Abstrak
Keterampilan klinik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran. Pembelajaran keterampilan klinik saat
ini sudah mengalami pergeseran dan sudah dimulai dari tahap pre-klinik pada setting khusus yang dikenal sebagai skills-
lab. Namun demikian, pembelajaran keterampilan klinik pada setting skills-lab ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu
membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang banyak serta biaya yang cukup mahal. Simpulan, ada banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran keterampilan klinik di skills-lab tersebut, diantaranya adalah konten materi,
metode penyampaian, peserta, instruktur, peralatan serta lingkungan pembelajarannya. Kesemua faktor tersebut harus
berjalan dengan baik agar proses pembelajaran keterampilan klinik tersebut bisa mencapai tujuannya. [JuKe Unila 2015;
5(9):104-109]
Kata kunci: kemahiran keterampilan, keterampilan klinik, pembelajaran keterampilan klinik, skills-lab
Korespondensi: dr. Oktadoni Saputra, M. MedEd, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081328543360, e-mail
oktadonisaputra@gmail.com
minor pada tahapan yang lebih lanjut dari yaitu fase kognitif, fase asosiasi, dan fase
mahasiswa. otomatis. Demonstrasi penting dalam rangka
Harus dipastikan juga sebelum membangun fase kognitif pada mahasiswa,
mahasiswa berlatih keterampilan yang akan memecah keterampilan yang kompleks,
diajarkan mereka sudah harus memahami disertai dengan explanasi serta dikaitkan
terkait materi keterampilan yang akan dengan alasan-alasan logis serta clinical
diajarkan. Pengetahuan tentang keterampilan reasoning, hal ini dapat membentuk fase
apa, indikasinya, kontraindikasinya serta kognisi selain merupakan bagian dari proses
semua pengetahuan faktual (factual konstruksi ilmu.3 Lebih jauh dari itu,
knowledge) dari keterampilan tersebut. Selain demonstrasi dapat berperan sebagai contoh
itu, mahasiswa juga harus faham walaupun nyata tindakan, menambah pengalaman
sebatas pengetahuan kognitif tentang mahasiswa, memancing mahasiswa untuk
prosedur materi yang akan dilatihkan bertanya dan berpartisipasi aktif serta dapat
(procedural knowledge). Hal ini sebagaimana memperjelas hal-hal secara lebih detil dan
yang dikemukan dalam Piramida Miller (1990) terperinci.12
10
, tentang tingkatan penilaian keterampilan Hal-hal yang mempengaruhi peserta
yang secara berurutan dimulai dari knows, didik dalam penguasaan suatu keterampilan
knows how, shows how, dan does. antara lain prior knowledge, yaitu
Ada 7 tahapan dalam penyampaian pengetahuan awal atau kemampuan dasar
latihan keterampilan klinik terutama yang sudah dimiliki sebelumnya; aptitudes
keterampilan prosedural yaitu, perencanaan, atau tingkat kecerdasan keterampilan/bakat
mendemonstrasikan prosedur, memberikan yang dimiliki mahasiswa; umur mahasiswa;
mahasiswa kesempatan mencoba dan gaya belajar mahasiswa serta sikap dan
mengobservasinya, memberikan feedback, motivasi mahasiswa.2 Pada sebuah setting
mengajak pembelajar melakukan self- pembelajaran keterampilan dengan
assesment, membolehkan berlatih walaupun menggunakan teman sebaya sebagai pengajar
belum sampai kondisi ideal serta memodifikasi (peer-assisted learning), motivasi mahasiswa
pendekatan pembelajaran untuk peserta bersifat motivasi eksternal sedangkan
mengantisipasi pembelajar yang kurang motivasi mahasiswa yang berperan sebagai
mempersiapkan.11 pengajar lebih bersifat motivasi internal.
Model lain terkait metode dalam Motivasi internal membuat mahasiswa belajar
menyampaikan latihan keterampilan dikenal dan berlatih keterampilan secara lebih
dengan singkatan S-T-E-P-S, yaitu menggali dan mendalam. Hal ini yang juga mempengaruhi
mengaktifkan pengetahuan sebelumnya (set keberhasilan mahasiswa dalam penguasaan
the foundation), demonstrasi oleh instruktur suatu keterampilan klinik.
(tutor demonstration), penjelasan sambil Selain itu, jumlah mahasiswa dalam
mendemonstrasikan kembali (explanation), kelompok pembelajaran keterampilan juga
mahasiswa mempraktekkan dibawah supervisi menentukan keberhasilan latihan. Pada sistem
(practice under supervision) dan melakukan Problem-Based Learning (PBL), salah satu
praktek kembali secara keseluruhan dengan cirinya adalah pembelajaran dilakukan pada
baik. Jika diringkas, secara sederhana dalam kelompok kecil (small group learning). Jumlah
latihan pelaksanaan suatu keterampilan ideal dalam pembelajaran pada kelompok kecil
psikomotor, ada 3 tahapan proses yang harus antara 5-8 orang peserta didik. Jika lebih dari
dilakukan yaitu (1) observasi suatu 10 orang akan terjadi perubahan pada
demonstrasi keterampilan; (2) melakukan atau dinamika kelompok. Idealnya untuk
mempraktekkan di bawah supervisi; (3) pembelajaran klinik seperti bedside teaching
mempraktekkan secara mandiri sampai mahir.9 jumlah mahasiswanya sekitar 2-4 orang,
Menurut teori skillls acquisition, sedangkan untuk diskusi tutorial antara 4-12
terdapat 3 fase/tahapan dalam proses orang, seminar 10-25 orang, PBL 8-12 orang
penguasaan keterampilan yang ditandai oleh mahasiswa.14
ciri yang berbeda di masing-masing fasenya
Hal lain yang terkait adalah sebagai seorang ahli (medical( expert),
pembelajaran
embelajaran pada kelompok orang dewasa komunikator, kolaborator, manajer, advokat
juga perlu adanya pembuatan kesepakatan kesehatan, pembelajar (scholar
scholar) serta sebagai
awal (ground rules)) mencakup kontribusi seorang professional.
sional. Selain itu instruktur juga
setiap peserta pada kelompok, cara hendaknya memahami tentang proses
memberikan pendapat, sanggahan maupun pembelajaran pada kelompok kecil. Dosen
usulan, menghargai pendapat orang lain, dan klinik ketika bertindak sebagai instruktur
lain sebagainya. Semua kesepakatan tersebut latihan keterampilan hendaknya mampu
harus disepakati bersama oleh semua anggota mengaktivasi prior knowledge mahasiswa,
kelompok. Adanya ground rules dapat memvariasikan proses pembelajaran
pembel untuk
mencegah terjadinya konflik serta mengakomodir gaya-gayagaya belajar mahasiswa,
meminimalisir sifat-sifat
sifat yang kurang senantiasa bersikap baik dan menjaga sikap
konstruktif bagi jalannya pembelajaran pada professionalnya karena tanpa disadari
kelompok kecil tersebut.14,15 instruktur dianggap sebagai role-model bagi
Instruktur adalah sebutan yang lazim mahasiswa. Instruktur juga harus mampu
digunakan untuk dosen yang mengajarkan membangkitkan motivasi internal dari
keterampilan klinik. Seorang instruktur sebagai mahasiswa sehingga proses pembelajaran yang
seorang pendidik klinik memegang peranan deep-learning).8
terjadi lebih mendalam (deep
sangat penting dalam pembelajaran klinik. Tidak bisa dipungkiri, peralatan
Praktek
raktek klinisi yang baik merupakan memegang peranan penting dalam pencapaian
mbelajaran klinik.16 Terdapat 12
jantungnya pembelajaran keberhasilan pembelajaran keterampilan
peran seorang dosen klinik. Kedua belas peran klinik. Jumlah dan jenis peralatan sebaiknya
tersebut mencakup 6 area aktivitas dosen harus memadai. Peralatan tersebut berupa
klinik diantaranya
ntaranya sebagai penyedia informinformasi manikin serta bahan habis pakai yang biasa
bagi mahasiswa, dosen sebagai role model, digunakan. Kekurangan jumlah peralatan akan
dosen sebagai fasilitator, dosen sebagai berimbas pada kurangnya kesempatan
asesor,, dosen sebagai perencana serta dosen mahasiswa untuk beratih keterampilan.
sebagai pengembang materi dan bahan Padahal berlatih keterampilan
eterampilan di bawah
pembelajaran.6 Kedua belas peran dosen klin klinik supervisi tersebut merupakan salah satu fase
tersebut dapat dilihat pada Gambar
ambar 1. dalam teori akuisisi keterampilan yaitu pada
Peran lain yang juga disandang oleh fase asosiasi. Mahasiswa
ahasiswa sulit untuk bisa
seorang pendidik klinik yang dapat menjadi mahir jika tidak diberikan kesempatan
menciptakan proses pembelajaran klinik yang untuk
uk berlatih. Mahasiswa juga harus
baik diantaranya, pendidik klinik berperan diberikan feedback bagaimana
agaimana cara melakukan
6
Gambar 1. Dua Belas Peran Dosen Klinik
Juke Unila | Volume 5 | Nomor 9 | Maret 2015 | 107
Oktadoni Saputra dan Rika Lisiswanti | Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran
Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 10. Miller GE. The assessment of clinical skills/
2008. competence/performance. Academic
3. Patrick J. Training: research and practice. Medicine. 1990; 65(7):S63-7.
London: Academic Press; 1992. 11. McLeod PJ, Steinert Y, Trudel J,
4. Ker JS. Clinical skills centre teaching. Gottesman R. Seven principles for
Dalam: Harden RM, Dent JA, editor. A teaching procedural and technical skills.
practical guide for medical teachers. Edisi Academic Medicine. 2001; 76(10):1080.
ke-3. UK: Churcill Livingstone; 2009. 12. Bennett MJ, Ewan CE. How to organize
5. Stark P, Fortune F. Teaching clinical skills and conduct demonstrations. Medical
in developing countries: are clinical skills Teacher. 1981; 3(4):127-30.
centres the answers?. Education for 13. Saputra O. Student’s motivations in a
Health. 2003; 16(3):298-306. peer-assisted clinical skill training
6. Harden RM, Crosby J. AMEE education program. Juke. 2014; 4(8):195-202.
guide no. 20: the good teacher is more 14. Dornan T, Mann K, Scherpbier A, Spencer
than a lecturer: the twelve roles of the J. Medical education: theory and practice.
teacher. Med Teach. 2000; 22(4):334-47. Edinburgh: Churchill Livingstone; 2011.
7. Hutchinson L. Educational environment. 15. Jacques D. Teaching small group. Dalam:
Dalam: Cantillon P, Hutchinson L, Wood D, Cantillon P, Wood D, editor. ABc of
editor. ABC of learning and teaching in learning and teaching in medicine. Edisi
medicine. London: BMJ Publishing Group; ke-2. London: BMJ Publishing Group;
2003. 2010.
8. Amin Z, Khoo HE. Basic in medical 16. Prideaux D. Alexander H, Bower A, Dacre
education. Edisi ke-2. Singapore: World J, Haist S, Jolly B, Norcini J, et al. Clinical
Scientific Publishing; 2009. teaching: maintaining an educational role
9. Harden RM, Dent JA. A practical guide for for doctors in the new health care
medical teachers. Edisi ke-3. UK: Churcill environment. Medical Education. 2000;
Livingstone; 2009. 34: 820-6.