Anda di halaman 1dari 47

Pendahuluan

Program BERMUTU diarahkan kepada peningkatan hasil belajar


siswa. Untuk mencapai peningkatan hasil belajar siswa, guru
diminta menerapkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Salah satu yang belum
banyak disinggung adalah pemanfaatan Jurnal Belajar (dokumen
yang secara terus-menerus bertambah dan berkembang. sebagai
rekaman terhadap perkembangan materi yang sedang dipelajari).
Bahan Belajar Mandiri (BBM) yang disiapkan bagi guru di KKG dan
MGMP belum ada tentang jurnal belajar. Pada hal jurnal belajar
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kebiasaan siswa dalam
menulis. Selain itu, jurnal belajar bermanfaat untuk merefleksikan
hasil belajar, menyusun suatu alur pikir secara tertulis, yang bagi
guru dapat menjadi acuan dalam menilai berhasil tidaknya siswa
mempelajari materi yang disampaikan.

Jurnal belajar diprediksi memberikan kontribusi positif dalam


pengembangan disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Pentingnya jurnal belajar sudah disadari oleh
perguruan tinggi. Hanya saja, masalah-masalah klasik yang
dihadapi seperti pendanaan, pengelolaan (manajemen penerbitan)
serta sustainibilitasnya. Pengelolaan atau penggunaan jurnal belajar
siswa pada pendidikan dasar menghadapi problematika tersendiri.
Akan tetapi, jika diberdayakan dan dimanfaatkan dengan baik
niscaya akan memberikan hasil yang luar biasa terutama dalam
pembiasaan menulis secara efektif. Guru-guru di sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama harus berpengalaman dalam
menggunakan jurnal belajar sebagai sarana dalam membelajarkan
siswa.

1
Jurnal belajar menjadi penting dalam sudut pandang seperti
tersebut di atas, maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika
“Publish or Perish” (menulis atau lenyab) diharapkan dapat dijadikan
pemicu agar para pendidik di negeri tercinta ini memiliki kesadaran
untuk menulis. Penggunaan jurnal belajar diharapkan tidak bisa
lepas dari membangun budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis untuk
mengisi secara terus-menerus khazanah keilmuan dalam bidang
pembelajaran. Ironisnya kebiasaan membaca untuk memperkaya
khazanah keilmuan pembelajaran (pendidikan) masih rendah di
kalangan pendidik dan tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru
di sekolah kita yang hanya mengajar dari ilmu yang didapat semasa
kuliah (yang biasanya sudah kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa
tidak membaca sumber-sumber yang lebih up to date (terkini,
mutakhir), guru tersebut menjawab tidak ada dana untuk membeli
buku sumber atau bahasa Inggris tidak dikuasai atau berbagai
alasan lain. Pada hal guru sebagai agen pembaharuan, dituntut
untuk membaca artikel-artikel keilmuan bermutu , terampil
mengakses sumber informasi lewat internet secara
berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk
menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah.
Lewat artikel-artikel pada Jurnal belajar yang akan diterbitkan ini
sebagian permasalahan yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.

Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki


kecintaan dan kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak
mungkin akan terus menerus dapat menulis tanpa membaca dan
tanpa didukung dengan sarana-prasarana atau wadah yang tepat.
Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas sekolah menghargai
karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka dihasilkan.
Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari
pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas
yang sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik

2
dan tenaga kependidikan dapat diilustrasikan sebagai aktivitas
harian seperti halnya bernafas.

Jurnal belajar adalah wadah yang memuat hasil refleksi dalam


bidang pembelajaran yang diperuntukan bagi siswa. Guru, kepala
sekolah dan pengawas sekolah dapat membacanya sebagai bahan
masukan untuk melihat kemampuan siswa dalam bidang yang
dipelajarinya. Siswa mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi,
refleksi terhadap temuan dalam pembelajaran, hasil pengamatan,
hasil abstraksi atau apa saja yang berkaitan dengan pembelajaran
di sekolah. Bila perlu bukan hanya siswa yang mempunyai karya
yang berkualitas dapat mengisinya. Akan tetapi kesempatan
diberikan kepada semua siswa, walaupun menurut guru apa yang
dituliskan siswa itu pada awalnya hanya cerita yang kelihatannya
kurang bermakna bagi guru. Jurnal belajar tidak hanya berorientasi
pada pengembangan kemampuan akademis semata akan tetapi
diharapkan melalui kebiasaan menuliskan pengalaman belajar,
siswa tersebut terbiasa mengekspresikan perasaan, pemikiran
ataupun harapannya tentang pembelajaran yang diberikan guru.
Jadi lebih dekat sebagai alat untuk komunikasi dan diseminasi
informasi, temuan, pemikiran, hasil pengamatan tentang
pembelajaran. Setiap siswa dapat mengisi jurnal belajar, meskipun
belum mampu menulis dengan kriteria ilmiah. Isi dari Jurnal belajar
tidak harus dalam bentuk artikel hasil penelitian, hasil telaahan
yang memenuhi kriteria ilmiah. Akan tetapi dapat berupa kalimat-
kalimat sederhana, entah itu penyelesaian soal mata pelajaran
tertentu atau bahkan hanya ungkapan bahwa siswa itu senang
belajar hari itu karena guru memberi kesempatan ke luar kelas
untuk mengamati tanaman di sekitar sekolah pada pelajaran IPA.

Untuk menggunakan Jurnal belajar dibutuhkan keberanian. Untuk


memulai dan mendorong guru diperlukan inisiatif kepala sekolah
atau dan pengawas sekolah. Kebersamaan di antara pendidik dan

3
tenaga kependidikan yang menjadi anggota kelompok kerja masing-
masing merupakan modal utama dan kunci untuk menerbitkan
jurnal belajar Pendekatan-pendekatan personal kepada anggota
kelompok kerja diperkirakan akan mampu membangkitkan
semangat untuk menerbitkan jurnal belajar. Kebersamaan dalam
memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati, mengajak anggota
kelompok kerja untuk merancang, membuat nama jurnal dan
memilih pengelola dan menulis isi jurnal.

Kebiasaan menulis artikel di media masa atau menulis di jurnal


ilmiah, menyusun karya tulis ilmiah oleh guru dan lain sebagainya
dapat ditumbuhkembangkan melalui pembiasan siswa untuk
mengisi jurnal belajar. Diperkirakan jurnal tersebut memberi
sumbangan yang besar dan positif untuk membangun tradisi
berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk artikel di jurnal.
Kehadiran jurnal belajar di pendidikan dasar diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan disiplin
akademik para siswanya. Oleh sebab itu pendidik dan tenaga
kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP, KKKS dan
MKKS seyogianya mempelajari manfaat jurnal belajar dan
memanfaatkan seoptimal mungkin. Kebiasaan menulis junal belajar
sangat bermanfaat bagi siswa kelak di perguruan tinggi dalam
menulis pada jurnal ilmiah sebagai wadah komunikasi hasil
penelitian dan telaah ilmiah.

