Pertempuran dasyat ini memakan waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum
seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah ini benar benar
membuat inggris merasa berperang dipasifik, medan perang Surabaya mendapat
julukan “neraka” bagi mereka karena kerugian yg disebabkan tidaklah sedikit,
sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya serta puluhan
alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya.
Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa
Indonesia, semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah
penghabisan demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka
tunjukan dengan penuh kegigihan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat
yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris
serasa terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang
sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati setiap tahunnya
sebagai hari Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa
Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu
yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa ini
dilatarbelakangi oleh mendaratnya pasukan Sekutu dari Divisi India ke-23 di
Semarang pada tanggal 20 oktober 1945. Pemerintah Indonesia
memperkenankan mereka untuk mengurus tawanan perang yang berada di
penjara Ambarawa dan Magelang.
Kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) diikuti oleh pasukan NICA. Mereka
mempersenjatai para bekas tawanan perang Eropa, sehingga pada tanggal 26
Oktober 1945 terjadi insiden di Magelang yang kemudian terjadi pertempuran
antara pasukan TKR dengan pasukan Sekutu. Insiden berakhir setelah Presiden
Soekarno dan Brigadir Jenderal Bethell datang ke Magelang pada tanggal 2
November 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan
memperoleh kata sepakat yang dituangkan da1am 12 pasal. Naskah persetujuan
itu berisi antara lain:
Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk
melindungi dan mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War And Interneers
atau tawanan perang dan interniran sekutu). Jumlah pasukan sekutu dibatasi
sesuai dengan keperluan itu.
Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia dan
Sekutu.
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dan badan-badan yang ada di
bawahnya.
Medan Area
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi
daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah
menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk
wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap
tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki gedung-gedung
pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat
yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera
membentuk TKR di Medan. Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945
ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda
kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka.
Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan
rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini kemudian
dikenal sebagai pertempuran “Medan Area”.
Bandung Lautan Api
Istilah Bandung Lautan Api menunjukkan terbakarnya kota Bandung sebelah
selatan akibat politik bumi hangus yang diterapkan TKR. Peristiwa itu terjadi
tanggal 23 Maret 1946 setelah ada ultimatum perintah pengosongan Bandung
oleh Sekutu. Seperti di kota-kota lainnya, di Bandung juga terjadi pelucutan
senjata terhadap Jepang. Di pihak lain, tentara Serikat menghendaki agar
persenjataan yang telah dikuasai rakyat Indonesia diserahkan kepada mereka.
Para pejuang akhirnya meninggalkan Bandung, tetapi terlebih dahulu
membumihanguskan kota Bandung. Peristiwa tragis ini kemudian dikenal sebagai
peristiwa Bandung Lautan Api.
Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)
Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa
Indonesia. Tragedi ini tentu membawa akibat yang sangat merugikan dan
menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa-demi peristiwa terjadi pada bangsa
Indonesia sekaligus merupakan ancaman, tantangan dan hambatan. Peristiwa-
peristiwa tersebut sangat mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia
setelah mencapai kemerdekaan.
Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok
pasukan yang diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal
presiden yang melakukan aksi pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6)
jenderal senior TNI AD (Angkatan Darat).
14 Pertempuran Dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia
,
Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bukan
berarti kondisi bangsa Indonesia dalam keadaan damai dan tanpa gangguan.
Justru mulai muncul perlawanan-perlawanan terhadap pihak lain yang mencoba
mengambil alih kekuasaan dan kemerdekaan bangsa indonesia pada saat itu.
Insiden ini bermula Pada Tanggal 18 September 1945 ketika Sekutu dan Belanda
dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) bersama-sama dengan
rombongan Intercross (Palang Merah Internasional) mendarat di Surabaya.
Rombongan Sekutu tersebut oleh administrasi Jepang di Surabaya ditempatkan di
Hotel Yamato sedangkan rombongan Intercross ditempatkan di Gedung Setan.
Kemudian Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman
pada malam hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan
bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah
Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Para
pemuda Surabaya keesokan harinya melihatnya dan menjadi marah karena
mereka menilai Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, dan melecehkan
gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Sementara itu, tersiar kabar bahwa Jepang meracuni sumber air minum di wilayah
Candi Semarang. Oleh sebab itu, Dr. Karyadi memeriksa sumber air yang diracuni
oleh Jepang tersebut. Pada saat itu, ia menjabat kepala Laboratorium Pusat Rumah
Sakit Rakyat (Pusara) di Semarang. Namun naas, ia kemudian dibunuh tentara
Jepang. Terbunuhnya dr. Kariadi ini menyulut kemarahan pemuda. Akibatnya,
terjadi pertempuran di Simpang Lima, Tugu Muda dan sekitarnya.
