Anda di halaman 1dari 7

HUKUM KEIMIGRASIAN INDONESIA

Prinsip Hukum Keimigrasian Indonesia

Hukum Keimigrasian adalah Hukum yang mengatur terkait dengan lalu lintas masuk dan keluarnya
orang. Dalam pengaturan ini harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan secara seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan global. Untuk menjamin keseimbangan tersebut, dalam
melaksanakan fungsi keimigrasian perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut (menurut prof.Bagir
Manan) :[4]1. Prinsip bahwa Indonesia adalah non-immigrant statePrinsip ini sama sekali tidak
dimaksudkan untuk membatasi apalagi menolak kehadiran orang asing di wilayah Indonesia. Prinsip ini
bermaksud membatasi semaksimal mungkin pertambahan penduduk (warganegara) melalui proses
kewarganegaraan yang berpangkal pada hak-hak keimigrasian.2. Prinsip Selective PolicyFasilitas
keimigrasian terhadap orang asing hendaknya dengan sungguh-sungguh memperhatikan
kemanfaatannya bagi usaha-usaha pembangunan dan usaha mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa
Indonesia.3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan securityAdalah prinsip keseimbangan
antara pengawasan, pengendalian dan pelayanan. Orang asing adalah tamu, dank arena itu harus
diperlakukan secara layak baik dalam hubungan yang bersifat hukum maupun dalam hubungan sosial.
Namun demikian hal tersebut harus tidak mengurangi kewajiban tamu untuk berlaku wajar sesuai
dengan kepentingannya, sehingga kepentingansecurity bagi masyarakat dan Negara senantiasa
terlaksana secara wajar.4. Prinsip the right of movementSetiap orang yang berada dalam wilayah Negara
Republik Indonesia dijamin dan dilindungi hak-haknya untuk melakukan perjalanan termasuk hak untuk
berkomunikasi, sepanjang tidak membahayakan diri atau kepentingan Negara yang khusus.5. Prinsip
general principle of good administrationAdalah prinsip bahwa keimigrasian sebagai bagian dari
penyelenggaraan administrasi Negara, harus senantiasa berjalan di atas asas-asas umum
penyelenggaraan Negara yang layak.

Peraturan Keimigrasian Indonesia

Sebelum Undang – Undang Nomor 06 Tahun 2011 tentang perubahan atas Undang - Undang Nomor 9
Tahun 1992 tentang Keimigrasian diundangkan, ketentuan - ketentuan perundang-undangan di bidang
keimigrasian tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Sebagian masih merupakan
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda, dan sebagian dibentuk
setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.Peraturan perundang-undangan yang berasal dari
masa Hindia Belanda, yaitu Toelatingsbesluit 1916, Toelatingsbesluit 1949, dan Toelatingsordonantie
1949, begitupula peraturan perundang-undangan yang dibentuk setelah Indonesia merdeka, seperti
Undang- Undang Nomor 42 Drt. Tahun 1950 tentang bea imigrasi, Undang-Undang Nomor 9 Drt. Tahun
1953 tentang pengawasan orang asing, dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya,
dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan perkembangan serta kebutuhan hukum masyarakat
dewasa ini. Baik karena perkembangan nasional maupun internasional telah berkembang hukum-hukum
baru yang mengatur mengenai wilayah Negara dan berbagai hak berdaulat yang diakui oleh hukum dan
pergaulan internasional yang mempengaruhi ruang lingkup tugas dan wewenang keimigrasian.[5]Faktor-
faktor lain yang mempengaruhi perkembangan tugas dan wewenang keimigrasian adalah pembangunan
nasional, kemajuan ilmu dan teknologi serta berkembangnya kerjasama regional maupun internasional
yang mendorong meningkatnya arus orang untuk masuk dan keluar wilayah Indonesia.Undang-Undang
Keimigrasian yang sampai saat ini dipakai adalah Undang – Undang Nomor 06 Tahun 2011 tentang
perubahan atas Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. Dalam undang-undang ini
yang diartikan sebagai keimigrasian adalah segala hal ihwal mengenai lalu lintas orang yang masuk atau
keluar wilayah Negara Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan wilayah Negara Republik Indonesia itu
sendiri adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliputi darat,laut, dan udara
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Setiap warga Negara Indonesia berhak
melakukan perjalanan ke luar atau wilayah Indonesia, sedangkan orang asing atau mereka yang
berstatus bukan warga Negara Indonesia, untuk berpergian masuk dan keluar wilayah Indonesia
diharuskan mendapatkan izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat
yang dimaksud adalah pejabat keimigrasian pada kantor perwakilan Republik Indonesia atau di tempat
lainnya yang diterapkan oleh pemerintah Republik Indonesia.

PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN

Pencegahan Penangkalan dan Hak Atas Kebebasan Bergerak

Sudah merupakan sifat alamiah manusia untuk selalu bergerak. dari sejarah manusia, manusia
merupakan makhluk yang mengalami pergerakan dari suatu tempat ketempat lain apapun itu alasannya.
Dikarenakan hal ini sudah menjadi hak yang kodrati bagi manusia untuk mempunyai hak atas kebebasan
bergerak. Kebebasan ini telah dinyatakan di dalam Universal Declaration of Human Rights. Namun
kebebasan ini bukan berarti bebas sebebas-bebasnya bergerak tanpa adanya aturan yang
membatasinya.Dunia internasional juga memahami keberadaan setiap Negara mempunyai
kepentingannya masing-masing, sehingga kebebasan bergerak itu diseimbangkan dengan kepentingan-
kepentingan setiap Negara. Dengan hal ini maka dunia internasional juga memberikan batasan terhadap
kebebasan bergerak ini. Batasan ini tercantum dalam International Covenant on civil and political Rights
pada artikel 12 poin 3 yang berbunyi :“The above mentioned rights shall not be subject to any restriction
except those which are provided by law, are necessary to protect national security, public order (ordre
public), public health or morals or the rights and freedom of others, and are consistent with other rights
recognized in the present covenant” Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan keamanan nasional,
ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Setiap pembatasan
yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus berdasarkan alasan yang jelas secara hukum dan
rasional.

Pembatasan hak atas kebebasan bergerak ini dapat dilakukan oleh setiap Negara dengan cara
pencegahan dan penangkalan, pencegahan dan penangkalan adalah untuk menghentikan seseorang
untuk masuk atau keluar wilayah Negara yang bersangkutan atas dasar alasan-alasan yang secara
rasional untuk keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan
masyarakat. Definisi Pencegahan menurut Undang-Undang Nomor 06 tahun 2011 tentang keimigrasian
adalah Larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar dari wilayah
Indonesia berdasarkan alasan tertentu.Sedangkan penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara
terhadap orang-orang tertentu untuk masuk kewilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.
Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini tidak boleh digunakan sewenang-wenang oleh suatu
Negara, Negara harus tetap menjamin hak atas kebebasan bergerak setiap individu namun juga harus
menjalankan kepentingan nasionalnya. Penggunaan pencegahan dan penangkalan ini harus benar-benar
dengan alasan yang kuat dan rasionil dan berlandaskan hukum untuk alasan keamanan nasional,
ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat yang sesuai dengan
kovenan internasional dalam hak sipil dan politik.

Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia


Hukum keimigrasian di Indonesia menganut prinsip selective policy. Berdasarkan prinsip ini, hanya
orang-orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat,bangsa dan Negara
republic Indonesia serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tida bermusuhan baik
terhadap rakyat, maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di izinkan masuk atau keluar
wilayah Indonesia. Orang asing karena alasan-alasna tertentu seperti sikap permusuhan terhadap rakyat
dan Negara republic Indonesia untuk sementara waktu dapat ditolak masuk wilayah
Indonesia.Selanjutnya berdasarkan selective policy, secara selektif dapat diatur izin tinggal bagi orang
asing sesuai dengan maksud dan tujuannya berada di Indonesia. Terhadap warga Negara Indonesia
berlaku prinsip bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak keluar atau masuk ke wilayah Indonesia.
Namun, hak-hak ini bukan sesuatu yang tidak dapat dibatasi. Karena alasan-alasan tertentu dan untuk
jangka waktu tertentu warga Negara Indonesia dapat dicegah ke luar dari wilayah Indonesia dan dapat
ditangkal masuk ke wilayah Indonesia. Tetapi, oleh karena penangkalan pada dasarnya ditujukan pada
orang asing, maka penangkalan terhadap warga Negara Indonesia hanya dikenakan dalam keadaan
sangat khusus.Untuk melaksanakan pencegahan dan penangkalan harus dilakukan oleh petugas yang
diberi wewenang. Menurut ketentuan pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 06 tahun 2011,
wewenang dan tanggung jawab pencegahan dilakukan oleh :1. Menteri, sepanjang menyangkut urusan
yang bersifat keimigrasian

