Anda di halaman 1dari 6

Strategi Pelaksanaa pada Pasien dengan

Masalah Gangguan Jiwa Harga Diri Rendah

Strategi pelaksanaan:

 Kasus:

Seorang wanita umur 23 tahun dirawat di ruang mawar rumah sakit jiwa. Klien tampak
sering menyendiri dan selalu mengatakan ia orang yang tidak berharga, klien mengatakan
orang terbodoh sedunia, tidak memiliki kemampuan apapun. Klien mengatakan dirinya
merasa malu karena keluarga klien sukses semua kakak klien semua sarjana dan bekerja di
perusahaan dan instansi pemerintah, sementara ia hanya pengangguran. Itu yang membuat
klien lebih senang menyendiri, klien merasa seperti orang yang paling menderita di dunia dan
orang yang gagal . Pada saat pengkajian klien berbicara dengan suara lirih dan hampir tidak
terdengar, kontak mata minimal klien lebih banyak menunduk sambil memainkan jari-jarinya
dan terkadang mengigit kukunya.

 Kondisi klien:
 Data Objektif: klien tampak lebih suka menyendiri, nada bicara klien terdengar lirih
dan hampir tidak terdengar, klien tampak lebih sering menunduk sambil memainkan
jari-jarinya dan terkadang mengigit kukunya

 Data Subjektif: klien menyatakan bahwa dirinya tidak berguna, orang bodoh, tidak
memiliki kemampuan apapun. Klien mengatakan malu dengan keluarganya karna
keluarganya sukses semua, klien mengatakan ia seperti orang yang paling menderita
didunia

 Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah


 Tujuan:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Melakakun pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Harga Diri Rendah
Pada klien
3. Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri rendah dan
pemecahan masalah yang efektif
4. Klien dapa melakukan identifikasi terhadap kemampuan positif yang dimilikinya
5. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
6. Klien dapat memilih kemampuan yang akan digunakan
7. Klien mampu melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan yang dimilikinya

 Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien, perkenalkan diri dengan klien, tanyakan
perasaan dan keluhan klien saat ini, buat kontrak asuham, jelaskan bahwa perawat akan
merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi, tunjukan sikap empati terhadap
klien, penuhi kebutuhan dasar klien bila memungkinkan
2. Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri rendah pada klien.
3. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
4. Membantu klien dapat menilai kemampuan yang dapat
5. Membantu klien dapat memilih /menetapkan kegiatan berdasrkan daftar kegiatan
6. Melatih kegiatan yang telah dipilih klien sesuai kemampuannya
7. Membantu klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan menyusun rencana
kegiatan
 Strategi Pelaksanaan pertemuan 1

1. Fase Orientasi:
a. Salam Terapeutik: “Selamat pagi mbak , perkenalkan nama saya Perawat Y yang berdinas
pada pagi hari ini dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 nanti. Kalau boleh tahu nama mba
siapa? Biasanya lebih senang dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi: “Bagaimana keadaan mba W hari ini? Ohh.. mba merasa tidak berguna
kalau dirumah?
c. Kontrak: “baik mba, bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan dan kita
bicarakan kemampuan mba miliki agar mba tau bahwa mba itu berguna dan mempunya
kemampuan. Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang mba bias lakukan Dirumah sakit.
Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”. “mau berapa lama kita
berbincang? Bagaimana kalau 30menit? “dimana mba mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau disini saja?

2. Fase Kerja: “sebelumnya saya ingin menanyakan apa yang menyebabkan mbak dibawa kesini?
Saya ingin bertanya juga tentang penilaian mbak terhadap diri mbak, tadi mba bilang mba merasa
tidak berguna dirumah, mba merasa tidak berharga,mba merasa seperti orang bodoh dan tidak
mempunyai kemampuan apapun. Memang apa yang membuat mba menjadi merasa seperti itu?”.
“jadi mba telah gagal memenuhi keinginan orang tua mba, apakah ada hal lain yang tidak
menyenangkan yang mba rasakan?
“bagaimana hubungan mba dengan keluarga setelah mba merasa hidup mba yang berarti
dan tidak berguna? Ohh jadi mba menjadi malu, ada lagi mba? Tadi mba mengatakan gagal
dalam memenuhi keinginan orang tua, memang keinginan yang bagaimana mba?, sebenarnya apa
saja harapan dan cita-cita mba? Yang mana saja harapan mba yang sudah tercapai?, bagaimana
usaha mba untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?”
“Agar dapat Agar dapat mencapai harapan-harapan ibu, mari kita sama-sama menilai
kemampuan yang ibu miliki untuk dilatih dan dikembangkan. Coba ibu sebutkan kemampuan apa
saja yang ibu pernah miliki?, bagus apalagi bu? Kegiatan rumah tangga yang bisa ibu lakukan?
Bagus, apalagi bu?
“Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang mba miliki. Nah sekarang dari
lima kemampuan yang mba miliki mana yang masih dapat dilakukan dirumah sakit? Coba kita
lihat yang pertama bisa mba? Yang kedua mba? ( sampai yang kegiatan yang kelima). Bagus
sekali, ternyata ada empat kegiatan yang masih dapat mba lakukan dirumah sakit.”
“Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan dirumah sakit, mana
yang dilatih hari ini?. Baik mari kita latihan merapikan tempat tidur, tujuannya agar mba dapat
meningkatkan kemampuan merapikan tempat tidur dan merasakan manfaatnya. Kita lakukan
sekarang ya mba?”
“Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya,
kemudian kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah sekaramg kita pasang lagi
seprainya. Kita mulai dari arah atas ya mba. Kemudian bagian kakinya, tarik dan masukan, lalu
bagian pinggir dimasukan, sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan dibagian atas kepala.
Mari kita lipat selimut. Nah letakkan dibagian bawah. Bagus . Menurut mba bagaiman perbedaan
tempat tidur setelah dibersihakan dibandingkan tadi sebelum dibersihkan?”

3. Fase terminasi:
a. Evaluasi subjektif: “Bagaimana perasaan mba setelah kita latiahan merapikan tempat tidur?”
b. Evaluasi objektif : “Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah merapikan tempat tidur?”
“Bagus”.
c. Rencana Tindak Lanjut: “Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian mba, mau
berapa kali ibu melakukannya? Bagus 2 kali…pagi-pagi setelah bangun tidur dan jam 4 sore.
Jika mba melakukannya tanpa diingatkan perawat ibu beri tanda M, tapi kalau mba
merapikan tempat tidur dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi kalau mba
tidak melakukannya mba buat T”
d. Kontrak: “Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan mba yang kedua.
mba mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.Tempatnya dimana mba? bagaimana kalau disini
saja, jadi besok kita ketemu lagi disini jam 10 ya mba w. Assalamualaikum mba selamat
pagi”
 Strategi pelaksaan pertemuan 2

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik: “Selamat pagi mba. Apakah mba masih ingat dengan saya? Sesuai janji
saya kemarin saya datang lagi.
b. Evaluasi / validasi : “Bagaimana perasaan mba pagi ini? Bagaimana dengan perasaan negatif
yang mba rasakan? Bagus sekali berarti perasaan tidak berguna yang mba rasakan sudah
berkurang. Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?, boleh saya lihat kamar
tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali”
“Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata mba telah melakukan kegiatan
merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu apa manfaat yang mba rasakan dengan melaukan
kegiatan merapikan tempat tidur secara terjadwal?
c. Kontrak : “ Sekarang kita akan kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang dua. Hari kita mau
latihan menyapu kan? Tujuan pertemuan pagi ini adalah untuk berlatih menyapu sehingga
mba dapat menyapu dengan baik dan merasakan manfaat dari kegiatan menyapu”
“Kita akan melakukan latihan menyapu selama 30 menit ya mba” “mba mau menyapu
dimana? Bagaimana kalau dikamar mba saja?

2. Fase kerja: “Baik menurut mba, apa saja yang kita perlukan untuk menyapu lantai?, bagus
sebelum mulai kita menyapu kita perlu menyiapkan sapu dan pengki. Bagaimana cara menyapu
yang biasa mba lakukan? Yah bagus jadi menyapu kita lakukan dari arah sudut ruangan.
Menyapu juga dilakukan dibawah meja dan kursi, bila perlu meja dan kursinya digeser, agar
dapat menyapu pada bagian lantainya dengan lebih bersih. Begitu juga untuk dibawah kolong
tempat tidur perlu disapu. Mari kita mulai berlatih mba?” “Ya bagus sekali mba menyapu dengan
bersih” “Menurut ibu bagaiman perbedaan setelah ruangan ini disapu dibandingkan tadi sebelum
disapu? “

3. Fase terminasi:
a. Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan mba setelah kita latihan menyapu?”
b. Evaluasi objektif : Nah coba mba sebutkan lagi langkah-langkah menyapu yang baik mba?”
“‘Bagus mba”
c. Rencana Tindak Lanjut: : “Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian mba, mau
berapa kali mba melakukannya? Bagus 2 kali…jam berapa mba mau melakukannya ,jadi mba
mau melaukannya jam 8 pagi dan jam 5 sore. Jika mba melakukannya tanpa diingatkan
perawat mba beri tanda M, tapi kalau mba mencuci piring dibantu atau diingatkan perawat
mba beri tanda B, tapi kalau mba tidak melakukannya mba buat T”
d. Kontrak: “Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan mba yang lainnya”.
“mba mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya”. “Tempatnya dimana mba? bagaimana kalau
disini saja, jadi besok kita ketemu lagi disini jam 10 ya mba W. baik saya permisi dulu ya
mba Assalamualaikum mba, selamat siang”.

Latihan Dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap
kemampuan yang dimiliki akan menambah Harga Diri pasien

Anda mungkin juga menyukai