Kurang lebih 2000 pasukan Jepang yang dikomandoi oleh Mayor Kido berhadapan
dengan TKR dan para pemuda. Pertempuran ini berlangsung selama 5 hari, 15 -
19 Oktober 1945. dan dihentikan setelah adanya gencatan senjata. namun
Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi yang
menjadi salah satu korban namanya kemudian diabadikan menjadi nama salah
satu Rumah sakit di kota Semarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut maka
pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
4. Pertempuran di Surabaya
Pada Tanggal 25 Oktober 1945, dibawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby
Brigade 49 Inggris mendarat di Surabaya, Kedatangan Mallaby disambut oleh
R.M.T.A. Suryo (Gubernur Jawa Timur). kala itu mereka bertugas untuk melucuti
serdadu Jepang serta membebaskan para interniran
Namun Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Dalam sebuah insiden yang
belum pernah terungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemukan meninggal.
Kemudian Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta
kepada pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai
membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor
Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut adalah: "Sekutu memerintahkan rakyat
Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9
November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan,
Kota Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara".
Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemimpin dan rakyat Surabaya, kemudian
Pada Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur
Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan
Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah
pun kepada tentara Sekutu. Dalam pertempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo
terus mengangkat semangat rakyat agar terus maju, pantang mundur. Dengan
pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam pertempuran
yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur ribuan pejuang Indonesia.
kemudiam Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Pada tanggal 13 Oktober 1945, terjadi peristiwa di hotel yang ada di Jalan Bali.
Medan. Seorang oknum penghuni hotel menginjak-injak lencana merah putih.
Akibatnya, hotel itu disderang oleh para pemuda kita sehingga timbul banyak
korban. Peristiwa ini menjadi awal terjadinya Pertempuran Medan Area. Untuk
menghadapi segala kemungkinan, TKR dan brbagai badan perjuangan telah
membentuk kesatuan perjuangan Kesatuan perjuangan itu adalah Barisan
Pemuda Indonesia di bawah pimpinan Achmad Taheer. Ternayata bentrokkan
terus meluas dan terjadi di berbagai daerah. Perkembangan ini oleh Sekutu
dipandang sudah sangat membahayakan .Oleh karena itu, pada tanggal 18
Oktober 1945. Sekutu mengeluarkan ultimatum agar rakyat menyerahkan semua
senjata kepada Sekutu. Sudah tentu rakyat begitu saja memenuhi tuntutan Sekutu.
6. Pertempuran di Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan
Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan
tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA
dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah
perlawanan dari TKR dan para pemuda.
7. Pertempuran di Jakarta
Menjelang berakhirnya tahun 1945 situasi keamanan ibukota Jakarta (saat itu
masih disebut Batavia) makin memburuk dengan terjadinya saling serang antara
kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Ketua Komisi Nasional
Jakarta, Mr. Mohammad Roem mendapat serangan fisik. Demikian pula, Perdana
Menteri Syahrir dan Menteri Penerangan Mr. Amir Sjarifuddin juga nyaris dibunuh
simpatisan Belanda (NICA)
Keadaan di Jakarta pun menjadi sulit dikendalikan dan kacau. Tentara Belanda
semakin merajalela. Ditambah lagi pendaratan pasukan marinir Belanda di
Tanjung Priok pada 30 Desember 1945 menambah keadaan semakin mencekam.
Karena itu pada tanggal 1 Januari 1946 Presiden Soekarno memberikan perintah
rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta
api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari 1946
diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa
menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta,
kemudian pada pukul 07.00 Preseiden dan Rombongannya tiba di Stasiun
Yogyakarta kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke Yogyakarta
(Lihat: 30 Tahun Indonesia Merdeka. 1945-1949: hlm. 79).
Saat Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang berada di Yogyakarta untuk
berkonsultasi dengan markas tertinggi TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda
Kecil dan cara-cara menghadapi Belanda, Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946
Belanda mendaratkan kira-kira 2000 tentara di Bali. Karena akibat perundingan
Linggarjati, daerah kekuasaan de facto Republik Indonesia yang diakui hanya
terdiri dari Sumatera, Madura dan Jawa. ini berarti Bali tidak diakui sebagai bagian
dari wilayah Indonesia.
Ternyata sejak Maret 1946, Belanda sudah menduduki beberapa tempat di Bali.
Kemudian I Gusti Ngurah Rai kembali ke Bali untuk melakukan perlawanan
terhadap Belanda. Ngurah Rai mendapat bantuan dari TRI - Laut dengan pimpinan
Kapten Markadi. Dalam perjalanan menyeberangi Selat Bali telah terjadi
pertempuran laut antara pasukan Ngurah Rai dengan patroli Belanda.
Pertempuran juga terjadi di Cekik dekat Gilimanuk, Bali.
Setelah berhasil melaksanakan Operasi Lintas Laut. I Gusti Ngurah Rai di Markas
TRI Sunda Kecil segera memperkuat pasukannya . I Gusti Ngurah Rai segera
membentuk Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Sunda Kecil. Beberapa tokohn
ya di samping I Gusti Nguarh Rai adalah I Gusti Putu Wisnu dan Subroto Aryo
Mataram.
Pada saat itu, Indonesia telah menyepakati Perundingan Linggarjati, oleh karena
itu Belanda terus berusaha menduduki daerah Bali. Kebetulan juga dalam naskah
kesepakatan Perundingan Linggarjati disebutkan bahwa Belanda hanya mengakui
secara de facto, wilayah RI yang terdiri atas Jawa, Sumatra dan Madura, Ngurah
Rai terus berjuang untuk mengusir Belanda dari tanah Bali. Pada tanggal 18
November 1946, tentara Ngurah Rai (dikenal Pasukan Cing Wanara) mulai
menyerang Tabanan dan berhasil. Belanda segera mengerahkan kekuatannya dari
Bali dan Lombok.
Melihat dua kekuatan yang tidak seimbang pasukan Ngurah Rai kemudian
melakukan Perang Puputan (Pertempuran habis-habisan). Pertempuran dimulai
pada tanggal 20 November 1946 di Margarana sebelah utara Tabanan. Dalam
pertempuran tersebut Ngurah Rai gugur sebagai pejuang bangsa pada tanggal 29
November 1946,
Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirim nota. Belanda tetap
menuntut gendarmerie bersama dan Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia
harus memberi jawaban atas nota tersebut. kemudian Pada tanggal 17 Juli 1947,
Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang disampaikan Amir
Syarifuddin lewat RRI Yogyakarta. Jawaban itu ditolak Belanda. dan Pada tanggal
20 Juli 1947, van Mook mengumumkan bahwa pihak Belanda tidak mau berunding
lagi dengan Indonesia.
Dalam waktu cepat pula Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI
ditangkap Belanda. Para pemimpin RI yang ditangkap Belanda antara lain
Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Suryadarma dan Sutan
Syahrir. Namun sebelum tertangkap Sukarno sudah mengirim mandat lewat radio
kepada Menteri Kemakmuran, Mr. Syaffiruddin Prawiranegara yang berada di
Sumatera. Tujuannya adalah untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ibu kota di Bukit Tinggi.
Situasi ibukota negara saat itu sangat tidak kondusif. Keadaan tersebut diperparah
propaganda Belanda di dunia luar bahwa tentara Indonesia sudah tidak ada. Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu telah melepas jabatannya sebagai Raja
Keraton Yogyakarta mengirimkan surat kepada Letnan Jenderal Soedirman untuk
meminta izin diadakannya serangan. Jenderal Sudirman menyetujuinya dan
meminta Sri Sultan HB X untuk berkoordinasi dengan Letkol Soeharto yang saat
itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehkreise III.
Kurang lebih 2.500 orang pasukan gerilya TNI di bawah pimpinan Letkol Soeharto
melancarkan serangan besar-besaran di jantung Kota Yogyakarta. Pasukan TNI
mengepung Kota Yogyakarta dari berbagai arah. dari arah utara pasukan gerilya
yang dipimpin oleh Mayor Kusno, kemudian Mayor Sardjono memimpin
pasukannya melancarkan serangan dari arah selatan dan Di arah barat, pasukan
gerilya menggempur kota Yogyakarta dibawah pimpinan Letkol Soeharto..
Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam, sesuai dengan
rencana semula, sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota untuk
mengosongkan kota dan kembali menuju pangkalan gerilya seperti yang telah
direncanakan sebelumnya sebelum pasukan bantuan Belanda tiba di yogyakarta.
Berita kemenangan ini segera disebarkan secara estafet lewat radio dimulai dari
Playen, Gunungkidul, kemudian diteruskan ke pemancar di Bukit Tinggi, lalu
diteruskan oleh pemancar militer di Myanmar kemudian ke New Delhi (India) lalu
sampai pada PBB yang sedang bersidang di Washington D.C, Amerika Serikat.
Sehingga kemerdekaan dari tangan para penjajah, Belanda dan Jepang ini sendiri
tak lepas dari perjuangan para pahlawan bangsa. Cerita kepahlawanan mereka
pun masih dikenang hingga saat ini. Oleh karenanya dalam rangka turut
mengenang para pahlwan pahlawan nasional bangsa, kali ini akan kami sajikan 12
Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia.
Catatan
12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah
Indonesia
1. Sukarno
Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada
tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan peranan penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno
juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali
mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan
Soekarno pula yang menamainya Pancasila. Tidak hanya itu saja, dia juga adalah
seorang orator yang handal dan politikus cerdas yang menguasai delapan bahasa.
Tokoh bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa
menggetarkan hati para pendengarnya saat berpidato.
2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak
muda, pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah
dikenal sebagai aktivis dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang
sering mendampingi Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
3. Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat
sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman
31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
4. Diponegoro
Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang
Diponegoro di Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang
dengan korban paling banyak dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang
terbuka terjadi di sejumlah daerah utam di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda
pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana ribuan
serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja
ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di
Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A.
Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari
Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas
Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun.
5. Hasyim Asy'ari
Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama,
dimana organisasi ini merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di
Indonesia. Di kalangan ulama pesantren dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan
Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.
K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai
Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun,
ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren
Trenggilis di Semarang, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan
di Tuban, Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren Kademangan di Bangkalan.
Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad
As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
6. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah
satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang
ulama & khatib tersohor di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu,
dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan puteri dari H. Ibrahim yang juga
menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.
Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5
tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan
gagasan pembaharu dalam Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu
Taimiyah dan Rasyid Ridha. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak
kembali ke Mekah dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru
kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.
7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara,
adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor
pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia
adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
9. Pattimura
Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima perang
dalam perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah komando
Pattimura, sejumlah kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu
menghadapi penjajah pada tahun 1817.
Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja maupun rakyat
biasa. Dalam perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan dengan
kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang
Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer
yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah
seorang Komisaris Jenderal untuk melawan Pattimura.
Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri di
Sumatera Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil membuat
penjajah kesulitan menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober 1837 Pihak
belanda mengundang Tuanku Imam Bonjol ke Palupuh untuk berunding. Namun
setibanya di tempat perundingan Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang
ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak,
Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya pertempuran dan perlawanan Imam Bonjol
ini, akhirnya diabadikan dalam bentuk museum dan Monumen Imam Bonjol yang
berlokasi di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April
1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25
tahun. untuk mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April
diperingati sebagai Hari Kartini.
Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang melawan Belanda
melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena
Teuku Umar mengijinkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju
untuk menikah dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Setelah menikah dengan
Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar berjuang bersama melawan
Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari 1899 saat
menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di pelosok Meulaboh
bersama pasukan kecilnya.
Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit rabun dan encok, sehingga
karena iba (kasihan) salah seorang pasukannya yang bernama Pang Laot
melaporkan keberadaannya. Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh
oleh belanda. Di sana ia dirawat dan penyakitnya perlahan membaik. Namun,
keberadaannya mengakibatkan bertambahnya semangat perlawanan rakyat Aceh
terhadap belanda. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum
tertangkap. Akibatnya, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang.
Cut Nyak Dhien lahir di Aceh, tahun 1848. Ia meninggal di Sumedang, Jawa Barat,
6 November 1908 pada umur 59–60 tahun dan dimakamkan di Gunung Puyuh,
Sumedang. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional, dan
diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan
,
Pemberontakan di Indonesia - Ada banyak alasan kenapa kita harus bersyukur
hidup di era Indonesia yang sekarang ini. Meskipun terdapat berbagai masalah
terutama dibidang ekonomi, tapi setidaknya saat ini keadaan Indonesia sangat
kondusif. Tidak ada kejadian besar yang sampai membuat negara ini jatuh dan
terjadi pertumpahan darah dimana-mana. Kalau kita menengok Indonesia dulu,
negara ini pernah berada di situasi konflik yang menyebabkan pertumpahan
darah diberbagai tempat. Kala itu banyak dari aksi konfrontasi dilakukan oleh
para pemberontak yang mengancam kedaulatan Indonesia yang sudah direbut
dengan susah payah dari belanda. Agar kita tidak terlena dengan keadaan dan
selalu siap untuk kondisi apa pun dengan negara ini, mari kita kenang kembali 8
peristiwa pemberontakan yang paling membahayakan sepanjang sejarah negara
ini. Tulisan ini akan mencoba mereview lagi 8 peristiwa Pemberontakan yang
pernah terjadi di Indonesia. Apa saja peristiwa pemberontakan di Indonesia ?
Untuk menumpas pemberontakan PKI, TNI sebagai aparat pun tak diam saja
dengan gerakan membahayakan ini. pemerintah melancarkan operasi militer.
Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu, Panglima
Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan
Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah untuk mengerahkan pasukannya
menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat dari berbagai
tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali
oleh tentara Republik Indonesia. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Lukman
dan DN. Aidit melarikan diri ke Vietnam dan Cina. Sementara itu, tanggal 31
Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan
Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Baca Juga :
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan
negara Indonesia dari ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan
ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa
Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dari pihak asing. Dalam kondisi bangsa
yang masih begitu sulit kala itu, ternyata Republik Indonesia sanggup menumpas
pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
Baca Juga :
Pemerintah pusat pun menganggap jika ini sebagai aksi membahayakan karena
misi PRRI adalah membentuk semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi
mereka didukung oleh banyak pihak pula. Akhirnya TNI dikerahkan untuk
memberantas gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman dari pergolakan.
4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur.
Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta
dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia bagian timur pada 2
Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan ini jelas melawan
pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk
menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa
kali. Berikut ini operasi-operasi militer tersebut.
Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan udara
Morotai.
Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan menumpas
Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah.
Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan
menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Selatan.
Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan menumpas
Permesta di kepulauan sebelah Utara Manado.
Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat, dengan
tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara.
Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk
mengirimkan 1 skuadron pesawat tempur dan 1 resimen marinir untuk merebut
Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen
Kung Chau menentang gagasan itu. karena khawatir Republik Rakyat Tiongkok
akan ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan
mempunyai alasan untuk mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun demikian.
Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan
persenjataan dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan
Udara Revolusioner, Namun setelah bantuan Taiwan tercium Pemerintah Pusat.
Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk
WNI asal Taiwan dan sejumlah surat kabar, sekolah ditertibkan. Meskipun
mendapat banyak dukungan dari pihak asing, pemberontakan Permesta dapat
dilumpuhkan sekitar bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada
sampai tahun 1961.
Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia
yang merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL adalah
operator ladang gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada saat
itu jumlah pasukan yang dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun
sudah ada ketidakpuasan cukup besar di Aceh namun hal tersebut tidak
mengundang partisipasi aktif massa untuk mendukung GAM. Dalam pengakuan
Hasan di Tiro sendiri, pada awalnya hanya 70 orang yang bergabung dengannya
dan mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro
sendiri, yang bergabung karena loyalitas pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro,
sementara sisanya bergabung karena faktor kekecewaan pada pemerintah pusat.
Konflik ini sebenarnya masih berlangsung pada akhir 2004, namu saat itu tiba-tiba
bencana Tsunami terjadi pada 24 Desember 2004 dan memporakporandakan
segala infrastruktur di provinsi Aceh, sehingga secara tidak langsung bencana
alam terbesar dalam sejarah Indonesia tersebut berhasil membekukan konflik
yang terjadi di Aceh.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan
di Vantaa, Finlandia. Marti Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden
Finlandia berperan sebagai fasilitator. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan
selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai
dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan
damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian kemudia
dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang
beranggotakan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa serta lima
negara ASEAN.
Rencana kudeta ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal diam
dan akhirnya melakukan serangan balasan. Aksi balasan untuk menumpas PKI
dipimpin Soeharto dan berhasil membuat PKI hanya tinggal sejarah saja.
Baca Juga :
Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain, Seth
Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang Fajar dan
memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini
berumur pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah
Presiden Soeharto.
Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut
adalah untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung
kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui
PBB, GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.
Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua
merdeka hanyalah omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk
mendapat kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap
meng eksplorasi emas yang dimiliki papua, lihat saja timor leste yang memisahkan
diri dari indonesia, jadi apa mereka sekarang ? tidak lebih dari dimanfaatkan
australia semata.
Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, adalah ketika di
tahun 1978 kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah
Belanda di Assen-Wassenaar. Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan juga
oleh beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri
Maluku Selatan yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu
dekat) Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api
dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.
Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali
mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-
upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku.
Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan kegiatan-kegiatan
teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai sekarang tidak ada
penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.
Bersyukur deretan kejadian di atas dapat ditumpas pada masanya. Jika tidak,
mungkin keadaan negara ini sekarang benar-benar berbeda. Harapannya, jangan
sampai ada lagi hal-hal semacam ini di masa depan. Sudah cukup republik ini
menderita selama ratusan tahun akibat penjajahan serta deretan pemberontakan.
Bagi kita yang hidup di era sekarang, jangan mudah terpecah dan terkena
provokasi yang bertujuan untuk menggoyahkan stabilitas negara. Percayalah jika
negara sudah melakukan yang terbaik. Alih-alih protes, mari kita bersama-sama
membantu pemerintah untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik lagi.