4
I.1.3 Tujuan
1. Mempelajari teori-teori proses gasifikasi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sejarah Gasifikasi
Proses gasifikasi menghasilkan mudah terbakar dari pakan organik digunakan dalam blast
furnace lebih dari 180 tahun yang lalu. Kemungkinan menggunakan gas ini untuk pembangkit
listrik pemanas dan segera menyadari dan ada muncul dalam gas Eropa produsen sistem, yang
menggunakan arang dan gambut sebagai bahan pakan. Pada pergantian abad minyak bumi
memperoleh penggunaan yang lebih luas sebagai bahan bakar, tetapi selama kedua perang
dunia dan khususnya Perang Dunia II, kekurangan minyak bumi menyebabkan luas re-
introduksi dari gasifikasi. Pada tahun 1945 gas itu digunakan untuk truk listrik, bus dan mesin
pertanian dan industri. Diperkirakan ada dekat dengan 9.000.000 Kendaraan berjalan pada gas
produser di seluruh dunia.
Setelah Perang Dunia II kurangnya dorongan strategis dan ketersediaan bahan bakar fosil
murah menyebabkan penurunan umum dalam industri produser gas. Namun Swedia terus
bekerja pada teknologi produsen gas dan pekerjaan dipercepat setelah krisis 1956 Terusan Suez.
Sebuah keputusan kemudian dibuat untuk memasukkan gasifikasi di Swedia rencana darurat
strategis. Penelitian ke dalam desain yang sesuai gasifikasi kayu, pada dasarnya untuk
digunakan transportasi, dilakukan di Institut Nasional Swedia untuk Pengujian Mesin Pertanian
dan masih dalam proses.
Kepentingan kontemporer di gasifier skala kecil R & D, untuk sebagian besar dari tahun
1973 mengalami krisis minyak. Penelitian AS di daerah ini ditinjau oleh Goss. Manufaktur juga
melepas dengan meningkatnya minat yang ditunjukkan dalam teknologi gasifikasi. Saat ini ada
sekitar 64 produsen peralatan gasifikasi di seluruh dunia.

6
II.1.2 Data Referensi Gasifier

II.2.3 Pengertian Gasifikasi Batubara


Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas
batu bara yang mudah terbakar (combustible gases). Setelah proses pemurnian gas-gas
ini, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4),
dan nitrogen (N2) dapat digunakan sebagai bahan bakar. Gasifikasi hanya menggunakan udara
dan uap air sebagai reacting-gas untuk menghasilkan water gas atau coal gas, sehingga
mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Gasifikasi batubara merupakan konversi batubara menjadi produk gas dalam sebuah
reaktor, dengan atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara/uap air atau
campuran oksigen/uap air). Pada dasarnya proses gasifikasi adalah mereaksikan batubara (yang
telah dipanaskan) dengan uap untuk mendapatkan gas bakar sintetis (CO, H2, CH4).

7
II.3 Proses Gasifikasi
II.3.1 Proses Gasifikasi Parsial
Gasifikasi batubara secara parsial merupakan proses karbonisasi atau pirolisis batubara
dengan pemanasan pada suhu 950-1350oC dan tekanan 1 atm menggunakan udara/oksigen
terbatas untuk menghasilkan kokas, tar, dan gas. Proses ini biasanya digunakan oleh industri
gas kota, di mana produk gas sintetis mengandung CH4 dan H2 dengan nilai kalori 500 Btu/scf
dimurnikan dan didistribusikan sebagai gas kota, sementara hasil samping kokas dan tar dijual.
Proses karbonisasi batubara pada suhu rendah (500-600oC) atau suhu sedang (700-800oC)
menghasilkan gas sintetis dengan nilai kalori lebih tinggi daripada 500 Btu/scf, namun kualitas
hasil samping kokas rendah. Pada industri gas kota yang menghasilkan kokas sebagai produk
utama, tentunya batubara yang digunakan mempunyai sifat mengkokas tinggi, yaitu batubara
bituminous medium–volatile dengan kadar 40~60% vitrinite dan 25~45% inertinite (vitrinite
reflectance1,2-1,4).

