Anda di halaman 1dari 12

KERANGKA ACUAN KERJA

BELANJA JASA KONSULTANSI PENELITIAN PENYUSUNAN


DOKUMEN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN
KAWASAN (RIPK) MINAPOLITAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Buton Selatan (Busel) merupakan salah satu kategori daerah


berkembang di daratan selatan Buton dengan luas wilayah ± 2.681,22 km dengan
penduduk pada tahun 2010 berjumlah 275.716 jiwa terdiri atas 7 (tujuh)
kecamatan, sesuai UU RI No 16 tahun 2014 Tentang Pembentukan Kabupaten
Buton Selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara pasal 3 Poin 1 Kabupaten Buton
Selatan berasal dari sebagian wilayah Kabupaten Buton yang terdiri atas cakupan
wilayah; a. Kecamatan Batauga; b. Kecamatan Sampolawa; c. Kecamatan
Lapandewa; d. Kecamatan Batu Atas; e. Kecamatan Siompu Barat; f. Kecamatan
Siompu; dan g. Kecamatan Kadatua.
Secara umum Kabuapten Buton Selatan memilikii kawasan perairan atau
wilayah pesisir di semua kecamatan, dimana luas perairannya secara kelseluruhan
sebesar 2.478,73 km2 dengan panjang gari pantai 151 km yang terdiri dari 5 buah
pulau dan 2 pulau dinatarnya tidak berpenduduk. Kabupaten Buton Selatan, secara
geografis terletak di bagian selatan khatulistiwa, melintang dari utara ke selatan
antara, berbatasan dengan:
• Sebelah Utara : Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau
• SebelahTimur : Kabupaten Buton dan Laut Banda atau laut Flores
• Sebelah Selatan : Laut Flores
• Sebelah Barat : Laut Flores
Berdasarkan potensi tersebut maka sektor perikanan khususnya perikanan
tangkap dan budidaya serta pengembangannya akan menjadi potensi unggulan
sebagai lokomotif pembangunan ekonomi daerah yang mampu meningkatkan
kesejateraan masyarakat diatas kontribusi sumberdaya.
Pembangunan sektor perikanan terbukti mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah secara lebih tepat dan tidak dapat dipungkiri telah mengakibatkan
pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah pengembangn melampaui kawasan
lainnya. Dengan kata lain sektor ini dapat menjadi lokomotif pembangunan dalam
upaya percepatan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (PPK).
Secara makro ekonomi percepatan pertumbuhan di wilayah pesisir, laut dan PPK
dapat berdampak pada pertumbuhan PDRB Kabupaten Buton Selatan dari sektor
Perikanan.
Secara Umum kondisi wilayah pesisir dan periran laut serta PPK Kabupaten
Bulton Selatan untuk dikembangkan sebagai andalan peningkatan pendapatan
masyarakat nelayan (tangkap dan pembudidaya). Namun kenyataan menunjukkan
sebagian besar masyarakat miskin umumnya adalah masyarakat yang bemukim di
wilayah pesisir dan PPK termasuk didalamnya adalah nelayan tangkap dan
pembudidaya ikan tradisional.
Upaya peningkatan pendapatan masyarakat pesisir khususnya nelayan dan
pembudidaya ikan harus didukung dengan upaya peningkatan produksi dan
produktivitas usaha perikanan. Berdasarkan data yang ada produktivitas usaha
perikanan di Kabupaten Buton Selatan umumnya masih sangat rendah. Hal ini
masih dapat dipacu melalui kegiatan-kegiatan yang dapat memacu peningkatan
produksi. Secara khusus kegiatan usaha berupa penangkapan dan budidaya laut
untuk komoditas ikan tuna, cakalang, ikan karang dan berbagai perikanan pelagis
dan demersal lainnya dalam bidang perikanan tangkap serta komoditas rumput laut,
dan komoditas budidaya ikan lainnya menunjukkan tingkat produktivitas usahanya
masih dapat ditingkatkan melalui penyediaan sarana dan prasarana serta faktor-
faktor penunjang lainnya. Rendahnya produktivitas usaha perikanan tangkap
maupun perikanan budidaya ini disebabkan oleh beberapa fakta antara lain:
1. Umumnya pelaku perikanan tangkap maupun budidaya masih melaksanakan
usahanya secara tradisional sehingga tingkat produksi yang dihasilkan masih
sangat rendah
2. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang baik secara kualitas maupun
kuantitas sangat terbatas dan penyebaranyan belum merata.
3. Penerapan teknologi belum optimal akibat dari keterbatasan permodalan.
4. Sumberdaya manusia sektor perikanan tangkap dan budidaya belum cukup
memadai untuk melaksanakan paket-paket teknologi yang sudah ada.
5. Belum adanya jaringan pemasaran yang jelas terhadap produksi perikanan
