Anda di halaman 1dari 10

MODUL 1

POKOK BAHASAN : PENDAHULUAN


SUB POKOK BAHASAN : 1. SEJARAH FARMASI KLINIK
2. RUANG LINGKUP PELAYANAN FARMASI KLINIK

Farmasi klinik merupakan ilmu farmasi yang menekankan tugas farmasis untuk
memberikan asuhan kefarmasian kepada pasien. Praktik farmasi klinik dilakukan dengan
semangat pharmaceutical care untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Ilmu ini muncul di
Amerika Serikat sekitar tahun 1960 dan berkembang di beberapa Negara, termasuk di
Indonesia.

KEGIATAN 1
Amati film singkat tentang pelayanan farmasi klinis
diskusikan dengan teman anda, TULISLAH JAWABAN ANDA DALAM MODUL INI.
1. Apakah Farmasi Klinik itu ?
2. Apa saja ruang lingkup pelayanan farmasi klinik ?
3. Apa keuntungan adanya farmasi klinik ?
4. Ilmu apa saja yang diperlukan untuk pelayanan farmasi klinik ?
5. Bagaimana perkembangan farmasi klinik di Indonesia?
6. Apa landasan hukum pelayanan kefarmasian di Indonesia ?
7. Ceritakan sejarah farmasi klinik di dunia maupun di Indonesia.
8. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk pelayanan farmasi klinik ?
9. Klasifikasi tipe RS dan jenis-jenis pelayanan di RS
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan falsafah pharmaceutical care

LEMBAR JAWABAN :

1. Farmasi klinik didefinisikan sebagai suatu penerapan pengetahuan obat untuk


kepentingan penderita, dengan memperhatikan kondisi penyakit penderita dan
kebutuhannya untuk mengerti terapi obatnya, dan pelayanan ini memerlukan hubungan
professional antara apoteker, penderita, dokter, perawat, dan yang terlibat dalam medis.

2. Ruang lingkup farmasi klinik adalah :


a. pengkajian order obat
b. pengambilan sejarah pengobatan penderita
c. partisipasi dalam kunjungan ke ruangan perawatan penderita
d. pembuatan Profil Pengobatan Penderita (P3)
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO) pendidikan dan konseling bagi penderita, pelayanan
informasi obat bagi profesi kesehatan
f. Berperanan dalam program jaminan mutu
g. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
h. Pemantauan reaksi obat yang merugikan (MESO)
i. pelayanan Total Parenteral Nutrition.

3. Keuntungan adanya farmasi klinik :


a. Manfaat bagi apoteker:
- Sumber penghasilan
- Lebih profesional dalam bekerja
- Lebih dihargai masyarakat (kebanggaan profesi)
b. Manfaat bagi profesi
- Profesi Apoteker mendapat tempat terhormat di mata masyarakat
- Profesi Apoteker akan diakui dan disegani oleh profesi kesehatan lainnya.
c. Manfaat bagi pemerintah
- Membantu program pemerintah
- Mencegah pelanggaran distribusi obat.
- Mencegah meluasnya penyalahgunaan obat dan penggunaan obat yang salah yang
pada gilirannya akan menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatanmasyarakat.

d. Manfaat bagi masyarakat


- Mendapatkan informasi obat yang benar.
- Swamedikasi yang benar karena dibimbing oleh apoteker.
- Mencegah resistensi, efek samping, dll akibat penggunaan obat yang salah
- Mengurangi beban biaya kesehatan masyarakat karena semakin paham tentang obat.

4. Ilmu yang dibutuhkan dalam farmasi klinik :


a. Pemahaman patofisiologi
b. Penguasaan farmakologi (farmakokinetik-farmakodinamik obat)
c. Penguasaan farmakoterapi
d. Kemampuan mengenali reaksi obat tidak dikehendaki (efek samping obat)
e. Kemampuan mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan permasalahan
interaksi obat
f. Mampu merekomendasi pengaturan dosis
g. Kemampuan membuat keputusan tentang formulasi dan stabilitas sediaan
h. Kemampuan menggunakan dan mengelola catatan kasus pasien
i. Kemampuan menginterpretasikan hasil laboratorium
j. Trampil mencari sumber informasi/literatur medis
k. Mampu mengkomunikasikan informasi secara efektif baik lisan maupun
tertulis kepada pasien/keluarga pasien dan profesi kesehatan lainnya