II.3.2 Proses Gasifikasi Total


Gasifikasi batubara total merupakan salah satu proses konversi C–H yang terkandung
dalam batubara dengan mereaksikan media gasifikasi pada suhu 700-1900oC menjadi gas
sintetis yang umumnya mengandung CO, CO2, H2, CH4, N2 dan uap air. Media gasifikasi yang
sering digunakan adalah udara, steam, O2, CO2, H2 dan campuran diantaranya. Pemakaian
media gasifikasi dari campuran udara dan steam akan menghasilkan gassintetis (CO, H2) kalori
rendah (1300-1500kcal/Nm3), sedangkan campuran O2 dan steam dihasilkan gas sintetis (CH4,
CO, H2) medium kalori (2500-4500 kcal/Nm3). Sementara produk gas kalori tinggi (>4500
kcal/Nm3) didominasi senyawa 93%CH4 yang dipakai sebagai pengganti gas alam (synthetic
natural gas, SNG).

8
II.3.3 Reaksi Gasifikasi

1. Steam gasification (gasifikasi uap air)


a. C + H2O → H2+ CO, +118,6 kJ/mol (water–gas reaction, endothermis, suhu >1100oC).
b. CO + H2O → H2 + CO2, –42,4 kJ/mol (shift reaction, eksotermis–cepat, mengurangi
COdan meningkatkan H2 sehingga rasio CO/H2 =1:3).
c. C + CO2→ 2 CO (producer–gas reaction, endotermis–lambat, suhu >900oC);
d. CO + 3 H2→ CH4 + H2O – 206,7 kJ/mol (reaksi methanasi menggunakan katalisator Ni
untuk meningkatkan kadar CH4, eksotermis).
2. Hydrogasification (gasifikasi H2),tekanan 1000 psia, suhu 650-1090oC:
e. C + 2 H2→ CH4 – 83,8 kJ/mol (reaksimethanasi, 8~26% CH4, eksotermis).
3. Combustion (pembakaran), karbondiperoleh dari pirolisis batubara:
f. C + ½ O2→ CO – 123,2 kJ/mol (reaksieksotermis suhu tinggi);
g. C + O2→ CO2 (reaksi eksotermis suhurendah).

II.3.4 Macam-macam Gasifier Batubara yang Banyak Digunakan


1. Fixed Bed(Unggun tetap)

Gambar 1. Reaktor Fixed Bed


Serbuk batubara berukuran 3-30 mm diumpankan dari atas gasifier yang
beroperasi pada tekanan 10-100 bar dan suhu 800-1000oC menyerupai tanur tiup (blast
furnace), sehingga batubara akan mengalir ke bawah secara perlahan melalui zona–zona
pengeringan, penguapan zat terbang (devolatilisasi, karbonisasi), gasifikasi dan
pembakaran dengan waktu tinggal selama 30-60 menit. Sementara O2 dan steam
ditiupkan dari bawah sehingga akan bereaksi menjadi gas sintetis (CO, H2) melalui

9
reaksi oksidasi parsial (partialoxidation), gasifikasi uap (steam gasification) dan
pergeseran air ke gas (water–gas shift). Reaktor tipe ini dalam prakteknya mempunyai
beberapa modifikasi diantaranya adalah proses Lurgi, British Gas dan KILnGas.

Coal (3-30 mm) Gas

Reaktor Fixed Bed


T = 800-1000oC
P = 10 -100 bar

Steam + O2
Ash
Gambar 2. Diagram Alir Fixed Bed

2. Fluidized bed(Unggun Mengambang)

Gambar 3. Reaktor Fluidized bed


Suspensi serbukbatubara (1-5 mm) diumpankan dari samping (side feeding)
gasifier yang beroperasi pada tekanan 10-30 bar dan suhu 800-1100°C, kemudian
bergerak secara turbulen diikuiti oleh kecepatan alir media gasifikasi (uap air, udara,
O2) cukup tinggi yang diumpankan dari bawah dengan gaya dorong dari steam dan
O2setimbang gaya gravitasi, sehingga gejolak suhu pada seluruh bagian gasifier
seragam dan pada saat terjadi proses gasifikasi serbuk batubara dalam keadaan
mengambang.Karakteristik batubara harus memiliki temperatur melunak abu (softening
temperature) di atas suhu operasional gasifier, agar produk abu selama proses dalam
bentuk abu kering yang tidak meleleh, sehingga mudah dipisahkan dan tidak
10
mengganggu kondisi media pengambang. Kondisi penggunaan oksidan berfungsi
ganda, yaitu sebagai reaktan sekaligus media pengambang batubara, tentunya salah satu
fungsi tidak akan dapat berfungsi maksimal karena harus melengkapi fungsi lainnya
atau bersifat komplementer, sehingga tingkat konversi karbonkurang maksimal hanya
sekitar 97% tidak setinggipada moving–bed gasifier maupun entrained–flowgasifier
yang dapat mencapai 99%.
Komposisi gas sintetis sebelum pemurnian adalahH2 (35-46%), CO (30-40%),
CO2(13-25%) dan CH4(1-2%).Fluidized–bed gasifier banyak digunakan untuk
memproses batubara peringkat rendah seperti lignit atau peat yang memiliki sifat lebih
reaktif dibanding jenis batubara lain, namun lebih peka terhadap kadar air sehingga
umumnya dibatasi hingga 8%. Tingkat daur–ulang partikel serbuk batubara tinggi,
sehingga konversi karbon mencapai 95-98%.
Pengembangan lebih lanjut dari fluidized–bed gasifier sangat diharapkan untuk
dapat mengakomodasi secara lebih luas penggunaan batubara peringkat rendah,
biomasa dan limbah padat perkotaan (Municipal Solid Waste, MSW).Winkler
gasifier merupakan pionirfluidized–bed gasifier, yaitu HTW (High Temperature
Winkler), KBR (Kellog Brown Root)Transport Gasifier, KRW (Kellog Rust
Westinghouse) dan U–gas.