Proses peningkatan Produktivitas usaha perikanan dilakukan melalui upaya terpadu
dan terintegritas secara simultan yang melibatkan berbagai instansi dan stakeholder
karena permasalahan pembangunan perikanan di wilayah pesisir dan PPK tidak
mungkin dapat diselesaikan melalui pendekatan sektor kelautan dan perikanan saja.
Berdasarkan kondisi tersebut, perubahan paradigma dalam pendekatan
pembangunan harus dilakukan secara komprehensip dan terintegrasi yang berbasis
kawasan. Pembangunan Nasional yang cenderung memfavoritkan pembangunan
perkotaan sebagai satu-satunya mesin pertumbuhan (engine of development) yang
handal harus direvisi kembali. Pembangunan pedesaan diwilayah pesisir dan PPK
harus mulai di dorong guna mengatasi permasalahan membangunan yang terjadi.
Meskipun demikian, pendekatan yang selama ini memisahkan pembangunan
kawasan pedesaan dengan perkotaan harus ditinjau kembali. Hal ini disebabkan
terdapat keterkaitan dan ketergantungan baik secara fungsional maupun secara
keruangan antara kawasan pedesaan dan perkotaan.
Usaha penyelesaian permasalahan dalam pemanfaatan sektor perikanan
diperlukan kebijakan strategi yang inovatif. Implementasi yang dibutuhkan dalam
sistem pembangunan sektor kelautan dan perikanan yaitu berbasis wilayah dengan
konsep minapolitan. Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan
dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi,
berkualitas dan percepatan. Kawasan minapolitan merupakan suatu bagian wilayah
atau daerah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra
produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa dan atau
kegiatan pendukung lainnya. Kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan umumnya
berada di pedesaan, perkembangannya lambat, dikarenakan kurangnya sarana,
prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Dengan konsep Minapolitan pembangunan sektor perikanan diharapkan dapat
dipercepat. Kemudahan atau peluang yang biasanya ada di daerah perkotaan perlu
dikembangkan di daerah-daerah pedesaan, seperti prasarana, sistem pelayanan umum,
jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi di sentra-sentra produksi. Sebagai
sentra produksi, daerah pedesaan diharapkan dapat berkembang sebagaimana daerah
perkotaan dengan dukungan prasarana, energi, jaringan distribusi bahan baku dan hasil
produksi, transportasi, pelayanan publik, akses permodalan, dan sumberdaya manusia
yang memadai. Konseptual Minapolitan mempunyai dua unsur utama yaitu,
Minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dan minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas utama
produk kelautan dan perikanan. Secara ringkas Minapolitan dapat didefinisikan sebagai
Konsep Pembangunan Ekonomi Kelautan dan Perikanan berbasis wilayah dengan
pendekatan dan sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip integrasi, efisiensi dan
kualitas serta akselerasi tinggi. Sementara itu, Kawasan Minapolitan adalah kawasan
ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan
perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait.
Konsep Minapolitan didasarkan pada tiga azas yaitu demokratisasi ekonomi
kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan
dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), serta penguatan
daerah dengan prinsip: daerah kuat–bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut
menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan agar pemanfaatan sumberdayanya benar-benar untuk kesejahteraan rakyat
dengan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan. Dengan konsep
ini, diharapkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dapat dilaksanakan secara
terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Pertama, prinsip integrasi
diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya pembangunan
direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistic dengan
mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik instansi sektoral,
pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat.
Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan
peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi,
sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.