Tujuan
Tulisan ini membahas tentang jurnal belajar, bagaimana jurnal
belajar siswa dapat diupayakan dan dimanfaatkan guru dalam
rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemanfaatan jurnal
belajar dimaksudkan dengan banyak tujuan. Bagi siswa berfungsi
untuk pengayaan, penyegaran, meningkatkan aktualisasi diri serta

4
peningkatan nilai hasil belajar kumulatif. Bagi sekolah, publikasi
jurnal belajar bermuatan ganda, yaitu sebagai aset yang
menggambarkan tingkat kemampuan akademis siswa dan
menanamkan budaya menulis bagi warga sekolah yang berarti juga
menggambarkan kualitas tenaga pengajar. Guru yang professional
akan mampu membiasakan siswa merefleksikan hasil belajar dan
menuliskannya dalam jurnal belajar. Setelah membaca jurnal yang
ditulis siswa, gurunya dapat menilai seberapa jauh siswanya telah
memahami isi atau apakah metode yang digunakan guru efektif
atau tidak dan lain sebagainya. Dalam hal ini jurnal belajar,
menguntungkan kedua belah pihak. Sebagian siswa akan merasa
janggal atau mungkin menjauhi pekerjaan menulis jurnal belajar dan
tidak menyadari bahwa itu sebagai alat pengembangan
keilmuannya.

Sistematika
Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1
membahas tentang Jurnal Belajar Siswa, Kegiatan Belajar 2 tentang
Penulisan Jurnal Belajar Siswa, dan Kegiatan Belajar 3 membahas
tentang Portofolio Pendidik.

Kegiatan Belajar 1
Jurnal Belajar Siswa
Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar

5
Jurnal belajar diharapkan menjadi wadah dalam pengembangan
kualitas pendidikan, khususnya di bidang pembelajaran. Pendidik
dan tenaga kependididkan diharapkan berpartisipasi untuk mengisi
dan memperbarui materi keilmuan yang diajarkan dan cara-cara
mengajarkannya. Bahkan guru pemula dapat menjadikan jurnal
tersebut sebagai rujukan pemutakhiran metode pembelajaran dan
materi yang diajarkan. Siswa yang berada di kota besar, sekarang
ini sudah dengan mudah dapat mengakses pengetahuan melalui
internet, yang kemungkinan membuat pendidik dan tenaga
kependidikan semakin tertinggal, apabila gurunya hanya
mengandalkan sumber belajar yang konvensional. Selain itu,
meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya kewajiban bagi
siswa, akan tetapi merupakan kewajiban bagi pendidik dan tenaga
kependidikan. Proses pembelajaran di sekolah tidak akan dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kalau
guru-gurunya tidak terbiasa membaca. Pendidik dan tenaga
kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis ilmiah atau
artikel populer yang baik tanpa banyak membaca. Menulis dan
membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tawaran menulis jurnal belajar sering menjadi beban bagi sebagian
besar siswa. Belum dapat dijelaskan apakah hal ini terjadi karena
banyaknya tenaga pengajar yang kurang mampu memotivasi siswa
dan kurang memahami makna jurnal belajar atau kemungkinan
sang guru sendiri belum pernah mengisi jurnal belajar. Meskipun
gurunya sudah berkualifikasi S1 bahkan yang sudah S2 tidak ada
jaminan bahwa mereka sudah terbiasa memanfaatkan jurnal belajar,
tetapi kalau hal tersebut merupakan alasan, pada hal seharusnya
pendidik membiasakan diri untuk memanfaatkan jurnal belajar. Pada
umumnya guru masih belum tahu makna jurnal belajar dan tidak
terbiasa memanfaatkan sebagai sarana pembelajaran yang efektif.
Sebagian guru mengalami kesulitan membuat karya tulis ilmiah
diperkirakan karena sejak dulu belum pernah mengisi jurnal belajar.

6
B. Tujuan
Topik 1 ini bertujuan memberi motivasi kepada guru, kepala sekolah
dan pengawas sekolah tentang pembuatan jurnal belajar siswa.
Setelah menyelesaikan Modul atau Panduan Belajar kegiatan unit 1,
guru diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan jurnal belajar siswa
2. Mengidentifikasi dan memetakan karakteristik jurnal belajar
siswa
3. Mengidentifikasi dan memetakan peluang untuk membuat jurnal
belajar
4. Mengidentifikasi dan memetakan kendala yang akan dihadapi
dalam pembuatan jurnal belajar siswa.

C.Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar


Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, guru
menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai
berikut.
1. Studi Kasus: Pembuatan Majalah Dinding dalam bidang
pembelajaran
2. Lesson Study: yang dilakukan oleh beberapa guru dalam wadah
KKG, MGMP.
3. Contoh model Jurnal Belajar Siswa
4. Handout: Model dan Karakteristik Jurnal belajar siswa
5. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar Jurnal belajar
6. Media Pembelajaran
7. Guru pemandu

D. Langkah Kegiatan

Panduan Belajar kegiatan Unit 1, dilaksanakan mengikuti alur


kegiatan sebagai berikut.

50’ 30’ 60’ 30’


Penulisan Artikel
Pengantar dan Penyajian Studi untuk Jurnal dan
Pemodelan Jurnal Buletin
Pengenalan Kasus
dan Diskusi tentang
BERMUTU
Ciri-ciri Jurnal

7
1 2
3 4

30’
Penguatan dan
Penugasan
Penulisan Artikel
untuk Jurnal belajar

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 1, guru diharapkan


melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Pengantar (50 menit)

 Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang


kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting
tentang program dari Pendahuluan Modul ini
 Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada
guru tentang pentingnya jurnal belajar bagi siswa dan guru.
Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang
ada di sekolah berkaitan dengan jurnal belajar siswa;
 Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman
peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan
kelas.
 Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatat di papan tulis
temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk
jurnal atau buletin.

2. Penyajian studi kasus penerbitan jurnal belajar (30 menit).

Untuk menginventarisasi karakteristik dan manfaat jurnal belajar yang


baik, peserta diminta membedakan antara karya tulis, majalah dinding,
karangan bebas dan jurnal belajar, melalui diskusi kelompok (jumlah
kelompok dan anggota disesuaikan dengan jumlah peserta).

Penyajian studi kasus: penyusunan jurnal belajar siswa.

8
Fasilitator menyajikan kasus pembuatan jurnal belajar (kalau sudah ada
di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat
mengambil contoh majalah dinding atau jurnal belajar di sekolah di luar
negeri). Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk
dipertimbangkan oleh peserta selama studi kasus:

1) Apa manfaat jurnal belajar bagi siswa dan guru?


2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam mengelola jurnal
belajar tersebut?
3) Bagaimana sebaiknya agar guru termotivasi untuk membuat dan
memanfaatkan jurnal belajar?

