Anda di halaman 1dari 6

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan

Klinik di Institusi Pendidikan Kedokteran

Oktadoni Saputra, Rika Lisiswanti


Bagian Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Keterampilan klinik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran. Pembelajaran keterampilan klinik saat
ini sudah mengalami pergeseran dan sudah dimulai dari tahap pre-klinik pada setting khusus yang dikenal sebagai skills-
lab. Namun demikian, pembelajaran keterampilan klinik pada setting skills-lab ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu
membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang banyak serta biaya yang cukup mahal. Simpulan, ada banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran keterampilan klinik di skills-lab tersebut, diantaranya adalah konten materi,
metode penyampaian, peserta, instruktur, peralatan serta lingkungan pembelajarannya. Kesemua faktor tersebut harus
berjalan dengan baik agar proses pembelajaran keterampilan klinik tersebut bisa mencapai tujuannya. [JuKe Unila 2015;
5(9):104-109]

Kata kunci: kemahiran keterampilan, keterampilan klinik, pembelajaran keterampilan klinik, skills-lab

Factors Affecting Clinical Skills Learning Successfulness in Medical Education


Abstract
Clinical skills is a heart of medical education. Clinical skills learning has been widely changed, from hospital-based with trial
and error to more safe and controlled circumstances called skills-lab. However it requires a lot of human resources and
high cost. Conclusions, there are so many factors affecting clinical skills training successfulness, such as the content of
skills, delivery methods, participants, instructors, equipment and learning environment. All of these factors need to be run
properly in order to achieve students’ clinical skills acquisition. [JuKe Unila 2015; 5(9):104-109]

Keywords: clinical skills, clinical skills training, skills-lab, skills acquisition

Korespondensi: dr. Oktadoni Saputra, M. MedEd, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081328543360, e-mail
oktadonisaputra@gmail.com

Pendahuluan membuat kurikulum yang mengacu pada


Keterampilan klinik merupakan salah pencapaian kompetensi pada aspek
satu dari 7 area kompetensi penting yang keterampilan klinik serta menjamin para
harus dikuasai oleh lulusan fakultas lulusannya mencapai kompetensi tersebut di
kedokteran di Indonesia. Konsil Kedokteran akhir tahapan pembelajaran. Suryadi (2008)2,
Indonesia (KKI)1, dalam buku Standar menyatakan bahwa penguasaan keterampilan
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012 klinik merupakan elemen penting dari mutu
menggariskan bahwa area kompetensi ke-6 professional lulusan pendidikan tinggi
adalah keterampilan klinik. Keterampilan klinik kedokteran-kesehatan. Terampil dalam bidang
ini meliputi keterampilan dalam melakukan tertentu dapat sebagai bukti nyata tercapainya
penegakan diagnosis melalui anamnesis, kompetensi atau merupakan target kurikulum
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berbasis kompetensi.
serta keterampilan dalam melakukan prosedur Pembelajaran keterampilan klinik
penatalaksanaan masalah kesehatan pasien menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
seperti keterampilan prosedural terapi, kurikulum berbasis kompetensi. Sayangnya
konseling, edukasi, dan lain sebagainya. pembelajaran pada aspek ini tidak semudah
Dikarenakan pentingnya aspek ini, seperti layaknya pembelajaran pada aspek
semenjak Kurikulum Berbasis Kompetensi kognitif. Pembelajaran keterampilan klinik
(KBK) ditetapkan oleh pemerintah sejak hampir memerlukan SDM yang banyak, memerlukan
satu dekade terakhir, menjadi kewajiban peralatan dan manekin (model tiruan anggota
institusi pendidikan kedokteran lah untuk tubuh) yang juga cukup mahal. Selain itu,
Oktadoni Saputra dan Rika Lisiswanti | Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran

pembelajaran keterampilan klinik memerlukan pembelajarannya baik lingkungan fisik maupun


setting tertentu serta mempunyai beberapa non-fisik.6,7
kekhususan dalam proses pembelajarannya Terkait dengan konten materi, Amin &
agar dapat dikuasai dengan baik oleh Khoo (2009)8, menyatakan bahwa
mahasiswa. Pembelajaran keterampilan klinik keterampilan klinik yang komplek harus
yang kompleks memerlukan partisipasi aktif dipecah menjadi komponen-komponen
dari pembelajarnya, memerlukan waktu yang keterampilan yang lebih kecil dalam
cukup untuk latihan, dilakukan melalui pembelajarannya kemudian seiring dengan
pentahapan dan pengulangan, memerlukan pertambahan kemampuan mahasiswa,
contoh praktek nyata untuk memudahkan komponen keterampilan yang kecil-kecil ini
pemahaman, memerlukan umpan balik dan diintegrasikan kembali. Selain itu, konten
refleksi serta memerlukan penilaian untuk materi juga menentukan berapa lama waktu
mengetahui tingkat capaian keterampilan.2,3 yang dibutuhkan untuk proses latihannya. Jika
Dahulunya, pembelajaran keterampilan terkendala dengan keterbatasan waktu, harus
klinik dilakukan melalui uji coba langsung (trial dipikirkan kesempatan berlatih mahasiswa
and error) kepada pasien di rumah sakit, memungkinkan tidak untuk melakukan
namun seiring dengan semakin meningkatnya prosedur keterampilan tersebut. Jika
tuntutan dari masyarakat serta dalam rangka keterampilannya kompleks waktu yang
menjaga mutu pembelajaran terbaik bagi dibutuhkan untuk latihan juga akan lebih
mahasiswa, hampir semua institusi pendidikan panjang. Sebagai contoh keterampilan
kedokteran di negara maju dan berkembang, prosedural asuhan persalinan normal (APN)
termasuk Indonesia mendirikan wahana untuk yang merupakan suatu keterampilan
pembelajaran keterampilan klinik yang dikenal prosedural yang cukup panjang atau
dengan nama laboratorium keterampilan klinik keterampilan pemeriksaan pada pasien
(skills-lab).4,5 Saat ini, skills-lab dijadikan pusat psikiatri membutuhkan waktu lebih lama
pembelajaran keterampilan klinik khususnya daripada pemeriksaan pada kebanyakan
pada tahap pre-klinik. Namun sayangnya, pasien non-psikiatri.
belum banyak tulisan yang mengevaluasi Secara keseluruhan, konten materi yang
seberapa efektif pembelajaran keterampilan dikemas dalam kurikulum harus pas. Kurikulum
klinik di skills-lab ini dalam rangka penguasaan harus dilakukan secara spiral. Ciri dari
keterampilan klinik mahasiswa jika ditinjau dari kurikulum yang spiral diantaranya adalah
biaya maupun sumber daya yang dikeluarkan.5 adanya pengulangan (iterative), adanya
Keberhasilan pembelajaran keterampilan klinik penambahan tingkat kesulitan, adanya
ini akan ditentukan banyak faktor yang terkait pembelajaran terhadap hal yang baru yang
dalam proses pembelajarannya. akan berkaitan dengan pembelajaran
sebelumnya serta adanya peningkatan capaian
Isi kompetensi dari si pembelajar terkait dengan
Ada banyak faktor yang terlibat dalam topik tersebut.9 Sebagai contoh keterampilan
suatu proses pembelajaran maupun latihan asuhan persalinan diberikan secara bertahap
keterampilan klinik. Faktor-faktor tersebut kepada mahasiswa, Kala I, Kala II, Kala III dan
harus terlaksana secara baik agar proses Kala IV. Setelah dipecah-pecah akan ada suatu
pembelajaran keterampilan tersebut bisa pengulangan kembali yakni keterampilan
mencapai tujuannya. Suryadi mengemukakan tersebut diberikan secara keseluruhan Kala I-IV
ada 3 komponen penting yang menentukan ataupun ditambah setting kasus yang lebih
keberhasilan suatu pelatihan keterampilan rumit dengan penyulit dan lain sebagainya.
klinik diantaranya (1) konten materi Contoh lain, misalnya keterampilan sederhana
keterampilannya; (2) metode atau strategi cuci tangan WHO atau pemasangan
pelatihannya serta; (3) peserta didiknya handschoen (sarung tangan steril) yang
(trainee).2 Hal-hal lain yang juga turut keterampilan tersebut diulang dan
menentukan diantaranya adalah instruktur diintegrasikan dengan keterampilan bedah
kliniknya, peralatan serta lingkungan

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 105


Oktadoni Saputra dan Rika Lisiswanti | Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran

minor pada tahapan yang lebih lanjut dari yaitu fase kognitif, fase asosiasi, dan fase
mahasiswa. otomatis. Demonstrasi penting dalam rangka
Harus dipastikan juga sebelum membangun fase kognitif pada mahasiswa,
mahasiswa berlatih keterampilan yang akan memecah keterampilan yang kompleks,
diajarkan mereka sudah harus memahami disertai dengan explanasi serta dikaitkan
terkait materi keterampilan yang akan dengan alasan-alasan logis serta clinical
diajarkan. Pengetahuan tentang keterampilan reasoning, hal ini dapat membentuk fase
apa, indikasinya, kontraindikasinya serta kognisi selain merupakan bagian dari proses
semua pengetahuan faktual (factual konstruksi ilmu.3 Lebih jauh dari itu,
knowledge) dari keterampilan tersebut. Selain demonstrasi dapat berperan sebagai contoh
itu, mahasiswa juga harus faham walaupun nyata tindakan, menambah pengalaman
sebatas pengetahuan kognitif tentang mahasiswa, memancing mahasiswa untuk
prosedur materi yang akan dilatihkan bertanya dan berpartisipasi aktif serta dapat
(procedural knowledge). Hal ini sebagaimana memperjelas hal-hal secara lebih detil dan
yang dikemukan dalam Piramida Miller (1990) terperinci.12
10
, tentang tingkatan penilaian keterampilan Hal-hal yang mempengaruhi peserta
yang secara berurutan dimulai dari knows, didik dalam penguasaan suatu keterampilan
knows how, shows how, dan does. antara lain prior knowledge, yaitu
Ada 7 tahapan dalam penyampaian pengetahuan awal atau kemampuan dasar
latihan keterampilan klinik terutama yang sudah dimiliki sebelumnya; aptitudes
keterampilan prosedural yaitu, perencanaan, atau tingkat kecerdasan keterampilan/bakat
mendemonstrasikan prosedur, memberikan yang dimiliki mahasiswa; umur mahasiswa;
mahasiswa kesempatan mencoba dan gaya belajar mahasiswa serta sikap dan
mengobservasinya, memberikan feedback, motivasi mahasiswa.2 Pada sebuah setting
mengajak pembelajar melakukan self- pembelajaran keterampilan dengan
assesment, membolehkan berlatih walaupun menggunakan teman sebaya sebagai pengajar
belum sampai kondisi ideal serta memodifikasi (peer-assisted learning), motivasi mahasiswa
pendekatan pembelajaran untuk peserta bersifat motivasi eksternal sedangkan
mengantisipasi pembelajar yang kurang motivasi mahasiswa yang berperan sebagai
mempersiapkan.11 pengajar lebih bersifat motivasi internal.
Model lain terkait metode dalam Motivasi internal membuat mahasiswa belajar
menyampaikan latihan keterampilan dikenal dan berlatih keterampilan secara lebih
dengan singkatan S-T-E-P-S, yaitu menggali dan mendalam. Hal ini yang juga mempengaruhi
mengaktifkan pengetahuan sebelumnya (set keberhasilan mahasiswa dalam penguasaan
the foundation), demonstrasi oleh instruktur suatu keterampilan klinik.
(tutor demonstration), penjelasan sambil Selain itu, jumlah mahasiswa dalam
mendemonstrasikan kembali (explanation), kelompok pembelajaran keterampilan juga
mahasiswa mempraktekkan dibawah supervisi menentukan keberhasilan latihan. Pada sistem
(practice under supervision) dan melakukan Problem-Based Learning (PBL), salah satu
praktek kembali secara keseluruhan dengan cirinya adalah pembelajaran dilakukan pada
baik. Jika diringkas, secara sederhana dalam kelompok kecil (small group learning). Jumlah
latihan pelaksanaan suatu keterampilan ideal dalam pembelajaran pada kelompok kecil
psikomotor, ada 3 tahapan proses yang harus antara 5-8 orang peserta didik. Jika lebih dari
dilakukan yaitu (1) observasi suatu 10 orang akan terjadi perubahan pada
demonstrasi keterampilan; (2) melakukan atau dinamika kelompok. Idealnya untuk
mempraktekkan di bawah supervisi; (3) pembelajaran klinik seperti bedside teaching
mempraktekkan secara mandiri sampai mahir.9 jumlah mahasiswanya sekitar 2-4 orang,
Menurut teori skillls acquisition, sedangkan untuk diskusi tutorial antara 4-12
terdapat 3 fase/tahapan dalam proses orang, seminar 10-25 orang, PBL 8-12 orang
penguasaan keterampilan yang ditandai oleh mahasiswa.14
ciri yang berbeda di masing-masing fasenya

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 106


Oktadoni Saputra dan Rika Lisiswanti | Faktor
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran

Hal lain yang terkait adalah sebagai seorang ahli (medical( expert),
pembelajaran
embelajaran pada kelompok orang dewasa komunikator, kolaborator, manajer, advokat
juga perlu adanya pembuatan kesepakatan kesehatan, pembelajar (scholar
scholar) serta sebagai
awal (ground rules)) mencakup kontribusi seorang professional.
sional. Selain itu instruktur juga
setiap peserta pada kelompok, cara hendaknya memahami tentang proses
memberikan pendapat, sanggahan maupun pembelajaran pada kelompok kecil. Dosen
usulan, menghargai pendapat orang lain, dan klinik ketika bertindak sebagai instruktur
lain sebagainya. Semua kesepakatan tersebut latihan keterampilan hendaknya mampu
harus disepakati bersama oleh semua anggota mengaktivasi prior knowledge mahasiswa,
kelompok. Adanya ground rules dapat memvariasikan proses pembelajaran
pembel untuk
mencegah terjadinya konflik serta mengakomodir gaya-gayagaya belajar mahasiswa,
meminimalisir sifat-sifat
sifat yang kurang senantiasa bersikap baik dan menjaga sikap
konstruktif bagi jalannya pembelajaran pada professionalnya karena tanpa disadari
kelompok kecil tersebut.14,15 instruktur dianggap sebagai role-model bagi
Instruktur adalah sebutan yang lazim mahasiswa. Instruktur juga harus mampu
digunakan untuk dosen yang mengajarkan membangkitkan motivasi internal dari
keterampilan klinik. Seorang instruktur sebagai mahasiswa sehingga proses pembelajaran yang
seorang pendidik klinik memegang peranan deep-learning).8
terjadi lebih mendalam (deep
sangat penting dalam pembelajaran klinik. Tidak bisa dipungkiri, peralatan
Praktek
raktek klinisi yang baik merupakan memegang peranan penting dalam pencapaian
mbelajaran klinik.16 Terdapat 12
jantungnya pembelajaran keberhasilan pembelajaran keterampilan
peran seorang dosen klinik. Kedua belas peran klinik. Jumlah dan jenis peralatan sebaiknya
tersebut mencakup 6 area aktivitas dosen harus memadai. Peralatan tersebut berupa
klinik diantaranya
ntaranya sebagai penyedia informinformasi manikin serta bahan habis pakai yang biasa
bagi mahasiswa, dosen sebagai role model, digunakan. Kekurangan jumlah peralatan akan
dosen sebagai fasilitator, dosen sebagai berimbas pada kurangnya kesempatan
asesor,, dosen sebagai perencana serta dosen mahasiswa untuk beratih keterampilan.
sebagai pengembang materi dan bahan Padahal berlatih keterampilan
eterampilan di bawah
pembelajaran.6 Kedua belas peran dosen klin klinik supervisi tersebut merupakan salah satu fase
tersebut dapat dilihat pada Gambar
ambar 1. dalam teori akuisisi keterampilan yaitu pada
Peran lain yang juga disandang oleh fase asosiasi. Mahasiswa
ahasiswa sulit untuk bisa
seorang pendidik klinik yang dapat menjadi mahir jika tidak diberikan kesempatan
menciptakan proses pembelajaran klinik yang untuk
uk berlatih. Mahasiswa juga harus
baik diantaranya, pendidik klinik berperan diberikan feedback bagaimana
agaimana cara melakukan

6
Gambar 1. Dua Belas Peran Dosen Klinik
Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 107
Oktadoni Saputra dan Rika Lisiswanti | Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran

keterampilan yang dipelajari secara benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Feedback dapat membuat mahasiswa makin keberhasilan pembelajaran keterampilan klinik
memperbaiki kesalahannya menuju tersebut diantaranya adalah konten materi,
kemahiran. metode penyampaiannya, mahasiswa
Lingkungan pembelajaran dapat berupa pesertanya, instruktur kliniknya, peralatan
lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik serta lingkungan pembelajarannya. Konten
(sosial). Lingkungan fisik seperti ruangan, materi harus tersusun dengan baik, dipecah
sarana dan prasarana, pencahayaan ruangan, menjadi komponen-komponen keterampilan
suhu ruangan, dan ventilasi udara. Jika yang lebih kecil yang kemudian diintegrasikan
lingkungan fisik ini nyaman dan memenuhi kembali. Konten materi ini harus tersusun
kebutuhan fisiologis mahasiswa maka proses dalam kurikulum dengan prinsip spiral. Metode
latihan keterampilan akan berjalan dengan penyampaiannya harus mencakup demonstrasi
baik serta akan meningkatkan motivasi keterampilan yang kemudian disusul dengan
mahasiswa dalam berlatih keterampilan dan adanya kesempatan berlatih di bawah
bersungguh-sungguh dengan segenap supervisi instruktur serta berlatih mandiri
kemampuan dirinya. sampai mahir. Pada mahasiswa peserta adanya
Lingkungan pembelajaran yang lain prior knowledge, aptitudes dan bakat peserta,
adalah lingkungan non-fisik atau lingkungan umur, gaya belajar serta sikap, dan motivasi
sosial. Faktor lingkungan sosial yang lain mahasiswa peserta juga mempengaruhi.
seperti sikap dan cara instruktur membawakan Instruktur juga mempunyai peran penting yang
materi menarik, pasien simulasi yang cukup menunjang keberhasilan pembelajaran
baik dan atraktif, antusiasme dari teman- keterampilan klinik. Terdapat 12 peran
teman anggota kelompok, interaksi antar instruktur yang terangkum dalam 6 area
sesama teman anggota kelompok, dan lain- aktivitas pembelajaran. Hal lain yang juga
lain. Kesemuanya dapat membangun motivasi mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
dari peserta didik serta membuat proses keterampilan klinik di antaranya adalah
pembelajaran keterampilan berjalan lebih ketersediaan baik dari segi jumlah dan jenis
kondusif.7 peralatan untuk latihan yang juga akan
menentukan kesempatan berlatih bagi
Ringkasan mahasiswa peserta serta lingkungan
Keterampilan klinik merupakan pembelajarannya, baik itu lingkungan fisik dan
komponen penting dalam kompetensi yang lingkungan non-fisik.
harus dikuasai oleh seorang dokter.
Pembelajaran keterampilan klinik harus Simpulan
terintegrasi secara baik dalam kurikulum Keberhasilan pembelajaran keteram-
dengan prinsip spiral. Pembelajaran inipun pilan klinik ditentukan oleh banyak faktor
saat ini sudah dimulai dari tahap pre-klinik diantaranya konten materi, metode
yaitu pada setting khusus yang dikenal sebagai penyampaian, pesertanya, instrukturnya,
skills-lab. Pembelajaran ini yang dulunya peralatan serta lingkungan pembelajarannya.
dilakukan dengan trial and error kepada pasien Kesemuanya harus berjalan dengan baik agar
langsung di rumah sakit sekarang dilakukan proses pembelajaran keterampilan tersebut
pada manekin di skills-lab. Namun demikian bisa mencapai tujuan.
pembelajaran keterampilan pada setting skills-
lab ini masih mengalami banyak kendala Daftar Pustaka
diantaranya membutuhkan SDM yang banyak 1. Konsil Kedokeran Indonesia. Standar
serta biaya yang mahal. Selain itu masih kompetensi dokter Indonesia. Edisi ke-2.
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia;
keberhasilannya. Kesemuanya harus berjalan 2012.
dengan baik agar proses pembelajaran 2. Suryadi E. Pendidikan di laboratorium
keterampilan tersebut bisa mencapai tujuan. keterampilan klinik. Yogyakarta: Fakultas

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 108


Oktadoni Saputra dan Rika Lisiswanti | Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran

Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 10. Miller GE. The assessment of clinical skills/
2008. competence/performance. Academic
3. Patrick J. Training: research and practice. Medicine. 1990; 65(7):S63-7.
London: Academic Press; 1992. 11. McLeod PJ, Steinert Y, Trudel J,
4. Ker JS. Clinical skills centre teaching. Gottesman R. Seven principles for
Dalam: Harden RM, Dent JA, editor. A teaching procedural and technical skills.
practical guide for medical teachers. Edisi Academic Medicine. 2001; 76(10):1080.
ke-3. UK: Churcill Livingstone; 2009. 12. Bennett MJ, Ewan CE. How to organize
5. Stark P, Fortune F. Teaching clinical skills and conduct demonstrations. Medical
in developing countries: are clinical skills Teacher. 1981; 3(4):127-30.
centres the answers?. Education for 13. Saputra O. Student’s motivations in a
Health. 2003; 16(3):298-306. peer-assisted clinical skill training
6. Harden RM, Crosby J. AMEE education program. Juke. 2014; 4(8):195-202.
guide no. 20: the good teacher is more 14. Dornan T, Mann K, Scherpbier A, Spencer
than a lecturer: the twelve roles of the J. Medical education: theory and practice.
teacher. Med Teach. 2000; 22(4):334-47. Edinburgh: Churchill Livingstone; 2011.
7. Hutchinson L. Educational environment. 15. Jacques D. Teaching small group. Dalam:
Dalam: Cantillon P, Hutchinson L, Wood D, Cantillon P, Wood D, editor. ABc of
editor. ABC of learning and teaching in learning and teaching in medicine. Edisi
medicine. London: BMJ Publishing Group; ke-2. London: BMJ Publishing Group;
2003. 2010.
8. Amin Z, Khoo HE. Basic in medical 16. Prideaux D. Alexander H, Bower A, Dacre
education. Edisi ke-2. Singapore: World J, Haist S, Jolly B, Norcini J, et al. Clinical
Scientific Publishing; 2009. teaching: maintaining an educational role
9. Harden RM, Dent JA. A practical guide for for doctors in the new health care
medical teachers. Edisi ke-3. UK: Churcill environment. Medical Education. 2000;
Livingstone; 2009. 34: 820-6.

Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 109

Anda mungkin juga menyukai