2. Menteri Keuangan, sepanjang menyangkut urusan piutang Negara

3. Jaksa Agung,

4. Panglima angkatan bersenjata Republik Indonesia,

Pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang sekurang-kurangnya memuat :1. Identitas orang
yang terkena pencegahan

2. Alasan pencegahan

3. Jangka waktu pencegahan

Keputussan mengenai hal tersebut disampaikan dengan surat tercatat kepada orang atau orang-orang
yang terkena pencegahan selambat-lambatnya tujuh hari terhitung sejak tanggal penetapan. Keputusan
pencegahan oleh menteri Hukum dan HAM serta oleh menteri keuangan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 11 ayat (1) huruf a dan b berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan, dan dapat
diperpanjang untuk paling banyak dua kali masing-masing tidak lebih dari enam bulan.Keputusan
pencegahan oleh kejaksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf c berlaku untuk jangka
waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung. Sedangkan keputusan pencegahan oleh panglima ABRI
(sekarang namanya menjadi TNI) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) huruf d berlaku untuk
jangka waktu paling lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan pencegahan
tersebut tidak lebih dari dua tahun. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan pencegahan tersebut
berakhir demi hukum.Setiap wewenang yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam
menggunakan kewenangannya untuk melakukan pencegahan harus benar-benar didasarkan pada
keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat
dengan alasan yang rasionil dan jelas karena hal ini menyangkut hak asasi setiap orang. Alasan yang
rasionil dan jelas ini bersifat relative, karena besarnya tingkat keamanan nasional, ketertiban umum,
kesehatan dan moral dan kepentingan masyarakat itu relatif bergantung dari keadaan Negara tersebut.
Disinilah kearifan dan kebijaksanaan para pejabat-pejabat tersebut dalam melaksanakan
kewenangannya harus dilandaskan pada rasio yang matang dan hati nurani. Disamping pencegahan,
yang juga penting adalah penangkalan. Wewenang dan tanggung jawab penangkalan terhadap orang
asing dilakukan oleh :1. Menteri, sepanjang menyangkut urusan yang bersifat keimigrasian

2. Jaksa agung

3. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,

Berdasarkan undang-undang ini, pertahanan dan keamanan Negara bertujuan untuk tetap tegaknya
Negara kesatuan republic Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 terhadap
segala ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri serta tercapainya tujuan nasional. Pelaksanaan
komando pertahanan keamanan Negara ada pada panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Dengan demikian, dalam rangka melaksanakan tugas di bidang pertahanan keamanan, panglima
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia berwenang menolak orang asing untuk masuk ke wilayah
Republik Indonesia.Wewewang dan tanggung jawab penolakan terhadap warga Negara Indonesia
dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh menteri dan anggotanya terdiri dari unsur-unsur :1.
Markas besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

2. Kejaksaan Agung Republik Indonesia

3. Departemen Luar Negeri

4. Departemen Dalam Negeri

5. Badan Kordinasi bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional

6. Badan Koordinasi Intelejen Negara

Penolakan terhadap orang asing dilakukan karena :1. Diketahui atau diduga terlibat dengan kegiatan
sindikat kejahatan internasional

2. Pada saat berada di negaranya sendiri atau di Negara lain bersikap bermusuhan terhadap pemerintah
Indonesia atau melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik bangsa dan Negara Indonesia

3. Diduga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan ketertiban umum,
kesusilaan, agama, dan adat kebiasaan masyarakat Indonesia

4. Atas permintaan suatu Negara, orang asing yang berusaha menghindarkan diri dari ancaman dan
pelaksanaan hukuman di Negara tersebut karena melakukan kejahatan yang juga diancam pidana
menurut hukum yang berlaku di Indonesia

5. Pernah diusir atau dideportasi dari wilayah Indonesia, dan

6. Alasan-alasan lain yang berkaitan dengan keimigrasian yang diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintahan.

Pada dasarnya setiap warga Negara Indonesia berhak untuk masuk atau kembali ke Indonesia kapan
saja. Oleh karena itu penangkalan terhadap mereka hanya dilakukan berdasarkan keadaan yang khusus.
Keadaan khusus tersebut adalah bahwa mereka telah lama berada dan tinggal menetap di luar negeri,
sehingga sikap mental,ucapan dan tingkah laku mereka benar-benar sudah seperti orang asing dan
melakukan tindakan yang memusuhi Negara Indonesia serta bersikap anti pemerintah Negara Republik
Indonesia.Selain itu penangkalan terhadap warga Negara Indonesia dapat juga atas pertimbangan
masuknya mereka ke Indonesia dapat menimbulkan gangguan terhadap pembangunan nasional,
menimbulkan perpecahan bangsa, atau menganggu stabilitas nasional dan dapat pula menimbulkan
ancaman terhadap diri atau keluarganya. Didalam Undang-Undang keimigrasian ditentukan warga
Negara Indonesia yang dapat dikenakan penangkalan adalah terhadap warga Negara yang :1. Telah lama
meninggalkan Indonesia atau tinggal menetap atau telah menjadi penduduk suatu Negara lain dan
melakukan tindakan atau bersikap bermusuhan terhadap Negara atau pemerintahan Republik Indonesia

2. Apabila masuk wilayah Indonesia dapat menganggu jalannya pembangunan, menimbulkan


perpecahan bangsa, atau dapat menganggu stabilitas nasional

3. Apabila masuk wilayah Indonesia dapat mengancam keselamatan diri atau keluarganya

Penolakan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang dikirimkan kepada perwakilan-perwakilan RI,
dengan sekurang-kurangnya memuat :1. Identitas orang yang terkena penangkalan

2. Alasan penangkalan

3. Jangka waktu penangkalan.

Keputusan penangkalan yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) huruf a dan c, berlaku untuk jangka
waktu paling lama satu tahun dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama atau
kurang dari waktu tersebut. Keputusan penangkalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1)
huruf b, berlaku untuk jangka waktu sesuai dengan keputusan jaksa agung. Apabila tidak ada keputusan
perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penangkalan tersebut berakhir demi
hukum.Keputusan penangkalan terhadap warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal
16 berlaku untuk jangka waktu paling lama enam bulan dan setiap kali dapat diperpanjang untuk paling
lama enam bulan dengan ketentuan seluruh masa perpanjangan penangkalan tersebut tidak lebih dari
dua tahun. Apabila tidak ada keputusan perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
penangkalan tersebut berakhir demi hukum.Sama seperti halnya dengan pencegahan, setiap wewenang
yang diberikan kepada pejabat-pejabat tersebut, dalam menggunakan kewenangannya untuk
melakukan penangkalan harus benar-benar didasarkan pada keamanan nasional, ketertiban umum,
kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat dengan alasan yang rasionil dan jelas.
Kearifan dan kebijaksanaan pejabat-pejabat sangat menentukan karena sifat relatifnya keamanan
nasional,ketertiban umum, dan kepentingan masyarakat. Untuk mengatasi relatifnya sifat ini
diperlukannya kriteria-kriteria yang menjadi patokan dalam menentukan,perlu adanya definisi lebih
lanjut yang dituangkan didalam suatu peraturan. Hal ini berguna untuk membatasi setiap diskresi
pejabat-pejabat yang berwenang yang terlampau jauh melanggar hak asasi manusia.

Penerapan dan Penggunaan Pencegahan dan Penangkalan di Indonesia

Dalam sejarah Indonesia telah melakukan beberapa kali pencegahan dan penangkalan (Pencekalan)
kepada warga negaranya. Salah satu pencekalan yang sangat berpengaruh ke sistem hukum
keimigrasian adalah penangkalan terhadap warga Negara Indonesia yang berada diluar negeri yang
diduga sebagai bekas anggota Partai Komunis Indonesia (PKI). Pencekalan terhadap warga Negara
Indonesia eks anggota PKI ini sangat tidak rasionil dan tidak manusiawi, mereka hanya memiliki
pandangan politik yang berbeda, bahkan ada warga Negara Indonesia yang tidak tahu menahu
mengenai ideology komunis yang diduga memiliki pandangan komunis juga turut di cekal.Pencekalan
semacam ini tidaklah manusiawi karena bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia yaitu right to
return to his country. Karena atas tuntutan hak asasi manusia ini maka pemerintah Republik Indonesia
mencabut penangkalan terhadap warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri yang di duga eks
anggota PKI. Aturan-aturan keimigrasian yang perihal mengenai pencekalan terhadap warga Negara
Indonesia eks anggota PKI-pun di revisi oleh DPR dan Pemerintah. Sehingga tidak ada lagi aturan yang
mengharuskan dilakukannya pencekalan yang tidak rasionil dan tidak manusiawi.Disisi lain disamping
harus memperhatikan hak-hak asasi manusia, Indonesia juga harus memperkuat system Pencekalannya
terhadap pelaku-pelaku tindak pidana. Masih lemahnya sistem pencekalan di Indonesia terbukti dengan
indikasi dapat keluarnya pelaku tindak pidana korupsi perpajakan Gayus Tambunan ke luar wilayah
Republik Indonesia. Seharusnya hal-hal seperti ini tidak terjadi apabila Gayus tersebut dapat dicekal
dikeimigrasian. Dengan system pencekalan yang baik yang dapat terintegrasi langsung ke daftar
pencekalan pusat disetiap wilayah kantor keimigrasian didaerah diharapkan langsung dapat melakukan
kewenenangannya untuk mencekal tanpa harus menunggu lama perintah dari pusat. Sehingga hal-hal
seperti kejadian gayus tambunan keluar negeri saat menjalani pidana ini tidak perlu terjadi.

Kesimpulan

Manusia merupakan makhluk yang selalu bergerak,oleh karena itu kebebasan manusia untuk bergerak
merupakan hak asasi manusia. Hak atas kebebasan bergerak inipun dicantumkan didalam konvensi-
konvensi internasional seperti Universal Declaration of Human Rights danInternational Covenant on Civil
and Political Rights. Munculnya paham nasionalisme di dunia menyebabkan munculnya bentuk-bentuk
Negara kebangsaan. Akibat paham Negara kebangsaan ini pergerakan manusia mulai mengenal
pergerakan lintas batas Negara sehingga terjadi pengaturan-pengaturan lalu lintas pergerakan manusia
ini secara lintas batas Negara. Pengaturan – pengaturan ini pula yang membatasi kebebasan bergerak
manusia karena perbedaan kepentingan dari setiap Negara yang mempunyai kehendak yang berbeda-
beda. Untuk menjamin kembali kebebasan bergerak itu dunia internasional menetapkan hak atas
kebebasan bergerak di deklarasi hak asasi manusia internasional.Namun kebebasan yang dimaksud
bukan mutlak kebebasan yang sebebas-bebasnya, namun terdapat juga perbatasan dengan
pertimbangan setiap kepentingan Negara. Kebebasan bergerak itu dibatasi dengan keamanan nasional,
ketertiban umum, kesehatan dan moral masyarakat dan kepentingan masyarakat. Setiap pembatasan
yang dapat dilakukan oleh setiap Negara harus berdasarkan alasan yang jelas secara hukum dan
rasional.Secara nasional perihal keimigrasian telah diatur semenjak zaman colonial Belanda yang dapat
dilihat di beberapa peraturannya. Dalam melaksanakan fungsi hukum keimigrasian perlu diperhatikan
beberapa prinsip antara lain :1. Prinsip bahwa Indonesia adalah non-immigrant state2. Prinsip selective
policy3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan security4. Prinsip the right of movement5.
Prinsip bahwa keimigrasian sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi Negara.

Untuk menjalankan fungsi keimigrasian tersebut Negara dapat melakukan pencegahan dan penangkalan
(pencekalan) terhadap orang baik warga negaranya maupun warga Negara asing untuk masuk atau
keluar wilayah negaranya. Penggunaan pencekalan ini tidak sepenuhnya dapat dilakukan sewenang-
wenang oleh suatu Negara, melainkan juga tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diberikan oleh
hukun internasional. Perihal pencekalan di Indonesia di atur didalam Undang-Undang Nomor 9 tahun
1992 tentang Keimigrasian dan tata cara pelaksanaannya diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor
30 tahun 1994 tentang Tata cara pelaksanaan pencegahan dan penangkalan. Pencekalan di Indonesia
dapat dilakukan terhadap orang asing maupun warga Negara Indonesia, pencekalan tersebut diberikan
karena alasan-alasan tertentu dan dibatasi oleh jangka waktu tertentu

Anda mungkin juga menyukai