Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan Asma

Oleh:

I Putu Edi Darmawan

1202105042

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2014
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Asma
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan
berarti serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson (1996)
dalam Purnomo (2008) mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala
wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul
secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau
atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit
T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak
nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala
ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun
bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas
terhadap berbagai rangsangan.
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang
sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh.
Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas
secara menyeluruh (Abidin, 2002).`
2. Etiologi Asma
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang
yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi.
1 Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
(Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap
menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa
menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung
timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam
waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap
pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi
udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang
berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer
dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik.
Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung
lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui
mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut),
dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.
Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial
jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan
anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti
aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam
dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen
ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor
pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel
mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik
atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat,
ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas
pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan
selama 2-3 menit sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi
pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo
bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.

4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis
alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi
membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.

3. Patofisiologis Asma
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan
eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas
darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin
dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila
respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena
histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang
iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan
obstruksi aliran udara.

4. Manifestasi Klinis Asma


Gejala Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui.
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula
rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma
atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma
akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes
provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa
tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang
makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

5. Pemeriksaan Penunjang Asma


1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
 Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
 Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
 Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
 Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
 Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
 Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
 Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan
tekanan sistolik.
 Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh
asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma
yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
 Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
 Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
 Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi.

6. Terapi Asma
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason
dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka
lama harus diawasi dengan ketat.
d) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya
berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.

7. Komplikasi Asma
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian Primer Asma
a. Airway
 Peningkatan sekresi pernafasan
 Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
 Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
 Menggunakan otot aksesoris pernafasan
 Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
 Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
 Sakit kepala
 Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
 Papiledema
 Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri
individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali
sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi,
Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi
pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta
adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
rambut, kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan
irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.

2. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien :


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut NANDA (2012-2014),
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
 Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi d.d sianosis, pernapsan
abnormal(frekuensi),napas cuping hidung,gelisah
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
 Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut.
 Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan ditandai
dengan pengungkapan masalah terkait faktor-faktor pencetus asma.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Evaluasi
Hasil
1 Ketidakefe Setelah dilakukan NIC: Asthma management NIC: Asthma management S : Mengevaluasi
1. Membandingkan status sekarang 1. Untuk mengetahui perkembangan
ktifan intervensi selama ….x kemampuan
dengan status sebelumnya untuk kondisi px
Bersihan 24 jam, diharapkan pasien
2. Mengetahui fungsi paru px
mendapatkan perubahan dalam status
jalan sesak nafas px 3. Meningkatkan pengetahuan px mendeskripsik
pernapasan.
Nafas b/d berkurang, Dengan tentang penggunaan perf. an penyebab,
2. Melakukan pengukuran spirometry
4. Mengetahui tingkat pengetahuan
spasme kreteria hasil : mengenali
(FEV, FVC, perbandingan FEV/FVC)
px dan keluarga tentang penyakit
jalan NOC Label : onset asma,
sebelum dan sesudah menggunakan
klien
napas Asthma Self mengatasi
bronchodilator jangka pendek. 5. Agar px mengetahui penyakitnya,
management 3. Mengedukasi pasien tentang faktor
pengobatan yang harus dijalani,
1. Px mampu penggunaan PERF di rumah. pencetus,
penyebabnya agar px dapat
4. Menentukan pengertian klien atau
mendeskripsikan mengontrol
mengubah gaya hidupnya.
keluarga tentang penyakit dan
faktor penyebab 6. Agar keluarga dan px mengetahui gejala asma
penanganannya.
asma cara menggunakan peralatan dan dan
5. Memberitahukan tentang diagnosis,
2. Px mampu
obat dengan benar. kemampuan
pengobatan, dan pengaruh dari gaya
mengenali onset 7. Menghindari faktor predisposisi
menggunakan
hidup.
asma yang dapat meningkatkan gejala
6. Mengajarkan teknik yang benar untuk alat dan obat
3. Px mampu
asma.
menggunakan obat dan peralatan asma.
mengatasi faktor 8. Menghindari faktor predisposisi
pencetus (misalnya menarik nafas, nebulizer, yang dapat meningkatkan gejala
4. Px mampu
aliran maksimum). asma px. O : mengevaluasi
memanajemen 7. Mengidentifikasi pemicu dan reaksi 9. Untuk mengetahui apakah px
RR klien normal
serangan asma akut yang lazim. masih mengalami kesulitan
16x/menit, klien
8. Membantu dalam mengenal
sesuai kondisi px bernafas.
tidak sesak
5. Px mampu tanda/gejala dari reaksi asthma 10. Untuk mengetahui
napas dan
mengubah gaya mendatang dan pelaksanaan dari perkembangan penyakit px.
11. Untuk mengetahui apakah px mampu
hidup untuk ketepatan pengukuran respon.
9. Memantau kecepatan, irama, menggunakan otot bantu mengeluarkan
mengoptimalkan
kedalaman, dan upaya untuk bernapas. pernafasan atau tidak. secret dengan
kesehatan
10. Mencatat serangan, karakteristik, dan 12. Untuk mengetahui apakah pasien
6. Px melaporkan batuk efektif
durasi dari batuk. masih terdengar suara wheezing
dapat memulihkan ada tidaknya
11. Mengamati gerakan dada, termasuk 13. Untuk mengurangi kesalahan
energi setelah pernafasan
simetri, penggunaan dari otot bantu pemberian obat dan efek
istirahat. cuping hidung,
pernapasan, dan penarikan otot samping obat
7. Px mampu
14. Untuk mengetahui apakah ada ada atau
supraclavikular dan intercostals.
mempertahankan
12. Auskultasi suara nafas, ada atau perbaikan kondisi klien setelah tidaknya retraksi
akses pengobatan
tidaknya area dari pengurangan pemberian obat intercostal, dan
8. Monitor efek
15. Untuk mengurangi gejala batuk
ventilasi dan suara pernapasan. auskultasi masih
samping obat 16. Untuk membantu pasien
13. Memberikan pengobatan yang tepat
9. Px mampu atau tidaknya
memulai pernapasan secara
atau sesuai waktu dan sesuai
menggunakan suara wheezing.
normal.
procedure
inhalers, spacers 17. Untuk merelakskan pasien
dan nebulizer 14. Aukultasi suara paru-paru setelah 18. Agar pasien dan keluarga
10. Px mampu
pengobatan untuk menentukan hasil. management asma pertama
mendapatkan 15. Memberikan cairan hangat untuk
contohnya di sekolah
support dari minum, dengan tepat. 19. Agar pasien mendapatkan
lingkungan pengobatan secara teratur
20. Agar pasien dapat mengatasi
misalnya keluarga 16. Melatih pernapasan /relaksasi.
11. Px melaporkan 17. Menggunakan ketenangan, asma secara mandiri di saat jauh
dapat mengontrol menenangkan selama serangan dari pusat pelayanan kesehatan
21. Memberikan pengobatan yang
asmanya asthma.
18. Menginformasikan klien/keluarganya tepat sesuai perkembangan
Respiratory Status:
tentang ketepatan dan procedure untuk penyakit pasien
Airway Patency
membawa dan melaksanakan
1. Jalan napas dalam
NIC Label : Respiratory Monitoring
pengobatan asthma di sekolah.
rentang normal
19. Menetapkan jadwal tetap untuk 1. Untuk mengetahui frekuensi
2. RR klien dalam
mengikuti perawatan. pernafasan sudah normal apa
batas normal 16-
20. Melatih dan memantau ketepatan
belum
20x/menit
procedure dalam keadaan darurat. 2. Untuk mengetahui ada kelainan
3. Irama pernafasan
21. Menentukan dan memperbarui
pada saluran pernapasan
klien dalam batas
pengobatan asthma,dengan tepat. 3. Kecemasan dan kegelisahan dapat
normal
memacu terjadinya sesak
4. Mampu
4. Batuk efektif dapat membantu
NIC Label : Respiratory Monitoring
mengeluarkan
mengeluarkan dahak bila ada
1. Monitor RR, irama, kedalaman, dan
secret usaha respirasi 5. Ketidaksimetrisan pada dada dan