Gas

Coal (1-5 mm) Reaktor Fluidized bed


T = 800-1100oC
P = 10-30 bar

Steam + O2
Ash
Gambar 4. Diagram Alir Proses Fluidized Bed

11
3. Entrained flow (Unggun Semburan)

Gambar 5.Reaktor Entrained flow


Gambar 5 menunjukkan dimana serbuk batubara berukuran 0,1 mm atau 100μ
disemburkan kedalam gasifier yang beroperasi pada suhu 1200-19000C dan tekanan 20-
30 atm (25-40 bar) searah aliran oksidan (O2, udara, atau steam) dengan waktu tinggal
kurang dari 1 detik. Kondisi suhu operasi entrained–flow gasifier sedemikian tinggi,
dimaksudkan untuk memproduksi gas sintetis kualitas tinggi dengan kadar CH4 relatif
sedikit, dan agar tidak ada batasan jenis batubara yang akan digunakan karena abu akan
meleleh membentuk gelas (glassy slag) yang bersifat inert, namun sebaiknya dihindari
batubara dengan kadar abu tinggi karena dapat mengganggu kesetimbangan panas
akibat proses pelelehan abu yang berlebihan. Batubara dengan suhu leleh abu tinggi
biasanya dicampur dengan kapur (limestone) untuk menurunkan suhu leleh agar dapat
menekan suhu operasional gasifier. Batubara sub–bituminus sampai antrasit lebih
disukai, sementara lignit (brown coal) pada prinsipnya dapat digasifikasi, hanya kurang
ekonomis karena memiliki kadar air tinggi yang menyebabkan konsumsi energi besar.

Coal (0,1 mm) Steam + O2

Reaktor Entrained flow


T = 1200-19000C
P = 25-40 bar Gas

Slag
Gambar 6. Diagram Alir Proses Fluidized Bed

12
4. Moving Bed (Unggun Bergerak)

Gambar 7.Reaktor Moving Bed


Gambar 7 menunjukkan di mana batubara berukuran agak besar (lump–coal)
diumpankandari bagian atas gasifier yang beroperasi pada suhu relatif rendah sekitar
6000C, sedangkan O2 dan steam dihembuskan dari bagian bawah, sehingga batubara
turun secara perlahan denganwaktu tinggal (residence time) cukup lama sekitar 1 jam.
Abu dikeluarkan dari bawah gasifier.

Coal

Reaktor Moving Bed Gas


T = 1200-19000C
P = 25-40 bar

Steam + O2
Ash
Gambar 8. Diagram Alir Proses Moving Bed

5. Molten Iron bath (Kubah Besi Cair)


Proses gasifikasi batubara di dalam suatu kubah besi cair merupakan suatu
pengembangan dasar teknologi pembuatan baja menggunakan dapur oksigen (Basic
Oxygen Furnace, BOF) yang dikembangkan secara terpisah oleh SumitomoMetal
Industries (SMI) Ltd., Osaka–Jepang dan KHD Humboldt Wedag AG, Cologne –
Jerman Barat, di mana SMI menggunakan sistem tiupan dari atas (top–blowing)
sedangkan KHD menerapkan sistem tiupan dari bawah (bottom–blowing).