1.2. Perumusan Permasalahan

Kabupaten Buton Selatan merupakan kabupaten yang ditetapkan sebagai


salah satu kawasan percepatan pembangunan industri perikanan nasional melalui
intruksi perikanan nasional melalui Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2016.
Kondisi ini memberikan peluang sekaligus menjadi tantangan dalam
pengembangan perikanan khsusunya terkait kesiapan daerah untuk
mengembangkan konsep pengemabnagn industri peikanan yang memfokuskan
pada konsep pengembangan kawasan sentra-sentra produksi perikanan yang
berbasis komoditas dan konsep pengembangan pemasaranannya. Kawasan
Minapolitan satu konsep pengembangan ekonomi berbasis perikanan yang dapat
diimplementasikan untuk mendukung pelaksanaan intruksi presiden tersebut.
Sektor perikanan Kabupaten Buton Selatan telah memberi kontribusi yang cukup
berarti dalam penyediaan sumber pangan berupa komoditas perikanan berupa ikan
tuna, cakalang dan rumput laut. Kondisi ini merupakan suatu gambaran bahwa
kabupaten Buton Selatan memiliki potensi perikanan yang dapat dikembangkan
dengan pendekatan pengembangan produksi berbasis kawasan. Terdapat beberapa
kecamatan yang terdapat di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Buton Selatan yang
memiliki potensi pengembangan perikanan tangkap maupun budidaya khususnya
tiga komoditas tersebut di atas.Wilayah-wilayah tersebut selama ini merupakan
wilayah pengembangan perikanan tangkap dan budidaya laut dengan komoditas
berupa : ikan tuna, cakalang dan rumput laut. Saat ini terjadi trend peningkatan
produksi yang diikuti dengan perbaikan dari sisi harga jual yang membaik di
pasaran sehingga memacu penangkapan dan pembudidayaan ikan untuk
meningkatkan produksi melalui intensifikasi maupun ektensifikasi.
Kondisi perikanan di Kabupaten Buton Selatan menunjukan terjadinya trend
peningkatan produksi perikanan tangkap maupun budidaya, hal ini disebabkan
adanya upaya yang selaras dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan
terhadap komoditas perikana tangkap dan budidaya namun disisi lain masih
dibatasi oleh adanya keterbatasan dukungan sarana dan prasarana usaha perikanan,
infrasturktur wilayah dan keterbatasan dukungan kelembagaan dan SDM. Oleh
karena itu diperlukan kajian dan perencanaan yang lebih mendalam dan
komprehensif terhadap permasalahan tersebut, sehingga nantinya dapat dimulai
secara objektif batas yang optimal untuk mengembangkan perikanan yang dapat
selaras dengan usaha dan sektor lainnya dengan memperhatikan kondisi
lingkunagan dan dampak ekonominya serta sesuai dengan kerangka regulasi da
kebijkanan yang ada.
Untuk mencpai hal tersebut diatas maka upaya konsep mengembangkan dan
perencananan perikanan secara menyeluruh kegiatan perikanan secara terpadu yang
bewawasan lingkungan pada kawasan sentra-sentra produksi di Kabupaten Buton
Selatan. Konsep ini berdasarkan aspek daya dukung sumberdaya alam, kerjasama
dan kemitraan dengan sektor lainnya, (swasta, BUMN) diharapkanakan memberi
peluang kerja dan berusaha meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan,
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.
Dalam upaya untuk menjawab permasalahan dan tantangan dengan
mengimplenasisikan konsep tersebut dan sekaligus menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan pembangunan dan pengembangan wilayah, maka perlu
ditindak lanjuti dengan langka-langka kongkrit agar dapat meningkatkan kondisi
ekonomi kawasan, sehingga dapat menjadi lokomotif penggerak pembangunan
wilayah di Kabupaten Buton Selatan. Langkah kongkrit ini diawali dengan
menyusun “Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten
Buton Selatan Tahun 2018-2023”

