Anda di halaman 1dari 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EFEKTIVITAS GETAH BATANG SEMU PISANG AMBON (Musa acuminata)


DAN GETAH BATANG SEMU PISANG KEPOK (Musa balbisiana)
PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR MENCIT (Mus musculus)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:
Rike Pangestika
NIM : 121434061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur


Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT yang selalu mendengarkan setiap doa dan harapanku
My big boss, my hero, my lovely father
My angel, and my whole life, my lovely mother
My brother
Someone spesial whose always beside me
And my lovely friend of Biology Education 2012

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Aku Hanya Merasa Hidup

Jika dan Hanya Jika

Berkreasi & Berinovasi

Rike Pangestika

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi ini.
Naskah skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan naskah skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu,
memberikan dorongan dan masukan serta motivasi kepada penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis
dengan sepenuh hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Catarina Retno Herrani Setyati, M.Biotech. selaku dosen pembimbing yang


telah dengan sabar meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan,
mendukung dan mengajarkan penulis banyak hal dalam setiap konsultasi
bersamanya.
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang telah menyetujui dan mengesahkan skripsi
ini.
3. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.,Sc. selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.
4. Dosen-dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan
kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Biologi: Pak Tri, Bu Maslichah
Asy’ari, Bu Ratna, Bu Ika, Rm. Wir, yang selama ini telah membimbing dan
selalu memberikan arahan kepada penulis agar tetap belajar dengan tekun
dan tidak mudah putus asa. Memberikan penulis banyak ilmu sebagai bekal
masa depan penulis.
6. Ibu Yoanni Maria Lauda Feroniasanti, M.Si selaku Kepala Laboratorium
Pendidikan Biologi yang telah memberikan izin dan menyetujui

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peminjaman sarana dan prasarana sehingga penulis dapat melakukan


penelitian.
7. Pak Agus selaku laboran di Laboratorium Pendidikan Biologi yang selalu
menyediakan sarana dan prasarana laboratorium yang diperlukan penulis
dalam penelitian ini.
8. Bapak laboran di Laboratorium Imuno Farmasi yang telah meluangkan
waktu dalam membantu penulis memperoleh mencit serta berbagi informasi
mengenai perawatan mencit dan mendukung penulis agar melakukan
penelitian dengan baik.
9. Keluargaku tercinta, ayahku Yuwono MM, ibundaku Yuli Astuti, kakakku
Dolly Yudhistira serta adik gantengku Fadhilla Ma’arif yang selalu
mendukung, mendoakan, memberikan kasih sayang, serta yang telah
memenuhi semua kebutuhan rohani dan jasmani penulis sehingga penulis
dapat kuliah dan memperoleh gelar sarjana.
10. Teman terbaik selama ini Hisreidi Funome, Emilia Jane, Maya R. Kapu,
Theresia Astutiningrum, Maranthy Boy Rante Allo, Rointan Moris
Sidabalok, Tresia Jawa, Maria Magdalena Melina, Annasonia Mega
Rahmatika, Melly Priana, Adriana, Deska Aliza, Rya, Rinanti Anugraheni,
Christine Pamarding U, Aileen Felicia, Gloria Jessica serta Marcela Widya
yang telah menemaniku dan membantuku baik saat melaksanakan penelitian
di Laboratorium maupun tidak, yang selalu mendoakanku, yang selalu
menyemangatiku dan menghiburku. Semoga pertemanan ini akan selalu erat
dan teguh selamanya.
11. Teman-teman SMA yaitu Fiqih Amalia, Albert A, Kurni, Galang yang
selalu menyemangati, mendoakan, dan menghibur penulis dengan tingkah
laku yang unik.
12. Teman perjuangan saat revisi Stepanus Putra terima kasih yang selalu
membantu, menemani serta memberikan dukungan atas kelancaran
penelitian ini.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2012 yang selalu mendukung,


memberi semangat dalam setiap langkah yang dilalui bersama selama empat
tahun ini.
14. Seseorang yang menyemangati saya selama proses skripsi.
15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih
atas segala bantuan dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Berkah Dalem.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


naskah skripsi ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 17 Februari 2017

Penulis

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

EFEKTIVITAS GETAH BATANG SEMU PISANG AMBON (Musa


acuminata) DAN GETAH BATANG SEMU PISANG KEPOK (Musa
balbisiana) PADA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR MENCIT (Mus
musculus)

Rike Pangestika
Universitas Sanata Dharma
2017

Getah batang semu pisang biasanya digunakan sebagai obat luka bakar
oleh masyarakat Toraja. Penelitian Sundari menyatakan bahwa getah pelepah
pisang kepok dapat merangsang pembentukan sel-sel baru, pembentukan
pembuluh darah baru dan sebagai antiseptik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peranan getah batang semu pisang ambon (Musa
acuminata) dan getah batang semupisang kepok (Musa balbisiana) serta
mengetahui manakah diantara kedua getah pisang tersebut yang lebih cepat
memperkecil panjang luka bakar mencit (Mus musculus).
Penelitian bersifat eksperimental laboratorium. Sampel yang digunakan
pada penelitian ini yaitu getah batang semu pisang ambon dan kepok. Pengujian
sampel dilakukan dengan membuat luka bakar derajat II dalam pada punggung
mencit. Setiap sampel dioleskan pada area luka 3x sehari. Data diperoleh dengan
mengukur panjang luka menggunakan jangka sorong kemudian dianalisis dengan
cara deskriptif.
Hasil rata-rata pengukuran panjang luka getah pisang kepok yakni 9,89
mm sedangkan pisang ambon yakni 12,29 mm. Peranan getah pisang kepok lebih
baik karena mencit cepat mengalami pertumbuhan bulu dan perubahan warna
luka. Kesimpulan kedua getah pisang memiliki peranan yang baik dalam
mempercepat proses penyembuhan luka bakar. Getah batang semu pisang kepok
(Musa balbisiana) lebih cepat memperkecil panjang luka bakar dibandingkan
pisang ambon (Musa acuminata).

Kata kunci: getah batang semu pisang, pisang ambon (Musa acuminata), pisang
kepok (Musa balbisiana), mencit (Mus musculus), luka bakar

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

THE EFFECT OF AMBON BANANA (Musa acuminata) AND KEPOK


BANANA (Musa balbisiana) APPARENT STEM LATEX TO HEALING
THE BURNED SKIN OF WHITE MICE (Mus musculus)

Rike Pangestika
Universitas Sanata Dharma
2017

Banana tree latex is usually used as a burn treatment by the Toraja


people. Sundari research states that banana tree latex kepok can stimulate the
formation of new cells, new blood vessel formation and as an antiseptic. This
study aims to determine how the role of apparent stem latex ambon banana (Musa
acuminata) and stem latex kepok banana (Musa balbisiana) and find out which of
these two banana faster burns far longer mice (Mus musculus).
The study is an experimental laboratory. Variations sample of stem latex
ambon banana and kepok. Tests were conducted by making the second-degree
burns on the backs of mice. Each sample is applied to the wound area 3 times a
day. Data obtained by measuring the length of the wound using a caliper and then
analyzed in a descriptive way.
The average yield of banana latex wound length measurement kepok
namely 9.89 mm while the ambon banana namely 12.29 mm. The role of banana
latex kepok better because mice experiencing rapid growth and change color fur
wounds. The second conclusion banana latex has a good role in accelerating the
healing process of burns. Banana apparent stem latex kepok (Musa balbisiana)
faster burns far longer than a ambon banana (Musa acuminata)..

Keywords: banana apparent stem latex, ambon banana (Musa acuminata), kepok
banana (Musa balbisiana), white mice (Mus musculus), burns.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
ABSTRACT....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I.PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
BAB II. DASAR TEORI ................................................................................. 6
A. Pisang................................................................................................ 6
B. Luka Bakar........................................................................................ 12
C. Mencit (Mus musculus)..................................................................... 20
D. Penelitian yang Relevan ................................................................... 22
E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 23
F. Hipotesis ............................................................................................ 26
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 27
A. Jenis Penelitian................................................................................. 27
B. Variabel Penelitian ........................................................................... 27
C. Batasan Penelitian ........................................................................... 28
D. Alat dan Bahan ................................................................................. 28
E. Cara Kerja ......................................................................................... 29
F. Analisis Data ..................................................................................... 34
G. Pemanfaatan dalam Pendidikan ....................................................... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 35
A. Pengecilan Panjang Luka Bakar....................................................... 35
B. Perubahan Warna Luka Bakar.......................................................... 45
C. Pertumbuhan Bulu Mencit (Mus musculus) ..................................... 47
D. Kendala dan Keterbatasan Penelitian .............................................. 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 53
A. Kesimpulan ...................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................. 53
BAB VI. IMPLEMENTASI PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN..... 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
LAMPIRAN ..................................................................................................... 59

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Rata-Rata Panjang Luka Bakar Mencit (Mus musculus) ................ 39

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman pisang (Musa paradisiaca) .......................................... 7


Gambar 2.2. Getah pisang ................................................................................ 9
Gambar 2.3. Luka bakar ................................................................................... 12
Gambar 2.4 Mencit (Mus musculus) ................................................................ 21
Gambar 2.5. Bagan kerangka berpikir.............................................................. 25
Gambar 3.1. Tahap-tahap penelitian ................................................................. 33
Gambar 4.1. Rata-rata panjang luka bakar mencit (Mus musculus) ................. 35
Gambar 4.2. Jaringan Granular ......................................................................... 43
Gambar 4.3. Kondisi Bulu Mencit (Mus musculus) .......................................... 43
Gambar 4.4. Kondisi Warna Luka Mencit (Mus musculus) .............................. 46
Gambar 4.5. Mencit (Mus musculus) mengalami keropeng .............................. 50
Gambar 4.6. Kondisi Mencit (Mus musculus) setiap perlakuan ........................ 50

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ............................................................................................. 59


Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 63
Lampiran 3 : Lembar Kerja Siswa ........................................................................ 74
Lampiran 4 : Instrumen Penilaian Siswa ..............................................................77
Lampiran 5 : Hasil Penelitian............................................................................... 90

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luka merupakan rusaknya komponen atau satuan jaringan, yang

menyebabkan substansi jaringan rusak atau hilang. Ketika luka timbul,

beberapa efek akan muncul yaitu hilangnya seluruh atau sebagian fungsi

organ, respon stres simpatis, pendarahan, koagulasi, infeksi bakteri dan

kematian sel (Umar dalam Sundari, 2015). Berdasarkan penyebabnya, luka

dibagi menjadi: luka insisi (incised wounds), luka memar (contusion

wound), luka lecet (abraded wound), luka tusuk (punctured wound), luka

gores (lacerated wound), luka tembus (penetrating wound) dan luka bakar

(combustio) (Perdana, 2013). Beberapa jenis luka tersebut dapat diobati

dengan metode pengobatan secara modern dan tradisional contohnya luka

bakar. Pengobatan secara modern pada umumnya menggunakan teknologi

modern dalam proses pembuatan obat. Pada pengobatan secara tradisional

cenderung menggunakan bahan-bahan alami yang di sekitar kita baik yang

diperoleh dari tanaman maupun hewan.

Pengobatan secara tradisional memiliki keterbatasan yakni jenis-jenis

luka yang dapat ditangani, lamanya proses penyembuhan dan informasi

mengenai kandungan kimia yang terdapat pada bahan-bahan yang

digunakan. Sebagai contoh, luka memar (contusion wound) dapat diobati

baik secara tradisional maupun secara modern akan tetapi memiliki lama

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

proses penyembuhannya berbeda. Beberapa jenis luka seperti luka lecet

(abraded wound), luka gores (lacerated wound), dan luka bakar (combustio)

dapat pula ditangani dengan pengobatan secara tradisional. Pengobatan

secara tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari lingkungan sekitar

memiliki beberapa keuntungan, antara lain tidak adanya efek samping yang

ditimbulkan seperti obat kimiawi (Perdana, 2013). Sebagai contoh

penutupan luka gores dengan daun sirih atau daun binahong. Begitu pula

penanganan pada luka bakar dengan luas luka yang kecil dapat ditangani

dengan mengoleskan getah batang semu pisang. Pada masyarakat Sulawesi

khususnya Toraja saat mengalami luka sayat, masyarakat memakai cara

tradisional sebagai pertolongan pertama yaitu dengan menggunakan getah

pisang dengan cara melilitkan remasan batang semu pisang yang

mengandung getah pada bagian yang terkena luka.

Luka bakar merupakan kerusakan dan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan oleh kontak kulit dengan sumber yang bersuhu lebih tinggi dari

suhu normal kulit yang dapat dirasakan misalnya; api, air panas, bahan

kimia, listrik, dan radiasi atau suhu yang sangat rendah seperti daerah kutub

(Moenadjat dalam Sucidayanan dkk., 2014). Berdasarkan penyebabnya, luka

bakar dibagi menjadi: luka bakar suhu tinggi (thermal burn), luka bakar

bahan kimia (chemical burn), luka bakar sengatan listrik (electrical burn),

dan luka bakar radiasi (radiasi injury) (Moenadjat dalam Isrofah, 2013).

Sundari (2015) melakukan penelitian tentang pemanfaatan getah

pisang kepok sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka bakar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagai antibiotik, pembentukan pembuluh darah baru, penyingkat fase

peradangan, pencegah infeksi dan pembentuk jaringan ikat kolagen.

Penelitian Balqis dkk. (2014) yang berjudul “Gambaran Histopatologis

Penyembuhan Luka Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias dulcis

F.) Dan Minyak Kelapa pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Penelitian

ini digunakan sebagai dasar untuk membuat luka bakar derajat II dalam pada

mencit (Mus musculus).

Berdasarkan latar belakang di atas, pemilihan pisang dalam

penelitian ini dipilih dengan alasan yaitu persebaran tanaman pisang yang

luas di Indonesia, banyaknya jenis pisang dan banyaknya penelitian yang

sudah dilakukan mengenai kandungan senyawa kimia pada pisang. Getah

pisang mengandung senyawa kimia saponin, tanin, lektin dan flavonoid

yang memiliki kemampuan dalam penyembuhan luka seperti luka bakar.