5. Kedalaman 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
penggunaan otot bantu
inspirasi dalam suara tambahan
pernapasan pada pasien
3. Monitor tingkat kegelisahan,
mengindikasikan adanya
kecemasan
4. Monitor kemampuan pasien untuk gangguan pernapasan
batuk efektif
5. Catat adanya pergerakan dada, lihat
pergerakan dada yang asimetris,
menggunakan otot bantu dan retraksi
otot supraklavikular serta intercosta
2 Gangguan Setelah diberikan NIC : Acid base management : Acid base management: S : Klien
pertukaran asuhan keperawatan Respiratory Acidosis Respiratory Acidosis mengatakan
1. Mengerjakan Permintaan pegambilan 1. Mengambil specimen untuk
gas b.d selama …x 24 jam, tidak sesak lagi
specimen analisis laboratorium memonitor keseimbangan pH
ventilasi- diharapkan pasien : O: Kuku px terlihat
2. Memonitor pH dari hasil AGD
NOC Lable : keseimbangan asam basa( seperti AGD,
perfusi d.d normal (tidak
Respiratory status : untuk monitor peningkatan level pH
urine, dan serum level)
sianosis, 3. Memonitor tanda-tanda asidosis terjadi sianosis)
gas exchange 2. Memonitor level AGD untuk
pernapsan 1. PaO2 klien dalam respiratorik kronik dengan melihat
peningkatan level pH
abnormal( rentang (80-100 3. Monitor untuk adanya indikasi asidosis adanya tanda-tanda barrel ches, Saturasi
frekuensi), mmHg) respiratorik kronik(seperti barrel ches, clubbing of nail, dan penggunaan oksigen px
2. PaCO2 klien dalam
napas clubbing of nail, dan penggunaan otot otot bantu pernapasan mendekati
rentang (35-45 4. Memonitor keadekuatan perfusi ke
cuping mmHg) bantu pernapasan) jaringan perifer normal.
3. pH arteri klien 4. Memonitor penentuan dari distribusi 5. Mencegah terjadinya gagal napas
hidung,gel
6. Memberikan kenyamanan saat
dalam rentang oksigen jaringan( seperti PaO2, SaO2
isah Tanda-tanda
ventilasi
(7,35-7,40) dan kadar hemoglobin, dan cardiac
7. Memonitor adanya tanda-tanda vital px
4. Saturasi oksigen
output, jika memungkinkan
perbaikan pernapasan atau mendekati
klien dalam 5. Monitor dari gejala gagal napas(seperti
penurunan respirasi rentang normal.
rentang (95% atau PaO2 rendah, dan peningkatan PaCO2,
8. Menurunkan produksi CO2
lebih) dan kelelahan otot pernapasan)
5. Perfusi ventilasi 6. Posisikan pasien unutk menyesuaikan
klien dalam posisi yang nyaman unutk ventilasi –
keadaan seimbang perfusi(seperti penurunan paru yang
bagus, semi fowler)
7. Monitor kerja
penapasan( RR,HR,pengunaan otot bantu
pernapasan, dan diaphoresis)
8. Menyediakan karbohidrat rendah, dan
tinggi lemak, untuk menurunkan
produksi CO2 jika diindikasikan
3 Intoleransi Setelah dilakukan NIC LABEL 1. Energy Management S : Px mengatakan
aktivitas tindakan keperawatan Energy Management 1.Untuk mengetahui perubahan status sudah tidak
b.d selama … x 24 jam 1.Memantau respon kardiorespirasi respon kardiorespirasi lemas
O : RR px
ketidaksei diharapkan tidak terhadap aktivitas (takikardi, disritmia 2.Untuk suplai oksigen ke fungsi
mbangan terjadi intoleransi lainnya, dispnea, diaperesis, pucat, tekanan tubuh yang vital mendekati
3.Untuk mengetahui respon oksigen
antara aktivitas sesuai hemodinamik, dan tingkat pernapasan) normal
pasien untuk perawatan diri atau
suplai dan kriteria: 2.Mengatur aktivitas fisik untuk
Sudah tidak ada
NOC LABEL kegiatan keperawatan
kebutuhan mengurangi kompetisi
ActivityTolerance 4.Agar keluarga dapat mengantisipasi perubahan
oksigen 1Frekuensi jantung 3.Memantau respon oksigen pasien
tanda-tanda yang dapat memperburuk saturasi oksigen
d.d respon dalam rentang (denyut nadi, irama jantung, dan laju
keadaan pasien. terlihat pada px.
frekuensi normal (80-100 pernapasan)
jantung x/menit) saat 4.Ajarkan pada pasien atau keluarga tanda
abnormal merespon aktivitas – tanda kelelahan dan anjurkan
2Frekuensi napas
terhadap mengurangi aktivitas.
dalam rentang
aktivitas
normal (12-20
x/menit) saat
merespon aktivitas
4 Ansietas Setelah dilakukan NIC label : Anxiety reduction NIC label : Anxiety reduction S : mengevaluasi
Ansietas asuhan keperawatan 1. Menggunakan pendekatan yang tenang 1. Mengurangi kepanikan agar pasien perasaan pasien
berhubung selama … x 24 jam, dan meyakinkan merasa tenang. dan keluarga,
2. Mengetahui tingkat kecemasan
an dengan rasa cemas klien dan 2. Menilai tanda-tanda verbal dan masih atau
pasien.
kesulitan keluarga dapat diatasi nonverbal dari kecemasan tidaknya
3. Membuat pasien lebih tenang
bernafas dengan kriteria hasil: perasaan cemas
3. Dorong keluarga untuk tetap bersama dengan tetap didampingi keluarga.
NOC label : Anxiety
dan rasa level pasien 4. Mengevaluasi secara berkelanjutan yang dirasakan.
1. Kegelisahan pasien 4. Mengidentifikasi ketika terjadi
takut tingkat kecemasan pasien.
berkurang perubahan tingkat kecemasan 5. Membuat pasien lebih rileks.
O : Evaluasi TTV
2. Klien tidak 5. Anjurkan kepada psien untuk 6. Memberitaghukan pasien semua
pasien, dan
mengalami menggunakan teknik relaksasi prosedur agar pasien lebih tenang
6. Jelaskan semua prosedur, termasuk menilai tanda-
ketegangan wajah dan tidak terlalu cemas dengan
3. Tanda- tanda vital sensasi yang mungkin dialami selama tanda verbal dan
prosedur yang akan dilakukan.
stabil prosedur 7. Mengetahui penyebab stress atau nonverbal dari
4. Kepanikan pasien 7. Berusaha untuk memahami sudut
kecemasan pasien. kecemasan
berkurang pandang pasien dari situasi stress 8. Agar pasien mengetahui dengan
8. Memberikan informasi faktual tentang
benar dan pasti tentang
diagnosis, dan prognosis
kondisinya.