13
Gambar 9.Reaktor Molten Iron bath
Prinsip sistem tiupan dari bawah (bottom–blowing) adalah batubara, O2, gas
pendingin dan flux ditiupkan secara kontinyu melalui tuyere pada dasar kubah besi cair.
Sementara system peniupan dari atas, serbuk batubara 0,074 mm ditiupkan
menggunakan O2 pada permukaan kubah besi cair 1400-1600oC dengan kecepatan
tinggi melalui main–lance (pipa peniup rancangan khusus tekanan 1-3 bar) bersama gas
CO2 sebagai gas pembawa, sehingga secara seketika diuraikan menjadi karbon yang
terlarut dalam besi cair dan hidrogen terlepas sebagai gas H2.
C (batubara) → C (besi cair)
H (batubara) → H2 (gas)
Proses gasifikasi berlanjut secara cepat dengan pembentukan gas CO melalui
reaksi antara O2 dan steam dengan karbon yang terlarut dalam besi cair.
C (besi cair) + ½ O2→ CO
Penginjeksian gas CO2 dan atau steam digunakan untuk pengendalian suhu
sehinggamemerlukan waktu yang sama.
C (besi cair) + CO2→ 2 CO
C (besi cair) + H2O → CO + H2
Sistem tiupan dari atas maupun bawah yang menggunakan udara (air–blown)
akan menghasilkan gas kalori rendah (<200 Btu/scf), oxygen–blown (tiupan O2)
menghasilkan gas kalori menengah (400 Btu/scf), sementara hydrogen–blown (tiupan
H2) menghasilkan gas kalori tinggi (1000 Btu/scf). Gas sintetis meninggalkan gasifier
mempunyai suhu sekitar 1400-1500oC yang terlebih dahulu dilewatkan pendingin
dengan sistem perolehan panas (heatrecovery), selanjutnya dialirkan melalui venturi–

14
scrubber 2–tingkat untuk memisahkan dari debu.Keseluruhan terak yang terakumulasi
di atas kubah besi cair dipisahkan untuk mengalami pengolahan lanjut.

Gas

Reaktor Molten Iron bath


Slug +
T = 1400-15000C
Sulphu
P = 1-3 bar

Lime + O2 Coal

Gambar 10. Diagram Alir Proses Molten Iron bath

II.3.5 Tahap Proses Gasifikasi


Selama proses gasifikasi terdapat beberapa tahapan proses yaitu:
1. Tahapan pemanasan dimana temperatur padatan naik sampai sebelum terjadi proses
pengeringan.
2. Tahap pengeringan dimana terjadi pelepasan uap air dari padatan.
3. Tahap pemanasan lanjut dimana temperatur padatan naik kembali sampai sebelum
terjadi proses devolatilisasi.
4. Tahap devolatilisasi dimana volatil dalam padatan keluar sampai tersisisa arang.
Tergantung dari bahan bakar yang digunakan volatil dapat terdiri dari gas-gas H2O,
H2N2, O2, CO, CO2, CH4, H2S, NH3, C2H6 dan hidrokarbon tidak jenuh.
5. Tahap gasifikasi
6. Tahap pembakaran arang (terjadi jika masih terdapat udara yang tersisa)

15
II.3.6 Alasan Pengembangan Teknologi Gasifikasi Batubara
1. Teknologi ini adalah cara untuk memperoleh Gas Bakar Sintetis melalui proses
Gasifikasi batubara termasuk yang berkalori rendah, diketahui bahwa Indonesia sangat
banyak memiliki cadangan (sekitar 85 milyar ton) batubara muda atau lignite
merupakan sumber bahan baku yang dapat digunakan dalam teknologi ini (disarankan
untuk menggunakan batubara berkalori 4500 kcal keatas)
2. Dengan melimpahnya cadangan batubara tentunya menjadikan harga lebih murah
sementara jaringan distribusinya pun terus meluas.
3. Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai salah satu komponen biaya produksi yang
dominan terus membebani kalangan Industri dengan harganya yang naik tajam sejak
tahun 2005, apalagi harga BBM didalam negeri sangat tergantung dengan pasar dunia,
sementara cadangannya pun semakin menurun.

II.3.7 Nilai Ekonomis Teknologi Gasifikasi Batubara


1. Dapat menghemat biaya pemakaian bahan bakar (dibanding solar) sekitar 70-80%
2. Pengembalian investasi sangat singkat (pemakaian 16 jam/hari) sekitar 3-4 bulan.
3. Mudah dalam pengoperasian dan tidak menimbulkan resiko / bahaya
4. Tidak berbau dan ramah lingkungan
5. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan sebagai
pembangkit listrik.
6. Mampu memproses beragam input bahan bakar termasuk batubara, minyak berat,
biomassa, berbagai macam sampah kota dan lain sebagainya.
7. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai lebih
tinggi.
8. Mampu mengurangi jumlah sampah padat.
9. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioxin yang berbahaya.

II.3.8 Perbandingan Teknologi Gasifikasi dan Pembakaran


Perbedaan Gasifikasi Pembakaran
Tujuan Meningkatkan nilai tambah dan Membangkitkan panas atau
kegunaan dari sampah atau material mendestruksi sampah
dengan nilai rendah
Jenis Proses Konversi kimia dan termal Pembakaran sempurna
menggunakan sedikit oksigen atau menggunakan udara berlebih
tanpa oksigen (oksigen)
Komposisi gas kotor H2, CO, H2S, NH3 dan partikulat CO2, H2O, SO2, NOx dan
sebelum dibersihkan particular
16
Komposisi gas berssih H2 dan CO CO2 dan H2O
Produk padatan Arang atau Kerak (slag) Abu
Temperatur (oC) 700-1500 800-1000
Tekanan Lebih dari 1 atm 1 atm

II.3.9 Aplikasi Gas Batubara Sebagai Sumber Panas / Bahan Bakar Dalam Unit Mesin
1. BOILER untuk menghasilkan air panas/uap pada industri perhotelan,pembangkit
listrik,tekstil,kimia dll.
2. OVEN untuk proses pengeringan dalam industri makanan, plastik, kendaraan, kimia dll.
3. FURNACE untuk proses pembakaran dalam industri keramik, heat tratment, incinerator
dll.
4. SMELTER untuk proses pembakaran dalam industri aspal, timah, pengecoran logam /
alumunium dll.
5. DRYER untuk proses pengeringan hasil pertanian/perkebunan, produk2 makanan,
kimia, tambang, dll.
6. KILN untuk proses pembakaran dalam industri semen, incinerator dll.
7. GENSET penggerak engine untuk memutar generator.
II.3.10 Perbandingan Jenis-jenis Gasifier

17
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Gasifikasi Biomassa/Batubara merupakan alat yang dapat digunakan untuk


menghasilkan gas sintetis (syn-gas) dari bahan bakar padat yang antara lain berasal dari
biomassa (sampah padat perkotaan, limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan) dan batubara.
Dengan pemanasan dalam gasifier, bahan baku biomassa/batubara akan terurai menjadi gas
hidrogen, methana, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen, polutan dan abu.
Pada gasifikasi ini sampah akan bermanfaat sebagai penghasil gas untuk bahan bakar
sehingga dapat bernilai jual kembali dan menghasilkan keuntungan balik bagi masyarakat. Gas
yang dihasilkan dari transfer gas hasil pembakaran sampah dapat menjadi bahan bakar
alternative.

18
DAFTAR PUSTAKA

Pembriana, Rina.2013.Makalah Gasifier


Diakses dari [https://www.scribd.com] pada 22 April 2017
Wahyudin.2012.Laporan Gasifikasi
Diakses dari [https://www.scribd.com] pada 22 April 2017

19
SESI PERTANYAAN

1. Manakah jenis gasifier yang paling bagus dan paling ramah lingkungan ?
2. Manakah dari jenis co current dan counter curret yang menghasilkan gas paling banyak?
3. Pada jenis molten iron bed terdapat penambahan flux, zat sbagai flux ini apa dan berfungsi
sebagai apa?

Jawaban :
1. Pada prinsipnya, semua jenis gasifier memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Namun, bila
ditinjau dari konversi karbonnya, jenis entrained flow dan moving bed memiliki konversi
karbon 99% hingga lebih. Namun, tipe entrained flow ini banyak mendominasi proyek-proyek
gasifikasi baik yang berbahan bakar batubara maupun minyak residu. Tipe ini digunakan untuk
semua jenis batubara kecuali biomassa dan menghasilkan produk gas sintesis yang berkualitas
tinggi, kapasitas besar, hingga kehalusan partikelnya yang sangat baik.

2. Counter current akan lebih banyak menghasilkan gas karena dengan adanya kontak berlawanan
dapat memeprluas kontak pemanasan antara batubara dengan udara panas. Selain itu, gas yang
dihasilkan akan lebih murni karena hasil abu turun ke bawah dan gas produk melalui atas.

3. Flux disini seperti senyawa kapur (CaO) yang dimana berfungsi sebagai mempertahankan suhu
dalam proses pemanasan supaya stabil. Selain itu, juga berfungsi sebagai pengikat belerang
yang nantinya akan menjadi senyawa CaSO4 ikut keluar dengan slug. Hal ini juga dapat
mereduksi impurity dari gas produk.

20

Anda mungkin juga menyukai