Maka peneliti ingin membandingkan metode pengobatan luka bakar secara

tradisional dengan getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan

getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) dalam proses

penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus). Penelitian ini

berbeda dari penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan satu jenis

pisang. Pada penelitian ini digunakan jenis luka bakar derajat II dalam yang

berbeda dari penelitian sebelumnya yang menggunakan luka sayat.

Penelitian ini membandingkan dua jenis pisang yaitu pisang kepok dan

ambon. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul: Efektivitas getah

batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang semu pisang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kepok (Musa balbisiana) pada penyembuhan luka bakar mencit (Mus

musculus).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata)

dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) terhadap proses

penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus) ?

2. Manakah antara getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan

getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) yang lebih cepat

dalam memperkecil panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peranan getah batang semu pisang ambon (Musa

acuminata) dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana)

dalam proses penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus).

2. Mengetahui antara getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata)

dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana) yang lebih cepat

dalam memperkecil panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a) Peneliti dapat memperdalam pengetahuannya mengenai manfaat

tumbuhan bagi pengobatan khususnya manfaat getah batang semu

pisang bagi penyembuhan luka bakar.

b) Peneliti dapat memperluas pengetahuannya mengenai alternatif

pengobatan luka bakar yang mudah diperoleh dan efisien

c) Peneliti dapat memperdalam pengetahuannya mengenai kandungan

fitokimia pada getah batang semu pisang terutama pisang kepok

(Musa balbisiana) dan pisang ambon (Musa acuminate).

2. Bagi Pendidikan

a) Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada Guru untuk

mengaplikasikan penelitian ilmiah khususnya pada materi sistem

ekskresi, KI 3; KD 3.9 dan 4.10 untuk SMA kelas XI.

b) Penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai gangguan pada

sistem ekskresi khususnya kulit sehingga siswa dapat dengan

mudah mendalami bagian-bagian kulit berdasarkan hasil diskusi

kelompok.

3. Bagi Masyarakat

a) Memberikan informasi mengenai alternatif penyembuhan luka

bakar dengan bahan yang mudah diperoleh dan efisien

b) Memberikan informasi mengenai manfaat getah batang semu

pisang pada penyembuhan luka bakar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

DASAR TEORI

A. Pisang

Ahli botani asal Rusia, Nikolai Ivanovich Vavilov, berdasarkan

ekspedisinya menyimpulkan tanaman pisang berasal dari daerah Indo Cina,

Malaysia, Filipina dan Indonesia (Suprapti, 2005). Pisang memiliki beberapa

jenis antara lain Pisang ambon (Musa acuminata), pisang kepok (Musa

balbisiana) dan pisang raja (Musa sapientum). Buah pisang tersusun dalam

tandan dengan kelompok-kelompok yang tersusun menjari disebut sisir.

Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang,

meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan

hampir hitam. Menurut Oputu (2012), buah pisang memiliki banyak manfaat

dalam kehidupan masyarakat Indonesia, antara lain sebagai bahan pangan

yang mengandung karbohidrat dan mineral, terutama kalium. Pada batang

pisang dimanfaatkan sebagai pakan ternak, campuran pupuk dan beberapa

masyarakat memanfaatkan batang pisang untuk diolah sebagai masakan

sehari-hari.

1. Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (2013) pisang dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Musales

Family : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa sp.

2. Morfologi

Tanaman pisang memiliki morfologi

yang dapat dilihat yaitu akar, batang, buah

dan daun. Akar berpangkal pada umbi

batang. Pada tanaman yang memiliki umbi

batang, pelepah daun akan tumbuh

berimpitan saling melekat. Pelepah daun

yang berlekatan ini terlihat seperti batang.

Struktur seperti ini disebut dengan batang

semu misalnya pada pisang (Musa Gambar 2.1. Pisang

paradisiaca) dan jenis-jenis Zingiberaceae Sumber: google image

(Rosanti, 2013). Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah berupa

umbi batang. Pada bagian atas umbi batang terdapat bagian yang

menghasilkan daun dan pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang

(jantung).

Bagian yang berdiri tegak di dalam tanah dan biasanya dianggap

sebagai batang adalah batang semu. Batang semu ini terbentuk dari batang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

daun panjang yang saling menelengkup dan menutupi dengan kuat dan

kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti batang tanaman. Tinggi

batang semu ini berkisar 3,5-7,5 meter tergantung jenisnya (Oputu, 2012).

Batang pohon pisang ambon memiliki senyawa kimia di antaranya

saponin, antrakuinon, kuinon yang dapat menghilangkan rasa sakit,

merangsang pembentukan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo, 2010).

Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset

memanjang. Pada bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh

tangkai daun yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun pisang mudah sekali

robek atau terkoyak oleh hembusan angin yang keras karena tidak

mempunyai tulang-tulang pinggir yang menguatkan lembaran daun. Bunga

berkelamin satu, berumah satu dalam tandan (Oputu, 2012).

Bunga tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada di

bawah bunga jantan (jika ada). Benang sari 5 buah pada betina tidak

sempurna, bakal buah persegi, sedang pada bunga jantan tidak ada. Buah

akan tumbuh setelah keluarnya bunga dan akan terbentuk sisir pertama,

kemudian memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan

seterusnya. Jantung pisang perlu dihilangkan sebab sudah tidak

menghasilkan sisir lagi (Oputu, 2012).

3. Getah Pisang

Sekumpulan sel atau sel dalam suatu jaringan, mempunyai bentuk

dan fungsi yang berbeda. Sel atau sekumpulan sel ini berisi cairan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

biasanya disebut sebagai “latices” atau lateks, yang merupakan cairan

yang berwarna putih seperti susu. Saluran getah biasanya disebut sel-sel

atau jaringan lacticifer (lac= susu). Saluran getah terbagi menjadi 2

golongan yaitu: laticiferous vessel (buluh getah) dan laticiferous cells (sel

getah), familia Musaceae termasuk ke dalam golongan buluh getah.

Bagian dalam saluran getah ini terdapat getah atau latices. Zat-zat yang

terkandung dalam cairan getah dapat berupa zat-zat karbohidrat, asam-

asam organik, garam-garam, alkaloid, lemak, tanin, lendir, enzim, damar

dan lain-lain. Pada familia Musaceae dihasilkan tanin (Sutrian, 2011).

A B

Gambar 2.2 A. getah pisang kepok B. getah pisang ambon

Sumber: dokumen pribadi

Warna getah tidak selalu jernih atau seperti susu, tergantung pada

zat yang dikandungnya sehingga dapat berwarna coklat, merah muda

ataupun kekuning-kuningan. Getah ini akan segera mengalir keluar dari

saluran getah apabila saluran getah terluka. Hal ini dikarenakan sel-sel

saluran getah itu terisi oleh cairan getahnya dan bersifat turgescent

(Sutrian, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Fungsi getah bagi tanaman itu sendiri belum dapat diketahui

dengan pasti, getah pada tanaman memiliki beberapa manfaat seperti: obat

luka bakar (getah pisang, getah pepaya dll), obat luka sayatan (getah

pisang, getah pepaya, getah pohon jarak dll), bahan dasar pembuatan karet

(getah pohon karet), bahan dasar pembuatan minyak urut (getah pohon

jarak), bahan dasar gula (getah pohon aren) serta bahan pelarut

mengencerkan cat minyak (getah pohon pinus).

4. Manfaat dan Kandungan Kimia Batang Pisang

Batang semu pisang memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat

digunakan sebagai tali, pupuk dan pakan ternak sementara ares (empulur

pisang) digunakan sebagai obat luka, penawar racun, bisa ular, pupuk dan

pakan ternak (Suprapti, 2005). Getah pisang mengandung beberapa jenis

fitokimia yaitu saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi

sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu, di dalam getah

pisang juga terdapat kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi

pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh

bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian tubuh kita yang sedang

mengalami luka (Budi dalam Surahman Agus dkk., 2009).

Saponin terdapat dalam getah batang pisang dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan flavonoid dan tannin. Saponin diketahui

mempunyai efek anti mikroba, menghambat pertanaman jamur dan

melindungi tanaman dari serangan serangga. Dalam proses penyembuhan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

luka, senyawa ini berperan dalam meningkatkan pembentukan pembuluh

darah baru (angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan nutrisi

menjadi lebih optimal. Selain itu, saponin juga berfungsi sebagai antibiotik

sehingga dapat mengurangi resiko luka terkontaminasi oleh bakteri

(Perdana, 2013).

Flavonoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi kesehatan. Setiap

tanaman biasanya menghasilkan flavonoid yang berbeda. Manfaat

flavonoid salah satunya untuk membentengi tubuh dari serangan

mikroorganisme. Selain itu juga memiliki fungsi untuk memblokade

terbentuknya prostaglandin penyebab nyeri, menstimulasi sel darah putih,

serta meningkatkan daya serang terhadap kuman (Perdana, 2013).

Getah bonggol pisang bersifat mendinginkan. Zat tanin pada getah

batang semu pisang bersifat antiseptik (Budi dalam Surahman Agus dkk.,

2009). Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid.

Tanin yang terkandung dalam tanaman menyebabkan timbulnya rasa

sepet. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan kuat, antiperadangan,

antikanker (anticarcinogenic), mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

Sifat tanin sebagai astringen dapat dimanfaatkan sebagai antidiare,

menghentikan perdarahan dan mencegah peradangan terutama pada

mukosa mulut, serta digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam

berat dan alkaloid. Tanin juga digunakan sebagai antiseptik karena adanya

gugus fenol (Hanani, 2015). Selain tanin, flavonoid dan saponin getah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

pisang juga terdapat kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi

pertumbuhan sel kulit (Fitriyah, 2011).

B. Luka bakar

Luka bakar merupakan kerusakan

atau kehilangan jaringan yang disebabkan

oleh kontak kulit dengan sumber yang

sangat tinggi misalnya; api, air panas,

bahan kimia, listrik, dan radiasi atau suhu

yang sangat rendah (Moenadjat dalam

Sumoza dkk., 2014). Gambar 2.3. Luka Bakar

1) Penyebab terjadinya luka bakar Sumber: dokumen pribadi

a) Luka bakar suhu tinggi (thermal

burn) disebabkan oleh kobaran api, kontak dengan benda panas, uap

yang mudah terbakar yang membakar dan menyebabkan kilatan atau

ledakan, uap panas, atau cairan panas.

b) Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh agen-agen

kimiawi yang dapat menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan jika

kontak dengan kulit. Tiga jenis agen kimiawi yaitu: asam, alkali dan

senyawa-senyawa organik, menyebabkan sebagian besar luka bakar

kimiawi.

c) Luka bakar sengatan listrik (electrical burn). Tingkat keparahan cedera

akibat kontak dengan aliran listrik bergantung pada jenis aliran listrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

(searah DC atau bolak-balik (AC), voltase, area tubuh yang terpajan dan

lamanya kontak (Thygerson, 2011).

d) Luka bakar radiasi (radiasi injury) luka bakar radiasi disebabkan karena

terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe luka bakar radiasi ini sering

disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik

dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari

yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi

(Moenadjat dalam Isrofah, 2013).

2) Klasifikasi Luka Bakar Menurut Kedalaman

Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya dibagi menjadi:

a) Luka bakar derajat I, kerusakan terjadi hanya pada lapisan epidermis

dan biasanya tidak merasakan nyeri karena bagian ujung–ujung syaraf

sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam

waktu 5-10 hari (Brunicardi dalam Isrofah, 2013).

b) Luka bakar derajat II, kerusakan terjadi pada seluruh lapisan

epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai

proses eksudasi, terdapat pembentukan scar dan nyeri karena ujung-

ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat

(Moenadjat dalam Isrofah, 2013). Luka bakar derajat II terbagi

menjadi dua jenis yaitu:

1. Derajat II Dangkal (superficial)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Kerusakan akibat luka bakar mengenai bagian superficial dari

dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebasea masih utuh, bula (sebuah jaringan yang tumbuh

abnormal menonjol melingkar yang berisi cairan serosa berisi

dermis) mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan

luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan

mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24

jam. Ketika jaringan granular terbentuk, luka tampak berwarna

merah muda dan basah. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan

akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu.

2. Derajat II dalam (deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, organ-organ

kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea sebagian besar masih utuh. Juga dijumpai bula, akan

tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna merah muda

dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah

dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah

yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yang berwarna

merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).

Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3-9 minggu

(Brunicardi dalam Isrofah, 2013).

c) Luka bakar derajat III (full thickness burn)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih

dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar

berwarna putih dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis

yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang

sensasi, oleh karena ujung–ujung syaraf sensorik mengalami

kerusakan atau kematian.

d) Luka bakar derajat IV (full thickness)

Kerusakan yang ditimbulkan telah mencapai lapisan otot, tendon dan

tulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi

seluruh dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, kulit yang

terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah

dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis

dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang

sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan

kematian. Penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses

epitelisasi spontan dan dari dasar luka (Moenadjat dalam Isrofah,

2013).

3) Proses Penyembuhan Luka

Pembagian fase penyembuhan luka pada respon normal mamalia yang

mengalami defek akibat kerusakan integritas kulit yang terjadi adalah fase

inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

a. Fase inflamasi

Pada fase inflamasi terjadi proses hemostasis yang cepat dan

dimulainya suatu siklus regenerasi jaringan (Lorenz dkk. dalam

Hidayat, 2013). Fase inflamasi dimulai segera setelah cedera sampai

hari ke-5 pasca cedera. Tujuan utama fase ini adalah hemostasis,

hilangnya jaringan yang mati dan pencegahan kolonisasi maupun

infeksi oleh agen mikrobial patogen (Gurtner dalam Hidayat, 2013).

Komponen jaringan yang mengalami cedera, meliputi kolagen

fibril dan faktor jaringan, akan mengaktivasi jalur koagulasi ekstrinsik

dan mencegah perdarahan lebih lanjut pada fase ini. Pembuluh darah

yang cedera mengakibatkan termobilisasinya berbagai elemen darah ke

lokasi luka. Agregasi platelet akan membentuk plak pada pembuluh

darah yang cedera. Netrofil pada umumnya akan ditemukan pada 2

hari pertama dan berperan penting untuk memfagositosis jaringan mati

dan mencegah infeksi. Keberadaan netrofil yang berkepanjangan

merupakan penyebab utama terjadinya konversi dari luka akut menjadi

luka kronis yang tak kunjung sembuh (Regan dkk. dalam Hidayat,

2013). Makrofag juga berperan utama memproduksi berbagai hormon

pertanaman yang dibutuhkan dalam produksi matriks ekstraseluler

oleh fibroblas dan pembentukan neovaskularisasi. Keberadaan

makrofag oleh karenanya sangat penting dalam fase penyembuhan ini.

Sel punca mesenkim akan bermigrasi ke luka, membentuk sel baru

untuk regenerasi jaringan baik tulang, kartilago, jaringan fibrosa,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

pembuluh darah, maupun jaringan lain. Fibroblas akan bermigrasi ke

luka dan mulai berproliferasi menghasilkan matriks ekstraseluler. Sel

endotel pembuluh darah di daerah sekitar luka akan berproliferasi

membentuk kapiler baru untuk mencapai daerah luka. Pada akhir fase

inflamasi, mulai terbentuk jaringan granulasi yang berwarna

kemerahan, lunak dan granuler. Jaringan granulasi adalah suatu

jaringan kaya vaskuler, berumur pendek, kaya fibroblas, kapiler dan

sel radang tetapi tidak mengandung ujung saraf (Anderson dalam

Hidayat, 2013).

b. Fase proliferasi (fibroplasi, regenerasi)

Fase proliferasi berlangsung mulai hari ke-4 hingga hari ke-21

pasca cedera. Keratinosit yang berada pada tepi luka sesungguhnya

telah mulai bekerja beberapa jam pasca cedera, menginduksi terjadinya

re-epitelialisasi. Pada fase ini matriks fibrin yang didominasi oleh

platelet dan makrofag secara gradual digantikan oleh jaringan granular

yang tersusun dari kumpulan fibroblas, makrofag dan sel endotel yang

membentuk matriks ekstraseluler dan neovaskular. Faktor setempat

seperti hormon pertanaman, sitokin, hormon, nutrisi, pH dan tekanan

oksigen sekitar menjadi perantara dalam proses diferensiasi sel punca

(Anderson dalam Hidayat, 2013). Keratinosit juga bermigrasi secara

aktif karena terbentuknya filamen aktin di dalam sitoplasmakeratinosit.

Keratinosit bermigrasi akibat interaksinya dengan protein sekretori

seperti fibronektin, vitronektin dan kolagen tipe I melalui perantara


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

integrinspesifik di antara matriks temporer. Matriks temporer ini akan

digantikan secara bertahap oleh jaringan granular yang kaya akan

fibroblas, makrofag dan sel endotel. Sel tersebut akan membentuk

matriks ekstraseluler dan pembuluh darah baru.

Jaringan granular umumnya mulai dibentuk pada hari ke-4 setelah

cedera (Lorenz and Longaker dalam Hidayat, 2013). Fibroblas

merupakan sel utama selama fase ini dimana ia menyediakan kerangka

untuk migrasi keratinosit. Makrofag juga akan menghasilkan hormon

pertanaman seperti PDGF dan TGF-β yang akan menginduksi

fibroblas untuk berproliferasi, migrasi dan membentuk matriks

ekstraseluler. Sel endotel akan membentuk pembuluh darah baru

dengan bantuan protein sekretori VEGF, FGFdan TSP-1. Pembentukan

pembuluh darah baru dan jaringan granulasi merupakan tanda penting

fase proliferasi karena ketiadaannya pembuluh darah baru dan atau

jaringan granular merupakan tanda dari gangguan penyembuhan luka.

Setelah kolagen mulai menggantikan matriks temporer, fase

proliferasi mulai berhenti dan fase remodeling mulai berjalan. Hal

yang menarik dari fase proliferasi ini adalah bahwa pada suatu titik

tertentu, seluruh proses yang telah dijabarkan di atas harus dihentikan.

Fibroblas akan segera menghilang segera setelah matriks kolagen

mengisi rongga (kavitas) luka dan pembentukan neovaskular akan

menurun melalui proses apoptosis. Kegagalan regulasi pada tahap

inilah yang hingga saat ini dianggap sebagai penyebab terjadinya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

kelainan fibrosis seperti jaringan parut hipertrofik (Gurtner dalam

Hidayat, 2013).

c. Fase maturasi (remodeling)

Fase ini, jaringan baru yang terbentuk akan disusun sedemikian

rupa seperti jaringan asalnya. Fase maturasi ini berlangsung mulai hari

ke-21 hingga sekitar 1 tahun. Perubahan yang terjadi adalah

penurunan kepadatan sel dan vaskularisasi, pembuangan matriks

temporer yang berlebihan dan penataan serat kolagen sepanjang garis

luka untuk meningkatkan kekuatan jaringan baru. Fase akhir

penyembuhan luka ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun

(Gurtner dalam Hidayat, 2013).

Kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan

kemudian diserap. Fase ini berupa jaringan parut yang pucat, tipis,

lemas dan mudah digerakkan dari dasarnya (Bisono dan Pusponegoro

dalam Hidayat, 2013). Kekuatan jaringan parut bekas luka akan

semakin meningkat akibat berubahnya tipe kolagen dan terjadinya

cross linking jaringan kolagen. Pada akhir fase remodeling, jaringan

baru hanya akan mencapai 70% kekuatan jaringan awal (Gurtner

dalam Hidayat, 2013).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

C. Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang

cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi

genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya

terkarakteristik dengan baik. Mencit sering digunakan sebagai hewan uji coba

karena memiliki susunan genetik yang hampir sama dengan manusia, serta

perkembangbiakan mencit yang cukup cepat dan perawatan mencit yang

cukup mudah sehingga memudahkan peneliti melakukan uji coba pada mencit.

Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium merupakan

hasil perkawinan tikus putih sekerabat (inbreed) maupun tidak mempunyai

hubungan kekerabatan (outbreed). Dari hasil perkawinan sampai generasi 20

akan dihasilkan strain murni dari mencit. Menurut Mangkoewidjojo dan Smith

dalam Sari (2016) klasifikasi mencit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Gambar 2.4 Mencit (Mus musculus)


Sumber: dokumen pribadi

Mencit (Mus musculus) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh kecil,

berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang

untuk pemeliharaan mencit harus senantiasa bersih, kering dan jauh dari

kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisarannya antara

18-19ºC serta kelembaban udara antara 30-70%. Mencit betina dewasa

dengan umur 35-60 hari memiliki berat badan 18-35 g. Lama hidup mencit

berkisar 1-2 tahun, namun dapat mencapai usia 3 tahun. Masa reproduksi

mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan dapat

dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama masa bunting berkisar 19-20 hari.

Jumlah anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 g.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka mencit sering digunakan dalam.

Beberapa keuntungan menggunakan mencit sebagai hewan percobaan

yaitu daur estrusnya teratur dan dapat dideteksi, periode bunting yang

relatif singkat, dan mempunyai anak yang banyak serta terdapat

keselarasan pertanaman dengan kondisi manusia (Akbar, 2010).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

D. Penelitian Lain yang Relevan

Beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

1) Penelitian Sundari (2015) yang berjudul “Pengaruh Getah Batang

Pisang Kepok (Musa balbisiana) Terhadap Waktu Penyembuhan Luka

Sayat Pada Mencit (Mus musculus)” menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh pemberian getah batang pisang kepok (Musa balbisiana)

terhadap kecepatan waktu penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus

musculus). Konsentrasi getah batang pisang kepok yang terbaik dalam

penelitian ini diperoleh dari perlakuan 100%. Kesimpulan penelitian

ini dijadikan dasar sebagai pemilihan pisang kepok sebagai perlakuan

dalam alternatif penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus musculus).

2) Penelitian Balqis dkk. (2014) yang berjudul “Gambaran Histopatologis

Penyembuhan Luka Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias

dulcis F.) Dan Minyak Kelapa Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)”

menyimpulkan bahwa pemberian daun kedondong dan minyak kelapa

dapat memperbaiki gambaran histopatologis luka bakar pada tikus

putih sehingga lebih efektif dalam mempercepat proses penyembuhan

luka bakar. Penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk membuat luka

bakar derajat IIb pada mencit (Mus musculus).

3) Penelitian Lino dkk. (2011) yang berjudul “Evaluation of post-surgical

healing in rats using a topical preparation based on extract of Musa

sapientum epicarp” menyimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

dengan obat yang digunakan yaitu anti-inflammatori dan senyawa

tanin sangat berperan penting dalam proses penyembuhan luka pada

kulit yang dapat digunakan oleh hewan maupun manusia. Kesimpulan

penelitian ini digunakan sebagai dasar untuk metode pengukuran

panjang luka bakar dengan menggunakan jangka sorong digital.

E. Kerangka Berpikir

Luka merupakan rusaknya komponen atau satuan jaringan, yang

menyebabkan substansi jaringan rusak atau hilang (Umar dalam Lilis, 2015).

Luka bakar merupakan kerusakan dan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan oleh kontak kulit dengan suhu yang lebih tinggi misalnya; api, air

panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat dalam Sumoza dkk., 2014).

Pengobatan secara modern pada umumnya menggunakan kecanggihan

teknologi dan obat-obatan yang diproses secara modern, sedangkan

pengobatan secara tradisional cenderung menggunakan bahan-bahan alami

disekitar kita baik yang diperoleh dari tanaman maupun hewan. Pengobatan

secara tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari lingkungan sekitar

memiliki beberapa keuntungan, salah satunya penanganan pada luka lebih

cepat. Sebagai contoh penutupan luka gores (lacerated wound) dengan daun

sirih atau daun binahong yang ada di sekitar. Begitu pula penanganan pada

luka bakar (combustio) dengan luas luka yang kecil dapat ditangani dengan

mengoleskan getah batang semu pisang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah pemanfaatan getah

pisang kepok untuk merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka bakar,

sebagai antibiotik, pembentukan pembuluh darah baru, penyingkat fase

peradangan, pencegah infeksi dan pembentuk jaringan ikat kolagen. Penelitian

lainnya mengenai aktivitas sediaan gel ekstrak batang semu pisang ambon

memiliki aktivitas mempercepat proses penyembuhan luka pada mencit

dengan mempercepat re-epitelisasi, mempercepat proses neokapilerisasi,

meningkatkan pembentukan jaringan ikat pada kulit sehingga dapat digunakan

sebagai alternatif untuk penyembuhan luka pada mencit.

Getah batang semu pisang mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu

saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin

(Harborne, 1984). Manfaat flavonoid salah satunya yaitu membentengi tubuh

dari serangan mikroorganisme dan menstimulasi sel darah putih (Perdana,

2013). Tanin dalam tanaman menyebabkan timbulnya rasa sepet selain itu

tanin berperan dalam mencegah pertumbuhan mikroba (Perdana, 2013).

Saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba dan menghambat

jamur (Perdana, 2013).

Getah atau “latices” atau lateks, merupakan cairan yang biasanya

berwarna putih seperti susu. Zat-zat yang terkandung dalam cairan getah dapat

berupa zat-zat karbohidrat, asam-asam organik, garam-garam, alkaloid, lemak,

tanin, lendir, enzim, damar dan lain-lain. Pada familia Musaceae dihasilkan

tanin. Tentang warna getah tidak selamanya jernih atau seperti susu,

tergantung pada zat yang dikandungnya (Sutrian, 2011).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Modern
Pengobatan
Luka Bakar

Tradisional

Getah Batang Pisang Getah Batang Pisang


Ambon (Musa Kepok (Musa
acuminata) balbisiana)

tanin, saponin &


flavonoid

Merangsang pertanaman
Uji efektivitas tanin, sel-sel baru,
saponin & flavonoid antiperadangan, anti
mikroba, antiseptik &
pereda rasa perih

Diamati Diamati perubahan


Luka bakar penyembuhan luas warna luka &
pada mencit luka bakar dengan pertanaman bulu
jangka sorong mencit

Gambar 2.5 Diagram alir kerangka berfikir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

F. Hipotesis

1. Getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang

semu pisang kepok (Musa balbisiana) berperan terhadap proses

penyembuhan luka bakar mencit (Mus musculus) karena getah pisang

mempercepat pengecilan panjang luka, mempercepat perubahan warna

luka dan mempercepat pertumbuhan bulu mencit.

2. Getah batang pisang kepok (Musa balbisiana) lebih cepat memperkecil

panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus) dibandingkan getah

batang pisang ambon (Musa acuminata).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan melakukan

percobaan perbandingan efektivitas dari getah batang semu pisang ambon

(Musa acuminata) dan getah batang semu pisang kepok (Musa balbisiana)

dalam pengecilan panjang luka bakar pada mencit (Mus musculus). Penelitian

ini bersifat kuantitatif dan deskriptif.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Getah batang semu pisang ambon (Musa

acuminata) dan getah batang semu pisang

kepok (Musa balbisiana).

2. Variabel terikat : Pengecilan panjang luka bakar pada

mencit (Mus musculus)

3. Variabel kendali :

a) Galur mencit Swiss Webster, berjenis kelamin jantan, berumur 3

bulan dan memiliki berat badan 250 – 300 g.

b) Luka bakar dengan luas luka sebesar 1,5 cm dan dengan derajat

luka II dalam

c) Luka bakar dibuat pada punggung mencit

d) Pakan mencit B-2 dengan takaran pakan 5 g perhari.

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

e) Frekuensi pemberian obat sebanyak 3 kali sehari.

f) Waktu pengamatan 7 hari untuk panjang luka dan 21 hari untuk

pengamatan tumbuhnya bulu mencit

g) Dosis obat 3 ml

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah :

1. Pisang yang digunakan ialah pisang ambon dan pisang kepok. Pisang yang

digunakan adalah pisang yang masih muda pada bagian batang semu.

2. Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit berkelamin jantan, usia 3

bulan.

3. Jenis luka bakar yaitu panas (termal) dengan derajat II dalam, luka dibuat

menggunakan skalpel panas, luka dibuat di area punggung mencit.

4. Penelitian ini hanya mengukur luas penyembuhan luka bakar pada mencit

selama 21 hari pengamatan deskripsi mengenai perubahan warna luka dan

tumbuhnya bulu.

5. Pemberian semua perlakuan dilakukan sehari tiga kali.

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan yang menunjang penelitian adalah skalpel, bunsen,

erlenmeyer steril, jangka sorong, autoklaf, set alat bedah seperti: gunting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

diseksi, pinset, pisau bedah, klem, korek api, kapas, cotton bud steril,

baskom, kawat, syringe dan pisau.

2. Bahan

Getah batang semu pisang ambon, getah batang semu pisang kepok,

bioplacenton, akuades steril, B-2, air mineral, alkohol, dan mencit berjenis

kelamin jantan, berusia 3 bulan dan berat badan berkisar 250 – 300 g.

E. Cara Kerja

Penelitian akan dilaksanakan di Jalan Kanigoro 201A, Pomahan,

Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan

pada tanggal 10-31 November 2016.

1. Tahap Persiapan

a. Tahap Persiapan Hewan percobaan

Pada tahap ini dilakukan aklimatisasi terhadap hewan percobaan

yaitu mencit (Mus musculus). Hewan diperoleh dari Laboratorium

Imono, Fakultas farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Mencit dipilih yang berjenis kelamin jantan sebanyak 12 ekor. Mencit

diadaptasi selama 5 hari dengan pemberian pakan B-2 dan air mineral

untuk minum.

b. Tahap Sterilisasi Alat dan Bahan

Alat yang disterilisasi dalam penelitian ini meliputi cotton bud,

gelas Erlenmeyer, sedangkan bahan yang akan disterilisasi ialah

akuades.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

c. Tahap Preparasi Getah Batang Semu Pisang Ambon dan Getah

Batang Semu Pisang Kepok

Getah batang semu pisang ambon dan kepok diambil di daerah

Pomahan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Getah pisang dipilih pada

bagian batang semu pisang yang masih muda, batang semu diiris

menggunakan pisau steril. Getah pisang yang mengalir dari bagian

yang diiris tersebut ditampung menggunakan erlenmeyer steril yang

dipegang dengan tangan (gambar 3.1.a). Saat getah tidak lagi keluar,

tangan yang memegang erlenmeyer tersebut sembari menekan bagian

batang semu pisang di area lain agar getah keluar kembali. Getah

disimpan di dalam kulkas selama 21 hari.

2. Tahap Pembuatan Luka Bakar Termal (Panas)

Peneliti memilih punggung mencit sebagai bagian tubuh yang ingin

dikondisikan mengalami luka bakar. Pemilihan bagian punggung mencit

yaitu: lokasi mudah diamati, lokasi mudah untuk dilukai sepanjang 15 mm

dan bagian punggung merupakan bagian yang banyak terdapat jaringan

dermis. Sebelum punggung mencit dikondisikan mengalami luka bakar,

terlebih dahulu bulu di sekitar punggung dicukur (gambar3.1.b). Bagian

punggung mencit yang telah dicukur tersebut, kemudian diolesi alkohol

70% kemudian diolesi eter, diamkan selama 2 menit. Setelah proses

anestesi dilakukan, peneliti memanaskan skalpel di atas Bunsen

(gambar.3.1.c) hingga merah memijar dan langsung menempelkannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

pada bagian tubuh mencit yang telah dianestesi tersebut (gambar.3.1.d).

Penempelan skalpel dilakukan kurang lebih selama 15 detik membentuk

luka bakar derajat II dalam sepanjang 15 mm (gambar3.1.e).

3. Tahap Perawatan Mencit

Perawatan yang dilakukan pada mencit (Mus musculus) yang telah

dikondisikan mengalami luka bakar adalah sebagai berikut:

a. Mencit diberi pakan B-2 sebanyak 5 g per hari.

b. Mencit disediakan air di dalam kandang untuk minum mencit.

c. Pada mencit yang diberi perlakuan getah batang semu pisang, peneliti

mengoleskan getah batang semu pisang pada luka bakar mencit

menggunakan cotton buds steril dengan takaran 3 ml (pengukuran

menggunakan syringe). Pengolesan dilakukan sebanyak 3x sehari.

d. Pada mencit yang diberi perlakuan kontrol positif, peneliti

mengoleskan bioplacenton pada luka bakar mencit. Jumlah takaran 3

ml menggunakan syringe. Pengolesan juga dilakukan sebanyak 3x

sehari.

e. Pada mencit yang diberi perlakuan kontrol negatif, peneliti

mengoleskan akuades steril dengan takaran 3ml. Pengolesan juga

dilakukan sebanyak 3x sehari.

f. Perawatan luka bakar pada mencit dilakukan selama kurun waktu 7

hari untuk pengamatan panjang luka sedangkan pengamatan tumbuh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

bulu di sekitar area luka dan perubahan warna pada luka dilakukan

selama 21 hari.

4. Tahap Pengambilan Data

Data diambil setiap hari dengan mengukur panjang luka bakar pada

mencit menggunakan jangka sorong. Jangka sorong yang digunakan ialah

jangka sorong digital sehingga saat mencit akan diukur panjang luka,

jangka sorong cukup ditempel pada bagian punggung mencit lalu geser

scroll bawah sepanjang luka pada mencit, layar pada jangka sorong akan

memperlihatkan angka panjang dari luka tersebut. Pengamatan deskripsi

berupa pengamatan perubahan warna luka dan pertumbuhan bulu pada

area luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

A B C

D E F

Gambar. 3.1. Tahap-tahap penelitian: a. Pengambilan getah batang semu pisang b. Pencukuran bulu
mencit c. Pemanasan scalpel di atas Bunsen d. Penempelan scalpel panas pada punggung mencit e.
Pemberian obat pada area luka f. Pengukuran panjang luka dengan jangka sorong digital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

F. Analisis Data

Data yang didapat ialah data berupa kuantitatif dan deskripsi. Data

kuantitatif yaitu data berupa angka yang diperoleh dari pengukuran panjang

luka bakar pada mencit menggunakan jangka sorong. Data angka panjang luka

bakar akan ditampilkan dalam diagram garis. Data deskriptif yaitu berupa

penjelasan mengenai proses penyembuhan luka bakar yang dilihat dari

pertumbuhan bulu mencit pada area luka bakar dan warna luka pada area luka

bakar.

G. Pemanfaatan Dalam Pendidikan

Dengan adanya penelitian yang telah peneliti laksanakan, peneliti

berharap guru dapat mengaplikasikan penelitian ilmiah ini dalam

pembelajaran materi gangguan sistem ekskresi pada kulit sesuai KI 3; KD 3.9

dan 4.10 untuk SMA kelas XI di dalam kelas. Peneliti juga berharap penelitian

ini dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam diskusi kelompok.

Diskusi kelompok yang dilakukan siswa ialah melakukan pengukuran panjang

luka bakar pada mencit selama 3 hari yang kemudian dipresentasikan. Sebagai

contoh, siswa berkelompok mendiskusikan soal yang terdapat pada lembar

kerja siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menyajikan data proses penyembuhan luka bakar yang

diidentifikasi melalui proses pengecilan panjang luka selama seminggu, serta

pengamatan pertumbuhan bulu dan perubahan warna luka pada mencit selama dua

minggu. Berikut ini grafik tentang rata-rata panjang luka yang diukur

menggunakan jangka sorong setiap harinya:

14.00

12.00
Panjang Luka Bakar (mm)

10.00

8.00 Rata-rata PA

6.00 Rata-rata PK
Rata-rata K+
4.00
Rata-rata K-
2.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7
Hari ke-

Gambar 4.1. Rata-rata panjang luka bakar (mm)

Keterangan: PA = Ambon, PK = Kepok, K+ = Kontrol Positif, K- =


Kontrol Negatif.

A. Pengecilan Panjang Luka Bakar

Berdasarkan gambar 4.1, proses penyembuhan luka bakar pada mencit

(Mus musculus) dengan perlakuan getah batang semu pisang kepok (Musa

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

balbisiana) lebih baik daripada perlakuan getah batang semu pisang ambon

(Musa acuminata). Perlakuan pisang kepok dapat lebih baik dibandingkan

pisang ambon hal ini dapat disebabkan beberapa faktor seperti:

1. Kondisi metabolisme dan kondisi psikologi mencit.

Psikologi mencit dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar

karena saat mencit merasa kaget, ketakutan dan kesakitan dapat

menurunkan sistem metabolisme mencit itu sendiri sehingga keadaan ini

dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh mencit yang berperan dalam

proses penyembuhan luka bakar itu sendiri. Keadaan tubuh seperti

gemetaran serta kaki pada mencit sedikit mengalami kelemasan saat

dioleskan getah pisang beberapa kali yang menandakan bahwa

metabolisme mencit sedikit terganggu.

2. Kandungan fitokimia antara getah batang semu pisang

Faktor lain seperti kandungan fitokimia antara getah batang semu pisang

kepok dan pisang ambon tidak jauh berbeda. Hal yang menyebabkan

perbedaan ialah senyawa flavonoid yang dapat larut dalam air

mengakibatkan flavonoid pada pisang ambon mengalami pelarutan pada

air dikarenakan getah pisang ambon lebih encer daripada getah pisang

kepok, hal inilah yang menyebabkan perbedaan kandungan antara pisang

kepok dan pisang ambon. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Hananta, dkk dalam Ningsih dkk., 2013) menunjukkan konsentrasi getah

yang tinggi dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan dapat

memperlambat pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan penelitian Hananta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

dkk, dapat diambil kesimpulan bahwa getah pisang yang kental lebih baik

daripada getah pisang yang encer atau bercampur dengan air, dengan kata

lain getah pisang kepok lebih kental dibandingkan getah pisang ambon.

Menurut Prasetyo (2010), bahwa batang pohon pisang ambon memiliki

senyawa kimia di antaranya saponin, antrakuinon, kuinon yang dapat

menghilangkan rasa sakit, merangsang pembentukan sel-sel baru pada

kulit. Kandungan lignin pada batang semu pisang ambon membantu

peresapan senyawa pada kulit sehingga dapat digunakan untuk mengobati

luka memar, luka bakar, luka bekas gigitan serangga dan sebagai

antiradang. Menurut Harborne (1984) senyawa flavonoid dapat larut dalam

air serta dapat diekskresikan dengan etanol 70%. Djulkarnain dalam

Sundari (2015) mengatakan bahwa getah batang semu pisang kepok

mengandung tanin dan saponin yang berfungsi sebagai antiseptik. Menurut

Sundari (2015), pisang kepok yang telah dilakukan uji skrinning fitokimia

menunjukkan bahwa pisang kepok mengandung senyawa saponin, lektin

dan antrakuinon.

3. Teknis pengambilan sampel getah batang semu pisang

Teknis pengambilan sampel getah batang semu pisang pengaruh terhadap

kualitas getah batang pisang. Pengambilan sampel getah batang semu

pisang ambon terkena air dari tetesan daun pisang, sehingga menyebabkan

kandungan getah yang saat diambil bercampur dengan air yang terkena

guncangan saat peneliti menekan batang semu pisang. Posisi getah batang

semu pisang kepok yang jauh dari daun pisang yang basah menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

getah batang semu pisang kepok sedikit terkena air dan peneliti menekan

batang semu pisang tidak terlalu keras. Hal ini yang mempengaruhi

kandungan fitokimia dalam getah batang semu pisang sehingga getah

batang semu pisang kepok lebih baik kinerjanya dalam menyembuhkan

luka bakar.

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa perlakuan pisang ambon

mengalami sedikit kenaikan pada hari ke-4. Seharusnya proses pengecilan

panjang luka dari hari ke hari semakin mengecil, namun pada pisang ambon

tidak. Hal ini dapat dikarenakan faktor dari sistem imun tubuh mencit, faktor

psikologi mencit, serta kandungan getah pisang ambon yang tercampur

dengan air hujan. Selama penyimpanan di kulkas kandungan getah batang

semu pisang mengalami perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi pada

kandungan getah batang pisang kepok menjadi semakin kental sedangkan

getah batang pisang ambon terdapat dua lapisan yaitu getah dan air. Hal ini

terjadi karena senyawa flavonoid dapat larut dalam air. Flavonoid yang larut

dalam air dapat mengurangi kandungan flavonoid itu sendiri sehingga kinerja

flavonoid kurang berpengaruh dalam penyembuhan luka.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel. 4.1. Rata-rata panjang luka hari ke-


Panjang luka bakar (mm) hari ke-
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
Rata-rata PA 12,60 12,60 12,29 12,35 12,12 12,12 11,33
Rata-rata PK 10,62 10,62 10,24 9,92 9,61 9,18 9,05
Rata-rata K+ 10,71 10,71 10,52 10,33 9,75 9,30 9,26
Rata-rata K- 10,62 10,62 11,18 11,19 10,77 10,77 9,86

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa kontrol negatif mengalami perubahan

pengecilan panjang luka bakar yang tidak sesuai, yang seharusnya panjang

luka mengalami pengecilan namun pada kontrol negatif pengecilan luka

terjadi peningkatan. Pada hari ke-3 dan ke-4 kontrol negatif mengalami

kenaikan panjang luka yang cukup besar, hari ke-5 mengalami penurunan

panjang luka, hari ke-6 mengalami peningkatan panjang luka kembali namun

tidak tinggi dan pada hari ke-7 mengalami penurunan panjang luka kembali.

Hal ini terjadi karena perlakuan kontrol negatif hanya menggunakan perlakuan

akuades steril yang dioleskan pada luka bakar mencit, sehingga sangat rentan

terkena bakteri.

Resiko infeksi dapat terjadi dari kandungan akuades steril yang tidak

mengandung bahan antiseptik. Kondisi luka yang mengalami infeksi dapat

semakin parah, hal ini ditandai dengan keluarnya nanah dan dapat berujung

pembusukan luka. Faktor dari dalam mencit juga berpengaruh dalam proses

penyembuhan luka bakar. Mencit yang hanya dibasuh dengan akuades steril

menyebabkan mencit merasa kesakitan. Hal ini ditandai dengan keluarnya air

kencing dan kotoran mencit. Kondisi psikologis inilah yang dapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

menghambat proses penyembuhan luka. Hal ini dibuktikan dengan panjang

luka yang melebar. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

ialah:

1. Psikologis mencit, psikologis mencit yang baik dapat mempercepat proses

penyembuhan luka karena tersugesti tidak merasakan rasa sakit, ketakutan

dan tidak meninggalkan trauma akibat rasa sakit.

2. Kondisi tubuh, kondisi tubuh seperti system imun yang baik pastinya

dapat mencegah terjadinya hal-hal yang dapat berdampak buruk bagi

tubuh akibat terkena luka. Contohnya tubuh secara alamiah akan

membentengi diri dari serangan mikroorganisme yang dapat memicu

terjadinya infeksi pada luka.

3. Cara penangan pada luka, cara penanganan luka juga mempengaruhi

kesembuhan karena jika salah dalam menangani luka dapat berdampak

salah pada tubuh, contohnya saat terjadi luka bakar seharusnya

pertolongan pertama ialah mengaliri luka dengan air mengalir atau

menggunakan es batu. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah luka

terkontaminasi dari mikroorganisme dan mencegah terjadinya

pembengkakan.

Perlakuan bioplacenton lebih baik daripada perlakuan lainnya. Pengecilan

panjang luka bakar dengan perlakuan bioplacenton setiap hari mengalami

penurunan. Hal ini terjadi karena kandungan bioplacenton yang berfungsi

mendinginkan saat dioleskan pada luka bakar memberikan sensasi tenang pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

psikologis mencit. Mencit tidak merasakan kesakitan yang lama akibat luka

bakar. Hal ini terlihat jelas ketika pemberian bioplacenton kedua kalinya,

mencit lebih tenang dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang merasa

kesakitan. Pada perlakuan getah pisang bersifat mendinginkan karena adanya

kandungan zat tanin, namun bioplacenton lebih dingin dibandingkan getah

pisang karena adanya ekstrak palacenta.

Penyembuhan luka memiliki tiga tahapan yaitu inflamasi, proliferasi dan

maturasi. Menurut Lorenz dkk. dalam Hidayat (2013), fase inflamasi suatu

proses hemostasis yang cepat dan dimulainya suatu siklus regenerasi jaringan.

Fase ini dimulai setelah cedera sampai hari ke-5 pasca cedera. Pada fase ini

terjadi peradangan, hal ini ditandai setelah mencit dilukai dan dioleskan obat,

mencit merasa kesakitan hal ini dibuktikan dengan jeritan mencit. Jeritan

mencit masih berlangsung saat dioleskan obat untuk kesekian kalinya hingga

beberapa hari. Namun pada hari ke-2 mencit dengan perlakuan bioplacenton

sudah tidak merasa takut maupun kesakitan. Hal ini terlihat saat mencit akan

diambil dari kandang untuk dioleskan obat kembali, mencit tidak sulit

ditangkap dan saat dioleskan obat kembali mencit tidak mengeluarkan air

kencing ataupun kotorannya. Hal ini dikarenakan bioplacenton mengandung

ekstrak plasenta 10%, Neomycin sulfat 0,5% dan jelly base, sehingga berefek

mendinginkan luka bakar dan mencit merasa nyaman dan tidak kesakitan.

Kandungan getah batang pisang kepok juga memiliki efek mendinginkan

karena kandungan saponin, namun efek ini tidak sedingin bioplacenton yang

sensasi dinginnya sangat terasa saat dioleskan. Getah batang semu pisang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

tidak jauh berbeda dengan bioplacenton dalam mereda rasa sakit. Hal ini

dibuktikan pada hari ke-3 mencit tidak sulit ditangkap dan tidak mengeluarkan

kotoran maupun air kencingnnya saat akan dioleskan obat kembali.

Getah batang semu pisang juga dapat meredakan rasa sakit karena adanya

kandungan flavonoid, sehingga mencit tidak merasa kesakitan yang lama. Hal

ini senada dengan Perdana (2013), menyatakan bahwa flavonoid pada getah

batang semu pisang berfungsi pereda nyeri dan menstimulasi sel darah putih.

Hal berbeda terlihat pada mencit dengan perlakuan akuades steril, pada hari

ke-7 mencit masih susah untuk ditangkap dan masih mengeluarkan kotoran

dan air kencing saat akan dioleskan obat kembali. Hal ini terjadi karena

akuades steril tidak memiliki kandungan yang mampu mendinginkan maupun

meredakan rasa sakit pada mencit. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan

kandungan senyawa kimia pada masing-masing perlakuan.

Gurtner dalam Hidayat (2013) mengatakan bahwa tujuan utama fase ini

adalah hemostasis, hilangnya jaringan yang mati dan pencegahan kolonisasi

maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen. Netrofil pada umumnya akan

ditemukan pada hari ke-2 dan berperan penting dalam memfagositosis

jaringan mati dan mencegah infeksi. Menurut Anderson dalam Hidayat

(2013), pada akhir fase inflamasi mulai terbentuk proses granulasi. Pada

penelitian ini proses granulasi terjadi pada hari ke-4 setelah terjadinya luka.

Area punggung mencit yang terkena luka mengalami pembentukan jaringan

granular yang ditandai dengan adanya warna kemerahan pada area luka seperti

terlihat pada gambar 4.2.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Gambar 4.2. Jaringan granular

Jaringan granular adalah suatu jaringan kaya vaskuler, berumur pendek,

kaya fibroblas, kapiler dan sel radang tetapi tidak mengandung ujung saraf.

Menurut Singer dalam Isrofah (2013), pada fase ini terjadi re-epitelisasi yang

dimulai beberapa jam setelah terjadinya luka bakar. Menurut Kalangi dalam

Isrofah (2013), re-epitellisasi inilah yang mempercepat proses penyembuhan

luka karena re-epitellisasi diperlukan untuk pembentukan sel-sel kulit baru

yang mengalami kerusakan yang terkena luka bakar. Semakin cepat terjadi

reepitelisasi akan membuat struktur epidermis kulit mencit segera mencapai

keadaan normal contohnya mencit dengan perlakuan pisang kepok, mengalami

pertumbuhan bulu yang cepat. Pertumbuhan bulu ini menandakan bahwa

proses re-epitellisasi pada perlakuan pisang kepok berlangsung cepat. Hal ini

dapat dilihat pada gambar 4.3.

a b c

Gambar 4.3. a. kondisi bulu hari ke-2 b. kondisi bulu hari ke-4 c. kondisi bulu hari
ke-6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Hal tersebut senada dengan Fitriyah (2011) menyatakan bahwa lektin yang

terdapat pada getah batang semu pisang berfungsi menstimulasi pertumbuhan

sel kulit. Fase proliferasi merupakan fase kedua yang berlangsung dari hari ke-

4 hingga hari ke-21 pasca cedera. Pada fase ini keratin sudah mulai bekerja

beberapa jam pasca cedera. Keratin inilah yang menjadi dasar terbentuknya

lapisan kulit pada area luka bakar. Pada fase ini proses pembuluh darah baru

akan terjadi. Jaringan granular mulai terbentuk pada fase pertama hingga fase

kedua yaitu fase proliferasi. Menurut Gurtner dalam Hidayat (2013),

pembentukan pembuluh darah baru dan jaringan granular merupakan tanda

penting fase proliferasi. Tanpa adanya pembentukan pembuluh darah baru dan

jaringan granular akan menyebabkan gangguan penyembuhan luka bakar. Saat

memasuki fase proliferasi sel punca sudah mulai terbentuk.

Sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan dapat tumbuh

menjadi berbagai jenis sel, seperti sel darah merah, sel otot atau sel otak.

Menurut Anderson dalam Hidayat (2013), faktor hormon, nutrisi, pH dan

tekanan oksigen sekitar menjadi perantara dalam proses diferensiasi sel punca.

Hal yang menarik dari fase proliferasi ialah proses re-epitellisasi serta

pembentukan sel-sel baru harus dihentikan ketika sudah mencapai normalnya.

Hal ini dikarenakan kelebihan sel-sel maupun proses re-epitellisasi dapat

menyebabkan pembentukan jaringan parut.

Fase maturasi (remodeling) merupakan fase terakhir dalam tahap

penyembuhan luka. Selama fase ini jaringan baru yang terbentuk akan

tersusun seperti jaringan asalnya. Menurut Gurtner dalam Hidayat (2013), fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

maturasi ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun. Perubahan

yang terjadi adalah penurunan kepadatan sel dan vaskularisasi, pembuangan

matriks temporer yang berlebihan dan penataan serat kolagen sepanjang garis

luka untuk meningkatkan kekuatan jaringan baru. Fase akhir penyembuhan

luka ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Bisono dan Pusponegoro

dalam Hidayat (2013), menyatakan bahwa fase ini terdapat jaringan parut

yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari dasarnya. Kekuatan

jaringan parut bekas luka akan semakin meningkat akibat berubahnya tipe

kolagen. Menurut Gurtner dalam Hidayat (2013), pada akhir fase remodeling,

jaringan baru hanya akan mencapai 70% dari kekuatan jaringan awal.

Lamanya proses penyembuhan luka tergantung pada faktor panjang luka,

jenis luka, kedalaman luka serta perlakuan pada luka itu sendiri. Indikator

penyembuhan luka juga meliputi pertumbuhan bulu serta perubahan warna

luka.

B. Perubahan Warna Luka

Pada hari pertama mencit dilukai, luka berwarna merah. Beberapa mencit

yang dilukai ada yang berwarna coklat kehitaman. Hal ini disebabkan saat

pemotongan bulu mencit hasilnya kurang rapi dan masih menyisakan bulu

mencit sehingga saat dilukai, bulu terkena skalpel panas akibatnya bulu

menjadi gosong. Pada hari ke-4 warna bekas luka pada mencit dengan

perlakuan bioplacenton dan mencit dengan perlakuan pisang kepok berubah

menjadi merah muda. Fitriyah (2011), menjelaskan bahwa hal ini menandakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

luka sudah mulai mengalami proses penyembuhan. Kandungan lektin yang

terdapat pada getah batang semu pisang berfungsi menstimulasi pertumbuhan

sel kulit, sehingga sel kulit cepat berregenerasi sehingga terjadilah perubahan

warna disekitar area luka. Perlakuan bioplacenton mengalami perubahan

warna yang cepat hal ini dikarenakan bioplacenton mengandung plasenta.

Peran plasenta dalam bioplacenton mempercepat regenerasi sel sehingga

proses perubahan warna cepat berregenerasi. Salah satu indikator

penyembuhan luka ialah perubahan warna pada area luka yang mendekati

warna kulit normalnya contohnya pada perlakuan pisang kepok, seperti

gambar 4.4.

a b

Gambar. 4.4. a. awarna luka masih merah pada hari ke-2 b. warnabluka menghitam
pada hari ke-14

Pada gambar 4.4 terlihat perbedaan warna yang terjadi dari hari ke-2

hingga hari ke-14. Warna luka pada gambar a berwarna merah sedangkan

pada gambar b berwarna kehitaman. Warna kehitaman pada gambar b

merupakan tanda-tanda mencit akan mengalami keropeng. Mencit

yangmengalami keropeng atau koreng secara alamiah akan mengalami

pengelupasan koreng dengan sendirinya serta warna bekas keropeng hampir

sama dengan warna kulit normalnya. Proses perubahan warna kulit mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

warna kulit normalnya akan membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan

berbulan-bulan. Perlakuan pisang kepok juga mengalami percepatan perubaha

saponin warna, hal ini dikarenakan getah batang semu pisang kepok

mengandung lektin yang dapat menstimulasi sel-sel kulit, sehingga

mempercepat proses perubahan warna.

Pada mencit dengan perlakuan pisang ambon dan dengan perlakuan

akuades steril mengalami perubahan warna bekas luka yang cukup lama.

Perlakuan dengan akuades steril mengalami perubahan warna luka pada hari

ke-6, warna luka dari merah berubah menjadi warna merah muda. Mencit

dengan perlakuan pisang ambon pada hari ke-5 mengalami perubahan warna

luka dari merah berubah menjadi sedikit kehitaman. Warna kehitaman inilah

yang nantinya akan menjadi keropeng. Perlakuan akuades steril mengalami

perubahan warna pada hari ke-6, perlakuan ini mengalami keterlambatan

perubahan warna. Hal ini disebabkan karena kandungan akuades steril yang

tidak memiliki senyawa yang mampu menstimulasi sel-sel kulit maupun

proses regenerasi sel, sehingga perlakuan ini mengalami keterlambatan

perubahan warna.

C. Pertumbuhan Bulu Mencit (Mus musculus)

Pertumbuhan bulu merupakan salah satu indikator kesembuhan luka.

Tanda-tanda kesembuhan luka meliputi:

1. Area pada luka mengering

2. Warna luka mulai berubah warna mendekati warna kulit normalnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

3. Tumbuhnya bulu

Pada hari ke-4, mencit dengan perlakuan bioplacenton dan perlakuan

pisang kepok pertumbuhan bulu sudah dimulai. Perlakuan akuades steril dan

perlakuan pisang ambon, pada hari ke-6 dimulainya pertumbuhan bulu.

Perbedaan waktu pertumbuhan bulu disebabkan karena pada perlakuan

bioplacenton mengandung plasenta yang dapat meningkatkan proses

pembentukan jaringan baru. Ketika jaringan baru sudah terbentuk maka

pertumbuhan bulu akan segera dimulai serta area luka sudah mengering

sehingga pertumbuhan bulu dapat dimulai. Perlakuan pisang kepok tidak jauh

berbeda dengan perlakuan bioplacenton. Pada perlakuan bioplacenton dan

perlakuan pisang kepok, mengalami pertumbuhan bulu dengan baik dan cepat.

Pada hari ke-4 bulu mencit perlakuan bioplacenton dan perlakuan pisang

kepok sudah mulai tumbuh bulu. Pada hari ke-10 bulu pada perlakuan

bioplacenton sudah hampir tumbuh setengah dari luas area luka. Pada

perlakuan bioplacenton area luka pada hari ke-12 sudah mengalami keropeng

sedangkan perlakuan pisang kepok mengalami keropeng pada hari ke-14.

Namun, antara perlakuan pisang kepok dan pisang ambon terjadi

perbedaan, perlakuan pisang ambon lebih lama mengalami pertumbuhan bulu.

Mencit dengan perlakuan pisang ambon mengalami keterlambatan tumbuhnya

bulu pada area luka disebabkan karena beberapa faktor, seperti:

1. Area luka yang masih basah

2. Kandungan senyawa pada getah batang semu pisang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

3. Psikologis mencit

Pada perlakuan pisang ambon keropeng terjadi lebih dari 14 hari yang

melebihi waktu pengamatan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena

area luka masih sedikit basah dan belum terbentuk keropeng serta kandungan

getah batang semu pisang yang tercampur air, menyebabkan kandungan

senyawa kimia yang terdapat pada getah pisang, kurang efektif dalam proses

penyembuhan luka bakar.

Perlakuan mencit dengan akuades steril mengalami keterlambatan dalam

proses pertumbuhan bulu, pengeringan luka serta perubahan warna luka. Hal

ini dikarenakan luka hanya diolesi dengan akuades steril yang tidak memiliki

kandungan antiseptik maupun senyawa kimia yang menstimulasi

pembentukan sel-sel baru. Proses kesembuhan luka menjadi lambat. Faktor

area luka yang masih basah dan warna luka masih merah tua juga menjadi

penyebab lamanya pertumbuhan bulu. Mencit perlakuan akuades steril juga

belum menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Pada perlakuan akuades steril,

keropeng terjadi lebih dari hari ke-14 sama halnya dengan perlakuan pisang

ambon. Namun, perlakuan akuades steril lebih mengalami keropeng daripada

perlakuan pisang ambon. Hal ini disebabkan karena kandungan akuades steril

yang tidak memiliki senyawa kimia yang menstimulasi sel-sel kulit.

Mencit akan mengalami keropeng setelah mengalami tanda-tanda

kesembuhan seperti tumbuhnya bulu, warna pada area luka berubah dan

panjang luka mengecil. Area luka yang mengalami keropeng akan mengelupas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dengan sendirinya, di bawah ini gambar 4.5 merupakan foto keadaan area luka

yang mengalami keropeng dan akan mengelupas:

Gambar 4.5. Mencit mengalami keropeng

a b c d

Gambar 4.6. a. mencit perlakuan pisang ambon b. mencit perlakuan pisang kepok c.
mencit perlakuan kontrol (+) d. mencit perlakuan kontrol (-)

Pada gambar 4.6 terlihat bahwa pertumbuhan bulu sudah berlangsung.

Pertumbuhan bulu juga dipengaruhi beberapa faktor seperti, jenis luka,

kedalaman luka serta perlakuan pada luka. pada gambar 4.6 juga terlihat

adanya jaringan parut yang berwarna merah pucat, licin serta lemas. Pada

gambar 4.6 ada yang tidak memperlihatkan adanya jaringan parut, contohnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

pada gambar B terlihat area luka berwarna coklat kehitaman yang mengalami

keropeng, saat keropeng mengelupas area tersebut akan terbentuk jaringan

parut. Area tersebut dapat mengalami jaringan parut yang abnormal yang

biasanya disebut dengan keloid jika proses pembentukan kolagen berlebihan.

Pada gambar 4.6 terlihat berbeda-beda hal ini dapat terjadi dikarenakan

beberapa hal seperti pada gambar B luka bakar mengalami gosong, pada

gambar A pencukuran bulu tidak merata, pada gambar C pencukuran bulu

kurang pendek dan pada gambar D luka bakar terbentuk dengan baik.

Pertumbuhan bulu akan terus berjalan hingga pertumbuhan bulu menutupi

area luka meski membutuhkan waktu yang lama.

D. Kendala dan Keterbatasan Penelitian

Selama menjalankan masa penelitian, peneliti mengalami beberapa

kendala dan keterbatasan. Kendala yang dialami ialah keadaan kandang yang

lembab karena tetesan air minum dan kurangnya paparan sinar matahari

menyebabkan luka sukar mengering. Hal ini dapat memicu terjadinya infeksi.

Adapun alternatif lain, yaitu dengan membuka pintu agar terkena sinar

matahari, namun hal ini beresiko menggangu psikologis mencit akibat suara

pintu. Peneliti memutuskan untuk tetap meletakan kandang di tempat tersebut,

karena resiko memindahkan kandang lebih tinggi dibandingkan berkali-kali

membuka dan menutup pintu. keterbatasan dalam penelitian ini adalah:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

1. Dalam penelitian ini, terjadi perbedaan panjang luka yang berbeda

Hal ini disebabkan saat pembuatan luka bakar, mencit memberontak

sehingga skalpel tidak tepat dalam membentuk luka.

2. Kadar air dalam getah batang semu pisang

Hal ini disebabkan karena saat pengambilan getah pisang ambon, getah

bercampur dengan air dari tetesan daun yang terkena guncangan saat

menekan getah pada batang semu pisang.

3. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas perubahan panjang luka

bakar pada mencit yang diberi perlakuan dengan getah batang pisang

kepok dan getah batang pisang ambon dengan indikator hanya

mendeskripsikan perubahan warna luka dan pertumbuhan bulu pada

mencit.

4. Pengukuran panjang luka bakar kurang tepat

Saat mengukur panjang luka pada mencit peneliti mengalami kesulitan

karena saat pengukuran menggunakan jangka sorong, mencit aktif

bergerak sehingga pengukuran kurang tepat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan serta hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang

semu pisang kepok (Musa balbisiana) berperan terhadap proses

penyembuhan luka bakar mencit (Mus musculus) karena getah pisang

mempercepat pengecilan panjang luka, mempercepat perubahan warna

luka dan mempercepat pertumbuhan bulu mencit.

2. Berdasarkan rata-rata panjang luka bakar getah batang semu pisang kepok

(Musa balbisiana) lebih cepat dalam memperkecil panjang luka bakar

pada mencit (Mus musculus) dibandingkan getah batang semu pisang

ambon (Musa acuminata).

B. Saran

1. Saat pembuatan luka bakar pada mencit, usahakan mencit dalam keadaan

tenang

2. Saat pengambilan getah batang semu pisang sebaiknya getah tidak

tercampur oleh air

3. Perlu dilakukan penelitian selain membahas pengecilan panjang luka bakar

pada mencit

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

4. Saat pengukuran panjang luka bakar, usahakan mencit dalam keadaan

tenang

5. Perlu dilakukan penelitian tentang membandingkan jenis getah pisang

lainnya pada luka bakar

6. Perlu dilakukan uji kandungan getah batang semu pisang kepok (Musa

balbisiana) selain senyawa kimia saponin, flavonoid dan tanin yang dapat

mempercepat stimulasi sel-sel kulit.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB VI

IMPLEMENTASI PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN

Hasil penelitian ini dapat diimplemetasikan dalam pembelajaran Biologi di

Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI semester ganjil, pada materi sistem

ekskresi melalui kegiatan presentasi dan diskusi kelompok. Materi terkait sistem

ekskresi ini terdapat dalam Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:

1. 3.9. : memahami struktur, fungsi dan gangguan pada kulit

2. 4.10. : Melakukan pengukuran pengecilan panjang luka bakar pada mencit

menggunakan jangka sorong dan mempresentasikannya.

Sub bab ini dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi dan diskusi

kelompok. Hasil yang diharapkan berdasarkan kompetensi dasar tersebut, siswa

mampu menyebutkan struktur penyusun kulit, menjelaskan struktur fungsi pada

kulit serta mampu menjelaskan gangguan pada kulit.

Perencanaan proses pembelajaran secara sistematisnya dapat dilihat dalam

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terlampir pada lampiran.

Dalam RPP tersebut, tatap muka bersama dengan siswa dirancang sebanyak 8 jam

pertemuan (jp), yang dibagi dalam tiga kali pertemuan dengan pembagian waktu

masing-masing pertemuan 3 jp. 2 jp dan 3 jp. Tujuan dari setiap kegiatan yang

akan dilaksanakan pada setiap pertemuan sebagai berikut:

55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

1. Pertemuan I

- Diskusi kelompok mengenai struktur kulit, fungsi struktur kulit dan

gangguan pada kulit

- Presentasi kelompok mengenai struktur kulit, fungsi kulit dan gangguan

pada kulit

- Penjelasan mengenai LKS

2. Pertemuan II

- Presentasi dari hasil mengerjakan LKS

3. Pertemuan III

- Melanjutkan presentasi dari mengerjakan LKS

- Soal evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Budhi. 2010. Tumbuhan Dengan Kandungan Senyawa Aktif Yang


Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press. Jakarta.

Balqis, Ummu, Rasmaidar, dan Marwiyah, 2014, Gambaran Histopatologis


Penyembuhan Luka Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias
dulcis f.) dan Minyak Kelapa Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus),
Jurnal Medika Veterinaria, Universitas Syiah kuala, Banda Aceh, Vol.8
No.1 February 2014.

Fitriyah, Laili. 2011. Pengaruh Getah Pohon Pisang Ambon (Musa Acuminate, L)
Terhadap Waktu Perdarahan, Koagulasi Dan Penutupan Luka Pada
Mencit (Mus musculus). Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Hanani, Endang, 2015, Analisis Fitokimia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Harbone,J.B., 1984. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Penerbit ITB. Bandung

Hidayat, Taufiq Sakti Noer. 2013. Peran Topical Ekstrak Gel Aloe Vera Pada
Penyembuhan Luka Bakar Derajat Dalam Pada Tikus, Skripsi,
Universitas Airlangga. Surabaya

Isrofah, Sagiran, Moh. Afandi. 2013. Efektifitas Salep Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia (ten) S) Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Bakar Derajat 2 Termal Pada Tikus Putih (Rattus novergicus).
Muhammadiyah Journal of Nursing. Vol 1 No 3. 2013

Lino, B.Priscila, Cleber F. Correa, Marcia E. D. L. Archondo, and Deise C. A. L.


Dellova, 2011, Evaluation Of Post-Surgical Healing In Rats Using A
Topical Preparation Based On Extract Of (Musa sapientum) Epicarp,
Brazilian Journal of Pharmacognosy, 21(3): 491-496, May/Jun. 2011

Ningsih, Ayu Putri, Nurmiati dan Anthoni Agustien. 2013. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kental Tanaman Pisang Kepok Kuning (Musa
paradisiaca Linn.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli. Jurnal Biologi Universitas Andalas, 2(3) – September 2013: 207-
213.

Oputu, Arifin. 2012. Efektivitas Getah Pisang Dalam Penyembuhan Luka.


Makalah. Universitas Negeri Gorontalo.

Prasetyo, Bayu Febram, Ietje Wientarsih dan Bambang Pontjo Priosoeryanto.


2010. Aktivitas sediaan gel ekstrak batang pohon pisang ambon dalam

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

proses penyembuhan luka pada mencit. Jurnal Veteriner. Vol 11 No. 2 :


70-73

Perdana, Bagus. 2013. Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina


(Jatropha curcas Linn) Dengan Povidone Iodine 10% Secara Topical
Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus) Galur Wistar. Skripsi. Universitas Malahayati
Bandar Lampung.

Rosanti, Dewi., 2013. Morfologi Tumbuhan, Erlangga, Jakarta.

Sari, Etika Julita. 2016. Struktur Tulang Belakang Fetus Mencit (Mus musculus)
Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Teki (Cyperus rotundus). Skripsi.
Universitas Lampungss

Sumoza, Nelsy Sucidayana, Efrizal, dan Resti Rahayu. 2014. Pengaruh Gambir
(Uncaria gambir R) Terhadap Penyembuhan Luka Bara Pada Mencit
Putih (Mus musculus L) Jantan. Jurnal. Biologi Universitas Andalas.
Vol 3 No. 4. Desember 2014.

Sundari, Lilis. 2015. Pengaruh Getah Pelepah Pisang Kepok (Musa balbisiana)
Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus).
Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.

Suprapti, M. Lies., 2005. Aneka Olahan Pisang. Kanisius, Yogyakarta

Surahman, Agus, Hendra Ermawan dan Zwageri Argo Pitoyo. 2009. Pemanfaatan
Getah Bonggol Pisang Sebagai Obat Oles Alternatif Penyembuh Luka
Lecet. Makalah. Universitas Negeri Malang.