5. Di Indonesia, praktek pelayanan farmasi klinik baru berkembang pada tahun 2000-
an, dimulai dengan adanya beberapa farmasis yang belajar farmasi klinik di berbagai
institusi pendidikan di luar negeri. Seperti halnya di luar negeri, konsep pelayanan
farmasi klinik tidak dengan mudah diterima oleh tenaga kesehatan lain di rumah sakit.
Masih dianggap ganjil jika farmasis yang semula berfungsi menyiapkan obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit kemudian ikut masuk ke bangsal perawatan dan
memantau perkembangan pengobatan pasien. Apalagi bila ikut memberikan
rekomendasi pengobatan, seperti yang sekarang lazim dilakukan di negara maju
seperti Amerika, Australia, dan Inggris. Dari farmasis sendiri, selama ini terkesan
kurang yakin atau kurang percaya diri untuk bisa memainkan peran dalam
pengobatan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sejarah kurikulum
pendidikan farmasi dengan muatan sains yang masih cukup besar (sebelum tahun
2001), sementara pendidikan ke arah klinik masih sangat terbatas, Hal ini
menyebabkan farmasis merasa gamang bicara tentang penyakit dan pengobatan.
Perkembangan farmasi klinik di Indonesia mulai mendapat angin segar pada tahun
2001, ketika terjadi restrukturisasi pada Departemen Kesehatan di mana waktu itu
dibentuk Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, dengan Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik di bawahnya. Badan tersebut mengakomodasi
pekerjaan kefarmasian sebagai salah satu pelayanan kesehatan utama, tidak sekedar
sebagai penunjang. Peran dan fungsi tenaga farmasi pada praktek kefarmasian
semakin jelas dengan dikeluarkannya Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
sebagai pengganti UUK No. 23 tahun 1992, serta dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.

6. – Permenkes No. 58 tahun 2014 (34/2016) tentang standar pelayanan kefarmasian di


Rumah Sakit
– Permenkes No. 30 tahun 2014 (36/2016) tentang standar pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
– Permenkes No. 35 tahun 2014 (35/2016) tentang standar pelayanan kefarmasian di
apotek

7. Farmasi klinik merupakan ilmu kefarmasian yang relatif baru berkembang di Indonesia.
Istilah farmasi klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, yaitu suatu disiplin
ilmu farmasi yang menekankan fungsi farmasis untuk memberikan asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical care) kepada pasien. Bertujuan untuk meningkatkan outcome
pengobatan. Secara filosofis, tujuan farmasi klinik adalah untuk memaksimalkan efek
terapi, meminimalkan resiko, meminimalkan biaya pengobatan, serta menghormati
pilihan pasien. Saat ini disiplin ilmu tersebut semakin dibutuhkan dengan adanya
paradigma baru tentang layanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Tenaga
farmasi yang bekerja di rumah sakit dan komunitas (apotek, puskesmas, klinik, balai
pengobatan dan dimanapun terjadi peresepan ataupun penggunaan obat), harus memiliki
kompetensi yang dapat mendukung pelayanan farmasi klinik yang berkualitas.

8. - Dukungan sumber daya manuasia,


- Update perkembangan ilmu,
- Mengikuti pelatihan

9.
10. Pharmaceutical Care adalah Patient Centered Practice yang mana merupakan praktisi
yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan terapi obat pasien dan memegang tanggung
jawab terhadap komitmen.
KEGIATAN 2
MENGENAL RUANG LINGKUP PELAYANAN FARMASI KLINIK
Isilah titik-titk dibawah ini.
Seorang farmasis akan bertugas sebagai farmasis bangsal (ward pharmacist), dia
mendapatkan kasus untuk memonitor pengobatan pada pasien dengan diagnosa
tuberculosis dan diduga mengalami DILI, yaitu ”DRUG INDUCED LIVER
INJURY” Pada tahap awal farmasis tersebut membutuhkan data pasien yang
tersimpan dalam “REKAM MEDIK”
Kemudian farmasis tersebut akan memindahkan data-data tersebut ke dalam
sebuah form monitoring pengobatan yang disebut “FORM PEMANTAUAN
TERAPI OBAT”
Sebelum melakukan penilaian terhadap terapi, farmasis tersebut melakukan
“VISITE” yaitu suatu kegiatan mengunjungi pasien di bangsal. Untuk bertanya
mengenai pengobatan dan kondisinya selama menggunakan obat farmasis melakukan
“WAWANCARA” riwayat pengobatan yaitu suatu kegiatan untuk menggali
informasi dari pasien. Suatu tahapan untuk mengetahui dan mencocokkan obat yang
sudah dibawa pasien sebelum masuk RS disebut “ASSESMENT”
Dalam pelayanannya, seorang farmasisi klinis menerapkan falsafah
“PHARMACEUTICAL CARE”, yaitu suatu pelayanan kepada pasien yang
bertujuan untuk terciptanya “TINGKAT KESEMBUHAN YANG LEBIH BAIK”
Dalam membaca istilah medis yang terdapat dalam catatan perkembangan pasien,
seorang farmasis harus memahami “TERMINOLOGI” medis. Hal pokok yang
dilakukan oleh farmasis klinis adalah melakukan monitoring terhadap terapi atau
disebut “PEMANTAUAN TERAPI OBAT/PTO” dalam bahas inggris disebut DTM
(Drug Therapy Monitoring).
Proses dalam DTM ada beberapa langkah, yaitu Subyektif -Obyektif –Assessmet-
Plan. Jelaskan masing-masing tahapan tersebut :
S = Berisi nama, umur, BB, tinggi badan, riwayat penyakit dan riwayat
pengobatan pasien
O = berisi data-data vital pasien seperti TD, Suhu, RR, HR dan data lab lainnya
A = menganalisis problem medik yang dialami pasien dan menganalisis apakah
dalam pengobatan pasien terdapat DRP
P = merencanakan pengobatan terbaik bagi pasien agar menghasilkan outcome
yang diinginkan
Setelah farmasis mengkaji suatu permasalahan akan timbul masalah terkait obat, yang
disebut “DRP“
Tidak semua pasien di RS membutuhkan monitoring, maka dikenal adanya system
“MONITORING DAN EVALUASI DASAR”, diutamakan pada pasien yang
“MENERIMA PENGOBATAN POLIFARMASI, PASIEN GERIATRI DAN
NEONATUS” Dalam pelaksanaanya seorang farmasi klinis harus bekerjasama
dengan tim medis, yaitu “PERAWAT, DOKTER, PETUGAS LAB”

KEGIATAN 3
Mengenal Terminologi Medis
DILI = Drug Induced Liver Injury
Febris =Demam
Febris konvulsi = Kejang demam
Drug Induce disease = penyakit yang disebabkan oleh obat-obatan
Faringitis = Radang tenggorokan
Pericarditis = Peradangan perikardium
Endocarditis = infeksi pada lapisan bagian dalam jantung
Rhinitis =Peradangan Mukosa Hidung
Osteoarthritis = Radang sendi
Rheumatoid Arthritis = Radang sendi akibat gangguan autoimun
Meningitis = infeksi pada selaput pelindung yang menyelimuti otak
dan saraf tulang belakang
Anemia = kurang darah
Leukositosis = kondisi dimana sel darah putih terlalu banyak
Leukopenia = kondisi dimana sel darah putih sedikit
Trombositophenia = kondisi kurangnya jumlah platelet/trombosit dalam
darah
Trombositosis = kondisi dimana trombosit dalam darah terlalu tinggi
Fatique = kelelahan
Anoreksia = gangguan makan
Malaise = Lemas
Takikardi = kondisi dimana detak jantung seseorang diatas normal
saat kondisi istirahat/cepat
Bradikardi = detak jantung lambat
Compos mentis = tingkat kesadaran
Glaucoma = meningkatnya tekanan bola mata
Glasgow Coma Scale (GCS) = Skala koma Glasgow untuk menilai tingkat kesadaran
Takipneu = Nafas cepat
Bradipneu =Nafas lambat
Dispneu = sesak nafas
Apneu = henti nafas
Hiperpnea (hiperventilasi) = Nafas yang berlebih
Shorthness of Breath = bernafas tapi rasanya tidak cukup (sesak nafas)
Pneumonia = inflamasi pada alveoli (kantung-kantung udara)
Asfiksia = denyut yang berhenti
Aspirasi = pernafasan

Anda mungkin juga menyukai