Tindakan Kep PD Lansia
Tindakan Kep PD Lansia
PENDAHULUAN
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak
dapat lagi berfungsi secara baik, maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam
menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Disamping itu, berbagai penyakit degeneratif
yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-
orang disekelilingnya.
Lansia juga memerlukan berbagai hal lain untuk dapat mempertahankan kualitas
hidupnya seperti latihan-latihan yang dapat melatih kekuatan tubuhnya agar tidak terus
menurun, ataupun mempertahankan fungsi kognitifnya serta membutuhkan sosialisasi
sehingga lansia tidak merasa sendirian untuk mencegah depresi. Hal ini menuntut
perhatian khusus dari keluarga sebagai orang terdekat untuk menjaga dan merawat lansia
di rumah.
Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa lansia lebih senang dirawat di rumah
karena mereka mendapatkan rasa nyaman dan aman dan selalu berada di tengah-tengah
keluarga. Perawatan kesehatan lansia adalah perawatan lansia sebagai klien di rumah tidak
hanya meliputi pelayanan kesehatan saja, namun juga pelayanan pendukung untuk dapat
mendorong lansia menjadi lebih cepat mencapai kondisi sehat dan juga mandiri.
Mengingat banyaknya masalah dan kebutuhan yang diperlukan lansia, oleh karena itu
diperlukan perawatan lansia dirumah dimana perawatan lansia diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat
menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik. Sehingga dibuat makalah ini yang
membahas mengenai tindakan keperawatan pada lansia dengan pendekatan keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1. Definisi
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000)
3
2.2 Keperawatan Keluarga Dalam Lanjut Usia
Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya
memelihara kesehatan lansia, namun adakalanya keluarga tersebut mengalami keterbatasan
pengetahuan, kemampuan dan kemauan sehingga memerlukan bantuan orang lain. Dalam hal
ini tenaga kesehatan termasuk tenaga keperawatan. Semakin disadari bahwa perawatan dan
asuhan untuk lansia dirumah akan menjadi suatu kebutuhan seiring dengan makin
bertambahnya populasi warga lansia di Indonesia. Keengganan untuk dirawat dirumah sakit
oleh karena berbagai alasan dari lansia sendiri meupun keluarganya, antara lain karena
memang sudah tidak memerlukan perawatan dirumah sakit, tetapi masih membutuhkan
asuhan perawatan dirumah.
Keberhasilan keperawatan dirumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan
oleh keluarga dirumah. Secara empiris, bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga sangat signifikan. Keluarga menempati posisi antar individu dan
masyarakat, sehingga dalam keluargalah upaya kesehatan masyarakat sekaligus dapat
terpenuhi.
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang
dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di
observasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter
terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan
4
ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas
kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
5
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu
di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan
mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini
dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi
beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik
secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau
mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau
petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari
misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi
tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan
ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi? bisa minta tolong bapak/ibu
untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi?
f. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak
di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
8
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengikat/menekan,
mengubah posisi, dukung untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan
pelan-pelan waktu mandi.
f. Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari
angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan
batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat
berlebihan, gangguan penglihatan, kejang otot dan hipotensi.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering,
beri makan yang menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai,
makanan yang cukup cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan makanan yang
tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan.
h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan
menjelaskan dan memotivasi klien untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine
pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu untuk konsultasi.
i. Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak,
hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari
menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion) untuk kulit.
j. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi
tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif, serta
anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
k. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu
dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan
untuk memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati.
l. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap
dipasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan
licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu
berdiri bila diperlukan.
m. Tindakan keperawatan pada lansia juga berkaitan dengan kebersihan fisik,
keseimbangan gizi, latihan fisik, seksualitas, eliminasi, istirahat, tidur dan rasa
nyaman, serta keseimbangan emosi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah
sebagai berikut :
9
1. Waktu dilakukan jangan pada saat jam istirahat.
2. Dilakukan 45 menit – 1 jam
3. Perhatikan kenyamanan lansia
4. Perhatikan privacy lansia
5. Pastikan kelengkapan alat
6. Holistik
7. Perhatikan lingkungan
8. Perhatikan kondisi umum pasien
9. Lakukan secara sistematik
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
10
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
11
Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV. ANDI.
12