5 Defisiensi Setelah dilakukan Nic Label : Nic Label : S = Pasien


Pengetahua asuhan keperawatan Teaching : Disease Process Teaching : Disease Process mengetahui
n selama … x 24 jam bagaimana DM
berhubung diharapkan pasien 1. Kaji tingkat pengetahuan px 1. Untuk memberikan intevensi atau
bisa
2. Jelaskan tentang penyakit yang dialami edukasi yang tepat
an dengan membaik dengan px (penyebab, faktor resiko, dampak menyebabkan
yang ditimbulkan, gejala dan tanda 2. Agar klien mengetahui tentang
kurang criteria hasil : Katarak
penyakit penyakitnya O = Wajah klien
pajanan 3. Tanya kepada px usaha apa yang sudah
a. NOC Label : 3. Agar klien mengetahui perjalanan
dilakukan untuk memenejemen gejala terlihat tenang
ditandai Knowledge: Disease penyakitnya .
yang muncul
dengan Process 4. Untuk mengetahui penyakit sehingga
Dengan kriteria hasil: 4. Jelaskan gaya hidup yang baik
pengungka klien dapat memahami hal-hal yang
a. Klien mengetahui 5. Jelaskan pilihan terapi yang dapat
pan pasien pilih dapat dihindari dan yang dilakukan
penyebab dan faktor
5. Untuk mempercepat proses
masalah. yang berkontribusi NIC label : Health Education
penyembuhan
terhadap terjadinya
penyakit 1. Mengajarkan strategi yang dapat dilakukan
b. Mengetahui tanda untuk melawan kebiasaan hidup tidak sehat NIC label : Health Education
dan gejala dari dan lebih memberikan saran untuk
1. Agar klien mengetahui cara hidup
penyakit mencegah atau merubah kebiasaan
sehat dan pentingnya menjaga
c. Klien mengetahui 2. Mencegah menggunakan tehnik ketakutan
kebersihan
faktor risiko sebagai strategi untuk memotivasi klien
d. Klien dapat 2. Beberap teknik yang dapat dilakuakn
untuk mengubah kesehatan dan kebiasaan
menggunakan pada pemberian punyuluhan untuk
gaya hidup
strategi untuk klien dapat mempermudah
meminimalisir pemahaman klien
pnyebab penyakit
e. Dapat mengetahui
dampak
psikososial
penyakit pada diri
sendiri dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Almazini, P. (2012). Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk


Asma Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Corwin, Elizabeth J.(2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
3. GINA (Global Initiative for Asthma) (2006).; Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. Dimuat dalam
www.Ginaasthma.org
4. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
5. Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius
6. Purnomo. (2008). Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
7. Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
8. Saheb, A. (2011). Penyakit Asma. Bandung: CV medika
9. Sundaru H. (2006). Apa yang Diketahui Tentang Asma, Jakarta
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
10. Suriadi. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta:
Sagung Seto
11. Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. (2012).. Nursing Out Comes
(NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
12. Docterman dan Bullechek. (2004).. Nursing Invention Classifications
(NIC), Edition 5, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic
Press.
13. Nanda International (2012). Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi. 2012-2014. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai