Disusun Oleh:
H A ! ! !"#
Pe$%i$%in&:
/! 0
-A- I
PENDAHULUAN
' Latar -ela)an&
merupakan bagian yang berdekatan dengan jaringan di traktus aerodigestive atas. 1,2
Laringofaingeal refluks banyak ditemukan di belahan bumi bagian barat serta
sering mengenai usia diatas ! tahun. "idak ditemukan predileksi ras pada penyakit
laringofaringeal refluks. #amun prevalensi pria dibandingkan $anita yaitu %%& ' %&
dan meningkat pada usia lebih dari tahun. Penyebab yang menimbulkan hal ini
belum diketahui se ara pasti diduga berhubungan dengan pola konsumsi
masyarakat barat, olahraga genetik dan kebiasaan berobat.
-A- II
TIN1AUAN PUSTAKA
1
/' ANATO(I
ntuk keperluan klinis faring dibagi manjadi bagian utama, yaitu nasofaring, orofaring,
dan laringofaring atau hipofaring. #asofaring merupakan sepertiga bagian atas faring, yang
tidak dapat bergerak ke uali palatum mole di bagian ba$ah. rofaring terdapat pada bagian
tengah faring, dari batas ba$ah palatum mole sampai permukaan lingual epiglotis. Pada
orofaring terdapat tonsila palatina dengan arkusnya, dan tonsila lingualis pada dasar lidah.
3ipofaring merupakan bagian ba$ah faring yang menunjukkan daerah saluran napas atas yang
di bagian superior, posterior, dan lateral yang berhubungan dengan orofaring dan terletak di
superior palatum molle. -inding superior nasofaring dibentuk oleh korpus sfenoid dan
prosesus basilar os. ksipital, sebelah anterior oleh koana dan palatum mole, sebelah posterior
oleh vertebra servikalis, dan di sebelah inferior nasofaring berlanjut menjadi orofaring. rifisium
tuba usta hius terletak pada dinding lateral nasofaring, di belakang ujung posterior konka
2
satu penonjolan yang dibentuk oleh kartilago usta hius%. Ruang nasofaring memiliki
hubungan dengan beberapa organ penting '
5 Pada dinding posterior terdapat jaringan adenoid yang meluas ke arah kubah.
5 Pada dinding lateral dan pada resesus faringeus terdapat jaringan limfoid yang dikenal
hius, berbentuk lonjong, tampak seperti penonjolan ibu jari ke dinding lateral
nasofaring, termasuk foramen jugularis yang dilalui nervus glosofaringeus, vagus, dan
inferior, vena jugularis interna, abang5 abang meningeal dari oksipital dan arteri
faringeal asenden.
5 "ulang temporalis bagian petrosa dan foramen laserum yang letaknya dekat dengan
3
Keterangan: Bintang ( uperior !urbinate"# $! ($nferior !urbinate"# %! (%edia !urbinate"#
&(tu'ang &omer"# pana itam (torus tubarius"
rofaring
rofaring atau disebut juga mesofaring merupakan ruang antara palatum molle
dan radiks lingua yang memanjang ke ba$ah sepanjang hyoid bone. "erdapat tosila
palatina dan tosila lingua pada bagian faring ini. *atas atasnya adalah palatum mole,
batas ba$ahnya adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan
ke belakang adalah vertebra servikal. /truktur yang terdapa di rongga orofaring
adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior
1,:
dan posterior, uvula, tonsil lingual, dan foramen sekum.
"onsil adalah masa yang terdiri dari jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.
"erdapat ma am tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine, dan tonsil
:
lingual yang ketiganya membentuk suatu lingkaran yang disebut in in 0aldeyer.
Hard palate
Soft palate
Lips
Tonsil
Oropharynx
Tongue
1
Gambar ). tru*tur +rofaring dan ,incin -a'de er
Laringofaring
-aerah ini dimulai dari perpaduan dari nasofaring dan orofaring pada daerah
setinggi hyoid bone. -aerah laringofaring menurun ke bagian inferior dan dorsal dari
laring dan berakhir pada ri oid artilage pada akhir bagian inferior dari laring. *atas
laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas inferior ialah
1
esophagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal
4
1
Gambar /. Bagian0bagian Faring
Laring merupakan bagian yang terba$ah dari saluran napas bagian atas.