1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran

1.3.1. Maksud

Maksud dari penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan


Minapolitan Kabupaten Buton Selatan adalah memberi gambaran kondisi
perikanan di wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Buton Selatan sehingga nantinya
dapat dijadikan dasar dalam rencana pengembangannya.

1.3.2. Tujuan

Tujuannya adalah membantu dalam merencanakan langka-langka kongkrit


apa yang dapat dilakukan serta tahapan-tahapannya sehingga perencanaan
pengembangan kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan lebih terarah.

1.3.3. Sasaran

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:


1. Mewujudkan Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Minapolitan
Kabupaten Buton Selatan sehingga diharapkan dapat menjadi suatu
kawasan pengembangan perikanan dan dapat memicu percepatan
peningkatan taraf hidup masyarakatnya.
2. Untuk melakukan perencanaan pembiayaan Kawasan Pengembangan
Minapolitan Kabupaten Buton Selatan serta perencanaan pembiayaan
infrastruktur pendukung lainnya.
3. Penentuan pengembangan komoditas unggulan berdasarkan
karakteristik kawasan, sehingga diharapkan stakeholder yang terlibat
cukup banyak.
4. Teridentifikasinya kondisi exiting kawasan Minapolitan Kabupaten
Buton Selatan secara komprehensif meliputi : Potensi pengembangan
perikanan khususnya komoditas Ikan Tuna, cakalang dan rumput laut,
iklim investasi, aksebilitasi wilayah, dan pelayanan infrastruktur (hulu –
hilir dan penunjang).
5. Teridentifikasinya potensi market (groth opportunity) existing dan
peluang di masa mendatang kawasan Minapolitan Kabupaten Buton
Selatan.
6. Teridentifikasinya potensi sumberdaya yang ada (resource available)
yang dapat menunjang pengembangan kawasan Minapolitan Kabupaten
Buton Selatan.
7. Teridentifikasinya cakupan dan ukuran optimal pengembangan kawasan
Minapolitan Kabupaten Buton Selatan

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah Penyusunan Rencan Induk Pengembangan


Minapolitan tahun 2018-2023 adalah wilayah pesisir, laut dan PPK serta wilayah-
wilayah Kabupaten Buton Selatan lain yang bersentuhan langsung dengan wilayah
tersebut.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi.

Ruang lingkup materi yang menjadi pokok bahasan dalam Penyusunan


Rencana Induk Pengembangan (Masterplan/Rencana Induk Pengembangan)
Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan 2018–2023 adalah sebagai berikut
:
a. Identifikasi komoditas unggulan perikanan yang ada di kawasan
tersebut seperti komoditas ikan tuna, cakalang dan rumput laut, serta
kegiatan-kegiatan jasa pendukung.
b. Identifikasi sebaran pusat-pusat kegiatan meliputi : pusat produksi,
pusat pemukiman, pusat perdagangan dan sebagainya.
c. Identifikasi system jaringan infrastruktur meliputi : jalan, irigasi, listrik,
air bersih, telepon dan sebagainya.
d. Identifikasi sarana kegiatan ekonomi dan sosial meliputi : bank, pusat
perdagangan, pendidikan, peribadatan, pusat industri, pasar, koperasi,
lembaga keuangan dan sebagainya.
e. Identifikasi jenis-jenis produksi dan usaha yang berpotensi untuk
berkembang.
f. Identifikasi kelompok usaha dan kelembagaan serta pelaku agribisnis
lainnya
g. Identifikasi kondisi infrastruktur.
h. Identifikasi kondisi dan kemampuan kelembagaan pemerintah dan
lembaga penyuluh pertanian/perikanan.
i. Analisa hasil identifikasi.
j. Penetapan program pengembangan berdasarkan hasil analisa.
1.4.3. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan
Minapolitan Kabupaten Buton Selatan meliputi :
1. Melakukan pengumpulan data potensi daerah terutama yang berkaitan
dengan ketersediaan lahan kawasan centra penmgembangan, rencana
infrastruktur, rencana tata ruang dan sebagainya.
2. Menginventori kebijakan yang terkait dengan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Buton Selatan.
3. Menyusun matriks penilaian lokasi atas rencana pengembangan dengan
mempertimbangkan faktor internal dan external dan studi-studi yang
telah dilakukan sebelumnya.
4. Melakukan diskusi mendalam dengan pihak-pihak terkait dalam rangka
Rencana Induk yang akan dikembangkan dalam suatu kegiatan
workshop.