Sutrian, Yayan., 2011, Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan


Jaringan, Rineka Cipta, Jakarta

Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan, Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta

Thygerson, Alton., 2011, Pertolongan Pertama, diterjemahkan oleh Penerbit


Erlangga, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1

SILABUS PEMINATAN MATEMATIKA DAN ILMU-ILMU ALAM


MATA PELAJARAN BIOLOGI SMA
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas : XI

KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

7. Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem ekskresi

1.1. Mengamati
Mengagumi keteraturan Struktur dan
 Guru mengajak murid untuk
Tugas 8 x 45  Buku siswa
dan kompleksitas ciptaan fungsi sel pada  Siswa JP
mengamati video anatomi kulit yang  Buku
Tuhan tentang struktur dan sistem ekskresi tersusun atas beberapa bagian. mempelajari
biology
fungsi sel, jaringan, organ manusia.  Guru menjelaskan prosedur kembali materi
penyusun sistem dan  Struktur kulit presentasi dari LKS, hanya beberapa yang sudah  Internet
kelompok yang dapat presentasi  Buku
bioproses yang terjadi pada  Fungsi struktur karena terkait waktu, watktu
diberikan
mahluk hidup. kulit prsentasi dan tanya jawab selama 20  Siswa membuat referensi
2.1. Berperilaku ilmiah: teliti,  Fungsi kulit menit gambar berbagai
tekun, jujur terhadap data  Gangguan pada anatomi kulit sumber
Menanya
dan fakta, disiplin, kulit normal dan
 Guru memberikan kesempatan
tanggung jawab, dan peduli kepada siswa untuk bertanya terkait kulit yang
dalam observasi dan video anatomi kulit mengalami
eksperimen, berani dan  Siswa yang lainnya dapat mencoba gangguan
memberikan jawaban/hasil analisa
santun dalam mengajukan
sementara.
pertanyaan dan  Siswa diberi kesempatan untuk Tes
berargumentasi, peduli bertanya mengenai prosedur  Soal essai
lingkungan, gotong presentasi
royong, bekerjasama, cinta  Guru memberi kesempatan pada
siswa untuk tanya jawab
damai, berpendapat secara
ilmiah dan kritis, responsif Mengumpulkan Data
dan proaktif dalam dalam  Guru membagi siswa dalam
setiap tindakan dan dalam kelompok dan mengajak siswa
untuk berdiskusi dalam
melakukan pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

dan percobaan di dalam kelompoknya mengenai soal yang


kelas/laboratorium maupun ada di dalam video
 Guru membagi LKS pada setiap
di luar kelas/laboratorium.
kelompok
 Guru menjelaskan mengenai LKS
yang berisi perintah melakukan
pengukuran luka bakar pada mencit
serta menjawab pertanyaan pada
LKS dan mempresentasikan
kesimpulan dari LKS pada
pertemuan selanjutnya
 Siswa diberi kesempatan untuk
bertanya seputar LKS
 Siswa diberi kebebasan untuk
mencari sumber informasi dengan
internet terkait dengan soal pada
video

Mengasosiasikan
 Siswa secara berkelompok
3.9. Memahami struktur, fungsi mendiskusikan soal pada video
dan gangguan pada kulit.  Siswa menuliskan hasil diskusi soal
pada video dalam bentuk laporan
4.10. Melakukan pengukuran tertulis dan PPT singkat
 Kelompok lain yang tidak presentasi
pengecilan panjang luka dapat menuliskan hal-hal penting
yang disampaikan oleh kelompok
bakar pada mencit
presentasi sebagai catatan tambahan
menggunakan jangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

sorong dan Mengkomunikasikan


mempresentasikannya  Setiap kelompok mempresentasikan
hasil diskusi
 Siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok terkait LKS
 Guru memberikan kesempatan pada
kelompok lain untuk bertanya
 Siswa melakukan presentasi yang
belum melakukan presentasi
bersama kelompoknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas / Semester : XI / Ganjil

Materi Pembelajaran : Sistem Ekskresi

Alokasi Waktu : 8 X 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

B. Kompetensi Dasar (KD)

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang


struktur dan fungsi sel, jaringan, organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, aktif, jujur terhadap data dan fakta,
disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan
eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama,
cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan
pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di
luar kelas/laboratorium.

3.9 Memahami struktur, fungsi dan gangguan pada kulit.

4.10 Melakukan pengukuran pengecilan panjang luka bakar pada mencit


menggunakan jangka sorong dan mempresentasikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

C. Indikator Pencapaian D. Tujuan Pembelajaran

1.2.1 Mengembangkan rasa 1.2.1.1 Siswa dapat


syukur terhadap ciptaan mengembangkan rasa
Tuhan Yang Maha Esa syukur atas pengetahuannya
tentang struktur, fungsi dan
gangguan kulit melalui
kegiatan presentasi

2.1.1 Mengembangkan berperilaku 2.1.1.1 Siswa dapat mengembangkan


ilmiah: santun, proaktif dan sikap santun, proaktif dan
kerjasama dalam kegiatan kerjasama melalui kegiatan
diskusi dan presentasi. berdiskusi

2.1.1.2 Siswa dapat mengembangkan


sikap santun, proaktif dan
kerjasama melalui presentasi

3.9.1 Menyebutkan struktur 3.9.1.1 Siswa mampu menyebutkan


penyusun kulit struktur penyusun pada kulit
melalui kajian literature

3.9.2 Mendeskripsikan fungsi 3.9.2.1 Siswa dapat mendeskripsikan


struktur kulit fungsi struktur pada kulit
melalui kegiatan diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

3.9.3 Menganalisis gangguan pada 3.9.3.1 Siswa dapat menganalisis


kulit gangguan pada kulit melalui
kegiatan diskusi

4.10.1 Melakukan pengukuran 4.10.1.1 Siswa dapat melakukan


pengecilan panjang luka pengukuran pengecilan
bakar pada mencit panjang luka bakar pada
menggunakan jangka sorong mencit menggunakan jangka
dan mempresentasikannya sorong dan
mempresentasikan hasilnya

E. Materi Pembelajaran

a) Materi Konsep

 Struktur kulit
 Fungsi kulit
 Gangguan pada kulit

F. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Discovery
3. Metode : Presentasi siswa, diskusi dan literature
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

G. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1 (3x45 Menit)

Waktu
No Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa
(menit)
1 o Menyiapkan  Guru memberikan salam dan berdoa bersama 20
kondisi belajar  Guru mengabsen, mengondisikan kelas

o Melakukan
 Apersepsi: membangun analogi siswa, Guru membawa
apersepsi
jeruk, kemudian menunjuk dua siswa, satu untuk
menusuk jeruk tanpa kulit dengan pisau dan satu untuk
menusuk jeruk yang berkulit dengan pisau,

Guru : apa yang terjadi pada kedua jeruk ini anak-anak ?


Siswa : mengeluarkan air
Guru : kira-kira apa perbedaan dari kejadiaan dua jeruk
tersebut ?
Siswa : tanpa kulit langsung mengeluarkan air dan banyak
sedangkan yang berkulit keluar air namun sedikit
Guru : kira-kira apa fungsi kulit pada jeruk tersebut
sehingga air keluar sedikit, apa sama halnya pada kulit
manusia ketika terjadi luka ?

o Memotivasi  Memotivasi: Guru menayangkan kata-kata bijak


mengenai karunia Tuhan atas ciptaan-Nya
o Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

2 a. Mengamati  Guru mengajak murid untuk mengamati video anatomi 100


kulit yang tersusun atas beberapa bagian.

 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk


b. Menanya
bertanya terkait video anatomi kulit
 Siswa yang lainnya dapat mencoba memberikan
jawaban/hasil analisa sementara.

 Guru membagi siswa dalam kelompok dan mengajak


c. Mengumpulkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya mengenai
data/ melakukan soal yang ada di dalam video
pengamatan  Guru membagi LKS pada setiap kelompok
 Guru menjelaskan mengenai LKS yang berisi perintah
melihat perbandingan getah pisang ambon dan kepok
dalam proses penyembuhan luka bakar pada mencit dan
mempresentasikan kesimpulan dari LKS pada pertemuan
selanjutnya
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seputar LKS
 Siswa diberi kebebasan untuk mencari sumber informasi
dengan internet terkait dengan soal pada video

d. Mengasosiasikan
 Siswa secara berkelompok mendiskusikan soal pada
video
 Siswa menuliskan hasil diskusi soal pada video dalam
bentuk laporan tertulis dan PPT singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

e. Mengomunikasik
an
 Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
 Guru mengkonfirmasi bila terjadi perbedaan pendapat
dari hasil diskusi siswa.

3 o Resume  Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil 15


diskusi kelompok
 Guru menuliskan hasil kesimpulan di papan tulis

o Refleksi  Menunjuk siswa untuk berefleksi tentang pembelajaran


hari ini

o Tindak lanjut  Siswa ditugaskan mempelajari materi yang didapat hari


ini sebagai bahan dalam menjawab soal pada LKS
 Guru memberitahukan pada siswa pada pertemuan
berikutnya akan dilaksanakan presentasi LKS

Pertemuan 2 (2x45 menit)

No Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa waktu

1 o Menyiapkan  Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama 10


kondisi belajar  Guru mengabsen siswa menit

o Memotivasi
 Guru memberi tayangan video pendek mengenai nilai
kejujuran

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

o Menyampaikan
tujuan
pembelajaran

2 a. Mengamati  Guru menjelaskan prosedur presentasi dari LKS, hanya 70


beberapa kelompok yang dapat presentasi karena terkait menit
waktu, watktu prsentasi dan tanya jawab selama 20 menit

b. Menanya  Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai


prosedur presentasi

c. Mengkomunikasi
 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok terkait
kan
LKS
 Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
bertanya

 Kelompok lain yang tidak presentasi dapat menuliskan


d. Mengasosiasikan
hal-hal penting yang disampaikan oleh kelompok
presentasi sebagai catatan tambahan

3 o Refleksi  Guru mengajak siswa berefleksi mengenai pembelajaran 10


hari ini menit

o Tindak lanjut  Guru mengingatkan kembali untuk pertemuan selanjutnya


akan dilanjutkan dengan presentasi LKS dari kelompok
yang belum presentasi serta akan diadakan soal evaluasi

Pertemuan 3 (3x45 menit)

No Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa waktu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

1 o Menyiapkan  Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama 20


kondisi belajar  Guru mengabsen siswa menit

o Memotivasi
 Guru memberi tayangan video pendek mengenai nilai
kejujuran

o Menyampaikan  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran


tujuan
pembelajaran

2 a. Mengomunikasikan  Siswa melakukan presentasi yang belum melakukan 100


presentasi bersama kelompoknya menit

b. Menanya  Guru memberi kesempatan pada siswa untuk tanya


jawab

 Setelah selesai presentasi, Guru memberikan sedikit


review mengenai hasil presentasi pada pertemuan
sebelumnya dan pertemuan hari ini
 Guru memberikan lembar soal evaluasi pada setiap
siswa

3 o Refleksi  Guru mengajak siswa berefleksi mengenai keseluruhan 15


pembelajaran pada materi kulit dari awal hingga menit
evaluasi

 Guru menugaskan siswa untuk membuat gambar


o Tindak lanjut anatomi kulit normal dan kulit yang mengalami
gangguan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

H. Media dan Sumber Pembelajaran


a) Sumber belajar:
 Buku Biologi SMA/MA kelas XI
 Internet
 Jurnal
 Buku siswa
 Buku referensi berbagai sumber

b) Media:
- Komputer/laptop, LCD
- Alat tulis
- LKS
- Jeruk
- Pisau
- Video
- Lembar soal evaluasi

I. Penilaian

Aspek Teknik Instrumen


Sikap (Afektif) Observasi Lembar Observasi (diskusi
kelompok)
Pengetahuan (Kognitif) Tes Tes soal pilihan ganda
Keterampilan Observasi Lembar Observasi (kegiatan
(Psikomotor) presentasi)

J. Lampiran
1. Instrumen Penilaian Kognitif
2. Instrumen Penilaian Psikomotor
3. Instrumen Penilaian Afektif
4. Kisi-kisi soal evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

5. Soal Pilihan Ganda


6. kunci jawaban dan penskoran
7. Rubrik Penilaian Afektif
8. Rubrik Penilaian Psikomotor

Yogyakarta, 13 Februari 2017


Guru Biologi,

Rike Pangestika
121434061
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3

LEMBAR KERJA SISWA

Pengukuran Panjang Luka Bakar pada Mencit

Kompetensi Dasar : 4.10. Melakukan pengukuran pengecilan panjang luka


bakar pada mencit menggunakan jangka sorong dan
mempresentasikannya

Tujuan : Mengetahui kemampuan getah batang semu pisang kepok


(Musa balbisiana) dan getah batang semu pisang ambon
(Musa acuminata) dalam proses penyembuhan luka bakar
pada mencit (Mus musculus)

Alat Bahan

- Jangka Sorong - Bioplacenton


- LKS - Getah batang semu pisang ambon
- Alat tulis - Getah batang semu pisang kepok
- Kamera - Akuades steril
- Sarung tangan - Mencit yang sudah terkena luka bakar
- Cotton buds
- Stringe

Cara kerja:

1. Siapkan 20 ekor mencit yang sudah terkena luka bakar


2. Siapkan getah batang semu pisang kepok dan ambon dalam Erlenmeyer
3. Siapkan bioplacenton dan akuades steril
4. Siapkan jangka sorong dan stringe
5. Siapkan cotton buds
6. Siapkan alat tulis dan kamera
7. Setiap kelompok mendapatkan 4 ekor mencit

74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

8. Masing-masing mencit diberi kode (K+) untuk bioplacenton, getah pisang


ambon (PA), getah pisang kepok (PK) dan akuades steril (K-)
9. Setelah masing-masing mencit diberi kode, siapkan stringe, ukur setiap
perlakuan sebanyak 3ml
10. Kemudian oleskan setiap perlakuan yang ada pada stringe menggunakan
cotton buds, pemberian perlakuan disesuaikan dengan kode, misalnya: mencit
kode (K-) dioleskan akuades steril pada area yang terkena luka
11. Kemudian ukur panjang luka menggunakan jangka sorong
12. Dokumentasikan proses pengukuran serta catat hasil pengukuran pada tabel
yang ada di LKS
13. Pengukuran dilaksanakan setiap hari selama 3 hari
14. Pemberian obat 3x sehari
15. Jawablah pertanyaan di bawah
16. Presentasikan hasil pengukuran serta jawaban dari pertanyaan pada LKS di
depan kelas

Tabel.1. Pengukuran Pengecilan Panjang Luka Bakar pada Mencit

Panjang Luka Bakar (mm) hari ke-


Perlakuan Keterangan
1 2 3
K+
PA
PK
K-

Jawablah pertanyaan berikut ini !

1) Pada perlakuan manakah pengecilan luka pada mencit cepat terjadi ?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

2) Mengapa perlakuan tersebut (1), dapat terjadi secara cepat ?

3) Bandingkanlah ke-4 perlakuan tersebut berdasarkan hasil data pengukuran


kelompok

4) Kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4

Soal Evaluasi

1. Sebutkan stuktur penyusun kulit ! (15)


2. Deskripsikan fungsi struktur kulit pada tubuh ! (15)
3. Salah satu gangguan pada kulit ialah terkena luka bakar. Tubuh secara alamiah
memiliki tahapan penyembuhan pada kulit yang terkena luka bakar. Jelaskan
tahapan penyembuhan tersebut serta perbandingan dari setiap tahapan tersebut !
(25)

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4

INSTRUMENT PENILAIAN KOGNITIF


Kisi-Kisi Soal Essai

Jenjang Pendidikan : SMA


Mata Pelajaran : Biologi
Materi : Sistem Ekskresi
Kelas/Semester : XI/II
Jumlah Soal : 3 Essai

Level Jumlah
Kompetensi Dasar Indikator No Soal
Kognitif Soal
3.9.1 Menyebutkan
struktur penyusun
C1 1 1
kulit

3.9.2 Mendeskripsikan
3.9 fungsi struktur
Memahami C2 2 1
kulit
struktur, fungsi dan
gangguan pada 3.9.3 Menganalisis
kulit. gangguan pada
kulit
C4
3 1

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4

Penilaian Kognitif

Tujuan : Melihat kemampuan siswa dalam memahami materi

Kelas/semester : XI/II

Materi : Sistem Ekskresi

(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ)


Nilai akhir = x 100%
(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙)

Rubrik Penilaian Kognitif

No Kunci jawaban Poin 25 Poin 20 Poin 15 Poin 10 Poin 5 Poin 0


1 Epidermis (kulit ari), Dermis Siswa Siswa hanya Siswa hanya Siswa
(kulit jangat) dan Hipodermis menjawabdeng menyebutkan menyebutkan tidak
(lapisan subkutan) an lengkap 2 bagian dari 1 bagian dari menjawab
semua bagian 3 bagian 3 bagian atau

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

No Kunci jawaban Poin 25 Poin 20 Poin 15 Poin 10 Poin 5 Poin 0


struktur kulit struktur kulit struktur kulit jawaban
salah
2 Pada epidermis terdapat Siswa Siswa hanya Siswa hanya Siswa
keratinosit menghasilkan keratin, menjawab menjelaskan menjelaskan tidak
protein yang mengeraskan dan semua 2 bagian dari 1 bagian dari menjawab
membuat kulit tahan air. penjelasan 3 bagian 3 bagian atau
Melanosit menghasilkan ketiga bagian fungsi fungsi jawaban
melanin, pigmen yang fungsi struktur struktur kulit struktur kulit salah
melindungi sel dari radiasi UV. kulit
Sel-sel langerhans adalah
makrofag fagosit yang
berinteraksi dengan sel darah
putih selama tanggapan imun.
Pada dermis mengandung
jaringann ikat. Jaringan ikat
strukturnya memberikan
kekuatan untuk memanjang
(kemampuan untuk dapat
ditarik) dan elastisitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

No Kunci jawaban Poin 25 Poin 20 Poin 15 Poin 10 Poin 5 Poin 0


(kemampuasn untuk kembali ke
wujud semula). Pada hipodermis
berfungsi untuk mengikat kulit
dengan permukaan di bawahnya,
menyediakan penyekatan suhu
dan menyerap guncangan dari
benturan pada kulit.

3 Pada kulit secara alamiah Siswa Siswa hanya Siswa hanya Siswa hanya Siswa hanya Siswa
melakukan proses penyembuhan menjelaskan 3 menjelaskan 3 menjelaskan 3 menjelaskan menjelaskan tidak
sendiri. Tubuh memiliki 3 fase dan fase dan fase dan 2 fase dan 1 fase dan menjawab
tahapan dalam penyembuhan menyebutkan menyebutkan menyebutkan 1 menyebutkan menyebutkan atau
luka, yaitu fase inflamasi, fase perbedaan 2 perbedaan perbedaan 2 perbedaan 1 perbedaan jawaban
proliferasi dan fase maturasi setiap fase setiap fase setiap fase setiap fase setiap fase salah
(remodeling). Fase inflamasi
merupakan fase dimana tubuh
secara alamiah melakukan
proses hemostasis, yaitu proses
pemberhentian perdarahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

No Kunci jawaban Poin 25 Poin 20 Poin 15 Poin 10 Poin 5 Poin 0


Proses ini mencegah tubuh
mengeluarkan banyak darahdan
menjaga kestabilan sirkulasi
darah untuk tetap melakukan
transportasi oksigen serta nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh saat
terjadi luka. Fase ini juga
mencegah terjadinya infeksi oleh
mikroorganisme akibat luka.
Pada fase ini tubuh secara
alamiah mengaktifkan leukosit
untuk memfagositosit
mikroorganisme yang
menyerang tubuh. Pada fase ini
terdapat jaringan granular yang
berisi fibroblas serta pembuluh-
pembuluh darah. Jaringan ini
berfungsi untuk menutup rongga
pada area luka. Kedua, fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

No Kunci jawaban Poin 25 Poin 20 Poin 15 Poin 10 Poin 5 Poin 0


proliferasi, fase ini merupakan
kelanjutan dari fase sebelumnya,
fase ini merupakan fase dimana
ruang luka sudah mulai tertutupi
oleh adanya jaringan granular.
Jaringan ini akan mulai mengisi
pada rongga luka. Terahir, fase
maturasi, fase ini hanya proses
penyempurnaan penutupan luka.
Fase ini jaringan granular akan
berubah menjadi jaringan parut.
Pada fase ini produksi kolagen
serta pembuluh darah akan
mengalami penurunan. Fase ini
akan berlangsung lama berbulan-
bulan hingga bertahun-tahun
tergantung dari jenis serta
kedalaman luka. Perbedaan
ketiga fase yaitu, fase inflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

No Kunci jawaban Poin 25 Poin 20 Poin 15 Poin 10 Poin 5 Poin 0


merupakan fase hemostasis dan
fagositosis. Fase kedua yaitu
fase penutupan luka dan fase
maturasi yaitu fase
penyempurnaan penutupan luka
serta penyempurnaan kulit
keadaan normalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4

Penilaian Afektif

Tujuan : Mengukur sikap siswa dalam kegiatan diskusi kelompok

Kelas/semester : XI/ II

Materi : Sistem Ekskresi

Aspek Penilaian
No Nama Siswa Kerjasama Santun Proaktif
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Jumlah skor yang didapat


Skor : x 100%
skor maksimal

Kriteria nilai :

Nilai 85 – 100 = (A) Sangat Baik Nilai 55 – 69 = (C) Cukup

Nilai 70 – 84 = (B) Baik Nilai 0 – 54 = (D) Kurang

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Rubrik Penilaian Afektif

A. Kerjasama
SKOR
1 2 3 4 5
Kurang Kerjasama Kerjasama Kerjasama Kerjasama dalam
bekerjasama dalam berbagi dalam berbagi dalam berbagi berbagi pendapat,
dalam berbagi pendapat pendapat dan pendapat, kerjasama dalam
pendapat, berbagi kerjasama kerjasama berbagi tugas,
tugas, menjawab dalam berbagi dalam berbagi kerjasama dalam
persoalan dan tugas tugas dan menjawab
mencari kerjasama persoalan dan
informasi/mengu dalam kerjasama dalam
mpulkan data menjawab mencari
persoalan informasi/mengu
mpulkan data

B. Santun
SKOR
1 2 3 4 5
Kurang santun Santun dalam Santun dalam Santun dalam Santun dalam
dalam mengutarakan mengutarakan mengutarakan mengutarakan
mengutarakan pendapat pendapat dan pendapat, santun pendapat,
pendapat, dalam santun dalam dalam santun dalam
menghargai menghargai menghargai menghargai
pendapat orang pendapat orang pendapat orang pendapat orang
lain, dalam lain lain dan santun lain, santun
bertindak dan dalam bertindak dalam bertindak
dalam mengolah dan santun
informasi/fakta dalam mengolah
informasi/fakta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

C. Proaktif
SKOR
1 2 3 4 5
Kurang proaktif Proaktif Proaktif dalam Proaktif dalam Proaktif dalam
dalam dalam berpendapat berpendapat, berpendapat,
berpendapat, berpendapat dan proaktif proaktif dalam proaktif dalam
mencari dalam mencari mencari mencari
informasi/fakta, informasi/fakta informasi/fakta informasi/fakta,
berbagi tugas dan proaktif proaktif dalam
kelompok dan dalam berbagi berbagi tugas
dalam menjawab tugas kelompok dan
persoalan kelompok proaktif dalam
menjawab
persoalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4

Penilaian Psikomotor

Tujuan : Mengukur ketrampilan siswa dalam kegiatan presentasi

Kelas/semester : XI / II

Materi : Sistem Ekskresi

Aspek Penilaian
No Trampil Trampil menyajikan Trampil
Nama Siswa
Urut menjawab materi presentasi di bertanya
pertanyaan depan kelas

Jumlah skor yang didapat


Skor : x 100%
skor maksimal

Kriteria nilai :

Nilai 85 – 100 = (A) Sangat Baik

Nilai 70 – 84 = (B) Baik

Nilai 55 – 69 = (C) Cukup

Nilai 0 – 54 = (D) Kurang

88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Rubrik Penilaian Psikomotor

A. Trampil menjawab pertanyaan


1 2 3 4 5
Kurang trampil Trampil Trampil Trampil menjawab Trampil menjawab
menjawab pertanyaan menjawab menjawab pertanyaan seperti: pertanyaan seperti:
seperti: jawaban tidak pertanyaan pertanyaan jawaban disertai jawaban disertai data,
disertai data, tidak seperti: seperti: jawaban data, sesuai dengan sesuai dengan fakta,
sesuai dengan fakta, jawaban disertai data, fakta, jawaban jawaban terkini dan
jawaban kurang disertai data sesuai dengan terkini jawaban sesuai dengan
terkini dan jawaban fakta pertanyan
tidak sesuai
pertanyaan

B. Trampil menyajikan materi presentasi di depan kelas


1 2 3 4 5
Kurang trampil Trampil Trampil Trampil menyajikan Trampil menyajikan
menyajikan materi menyajikan menyajikan materi materi presentasi materi presentasi
presentasi seperti: materi presentasi seperti: seperti: menarik, seperti: menarik,
kurang menarik, presentasi menarik dan menggunakan media menggunakan media
kurang menggunakan seperti: menggunakan pendukung dan pendukung,
media pendukung, menarik media pendukung penyampaian materi penyampaian materi
penyampaian materi lugas lugas dan materi sesuai
kurang lugas dan dengan fakta/fenomena
materi kurang sesuai
dengan
fakta/fenomena

C. Trampil bertanya
1 2 3 4 5
Kurang trampil Trampil Trampil bertanya Trampil bertanya Trampil bertanya
bertanya seperti: bertanya seperti: aktif seperti: aktif seperti: aktif
bertanya harus seperti: aktif bertanya tanpa bertanya tanpa bertanya tanpa
disuruh terlebih bertanya disuruh, disuruh, disuruh, pertanyaan
dahulu, pertanyaan tanpa disuruh pertanyaan pertanyaan menarik, pertanyaan
tidak menarik, menarik menarik, sesuai topik dan
pertanyaan tidak pertanyaan sesuai pertanyaan berbobot
sesuai topik dan topik
pertanyaan tidak
berbobot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5

HASIL PENGAMATAN

14.00
Panjang Luka Bakar (mm)

12.00
10.00
8.00 Rata-rata PA
6.00 Rata-rata PK

4.00 Rata-rata K+

2.00 Rata-rata K-

0.00
1 2 3 4 5 6 7
Hari ke-

Grafik 4.1. Rata-rata panjang luka bakar (mm) pada mencit

Panjang Luka (mm)


Perlakuan Keterangan
10/11 11/11 12/11 13/11 14/11 15/11 16/11
P1 a 13,25 13,25 12,82 12,82 12,20 12,20 12,02
Perlakuan 1
P1 b 12,64 12,64 12,42 12,42 12,40 12,40 12,30
(PA)
P1 c 11,90 11,90 11,80 11,80 11,77 11,77 11,47
P2 a 11,55 11,55 11,30 10,42 10,42 9,11 9,01
Perlakuan 2
P2 b 10,12 10,12 10 10 9,12 9,12 9,02
(PK)
P2 c 10,18 10,18 9,42 9,35 9,30 9,30 9,11
K+ a 10,36 10,36 10 10 9,80 9,85 9,85
Kontrol
K+ b 11,08 11,08 11,00 10,55 10,44 9,02 9
Positif (K+)
K+ c 10,70 10,70 10,55 10,44 9,02 9,02 8,93
K- a 10,42 10,42 10,47 10,50 10,55 10,55 10,11
Kontrol
K- b 10,31 10,31 11,03 11,03 10,45 10,45 9,33
Negatif (K-)
K- c 11,14 11,14 12,04 12,04 11,32 11,32 10,13

Tabel 1.1 Pengamatan Pengecilan Panjang Luka Mencit (Mus musculus)

Keterangan:

P (A) = perlakuan dengan getah pelepah pisang ambon


P (K) = perlakuan dengan getah pelepah pisang kapok
K+ = perlakuan dengan bioplacenton
K- = perlakuan dengan akuades steril

90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Tabel 1.2 Pengamatan Deskripsi Luka Bakar Mencit (Mus musculus)

P1 (A) P2 (K) K+ K-
Hari/ Tgl
P1 a P1b P1c P2a P2b P2 c K+a K+b K+c K-a K-b K-c
13/11 - - - + + + + + + - - -
14/11 - - - + + + + + + - - -
15/11 + + + + ++ ++ ++ ++ ++ + + +
16/11 + ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ + + +
17/11 + ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ + + +
18/11 + ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ + + +
Bulu Mencit

19/11 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + + +
20/11 ++ ++ ++ ++ ++ ++ +++ +++ +++ + + +
21/11 ++ ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
22/11 ++ ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
23/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
24/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
25/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
26/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
27/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
28/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
29/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
30/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
10/11 + + + + + + + + + + + +
11/11 + + + + + + + + + + + +
12/11 + + + + + + + + + + + +
13/11 + + + + + + ++ ++ ++ + + +
14/11 + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ + + +
15/11 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + + +
16/11 ++ ++ ++ ++ ++ ++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
Warna Bekas Luka

17/11 ++ ++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++


18/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
19/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
20/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
21/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++
22/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
23/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
24/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
25/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
26/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
27/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
28/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
29/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
30/11 +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +++
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Tabel 1.3 Rubrik Deskripsi Luka

A. Bulu Mencit (Mus musculus)


+ ++ +++ ++++
Bulu mencit Bulu mencit Bulu mencit Bulu mencit
tumbuh tumbuh kurang tumbuh setengah tumbuh hingga
kurang dari dari setengah lebih dari luas menutupi seluruh
seperempat luas area luka area luka luas area luka
luas area luka

B. Warna Luka

+ ++ +++ ++++
Warna luka Warna luka Warna luka Warna luka sudah
berwarna berwarna merah berwarna merah berwarna kulit
merah muda pada normalnya
kebiruan

Anda mungkin juga menyukai