*entuknya menyerupai limas segitiga terpan ung, dengan bagian atas lebih besar
daripada bagian ba$ah. *atas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas
:
ba$ahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid.
*angunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid dan beberapa
buah tulang ra$an. "ulang hyoid berbentuk seperti huruf ; < yang permukaan atasnya
dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot. "ulang ra$an
yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid,
:
kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kuneiformis, dan kartilago tritisea.
+erakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot5otot ekstrinsik dan intrinsik. tot5otot
ekstrinsik terutama bekerja pada laring se ara keseluruhan, sedangkan otot5otot intrinsik
menyebabkan gerakan bagian5bagian tertentu yang berhubungan dengan gerak pita suara.
tot ekstrinsik laring terdiri dari suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid,
m.milohioid) dan infrahioid (m.sternohioid, m.omohioid, m.tirohioid). tot intrinsik laring
berada pada bagian lateral dan posterior laring, otot5otot ini kebanyakan adalah otot
aduktor. Laring dipersarafi oleh abang5 abang n.vagus yaitu, n.laringis superior dan
1,:
n.laringis inferior. 6edua saraf ini merupakan ampuran saraf motorik dan sensorik.
Perdarahan laring berasal dari per abangan a.tiroid superior dan inferior. rteri
yang memperdarahi laring se ara langsung dari kedua abang arteri tersebut adalah
:
a.laringis superior dan a.laringis inferior.
5
Gambar 5. Anatomi aring 5
Laring memiliki rongga laring yang memiliki batas atas aditus laring, batas ba$ah
bidang yang melalui pinggir ba$ah kartilago krikoid. *atas depannya ialah permukaan
belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua
belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago tiroid. *atas lateralnya ialah membrane
kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus, dan arkus kartilago krikoid. /edangkan
:
batas belakangnya ialah m.aritenois transverses dan lamina kartilago krikoid.
lambung. *agian proksimalnya disebut introitus esofagus yang terletak setinggi batas ba$ah
kartilago krikoid atau setinggi vertebra servikal :. -i dalam perjalanannya dari daerah servikal,
esofagus masuk ke dalam rongga toraks. -i dalam rongga toraks , esofagus berada di
mediastinum superior antara trakea dan kolumna vertebra terus ke mediastinum posterior
6
di belakang atrium kiri dan menembus diafragma setinggi vertebra torakal 1! dengan
jarak kurang lebih m di depan vertebra. khirnya esofagus ini sampai di rongga
abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia. 1
*erdasarkan letaknya esofagus dibagi dalam bagian servikal, torakal dan abdominal.
sofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama yang bersifat sfingter
terletak setinggi tulang ra$an krikoid pada batas antara esofagus dengan faring, yaitu
tempat peralihan otot serat lintang menjadi otot polos. Penyempitan kedua terletak di
rongga dada bagian tengah, akibat tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri.
Penyempitan ini tidak bersifat sfingter. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus
esofagus diafragma yaitu tempat esofagus berakhir pada kardia lambung. tot polos
pada bagian ini murni bersifat sfingter. 8nervasi esofagus berasal dari dua sumber
utama, yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari serabut5serabut
Laringofaringeal Refluks (LPR) didefinisikan sebagai gejala kronis atau kerusakan mukosa
laring yang disebabkan oleh refluks abnormal isi lambung ke dalam saluran napas bagian atas.
7
atau kerusakan mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks abnormal isi lambung ke
esofagus. +ejala + R- termasuk pyrosis (nyeri ulu hati), regurgitasi, disfagia, batuk, dan
nyeri dada atipikal. +ejala yang sering pada LPR termasuk perubahan suara, disfagia,
globus, lendir tenggorokan berlebihan dan pembersihan tenggorokan, dan batuk. #yeri ulu
hati dan regurgitasi bukan gejala klinis yang sering mun ul pada LPR. =eskipun LPR dan +
R-keduanya disebabkan oleh refluks abnormal isi lambung, namun keduanya dibedakan
/'/'/ Pre4alensi
/'/'" Eti2l2&i
Penyebab LPR adalah adanya refluks se ara retrograd dari asam lambung atau isinya
seperti pepsin kesaluran esofagus atas hingga men apai laring dan menimbulkan edera
mukosa karena trauma langsung. /ehingga terjadi kerusakan silia yang menimbulkan
8
tertumpuknya mukus, aktivitas berdehem berlebihan dan batuk kronis akibatnya
,>
akan menimbulkan iritasi dan inflamasi berulang.
/'/'5 Pat23isi2l2&i
LPR menga u pada aliran balik isi lambung ke dalam laring, faring, dan saluran
aerodigestive atas. Pada individu normal, sfingter esofagus bagian atas ( /) dan sfingter
esofagus bagian ba$ah (L /) bekerja sama untuk men egah refluks isi lambung tersebut
sampai ke esofagus. -engan demikian, hal patologis utama pada LPR yaitu pada disfungsi /.
/fingter esofagus bagian atas ( /) disusun atas krikofaringeal, thyrofaringeal, dan serviks
esofagus proksimal, / menempel pada tiroid dan krikoid kartilago dan membentuk sling
nervus glossofaringeal, dan persarafan simpatis yang berasal dari ganglion servikal
superior. 6etika terjadi refluks pada /, menyebabkan isi lambung tersebut memungkinkan
untuk melakukan kontak dengan segmen laringofaringeal. sam lambung dan en4im pepsin
aktif (en4im proteolitik) menyebabkan kerusakan langsung pada mukosa laring. 3al ini
-isfungsi dari sfingter esofagus bagian atas ( /) diyakini bukan merupakan penyebaba
satu5satunya terjadi LPR, beberapa studi telah menemukan aspek biokimia, men atat korelasi
antara LPR dan penurunan kadar isoen4im karbonik anhidrase 888 (@ 5888) di samping akibat
adanya en4im pepsin dalam analisis histologis jaringan laring dipengaruhi oleh kejadian LPR.
Penurunan kadar @ 5888, yang mungkin berhubungan dengan peningkatan konsentrasi en4im
pepsin, hal ini penting untuk dipertimbangkan sebagai kondisi yang menyebabkan penurunan
jumlah anion bikarbonat untuk menetralkan sifat asam dari isi lambung. Penurunan jumlah
isoen4im karbonik anhidrase 888 serta kurangnya dapar kimia pada laring yang bertujuan
untuk melindungi mukosa laring, menyebabkan timbulnya gejala klinis dari LPR. >,A
/'/'6 Dia&n2sis
+ejala 6linis
+ejala laringofaringeal refluks (LPR) yang beragam dan termasuk disfonia, gangguan
bersihan tenggorokan kronis, lendir tenggorokan berlebihan, sialorrhea (hipersalivasi),
batuk, sensasi post nasal drip, disfagia, dysgeusia, halitosis, globus atau sensasi benjolan
di tenggorokan. #amun, gejala5gejala ini tidak khas mun ul pada LPR dan dapat disebabkan
oleh alergi, penyakit neurologis degeneratif, infeksi, gangguan perilaku, obat, dan
neoplasia. 6arena gejala5gejala ini tidak spesifik, klinisi harus mengandalkan kombinasi
dari gejala klinis, temuan laringoskopi, monitoring p3, dan per obaan empiris pemberian
proton pump inhibitor (PP8) untuk membuat diagnosis yang akurat. 2,?
/alah satu aspek yang dapat digunakan untuk memastikan etiologi keluhan
pasien berhubungan atau tidak dengan LPR adalah dengan membedakan keluhan
LPR tersebut dengan gejala klasik pada penyakit gastroesophageal reflu9 (+ R-). + R-
biasanya bermanifestasikan dengan gejala nyeri ulu hati, regurgitasi, dan refluks
saat berbaring terlentang, sehingga menimbukan esofagitis dan displasia *arrett
dibandingkan dengan LPR. -isfagia ditemukan pada LPR maupun + R-, namun
merupakan 2 dari gejala yang paling sering dijumpai pada LPR. 6ondisis asam pada esofagus
dapat menyebabkan peningkatan produksi saliva, kondisi mulut yang penuh akibat produksi
saliva yang berlebih disebut dengan ater bras . *ikarbonat yang efektif dalam menetralkan asam
lambung dapat ditemukan dalam air liur. ir liur berlebihan menyebabkan rasa penuh dalam
yang menyebabkan sekresi saliva berlebihan di tenggorokan, hal ini akan merangsang kembali
keinginan untuk membersihkan tenggorokan, dan siklus ini berulang kembali. /elain itu gejala
post nasal drip, sensasi globus (benda asing) di tenggorokan serta disfonia dapat ditemukan
pada pasien LPR. +ejala5gejala ini dijadikan patokan untuk sistem skoring Ref'u6 mtom $nde6
1!
1. /uara serak atau terdapat permasalahan dengan suara anda ! 1 2 %
2. /ering membersihkan dahak anda ! 1 2 %
. Lendir berlebihan di tenggorokan atau post nasa' drip ! 1 2 %
. 6esulitan menelan makanan, minuman, atau pil ! 1 2 %
%. *atuk setelah anda makan atau berbaring ! 1 2 %
:. 6esulitan bernafas atau sering tersedak ! 1 2 %
-ata normatif menunjukkan bah$a skor R/8 kurang dari sama dengan 1! adalah normal,
sedangkan nilai yang lebih dari sama dengan 1 menunjukkan LPR serta dianjurkan untuk
Pemeriksaan 7isik
-apat ditemukan keadaan laring yang di urigai teriritasi asam seperti hipertrofi
komissura posterior, globus faringeus, nodul pita suara, laringospasme, stenosis subglotik dan
karsinoma laring. ntuk melihat gejala LPR pada laring dan pita suara perlu pemeriksaan
Laringoskopi. +ejala paling bermakna seperti adanya eritema, edema dan hipertrofi komissura
posterior. Laringitis posterior ditemukan pada > & kasus begitu juga udem serta eritema laring
dijumpai pada :!& kasus LPR. -apat juga terjadi hipertrofi mukosa interaritenoid dan pada kasus
komissura posterior. +ranuloma dan nodul pita suara dapat terjadi pada kasus5kasus yang
11
Pemeriksaan Penujang
KONDISI SKOR
1. dema subglotis ! E tidak ditemukan
2 E ditemukan
2. bliterasi ventrikular 2 E sebagian
E komplit
. rithema C hiperemia 2 E hanya pada arythenoid
E tersebar difus
1 E ringan
. dema voca' cord 1 E edema ringan
2 E edema sedang
E edema berat
E polipoid
%. dema laring difus 1 E edema ringan
2 E edema sedang
E edema berat
E obstruksi
:. 3ipertrofi komisura5P 1 E edema ringan
2 E edema sedang
E edema berat
E obstruksi
>. Faringan granulasi C granuloma ! E tidak ditemukan
2 E ditemukan
?. Lendir endolaryngeal tebal ! E tidak ditemukan
2 E ditemukan
TOTAL SKOR
12
2. =onitor p3 2 jam di faringoesofageal. Pemeriksaan ini disebut ambulatory 2 hours
double probe p3 monitoring yang merupakan baku emas dalam mendiagnosis LPR.
Pertama kali diperkenalkan oleh 0iener pada 1A?:. Pemeriksaan ini dianjurkan pada
keadaan pasien dengan keluhan LPR tetapi pada pemeriksaan klinis tidak ada kelainan.
Pemeriksaan ini sangat sensitif dalam mendiagnosis refluks karena pemeriksaan ini se
ara akurat dapat membedakan adanya refluks asam pada sfingter esofagus atas dengan
diba$ah sehingga dapat menentukan adanya LPR atau + R-. 6elemahan pemeriksaan ini
ing# manometr # mucosa' biops # ref'u6 scan# ref'u6ate ana' sis# oice ana' sis.A
/'/'0 Penatala)sanaan
Pilihan pengobatan untuk LPR dapat dibagi menjadi tiga modalitas utama' modifikasi gaya
hidup, farmakologi, dan bedah. =odifikasi gaya hidup yang mirip dengan perubahan gaya hidup
yang disarankan untuk orang yang mengalami + R-. Pasien diinstruksikan untuk menghindari
asupan oral 25 jam sebelum berbaring terlentang dan meninggikan kepala tempat tidur. levasi
harus dilakukan dengan memposisikan tempat tidur bukan dengan menambahkan bantal. /elain
itu, pasien dianjurkan untuk tidur di sisi kiri sesuai dengan arah krura diafragma, agar tidak
posisi dekubitus lateral kiri. =enurunkan berat badan biasanya membantu mengurangi gejala
pabila gagal mengatasi LPR dengan modifikasi perilaku, dapat diberikan antasida
atau antagonis reseptor histamin 2 (32*) yaitu ranitidin telah terbukti lebih poten untuk
menghambat sekresi gaster dibanding simetidin untuk LPR dengan gejala ringan. #atrium
alginat membentuk barier fisik pada bagian atas lambung untuk men egah regurgitasi isi
lambung ke esofagus dapat diberikan sebagai ajuvan dan telah terbukti se ara signifikan
mengurangi jumlah episode refluks dan p3 esofagus kurang dari ,!. #atrium alginat dapat
digunakan sebagai terapi tambahan untuk semua gejala LPR atau sebagai terapi tunggal
pada LPR dengan gejala ringan. Proton Pump 8nhibitor atau penghambat pompa proton
(PP8 (omepera;o'e# esomepra;o'e# rabepra;o'e# 'ansopra;o'e, dan pantopra;o'e))
merupakan terapi LPR yang utama dan paling efektif dalam menangani kasus refluks
terutama pada LPR dengan gejala berat. @ara kerja PP8 dengan menurunkan kadar ion
hidrogen airan refluks tetapi tidak dapat menurunkan jumlah dan durasi refluks. PP8 dapat
menurunkan refluks asam lambung sampai lebih dari ?!&. kan tetapi efektifitas obat PP8
terhadap LPR tidak seoptimal efektifitasnya pada kasus + R-. kan tetapi pengobatan PP8
ternyata ukup efektif dengan atatan harus menggunakan dosis yang lebih tinggi dan
pengobatan lebih lama dibandingkan + R-. Rekomendasi dosis dengan dosis PP8 2 kali
sehari rentang $aktu sampai : bulan untuk LPR dengan gejala berat. PP8 baik diminum !5:!
menit sebelum makan. 7ollo$ up terapi dilakukan bulan setelah pemberian PP8 dosis 2 kali
sehari. -ari hasil studi didapatkan bah$a berkurangnya gejala LPR dialami pasien setelah
pemberian PP8 dosis 2 kali sehari, namun inflamasi laring baru akan terjadi resolusi pada
bulan ke5: pengobatan. /ehingga setelah pemberian terapi selama bulan, pasien harus
difollo$ up, apabila terjadi penurunan gejala, dosis PP8 dapat diturunkan menjadi 1 kali
sehari. pabila hasil follo$ up bulan tidak adanya perbaikan pada gejala pasien, dapat
dilakukan p3 monitoring (terapi pada pasien dihentikan selama 1 minggu terlebih dahulu),
jika hasil yang didaptkan abnormal maka pasien dikatakan resisten PP8, sedangkan bila
hasilnya normal maka yang menyebabkan gejala pasien tidak membaik harus di ari2,A
esofagus dan gaster sehingga dapat men egah refluks seluruh isi gaster kearah esofagus.
6eadaan ini dianjurkan pada pasien yang harus terus menerus minum obat atau dengan dosis
yang makin lama makin tinggi untuk menekan asam lambung. /ekarang ini tindakan yang
14
sering dilakukan adalah funduplikasi laparoskopi yang kurang invasif. #amun semua
tindakan pembedahan memiliki risikonya sehingga tindakan pembedahan bukan
saja juga kemungkinan berperan dalam perkembangan kanker pada daerah laring. %
/'/'# Pr2&n2sis
ngka keberhasilan terapi ukup tinggi bahkan sampai A!&, dengan atatan terapi harus
diikuti dengan modifikasi diet yang ketat dan gaya hidup. -ari salah satu kepustakaan
15
menyebutkan angka keberhasilan pada pasien dengan laryngitis posterior berat
sekitar ? & setelah diberikan terapi : minggu dengan omepra4ol. -an sekitar >A&
kasus alami kekambuhan setelah berhenti berobat, sedangkan prognosis
keberhasilan dengan menggunakan Lansopra4ole ! mg 2 kali sehari selama ? minggu
memberikan angka keberhasilan ?:&.
-A- III
PENUTUP
Laringofaringeal refluks (LPR) merupakan refluks se ara retrograd dari asam lambung atau
isinya seperti pepsin ke saluran esofagus atas hingga men apai laring dan menimbulkan edera
mukosa karena trauma langsung. /ehingga terjadi kerusakan silia yang menimbulkan
tertumpuknya mukus, aktivitas mendehem dan batuk kronis akibatnya akan menimbulkan
iritasi dan inflamasi berulang. +ejala yang sering pada LPR yakni perubahan suara, disfagia,
globus, lendir tenggorokan berlebihan dan pembersihan tenggorokan, dan batuk. #yeri ulu hati
dan regurgitasi bukan gejala klinis yang sering mun ul pada LPR.
16
6ejadian laringofaringeal refluks sering ditemukan di negara5negara barat, umumnya
mengenai usia diatas ! tahun prevalensi sebanyak %& serta sering dihubungkan dengan pola
kebiasaan seperti pola konsumsi makanan, olahraga genetik dan kebiasaan berobat.
Pada laringofaringeal refluks terjadi disfungsi pada sfingter esofagus bagian atas ( /),
menyebabkan isi lambung dapat refluks kembali dan memungkinkan untuk berkontak dengan
mukosa laringofaringeal. sam lambung dan en4im pepsin aktif (en4im proteolitik)
menyebabkan kerusakan langsung pada mukosa laring. 6adar isoen4im karbonik anhidrase
888 yang rendah pada pasien LPR juga berperan dalam kerusakan mukosa laring pada LPR.
DAFTAR PUSTAKA
1. /eeley, /tephen, "ate. Respiratory /ystem. natomy and Physiology. @hapter 2 ."he
= +ra$53ill @ompanies. 2!!
2. *elafsky, Peter @. Rees, @atherine F. 8dentifying and =anaging Laryngopharyngeal
Reflu9, -epartment of tolaryngologyC3ead and #e k /urgery. niversity of @alifornia
at -avis =edi al @enter. 2!!> ( vailable at' esed on' 2 Fanuari 2!1:)
. 8rfandy, -olly. Laryngopharyngeal Reflu9. *agian "elinga 3idung "enggorok *edah
6epala Leher 7akultas 6edokteran niversitas ndalas. 2!!? ( vailable at' esed on'
2> Fanuari 2!1:)
. dams +L, *oies LR, 3igler P . * 8 /' *uku jar Penyakit "3". disi :. Fakarta' +@B
1AA>.
17
%. *allenger, FF. Penyakit "elinga 3idung "enggorok, dan leher. Filid 1. Fakarta. *ina Rupa
ksara. 1AA>
:. /oepardi . , 8skandar #, *ashiruddin F, Restuti R.-. *uku jar 8lmu 6esehatan "elinga
3idung "enggorok 6epala J Leher. d.K8. Fakarta' *alai Penerbit 76 8. 2!!>
> nerson, lle. Laryngopharyngeal Reflu9 -evelopment and Refinement f -iagnosti
"ools. -ivision of torhinolaryngology niversity of +othenburg. 2!!A ( vailable at'
esed on' 2 Fanuari 2!1:)
? 3anda, 6. 6. Laryngpharyngeal Refluks ' @urrent pinion, 8ndian Fournal of
tolaryngology and 3ead and #e k /urgery. Kol. %>. #o. . 2!!% ( vailable at' esed
on' 2% Fanuari 2!1:)
A. Pham, Kiet. nderbrink, =i hael. uinn, 7ran is *, /toner, =elinda. Laryngopharyngeal
Reflu9 0ith an mphasis on -iagnosti and "herapeuti @onsiderations. -epartment of
tolaryngology "he niversity of "e9as =edi al *ran h.
2!!A ( vailable at' esed on' 2%Fanuari 2!1: )
1!"6oufman F et al. Laryngopharyngeal Reflu9' Position statement of the @ommittee
on /pee h, Koi e and /$allo$ing -isorders of the meri an ademy of tolaryngology
3ead and #e k /urgery. tolaryngology 3ead and #e k /urgery. 2!!2.
18