1.4.4. Lingkup Kegiatan

Lingkup Kegiatan pekerjaan ini adalah :


1. Melakukan akuisisi dan analisa data serta inventori kebijakan terkait
Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan.
2. Melakukan cek/Survei fisik/observasi lapangan sesuai kebutuhan
pekerjaan.
3. Melakukan koordinasi dengan stakeholder terutama menyangkut aspek
kelembagaan, kebijakan dan kemampuan pendanaan.
4. Mendiskusikan konsep perencanaan dengan memberi tugas atau
institusi terkait pada forum yang telah ditentukan di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah.
5. Melaporkan hasil kerja tiap-tiap tahapan kegiatan yang telah ditetapkan.

1.5. Metodologi

Secara garis besar, tahapan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan


Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan meliputi ;
1. Kajian studi Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton
Selatan, merupakan kajian terhadap output penting yang dihasilkan, yaitu
hal-hal penting hasil analisis, tingat kelayakan Pengembangan Kawasan
Minapolitan Kabupaten Buton Selatan dan rekomendasi studi.
2. Kajian kondisi eksternal, merupakan kajian terhadap faktor-faktor
deterrminan yang terkait Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Buton Selatan termasuk kondisi eksternal ini adalah :
a. Kebijakan terkait pengembangan perikanan (Penangkapan ikan dan
budidaya perikanan) di wilayah pesisir dan laut.
b. Kajian kondisi internal perikanan tangkap dan budidaya dalam
mendukung pengembangan industri perikanan di Kabupaten Buton
Selatan.
c. Kondisi pengembangan usaha perikanan tangkap dan budidaya di
Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Buton Selatan sebagai esternalitas
pengembangan kawasan Kabupaten Buton Selatan.
d. Identifikasi pokok-pokok penting Pengembangan Kawasan
Minapolitan Kabupaten Buton Selatan merupakan hasil kolaborasi
dari kajian kondisi eksternal dan internal, yang menjadi dasar
pertimbangan dalam penentuan arah pengembangan di masa
mendatang serta perwujudannya didalam ruang kawasan. Pokok-
pokok penting ini dapat berupa pontensi, permasalahan, kendala
ataupun peluang pengembangan.
e. Penyusunan konsep pengembangan merupakan penentuan arah
Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan yang
didasarkan atas pokok-pokok pengembangan kawasan tersebut.
f. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Buton Selatan merupakan bentuk perwujudan konsep
pengembangan kedalam ruang dan tahapan pengembangannya.

1.6. Hasil Yang Diharapkan

Secara rinci, hasil yang diharapkan dari Penyusunan Rencana Induk


Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan tahun 2018-2023
adalah sebagai berikut :
a. Tersediannya informasi mengenai gambaran umum wilayah Kawasan
Minapolitan di Kabupaten Buton Selatan yang akan ditetapkan sebagai
payung hukum berupa perda dan secara umum bagi masyarakat maupun
dunia usaha.
b. Adanya penetapan titik-titik kawasan Pengembangan Minapolitan serta
identifikasi komoditi andalan pada kawasan tersebut.
c. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan
Kabupaten Buton Selatan tahun 2018-2023 yang berisikan tentang visi
dan misi pengembangan kawasan minapolitan, strategi pengembangan,
kerangka kebijakan, program, dan struktur pengembangan dalam rangka
Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan.

Manfaat yang diperoleh dari hasil penyusunan Rencana Induk Pengembangan


Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan adalah :
- Bagi Masyarakat :
 Bahan acuan untuk kegiatan ekonomi masyarakat pesisir dan PPK
 Acuan program pengembangan wilayah pesisir dan PPK.
- Bagi Kelestarian Alam

1.7. PELAPORAN
a. Laporan Pendahuluan (Interception Report)
Laporan ini berisikan pemahaman terhadap pekerjaan, lingkup dasar
pelaksanaan pekerjaan serta cara/metode pelaksanaan dan rencana kerja.
Laporan pendahuluan dibuat dalam ukuran kertas A4 sebanyak 10
eksamplar.
b. Laporan Kemajuan (Interim Report)
Laporan berisikan hasil dari kegiatan survei lapangan dan analisis data yang
telah dilaksanakan. Laporan ini dibuat ukuran kertas A4 sebanyak 5
eksemplar.
c. Laporan Akhir (Final Report)
Laporan ini sebagai hasil final dari keseluruhan pekerjaan setelah melalui
proses pembahasan dihadapan pemilik pekerjaan.

1.8. TENAGA AHLI


Tim pelaksana pekerjaan ini terdiri atas 4 tenaga ahli yang dibantu oleh
beberapa tenaga pendukung. Tim ahli terdiri atas:
a. Ahli Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, sebagai Ketua Tim dengan
syarat pendidikan minimal S-2 bidang Perencanaan dan pengembangan
wilayah dengan pengalaman dibidang pengelolaan dan pengembangan wilayah
minimal 3 tahun. Tugas utamanya adalah memimpin dan mengarahkan
kegiatan dan mengkoordinasikan tugas-tugas tim ahli lainnya;
b. Ahli Perikanan Tangkap. Syarat pendidikan minimal S-2 di bidang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan pengalaman minimal 3 tahun;
c. Ahli Agribisnis Perikanan. Syarat pendidikan minimal S-2 di bidang
Agribisnis perikananan atau sosial ekonomi perikanan dengan pengalaman
pekerjaan minimal 3 tahun;
d. Ahli Budidaya Perikanan. Syarat pendidikan minimal S-2 di bidang
Budidaya Perikanan dengan pengalaman minimal 3 tahun;

Tim ahli dibantu oleh beberapa tenaga pendukung yang terdiri atas:
a. Tenaga Administrasi dan Keuangan; 1 (satu) orang
b. Tenaga Surveyor (minimal Strata – 1) ;. 8 (delapan) orang
1.9. Time Schedule

Bulan/Minggu
No Nama Kegiatan I II III
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan dan Koordinasi
2 Desk Study
3 Laporan Pendahuluan
Interpretasi Citra Satelit dan editing data
4 spasial
Survei (Identifikasi potensi SDA,
penggunaan kawasan, kegiatan ekonomi,
kegiatan perikanan, aktifitas masyarakat
5
lainnya, kondisi sosekbud dan adat
istiadat dan sarana prasarana serta
kelembagaan)
6 Tabulasi, Analisis dan Sintesa Data
(biofisik, sosekbud, struktur kawasan)
7 Pembuatan Draft Laporan Akhir
8 Seminar Akhir
9 Finalisasi Laporan
10 Penyerahan Pekerjaan

1.10. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja (KAK) pekerjaan Rencanan Induk


Pengembangan (RIP) Kawasan Minapolitan Kabupaten Buton Selatan sebagai bahan acuan
pelaksanaan kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai