Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori Negara
sedang berkembang, dimana keadaan kesehatan masyarakat dan lingkungannya
merupakan hal yang masih perlu mendapatkan perhatian karena sangat berkaitan
terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat yang sedang menghadapi
perbaikan. Kesehatan merupakan aspek penting yang harus memperoleh perhatian
dimana pengelolaannya harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Langkah paling
sederhana yang menjaga kesehatan dapat dilakukan melalui tindakan preventif dan
promotif. Demikian pula pencegahan terhadap timbulnya penyakit dapat diusahakan
melalui pemberdayaan perilaku hidup bersih dan sehat (PROMKES Pusat Promosi
Kesehatan, 2013).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan
seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat.
Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program
PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tatanan
pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu
tatanan rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan
pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut karena ketiganya mempunyai daya ungkit
yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan (Proverawati, 2012).

Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan hasil


optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014
menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di
dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih
tinggi dari perempuan (72% dibanding 28%). Selanjutnya 77,3% penduduk usia 15
tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik dengan katagori (82%) kurang
bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil
pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah sebanyak 68%

1
keluarga belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas
asap rokok (Badan PusatStatistik, 2015).

Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat


Indonesia masih merupakan suatu masalah. Hal ini dikarenakan pengetahuan
mengenai manfaat hidup sehat tergantung berbagai faktor. Kebiasaan- kebiasaan
awam yang dilakukan oleh generasi terdahulu, seperti buang air maupun mandi
disungai merupakan kejadian sehari-hari yang masih banyak dijumpai. Padahal jika
dilihat dari kemajuan pembangunan fisik di Indonesia, hampir 50-60 persen
penduduk Indonesia yang berada dalam kota, tidak memiliki fasilitas sanitasi dasar
(Millenium Developments Goals Indonesia,2011).

Perilaku hidup bersih dan sehat sendiri merupakan semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat perlu
diterapkan dalam berbagai tempat di mana sekelompok orang hidup, bekerja,
bermain dan saling berinteraksi agar derajat kesehatan dapat meningkat sehingga
produktivitas sekelompok orang yang menempati berbagai tempat tersebut akan
mengalami peningkatan (Khumayra&Sulisno, 2012)

Fenomena perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia masih terbilang


sangat minim. Rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat baru mencapai 38,7%. Upaya peningkatan perilaku sehat di perumahan
penduduk pada tahun 2010 belum menunjukan hasil yang nyata, yaitu masih 24,9%
penduduk yang telah memiliki rumah sehat Kondisi sanitasi dasar pada rumah
penduduk masih jauh menunjukan harapan (Taufiqet al., 2013)

Data profil kesehatan Indonesia tahun 2009 menyebutkan bahwa baru 64,41
% sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi
pendidikan (67,52 % ), tempat kerja (59,15 % ), tempat ibadah (58,84 %), fasilitas
kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62, 26 %). Hal ini menunjukkan bahwa
pembinaan PHBS ditatanan selain rumah tangga yaitu ditatanan institusi pendidikan,
tempat kerja, tempat ibadah, fasilitas kesehatan dan sarana lain juga masih belum
berjalan semestinya.

2
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta telah membuat rencana sasaran kesehatan
yang mencakup capaian indikator kinerja sasaran per tahun terhadap cakupan rumah
tangga yang melaksanakan PHBS tahun 2012-2016 dan didapatkan hasil : pada
tahun 2012 capaian target yang terealisasi adalah 55 %, pada tahun 2013 yang
terealisasi adalah 68,40%, tahun 2014 sebesar 77, 22%, tahun 2015 sebanyak 75,09
% dan tahun 2016 yang terealisasi sebanyak 75 %. Dari data tersebut didapatkan
bahwa pada tahun 2012 dan 2013, kota Yogyakarta belum mencapai target rencana
strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah 70%. Namun pada tahun
2014 target rencana strategi mengalami capaian strategi yang meningkat secara
signifikan yaitu 77,22 % dan hasil tersebut sudah melampaui target yang ditentukan
oleh Kementerian Kesehatan. Tetapi pada tahun 2015 dan 2016 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya walaupun sudah mencapai target yang ditentukan
oleh Kementerian Kesehatan (Kesehatan Kota Jogja, 2016).
Pada penelitian ini penulis memilih Dusun Pandeyan yang akan menjadi
Dusun Sehat 2019 mewakili Kabubapet Bantul. RT 05 masuk wilayah dari Dusun
Pandeyan, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul DIY.
Terletak di dekat monument TNI AU Ngoto. Terdiri dari 80 KK dengan berbagai
macam profesi ekonomi dan pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas terdapat masalah atau pertanyaan yaitu


bagaimana profil perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) didaerah Puskesmas
Sewon 2 khususnya di dusun Pandeyan?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Umum

Mengetahui profil perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di daerah


Puskesmas Sewon 2 khususnya di dusun Pandeyan RT 05

b. Khusus

1) Meningkatnya rumah tangga sehat di kabupaten Sewon khususnya di dusun


Pandeyan RT 05.
2) Mengetahui pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah tangga
untuk melaksanakan PHBS.

3
3) Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Manfaat penelitian bagi peneliti


Sebagai sarana belajar untuk lebih memahami dan meningkatkan pengetahuan
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat

b) Manfaat Penelitian bagi puskesmas


Hasil dari penelitian ini dapat di gunakan untuk memberikan gambaran / profil
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, serta dapat memberikan masukan
kepada masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

c) Manfaat Penelitian bagi masyarakat


Sebagai Tambahan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya
berperilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
2.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor lingkungan,
perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan inilah yang paling besar
menentukan status kesehatan. Yang kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber
daya manusia yang kompoten dan siap siaga dalam melayani masyarakat. Ketersediaan tenaga dan
tempat pelayanan yang memadai. Faktor ketiga adalah faktor perilaku dalam hal ini faktor yang paling
berpengaruh adalah faktor pemahaman dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.
Faktor terakhir adalah keturunan. Semua faktor saling berkaitan satu sama lain. (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Adalah wujud
keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5
program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi
Kesehatan/JPKM. (Depkes RI, 2011).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan– kegiatan
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat.

PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka ragam
makanan, minum tablet tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan balita
Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,
membersihkan lingkungan.
Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,

5
melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.(Notoatmodjo S,
2007)
Program ini dapat membawa manfaat bagi rumah tangga yang melaksanakan, seperti:
Peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga dan mencegah penyakit, Membantu anak tumbuh
sehat dan cerdas, Meningkatkan produktivitas setiap anggota keluarga dalam kegiatan atau pekerjaan
masing-masing, Menurunkan biaya untuk pengobatan penyakit, sehingga meningkatkanefektivitas
penggunaan keuangan rumah tangga, dan dapat dipergunakan untuk pemenuhan gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha. .(Notoatmodjo S, 2007)
2.2. Perilaku

2.2.1. Definisi perilaku


Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup dari tubuh-
tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempuyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
(Notoatmodjo S, 2007)
Menurut Skiner (1983) dalam Notoatmodjo seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespon, maka teori skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons.
Skiner membedakan adanya dua respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau
unobservable behaviour, misalnya: seorang ibu hamil tau pentingnya pemeriksaan kehamilan.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah
diamatiatau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau

6
praktik misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilan atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi.
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli Psikologi pendidikan yang membagi perilaku manusia itu ke
dalam 3 kelompok yakni:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh malalui mata dan telinga.
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku.
c. Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas. (Notoatmodjo S, 2007)
2.2.3 Perilaku sehat
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, serta lingkungan.
Perilaku sehat yang dimaksud yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meingkatkan
kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau
menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah. Contoh dari
perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur dan
menggosok gigi sebelum tidur. (Notoatmodjo S, 2007).
2.2.4 Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Perilaku Pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

7
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit atau usaha untuk menyembuhkan bilamana sakit. Oleh karena itu perilaku pemeliharaan
kesehatan terdiri dari 3 aspek yaitu:
1) Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakitbilamana sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.
3) Perilaku makanan dan minuman, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan
kesehatan seseorang tetapi bisa juga sebaliknya.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behaviour).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderitapenyakit
dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampi
mencari pengobatan diluar.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik,
maupun lingkungan sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya. (Notoatmodjo S, 2007).
2.3. Rumah Tangga
Rumah Tangga adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil yang terdiri
dari pasangan suami istri, anak-anak, mertua, dan sebagainya. Terwujudnya rumah
tanggga yang syah (Islam-pen) setelah akad nikah atau perkawinan, sesuai dengan
ajaran agama dan undang-undang. Rumah tangga terdiri dari satu atau lebih orang
yang tinggal bersama-sama di sebuah tempat tinggal dan jugaberbagi makanan atau
akomodasi hidup, dan bisa terdiri dari satu keluarga atausekelompok orang. Sebuah tempat
tinggal dikatakan berisi beberapa rumah tanggajika penghuninya tidak berbagi makanan atau
ruangan.
Rumah tangga adalah dasar bagi unit analisis dalam banyak modelsosial,
mikroekonomi, dan pemerintahan, dan menjadi bagian penting dalam ilmu ekonomi. Dalam
arti luas, rumah tangga tidak hanya terbatas pada keluarga, bisa berupa rumah tangga
perusahaan, rumah tangga negara, dan lain sebagainya.Istilah rumah tangga bisa juga
didefinisikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah. Sedangkan
istilah berumah tangga secara umum diartikan sebagai berkeluarga (Sullivan,2003:29). Jenis
Rumah Tangga:
a. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah, ibu,
dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat.

8
Bagi masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga
sudah merupakan struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi.
Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkembang
karenakebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting
(Paul,1987:266).
b. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak mereka yang
terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua
(Richard,2003:58)
c. Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya (Anita,2004)
Keluarga luas meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga
nenek.
2.4. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Sehat Tatanan Rumah Tangga
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa
memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. PHBS adalah semua
perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat. Mencegah lebih baik daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah
yang menjadi dasar pelaksanaan Program PHBS.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS
di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat
berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yangkurang kondusif untuk hidup
sehat (Depkes RI, 2007). PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada
keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk
memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2007).
2.5. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat didesa,
kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk meningkatkan

9
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS
serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat (Depkes RI, 2007).
2.6. Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi rumah tangga adalah
setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh
sehat dan cerdas, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, dan dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi
masyarakat antara lain masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat,
masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan,
masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, masyarakat mampu
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu,
jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin), arisan jamban,
kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain- lain (Dinkes DIY, 2008).
2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Sehat
Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku 3 faktor
utama, yaitu:
a. Faktor-faktor Predisposing (Predisposing Faktor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat social ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,
maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya Puskesmas,
Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah,
dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Faktor)

10
Faktor-faktor penguat adalah faktorfaktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun orang mengetahui
untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi
factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku
para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undangundang,
peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah terkait
dengan kesehatan.
2.8. Sasaran Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan dan terbagi dalam :
1. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan
dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam
keluarga yang bermasalah)
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orangtua, tokoh
keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas
sektor.
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa,lurah,
camat, kepala Puskesmas, guru, dan tokoh masyarakat (Pedoman Pengembangan
Kabupaten/KotaPercontohan PHBS, 2006).
2.9. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
Tangga
Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai permasalahan kesehatan
di rumah tangga. Indikator mengacu Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan yaitu:
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan
merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga
keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat

11
diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
b. Ibu hanya memberikan ASI eklusif kepada bayinya (0-6 bulan)
Menurut PP Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
Dalam Bab I pasal 1 ayat 2 PP tersebut, pengertian ASI Eksklusif yakni ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan
diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal ini untuk
menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia
ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan
atau minuman lain. Selain itu, ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu
formula mana pun.
c. Rutin melakukan penimbangan berat badan balita
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita setiap
bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi
buruk. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi
Balita, perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk
memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah
dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan
mengalami kekurangan gizi, sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar
dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.
d. Menggunakan air bersih
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari–hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila telah dimasak (Permenkes RI,1990). Air yang kita pergunakan sehari-
hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci
alatalat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air adalah sangat peting bagi
kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan

12
air daripada kekurangan makanan. Di dalamtubuh manusia itu sendiri sebagian
besar terdiri dari air, untuk anank–anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar
80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci (bermacam–macam cucian). Air yang kita pergunakan
sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai,
mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan bahan makanan
haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air
bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat,
dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman
penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat
mendidih). Syarat-syarat air minum yang sehat agar air minum itu tidak
menyebabkan penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan
kesehatan sebagai berikut:
1) Syarat fisik Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna ), tidak berasa.
2) Syarat bakteriologis Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari
segala bakteri. Terutama bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan
memeriksa sampel air tersebut dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat
kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudahmemenuhi kesehatan
3) Syarat kimia Air minum yang sehat harus mengandung zat – zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula.
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa
sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan (Departemen Kesehatan
RI, 2007). Mencuci tangan dapat dilakukan setiap kali kita kotor (setelah
memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), setelah buang air besar,
setelah menceboki bayi atau anak, sebelum makan dan menyuapi anak,
sebelum memegang makanan, sebelum menyusui bayi. setelah bersin, batuk
dan mengeluarkan ingus.

13
Cara mencuci tangan yang benar menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2007
adalah sebagai berikut:
1) Cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun khusus anti bakteri
2) Gosok tangan setidaknya selama 15–20 detik
3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela–sela jari dan
kuku
4) Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir
5) Keringkan dengan handuk bersih dan alat pengering
6) Gunakan tisu atau handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran air.
Manfaat mencuci tangan adalah:
1) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
2) Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, kecacingan,
penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).
3) Tangan menjadi bersih dan bebas kuman.
f. Menggunakan jamban sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban leher angsa dan
tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir.
Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks yakni melalui berbagai macam jalan atau cara. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita),
schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus
disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003).
Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Depkes RI, 2004):
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah sekitar.
4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.
6) Cukup penerang
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.
14
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1) Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit
2) Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman.
3) Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.
4) Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
Dengan menggunakan jamban maka dapat menjaga lingkungan bersih, sehat
dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya, tidak
mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit
diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
kulit, dan keracunan.Jenis jamban yang digunakan adalah jamban cemplung dan
jamban tangki septik atau leher angsa (Departemen Kesehatan RI, 2007).
g. Memberantas jentik nyamuk
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah kegiatan
memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes Aegypti) di
tempat–tempat perkembangbiakannya (Depkes RI,2005). Pemberantasan jentik
nyamuk dilakukan dengan cara”3M plus” yaitu :
1) Menguras dan menyikat tempat–tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dll seminggu sekali.
2) Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,
dll.
3) Mengubur dan menyingkirkan barang–barang bekas yang dapat menampung
air hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:
1) Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.
3) Menutup lubang–lubang pada potongan bambu /pohon, dll.
4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat–tempat yang sulit di kuras atau
di daerah yang sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak–bak penampung air.
6) Memasang kawat kasa.
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
9) Menggunakan kelambu.
10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
h. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari)

15
Menurut Depkes RI, 2006 menu seimbang adalah makanan yang beraneka
ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang
yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh (Almatsier,2005). Membiasakan anggota keluarga mengkonsumsi
minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari, tidak harus
mahal, yang penting memiliki kecukupan gizi. Semua jenis sayuran bagus
untuk dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning, oranye)
seperti bayam, kangkung, daun katuk, kacang panjang, selada hijau atau daun
singkong. Begitu pula dengan buah, semua bagus untuk dimakan, terutama
yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, pepaya, jeruk, jambu biji atau
apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya.
i. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan
bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani (Adiwinanto, 2008).
Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang khususnya
anak-anak pada masa pertumbuhan. Dorongan olahraga secara teratur dapat
memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah
raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam
(Irianto, 2007). Anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan
aktivitas fisik 30menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya.
Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari ,
sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan
aktifitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
j. Tidak merokok di dalam rumah.
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan
dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling
berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO).
1. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah.
2. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
3. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen,
sehingga sel-sel tubuh akan mati. Perokok aktif adalah orang yang
mengkonsumsi rokok. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi
menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu

16
ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. Rumah adalah tempat
berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani
menyuarakan haknya untuk tidak menghirup asap rokok.

17
B. Kerangka Teori

INDIKATOR PHBS

Menggunakan Persalinan Tidak merokok


air bersih ditolong tenaga di dalam rumah
kesehatan

Jamban sehat Makan sayur &


ASI eksklusif buah setiap hari

Pemberantasan Aktivitas fisik


nyamuk Menimbang
berat badan
setiap bulan
Cuci tangan

Data rumah tangga ber-PHBS di dusun Pandeyan RT 05

18
19

Anda mungkin juga menyukai