Selanjutnya:

Peserta diklat secara berkelompok mengkaji model jurnal belajar yang


disajikan dalam bentuk studi kasus

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan


kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam
lembaran studi kasus.

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain


menanggapi dan menambahkan.

Studi Kasus : Jurnal belajar


Fasilitator mengajak peserta untuk melihat berbagai model
jurnal belajar yang dibuat di sekolah di Indonesia.

Peserta diberi format untuk diisi, yang berkaitan dengan


karakteristik jurnal belajar yang berkualitas

9
Format 1:

Karakteristik Jurnal belajar

No Komponen Aspek Indikator


.
1 Isi

2 Tujuan

3 Bentuk/Ukuran

4 Pemanfaatan

5 Pengelolaan

6 Sustainibilitas

Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 1 : Jurnal


belajar
Apa itu Jurnal Belajar?

Jurnal belajar, sebagai istilah yang diterjemahkan dari learning


journal yakni merupakan dokumen yang secara terus-menerus
bertambah dan berkembang. Biasanya ditulis oleh pembelajar,
sebagai rekaman terhadap perkembangan materi yang sedang
dipelajari. Sebenarnya, bisa saja terdapat beberapa jurnal sesuai
dengan mata pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal yang

10
berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak
berkembang adalah jurnal belajar secara online, di mana peserta
dididk dapat melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum),
bahkan peserta dididik dari sekolah lain pun boleh ikut bergabung
(nimbrung).

Jurnal belajar bukan:

 Ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi


siswa terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang dipelajari
 Katalog belajar, karena dalam katalog belajar biasanya ditulis waktu
dan tanggal mengajar atau dipelajari. Suatu katalog merupakan
rekaman peristiwa, akan tetapi jurnal belajar merupakan rekaman
refleksi dan hasil pengamatan dan pemikiran siswa.

Apa Keuntungan dari Jurnal belajar?

Siapa yang paling diuntungkan kalau Jurnal belajar diterbitkan?


Tentu peserta didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika siswa
memelihara rekaman tentang apa yang diajarkan dan bagaimana
materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk tetap
mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang
mengatakan ”sebenarnya siswa belum tahu apa-apa sampai
siswa tersebut dapat menuliskannya” dan beberapa hasil
penelitian telah membukti bahwa ungkapan tersebut benar.
Mengatakan apa yang telah diajarkan, siswa dapat menelusuri apa
saja kemajuan yang telah didapatkan atau dilakukan. Ini juga berarti
siswa mulai mencatat perbedaan di antara pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki tentang mengajar.

Siapa Penulis Jurnal belajar?

Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku
teks masih sangat mahal harganya. Ketika itu, mahasiswa harus
menuliskan apa yang telah dipelajari pada buku catatan. Isi catatan

11
kuliah tersebut adalah ringkasan dari materi yang telah dipelajari.
Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus menulis dan
memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini tidak
dibutuhkan catatan kuliah karena materi kuliah dapat diakses secara
online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari catatan itu
sudah ada di website. Harga buku teks pun sudah relatif murah dan
karena kuliah dilaksanakan secara online berarti siswanya harus
mampu mengupload bahannya ke internet (web). Jadi dalam arti
seperti pengganti catatan kuliah, siswa hendaknya menggunakan
Jurnal belajar. Penekanannya memang berbeda tetapi tujuannya
sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah dipelajari peserta
didik pada saat siswa mengajar.

Isi Jurnal belajar dapat meliputi:

 Butir-butir yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari


yang dibaca siswa dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih detail;
 Pertanyaan yang muncul di benak siswa yang berkaitan dengan
materi yang dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);

 Setelah pembelajaran di kelas berlangsung (segera setelahnya, jika


memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat untuk
membuat catatan untuk me-reinforce (mendorong dengan sekuat
tenaga) hasil belajar siswa dengan mencoba mengingat apa inti
yang telah diajarkan. Berpikir apa yang menjadi poin utama yang
baru bagi siswa dari materi yang diajarkan hari ini. Siswa diminta
oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk menuliskan hal
tersebut tanpa melihat RPP, kemudian membandingkan dengan
RPP, sekadar untuk menyakinkan apakah poin yang kita buat
tersebut akurat;

 Catatan tersebut dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang
dikutip dari buku atau materi yang berkaitan, seperti artikel dalam
surat kabar;

12
 Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan, komentar
siswa dalam bentuk satu atau dua kalimat terhadap pokok bahasan
artikel yang ditemukan/dibaca yang berkaitan dengan materi
pengajaran;

 Refleksi siswa terhadap materi dan kaitannya dengan kebutuhan


siswa tersebut pada saat mengajar;

 Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan dengan


apa yang diajarkan dengan cara yang berbeda;

 Pemikiran siswa yang belum sepenuhnya terwujud tetapi siswa


harus merumuskan kembali. Ini bisa meliputi perasaan siswa
tentang materi dan perkembangan dan teori yang dikembangkan
dalam pikiran siswa tersebut.

Setiap guru diwajibkan mengirimkan bahan (naskah) untuk Jurnal


belajar, hendaknya memikirkan kembali apa saja yang telah
dilakukan pada saat mengajar, dimulai dari kegiatan awal hingga
kegiatan akhir. Sumber belajar apa saja yang paling banyak diakses
oleh guru? Mana yang yang paling sedikit diajarkan? Dan mengapa
demikian? Apakah materi tersebut sudah diketahui siswa-siswa
sebelumnya? Hal-hal seperti itulah yang hendaknya dituliskan oleh
siswa walaupun hanya satu atau dua paragrap satu minggu,
kemudian dikumpulkan dan dirangkum untuk dikirimkan atau
dimuat di Jurnal belajar.

Bagaimana Bentuk Jurnal belajar?

Bagaimana bentuk Jurnal belajar? Kalau kepala sekolah atau


pengawas sekolah bertanya kepada siswa, kemungkinan ada siswa
yang menyarankan, sebaiknya diketik menggunakan komputer akan
tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja. Tentu saja
tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. Jurnal
belajar dapat diterbitkan dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:

13
 Jurnal belajar bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes
atau setengah ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4. Hal ini
tergantung pada ketersediaan naskah. Kalau semua guru anggota
KKG atau MGMP, begitu ada pemikiran tentang materi langsung
ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, kemudian kertas tersebut
disusun dan diurutkan berdasarkan poin yang telah diajarkan, apa
yang masih perlu diajarkan, pertanyaan peserta didik kepada
pengajar dan lain sebagainya ditulis untuk dimuat di jurnal, maka
tidak akan kekurangan naskah;
 Kemudian berdasarkan catatan kecil tadi oleh guru tersebut
diuraikan kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini akan
menjadi catatan penting bagi penulis sebagai buku referensi setelah
pembelajaran itu selesai;

 Jika lebih suka langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian


dicetak, setiap halaman dibundel/dijilid, sebagai rekaman permanen
perkembangan pembelajaran dan hasil belajar siswa;

 Jika lebih suka membaca dari layar komputer, akan tetapi


disarankan tetap membuat print outnya untuk menjaga pengelola
jurnal mengalami kesulitan untuk membuka file yang dibuat oleh
siswa pengirim naskah tersebut (terjadi gangguan sehingga tidak
dapat dibaca).

Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa hasil
tulisan siswa tersebut setiap bulan harus dikirim lewat email ke
redaksi Jurnal belajar (diharapkan).

Pemikiran Pribadi

Siswa bisa memasukkan hasil pemikiran pribadi ke dalam Jurnal


belajar, meskipun hal itu tidak ingin kepala sekolah melihatnya,
akan tetapi hal tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain (di
kemudian hari) atau bisa juga tidak dikirim ke redaksi jurnal, akan
tetapi disimpan atau didokumentasikan sendiri.

14
Apakah ada Waktu untuk Menulis?

Waktu yang diperlukan untuk menulis naskah untuk Jurnal belajar


tersebut, jika dilakukan oleh siswa atau kepala sekolah dan
pengawas sekolah secara rutin, mungkin hanya satu jam per
minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam (karena
belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan secara
rutin setiap orang hanya menghabiskan waktu 1 jam per minggu
untuk menulis materi yang akan dikirim ke Jurnal belajar. Jika setiap
minggu menghasilkan satu halaman, maka satu bulan telah ada
empat halaman yang menjadi materi Jurnal belajar.

Nilai

Karena mengajar tampaknya adalah kegiatan yang bersifat


individual, maka mungkin catatan yang perlu dimasukkan ke dalam
Jurnal belajar, jika menurut siswa tidak ada peristiwa penting dalam
pembelajaran yang perlu ditulis untuk mengisi jurnal, siswa tersebut
diharapkan mengisi jurnal dengan hasil bacaan(buku, artikel atau
apa saja yang menarik bagi yang bersangkutan yang ada kaitannya
dengan pembelajaran).

Tujuan Jurnal belajar

Tujuan menerbitkan Jurnal belajar, bagaimana agar siswa


memperoleh keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan
sesuatu yang bermakna atau pemikiran siswa tentang pengalaman
berharga dalam menjalankan tugas sebagai pengajar diharapkan
bahan tersebut, selain sebagai bahan refleksi bagi siswa yang
bersangkutan, dijadikan rujukan oleh pembaca/siswa lain yang
menghadapi hal yang sama. Jurnal belajar diharapkan menjadi
wadah untuk saling sharing informasi, pengalaman, hasil pemikiran,
hasil penelitian dan penyusunan RPP, evaluasi hasil belajar atau
materi pembelajaran serta alat peraga pembelajaran.

15
Jurnal belajar dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada
siswa, kepala sekolah atau pengawas sekolah yang menghadapi
permasalahan dalam pembelajaran, misalnya mengenai
menghadapi anak anak nakal, sumber materi pembelajaran, metoda
pembelajaran dan lain sebagainya, yang bersangkutan dapat
menuliskan pertanyaan tersebut di dalam Jurnal belajar. Diharapkan
pada edisi berikut, selain anggota redaksi yang menjawab ada juga
siswa lain atau anggota KKG/MGMP yang bersedia menjawab apbila
menguasai hal yang ditanyakan tersebut.

Setelah siswa menyelesaikan tugasnya mengajar dalam satu


semester di kelas tertentu, misalnya ada bahan yang perlu
disharingkan kepada siswa lain dan Jurnal belajar adalah wadah
untuk itu. Bagi peserta yang hendak melihat jurnal yang berkaitan
dengan pembelajaran dapat mengakses:

www.maslibraries.org/infolit/samplers/spring/doub.html.

Alternatif lain, setelah siswa selesai mengajar satu mata pelajaran


atau satu topik, kemudian, semua catatan yang dibuat selama ini
tentang pembelajaran dilengkapi dengan pemikiran penulis, dan
tulisan tersebut menjadi naskah yang dibuat di Jurnal belajar

 Penjelasan pengertian, pengerjaan rumus, kendala yang dihadapi.


 Materi yang didapatkan dari sumber lain, termasuk di luar buku
rujukan

 Nara sumber yang tertarik dan menguasai materi tersebut.

16
Kegiatan Belajar 2 :
Menulis Jurnal belajar
Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar
Kegiatan belajar 2 ini disusun sebagai materi pendidikan dan latihan
(diklat) bagi guru dalam membuat dan memanfaatkan jurnal belajar
siswa. Jurnal belajar adalah wadah hasil refleksi siswa, yang dapat
dijadikan masukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran oleh
guru, kepala sekolah maupun pengawas sekolah. Selain itu,
anggota KKG/MGMP, KKKS dan MKKPS diharapkan memahami dan
terbiasa memanfaatkan jurnal belajar siswa, baik untuk bahan
menulis karya tulis ilmiah atau artikel populer. Sebagai kegiatan
belajar 2 (lanjutan), penulisan jurnal belajar siswa, guru hendaknya
memahami kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara tertulis.
Guru hendaknya membantu dan mendorong siswa agar mau, berani
dan mampu mengekspresikan perasaan, keinginan, pemahamannya
terhadap materi pembelajaran di dalam jurnal belajar. Jurnal belajar

17
sebagai salah satu bentuk pengembangan atau pengayaan hasil
belajar secara berkelanjutan.

Jurnal belajar adalah bentuk karya tulis yang paling sederhana.


Kalimat yang dituliskan siswa ada kemungkinan tidak sempurna,
akan tetapi siswa tersebut berkeinginan untuk sharing/menukar
pengalaman dan pendapat dengan gurunya. Tetapi mungkin ada
siswa yang senang menulis, yang membuat yang bersangkutan
mudah untuk menuliskan apa saja yang menarik baginya. Tidak ada
batasan tentang seberapa panjang tulisan yang harus dibuat oleh
siswa. Jurnal belajar dapat diisi siswa dengan pertanyaan atau
penjelasan atau pengalamannya berkaitan dengan topik atau materi
pembelajaran tertentu.

Secara umum, jurnal belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis,


yaitu jurnal umum, artinya bebas meliputi semua bidang studi.
Jurnal belajar ini ditulis setiap hari atau setiap minggu. Kedua, jurnal
belajar bidang studi, misalnya jurnal matematika, bahasa Inggris,
IPA atau IPS. Penulisan jurnal adalah pada setiap mata pelajaran
tersebut. Sedangkan yang ketiga adalah jurnal belajar “thematik”,
artinya ditulis berdasarkan thema tertentu, seperti pembelajaran
thamatik di SD.

B. Tujuan
Topik 2 ini bertujuan memberi motivasi kepada siswa untuk menulis
di jurnal belajar berkaitan dengan pengalaman belajar, hasil refleksi
terhadap materi yang dipelajari atau hasil temuan siswa tersebut
dari sumber lain (internet, majalah, buku dan lain sebagainya).
Tidak ada seleksi mengenai isi tulisan siswa yang boleh dimuat
dalam jurnal belajar. Siswa bebas menuliskan apa saja yang
menarik, penting dan bermanfaat bagi siswa tersebut.

Setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 ini, guru diharapkan


mampu:

18
1. Mengidentifikasi karakteristik isi Jurnal belajar dan kesulitan
siswa dalam menulis
2. Membantu siswa dalam menulis jurnal belajar berdasarkan
kebutuhan yang bersangkutan;
3. Membantu guru dalam membimbing siswa agar terbiasa
dalam mengisi jurnal belajar sesuai dengan waktu yang
tersedia.

C.Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar


Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 2, guru menggunakan bahan,
alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.
1. Penulisan jurnal belajar siswa dan Contoh atau model tulisan di
dalam artikel jurnal siswa
2. Handout: Model dan Karakteristik Tulisan dalam Jurnal belajar
siswa
3. Kajian Pustaka tentang Jurnal belajar

D. Langkah Kegiatan

50’ 30’ 60’ 30’


Penulisan Jurnal
Pengantar dan Penyajian Studi belajar
Pemodelan tulisan
Pengenalan Jurnal Kasus
dan Diskusi tentang
Belajar
Ciri-ciri jurnal
belajar

1 2
3 4

30’
Penguatan dan
Penugasan contoh
Penulisan Jurnal
belajar

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 2, guru sebagai peserta


diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

19
1. Pengantar (50 menit)

 Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang


kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting
tentang program dari Pendahuluan Modul ini
 Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada
guru agar memanfaatkan jurnal belajar sebagai wadah peningkatan
kualitas pembelajaran di sekolah. Fasilitator meminta peserta untuk
menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah berkaitan penulisan
jurnal belajar siswa;
 Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman
peserta dalam mengelola jurnal belajar siswa.
 Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatat di papan tulis
temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan jurnal belajar
siswa.

2. Penyajian contoh-contoh jurnal belajar siswa (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat jurnal belajar,


peserta diminta membedakan antara karya tulis, artikel sederhana dan
jurnal belajar, melalui berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian jurnal belajar siswa.

Fasilitator menyajikan atau membagikan contoh tulisan dalam jurnal


belajar siswa (kalau sudah ada jurnal belajar di sekolah di Indonesia
akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh jurnal belajar
yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan
beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama
pembacaan studi kasus:

1. Apa manfaat tulisan dalam jurnal belajar siswa?


2. Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam membimbing siswa
menulis jurnal belajar?
3. Bagaimana sebaiknya langkah yang diambil oleh guru dalam
memotivasi siswa mengisi jurnal belajar?
4. Apa manfaat jurnal belajar bagi peserta didik?

Selanjutnya:

20
 Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penulisan jurnal belajar
yang didasarkan dari model jurnal belajar yang disajikan fasilitator.

 Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan


kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya;

 Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain


menanggapi dan menambahkan.

Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 2:

PENULISAN JURNAL BELAJAR

Pendahuluan
Penulisan jurnal belajar siswa dimaksudkan untuk pengembangan
keterampilan dan pembiasaan mengekspresikan hasil refleksi siswa
terhadap pembelajaran. Komentar siswa tentang isi, metode, sikap guru,
pemahaman terhadap materi maupun bagian yang tidak dimengerti.
Selain itu, siswa dapat menuliskan ketertarikan, hasil belajar dari sumber
lain, hasil penelitian atau “eksperimen” yang dilakukan baik individu
maupun kelompok. Membantu siswa terbiasa menulis di jurnal belajar,
terbiasa memanfaatkan jurnal belajar sebagai media komunikasi untuk
guru maupun rekan-rekannya. Jurnal belajar yang ditulis oleh siswa dapat
berdasarkan pengalaman belajar, hasil kajian atau penelitian atau data
yang diperoleh siswa tersebut baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah.

Agar guru terampil dalam membimbing siswa mengisi jurnal belajar, guru
tersebut sebaiknya memahami makna dan tujuan penulisan jurnal belajar.
Setelah terbiasa mengisi jurnal belajar siswa akan memiliki keterampilan
dalam menuliskan gagasan atau pemikirannya sehingga dapat

21
mengembangkan komunikasi akademis di anatar siswa dengan guru atau
pihak yang lain yang berkepentingan dengan pembelajaran di sekolah.
Mengisi jurnal belajar siswa diperlukan kesabaran dan diperlukan latihan,
latihan dan latihan. Ala bisa karena biasa.

Penulisan jurnal belajar merupakan pendukung kegiatan pembelajaran.


Bagi guru jurnal belajar siswa menjadi masukan berharga. Guru dapat
mengetahui apakah pembelajaran yang dilaksanakan menarik, materi
dikuasai siswa dan apakah ada siswa yang menulis tentang materi yang
dipelajari dari sumber lain dan lain sebagainya. Sementara itu bagi siswa
manfaatnya antara lain; tempat bertanya kepada gurunya, tempat
menunjukkan bahwa siswa tersebut mengetahui lebih dalam dari yang
diajarkan oleh guru atau mungkin ada juga siswa yang tidak senang
dengan metode yang digunakan gurunya, dan lain sebagainya. Siswa
sebagai calon anggota masyarakat ilmiah perlu dibimbing dan dibiasakan
mengekspresikan hasil refelsksinya terhadap pembelajaran, oleh sebab itu
guru wajib membina siswa tersebut.

Jurnal belajar pada umumnya disusun berdasarkan pengalaman nyata


pada saat mengikuti pembelajaran di sekolah. Jurnal belajar dapat dibuat
dalam bentuk buku harian akan tetapi dapat berupa buku mingguan.
Misalnya setiap pembelajaran IPA, gurunya menyediakan waktu bagi siswa
untuk melakukan refleksi terhadap materi yang dipelajari hari itu
kemudian menuliskannya dalam jurnal belajar. Jurnal belajar dapat
dikaitkan dengan pengembangan atau pengayaan hasil belajar siswa.
Guru dituntut untuk melakukan pembimbingan atau memfasilitasi siswa
untuk bebas mengisi jurnal belajar sebagai bagian dari pendidikan
demokrasi di Indonesia. Selain melaksanakan pembingan pendidikan
demokrasi, pembiasaan menulis tetapi guru tersebut memperbaiki
kualitas pembelajarannya berdasarkan masukan dari jurnal belajar.

Jurnal belajar tidak sama dengan karya tulis ilmiah yang disusun
mengikuti kriteria atau persyaratan tata tulis dan bahasa yang digunakan.
Jurnal belajar pada umumnya ditulis sebagai apresiasi terhadap
pembelajaran. Komentar siswa terhadap pembelajaran. Komentar tersebut

22
bisa jadi karena tertarik, ada masalah karena kurang mengerti sampai
dengan adanya temuan baru dari siswa itu sendiri, yang mungkin berbeda
dengan yang diajarkan gurunya. Jurnal
JURNAL BELAJAR
belajar tidak sama dengan buku harian,
 Pengalaman belajar
yang boleh diisi “suka-suka” oleh
 Materi yang telah
pemiliknya. Namun ada kemiripan dengan
dipahami
diary atau buku harian tersebut, jurnal
 Materi yang belum belajar diisi siswa pada waktu yang
dipahami dengan disediakan oleh guru dan hanya berkaitan
menyebutkan alasan dengan pembelajaran di sekolah, tidak
dan kendalanya diisi dengan masalah kucingnya yang
 Usaha/cara untuk sedang melakhirkan di bawah tempat
mengatasinya tidur.

 Upaya pengayaan
Jurnal belajar ditulis langsung tanpa
diarahkan oleh guru dan tidak ada tema, topik, judul dan rumusan
masalah. Kriteria yang diberikan oleh guru misalnya hanya berkaitan
dengan pembelajaran minggu ini atau hari ini atau mata pelajaran
tertentu. Siswa boleh menuliskan apa saja yang berkaitan dengan hal-hal
di bawah ini.

Tujuan menulis jurnal belajar adalah untuk mengkomunikasikan:


pengalaman belajar, materi yang telah dipahami, materi yang belum
dipahami dengan menyebutkan alasannya, usaha atau cara untuk
mengatasi masalah yang dihadapi sampai dengan hasil /upaya pengayaan
yang dilakukan oleh siswa tersebut terhadap materi pembelajaran. Jurnal
belajar di tingkat yang lebih tinggi, SMP ke atas, jurnal belajar ada
kemungkinan diisi dengan gagasan, pemikiran atau hasil kajian teoritis
oleh siswa baik individu maupun kelompok. Satu hal yang penting
diperhatikan oleh guru ketika siswa menulis jurnal adalah jangan sampai

23
ada siswa mencontoh yang ditulis oleh temannya, yang dilakukan hanya
karena memenuhi permintaan guru, tanpa tahu maknanya untuk apa.

Tabel 1 Jurnal Belajar Siswa

JURNAL BELAJAR SISWA

Siswa menulis secara ringkas pengalaman


Pengalaman belajar
belajarnya

Materi yang telah Siswa menulis topik-topik yang telah


dipahami dipahaminya

Materi yang belum Siswa menulis topic-topik atau materi yang


dipahami dengan belum dipahami /kendala dengan
menyebutkan alasan dan menyebutkan alasan, baik berkaitan
kendalanya dengan

Usaha/cara untuk Siswa menulis cara-cara mengatasi


mengatasinya kendala atau hambatan yang dihadapinya,
seperti bertanya kepada teman sebaya,
guru, orang tua, belajar mandiri, privat les
dan lain-lain.

Siswa menulis kegiatan belajar dari


Upaya pengayaan sumber lain ( seperti internet, televisi,
ensiklopedi).

Sebelum membaca jurnal belajar, gurunya harus yakin bahwa jurnal


belajar diisi sendiri oleh siswa. Ditulis individual, bukan berkelompok. Isi
jurnal belajar dapat juga berupa gagasan, cara pandang (baru) terhadap
persoalan yang dibahas pada pembelajaran, misalnya model, yaitu cara
melakukan sesuatu, model mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada
siswa SD, yang diketahui siswa tersebut dari orangtuanya yang dokter.
Tetapi jika tidak ada gagasan (baru) yang hendak disampaikan tidak
berarti siswa tersebut tidak perlu menulis jurnal belajar. Sebaiknya tetap
menulis, tetapi menulis jurnal belajar bukan sebagai kerja paksa atau
beban tambahan yang sangat berat. Siswa yang produktif menulis dalam

24
jurnal belajar diharapkan akan terbiasa berkomunikasi dalam bidang
akademis dengan tulisan, yang sangat bermanfaat dalam melatih pola
pikir yang bersangkutan. Selain itu penulisan jurnal belajar melatih siswa
untuk lebih produktif, kreatif dan terampil menyampaikannya secara
tertulis. Sasaran yang dituju adalah guru maupun rekan-rekanya sebagai
pembaca atau pengguna jurnal tersebut.

Siswa yang mempunyai gagasan baru dalam materi yang diajarkan


apabila gagasan tersebut disampaikan kepada guru, diharapkan dapat
diterapkan dalam pembelajaran berikutnya. Penerapan cara mengajarkan
yang disampaikan siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Guru adalah pemakai atau pengguna masukan
tersebut. Misalnya, siswa senang sekali karena gurunya mengajar sudah
menggunakan komputer atau ada siswa yang begitu bangga karena
gurunya memberi kesempatan maju di depan kelas mendemonstrasikan
hasil karyanya. Berikut ilustrasi tentang jurnal belajar di SD.

Contoh Jurnal Belajar Peserta Didik di SD

Setelah gurunya membaca jurnal yang ditulis siswa tersebut, gurunya


menyadari beberapa kekeliruan yang selama ini dilakukan, yaitu tidak
memberi kesempatan bagi siswa untuk menampilkan hasil kerjanya dan
komputer yang ada di sekolah tidak pernah boleh disentuh oleh siswa.
Guru tersebut setelah menyadari kekeliruannya mulai memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kebolehannya di depan
kelas, mulai dari yang bernyanyi, membacakan puisi yang dibuat sendiri
sampai dengan

25
berpidato dihadapan teman-teman, memberikan kalungan bunga kepada
guru yang baru menikah.

Pengalaman  Pada pembelajaran pagi ini pembahasan


belajar mengenai kenampakan alam saya merasa senang
karena diajak guru untuk belajar diluar ruang
kelas untuk mengamati penampakan alam sekitar
sekolah.

 Pada hari ini saya sangat senang belajar


matematika karena saya diberi uang kertas oleh
pak guru dan disuruh mengukurnya serta diakhir
pembelajaran saya bernyanyi bersama teman-
teman tentang menabung.

Materi yang telah  Materi yang telah saya pahami pada pembahasan
dipahami kenampakan alam adalah kenampakan alam dan
kenampakan buatan yang ada di sekitar sekolah.

 Sekarang saya lebih paham bagaimana mencari


luas persegi panjang dari bangun-bangun datar
yang ada di sekeliling.

Materi yang belum  Pada pembahasan kenampakan alam materi


dipahami dengan yang belum saya pahami adalah kenampakan
menyebutkan alam dan buatan untuk daerah lain, kendala
alasan dan yang dihadapi karena tidak cukup waktu.
kendalanya
 Saya belum bisa menghitung luas daerah
persegi panjang dalam bentuk soal cerita.

Usaha/cara untuk  Karena waktu yang tidak cukup maka saya


mengatasinya mencari sendiri informasi kenampakan alam di

26
daerah lain yang saya inginkan.

 Karena saya tidak bisa menghitung luas


daerah persegi panjang dalam bentuk cerita,
tetapi saya malu bertanya kepada pak guru,
maka saya lebih senang bertanya kepada
teman.

Upaya pengayaan  Saya memperoleh informasi tentang


kenampakan daerah lain pada saat saya
bertamasya dengan orang tua.

 Saya bertanya kepada orang tua dan kakak di


rumah.

Penulisan Jurnal belajar

Sebelum menulis atau mengisi jurnal belajar, guru perlu menjelaskan


maksud dan tujuan penulisan jurnal tersebut. Siswa dibiasakan untuk
mengorganisasiikan ide-ide pokok atau bagian-bagian gagasan yang
hendak dituliskan. Guru tidak perlu melihat atau mengawasi siswa pada
saat menulis jurnal jika hal itu diperkirakan akan mengganggu ketenangan
siswa. Ketika ada siswa yang mempertanyakan tema, topik, atau masalah,
sebaiknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memutuskan sendiri apa yang hendak dituliskan dalam jurnal. Ada
kemungkinan siswa tertarik untuk menuliskan kesannya tentang metode,
cara, pendekatan dilakukan guru pada saat mengajar, yang dirasakan
oleh siswa sebagai sesuatu yang menakutkan dan itu baru disadari oleh
guru yang bersangkutan setelah membaca jurnal belajar siswa. Misalnya,
sebagian besar siswa merasa nilai yang diberikan oleh gurunya tidak
objektif, karena temannya yang menyontek tetapi mendapat nilai tinggi,
sementara siswa yang jujur malah diperlakukan seperti orang “pesakitan”.

CONTOH JURNAL BELAJAR

27
JURNAL BELAJAR PESERTA DIDIK

Saya mereaksikan beberapa macam zat


Pengalaman mengajar untuk menentuka cirri-ciri reaksi kimia
sederhana

Bermacam macam perubahan yang


tampak setelah 2 zat kimia direaksikan,
Materi yang telah
seperti timbulnya gelembung, berbau,
diajarkan
warna berubah, menjadi panas atau
dingin

Materi yang sulit Saya belum dapat menuliskan perubahan


dipahami oleh guru dan yang saya lihat menjadi sebuah kalimat
atau sulit diajarkan oleh
guru dengan
menyebutkan alasan dan
kendalanya

Usaha/ cara untuk Saya berusaha minta bantuan guru


mengatasinya dengan bertanya, tetapi guru malah
menyarankan saya untuk berdiskusi
dengan teman sekelompok

Upaya guru dalam Saya ingin mencari informasi tentang ciri


pengayaan materi ciri reaksi kimia ,bisa dari buku buku di
perpustakaan.

Kegiatan Belajar 3

Membuat Portofolio
Waktu : 4 jam (4x50 menit)

A. Pengantar
Portofolio digunakan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk
menampilkan karya terbaik, menunjukkan perkembangan suatu dalam
kurun waktu tertentu, maupun menunjukkan berbagai prestasi

28
maupun kompetensi seseorang (seperti juga portofolio untuk program
sertifikasi guru.

Portofolio merupakan kumpulan karya dari berbagai tugas yang


diberikan. Misalnya, guru ditugaskan membuat silabus, RPP, alat bantu
belajar, serta pedoman penskoran penilaian untuk masing-masing
kompetensi dasar dari 4 kompetensi dasar dari aspek yang berbeda.
Untuk masing-masing kompetensi tersebut, para guru juga diminta
menuliskan refleksi atas pembelajaran dan penilaian yang dilakukan,
dan meminta pengawas atau rekan guru untuk melakukan
pengamatan pada pelajaran yang dilakukan dengan mengisi lembar
pengamatan yang disediakan. Untuk melengkapi portofolionya, para
guru diminta menjelaskan penataan kelas yang mereka lakukan untuk
khusus pelajaran tersebut dan alasan mengapa ditata demikian, dan
mereka akan meminta kepala sekolah atau pengawas melakukan
penilaian dan memberikan komentar terhadap portofolio mereka.

Apakah Portofolio itu?

Portofolio merupakan kumpulan bahan yang mewakili karya


seseorang, biasanya merupakan karya terbaik atau yang menunjukkan
kemajuan dalam kurun waktu tertentu, yang juga bisa juga digunakan
sebagai bukti pencapaian suatu atau penguasaan kompetensi
tertentu.

Apa saja yang harus dimasukkan dalam portofolio?

Secara umum, guru diharapkan menyertakan dokumen perencanaan,


seperti silabus dan RPP, kemudian foto ataupun fotokopi alat bantu
pengajaran, refleksi pengajaran dan tata ruang kelas, serta rubrik atau
lembar pengamatan pembelajaran yang diisi oleh pengawas atau
rekan sejawat.

Pada saat menyusun portofolio, guru diharapkan mengelompokkan


dokumen-dokumen tersebut berdasarkan tema atau mata pelajaran.
Sebagai contoh, silabus, rencana pembelajaran dan penilaian dan lain

29
sebagainya dalam kelompok aspek-aspek dari mata pelajaran IPA atau
Bahasa Inggris. Sangat tidak disarankan, satu rencana pembelajaran
digabung dengan rencana pembelajaran lain, kemudian silabus satu
mata pelajaran dengan silabus lain. Penyusunan yang teratur akan
sangat membantu para pengguna, fasilitator atau assesor pada saat
melakukan penilaian.

Apakah tugas-tugas (silabus, RPP, dsb) harus dari kelas yang


diajar saat ini?

Semua tugas-tugas sebaiknya berdasarkan kelas yang anda ajar saat


ini dapat dijadikan bahan portofolio guru. Misalnya guru diharapkan
menulis minimal satu silabus untuk digunakan semester ini (atau
menyusun bersama pengajar lain dari kelas yang sama, atau bersama
guru lain dari gugus yang sama). Guru diharapkan mengajar dengan
menggunakan silabus yang telah disusun sebelumnya, menggunakan
alat bantu belajar yang dibuat sendiri, dan menggunakan penilaian
yang telah dikembangkan, semua ini akan dimasukkan dalam
portofolio. Guru diharapkan untuk menuliskan refleksi setelah
menggunakan/ mengaplikasikan apa yang disiapkan sebelumnya dan
meminta kepala sekolah atau pengawas untuk melakukan observasi di
kelas untuk melihat kemajuan dalam menggunakan semua itu.

Kami membuat silabus, dan rencana pembelajaran secara


bersama-sama pada pertemuan KKG. Bolehkah kami
menyerahkan semua itu?

Guru boleh menyerahkan silabus yang dibuat pada pertemuan KKG,


selama silabus tersebut memenuhi kriteria yang tertera pada rubrik
penilaian. Akan tetapi, guru diharapkan membuat RPP sendiri.

B. Tujuan

30
Kegiatan Belajar 3 ini bertujuan memberi motivasi kepada guru
untuk mendokumentasikan bukti fisik tugas-tugas sebagai pendidik
dan menyusun dokumen tersebut dalam bentuk portofolio. Setelah
menyelesaikan Kegiatan Belajar 3, guru diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan penyusunan
portofolio sebagai pendidik;
2. Merumuskan prosedur penyusunan portofolio pendidik;
3. Memenuhi persyaratan atau kriteria portofolio pendidik

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar


Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 ini, guru menggunakan
bahan, alat dan sumber belajar antara lain sebagai berikut.
1. Studi Kasus: Pembuatan portofolio untuk mendapatkan
pengakuan terhadap pengalaman kerja dan hasil belajar di KKG
bila yang bersankutan melanjutkan studi ke perguruan tinggi
(LPTK);
2. Contoh model portofolio guru, yang disusun berdasarkan
kegiatan sehari-hari dan kegiatan kelompok kerja guru (KKG atau
MGMP)
3. Handout: Pedoman Penyusunan Portofolio Pendidik;
4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar portofolio.

E. Langkah Kegiatan
Kegiatan Belajar 3, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan sebagai
berikut.

50’ 30’ 60’ 30’


Pemodelan Penetapan Standar
Portofolio dan Pembuatan
Pengantar dan Penyajian
Diskusi tentang Ciri- Portofolio Guru
Pengenalan Penyusunan
ciri portofolio ideal
Portofolio Guru Portofoilio Guru

1 2
3 4

30’
Penguatan dan
Penugasan
Pembuatan
31 Portofolio Guru
5

Untuk menyelesaikan Kegiatan Belajar 3, guru diharapkan melakukan


langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Pengantar (50 menit)

 Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang


kebijakan pemerintah tentang portofolio sebagai metoda untuk
menilai kinerja guru untuk kepentingan sertifikasi, dengan
merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul
ini
 Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi kepada
guru dalam rangka menyusun portofolio untuk kepentingan
melanjutkan studi ke LPTK. Fasilitator meminta peserta untuk
menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah berkaitan dengan
maraknya guru mengikuti seminar untuk kepentingan portofolio.
 Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman
peserta dalam menyusun portofolio untuk berbagai kepentingan.
 Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan
tulis temuan inti pengalaman peserta dalam pembuatan portofolio.

2. Penyajian Model Portofolio Pendidik (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi perencanaan dan pembuatan portofolio


pendidik, penilaian portofolio, peserta diminta membedakan antara
portofolio untuk sertifikasi pendidik dengan portofolio untuk kepentingan
melanjutkan studi ke LPTK, melalui berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian Model Portofolio untuk Sertifikasi.

Fasilitator menyajikan contoh kasus pembuatan portofolio untuk


sertifikasi (kalau ada di antara peserta yang telah lulus sertifikasi
pendidik berdasarkan penilaian portofolio akan lebih baik, jika belum
ada dapat mengundang guru lain yang bukan peserta). Fasilitator
menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh
peserta selama penyajian model portofolio untuk sertifikasi pendidik:

32
1) Apa manfaat adanya standar pembuatan portofolio pendidik?
2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh penilai atau pengguna portofolio
tersebut?
3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk membuat
portofolio dan memanfaatkan portofolio tersebut?
4) Apa manfaat portofolio bagi peserta pendidik?

Selanjutnya:

 Peserta diklat secara berkelompok mengkaji pembuatan portofolio


yang akan digunakan mendapatkan PPKHB (Pengakuan
Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar) dari LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam bentuk diskusi kelompok;

 Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan


kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya;

 Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok


lain menanggapi dan menambahkan.

Bahan Bacaan Kegiatan Belajar 3:

PORTOFOLIO GURU

Pendahuluan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi

33
peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut PP RI No.
19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, pendidik adalah
agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni
kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Kompetensi guru diartikan sebagai kebutuhan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
untuk memangku jabatan guru sebagai profesi.

Portofolio Guru
Portofolio guru adalah dokumen yang memuat kumpulan hasil kerjanya.
Portofolio menggambarkan kemampuan, talenta atau bakat dalam bidang
profesinya. Portofolio tersebut disusun oleh guru yang bersangkutan untuk
menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan kinerja dalam mengajar.
Portofolio digunakan sebagai bahan refleksi bagi guru. Hal ini benar
karena setelah mempelajari portofolio tersebut biasanya tergambar
kelemahan dan kelebihan sehingga guru dapapt mengevaluasi dirinya.

Hal-hal yang biasa dimuat atau dilampirkan dalam berkas yang disebut
portofolio guru disesuaikan dengan tujuan pengadaan dan penggunaan
portofolio tersebut. Tidak ada standar mengenai isi dari portofolio. Jika
tujuan pengadaan portofolio untuk melihat kemampuan guru, maka
biasanya portofolio berisi antara lain: filosofi guru yang bersangkutan
tentang pendidikan, rencana pembelajaran, surat rekomendasi, sertifikat,
piagam penghargaan, hasil karya tulis, jurnal belajar, laporan penelitian,
surat tugas tambahan, media pembelajaran, resume nilai yang diperoleh
dalam menempuh pendidikan guru, nilai atau hasil tes yang pernah
diikuti, seperti TOEFEL, kopi sertifikat pendidikan dan pelatihan yang
pernah diikuti, dan transkrip nilai.

Hal-hal yang ada dalam portofolio guru adalah:

 Latar belakang pendidikan;

34
 Pengalaman mengajar/masa kerja, jumlah jam mengajar, dan mata
pelajaran yang diampu;
 Sertifikat yang dimiliki , misalnya Hasil Tes Nasional, hasil tes uji
sertifikasi (kalau ada), Nilai TOEFEL dan lain-lain;
 Laporan hasil penelitian, karya tulis ilmiah, dan jurnal belajar jurnal;
 Jurnal belajar (jurnal belajar);
 Sertifikat yang dimiliki dalam rangka peningkatan kemampuan
personal atau peningkatan professional sebagai guru, misalnya
seminar, pelatihan yang diikuti, dan kegiatan lain yang berkaitan
dengan profesinya sebagai pendidik;
 Rencana pembelajaran, materi pembelajaran dan buku yang ditulis
untuk materi pembelajaran;
 Prestasi siswa dalam mata pelajaran yang diajarkan;
 Video yang menggambarkan proses pembelajaran yang dilakukan
guru tersebut (rekaman)
 Hasil pengamatan teman sejawat pada saat guru tersebut
mengajar;
 Refleksi tertulis tentang pembelajaran (Written reflections on
teaching).
 Foto-foto yang menggambarkan kegiatan guru tersebut pada waktu
mengajar atau mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran atau pendidikan.
 Deskripsi upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengajaran
 Silabus kursus yang diikuti
 Ringkasan hasil evaluasi terhadap pengajar oleh siswa
 Lain-lain

Beberapa hal yang sering salah kaprah mengenai portofolio guru adalah,
banyak orang beranggapan, bahwa portofolio guru sebagai folder yang
memuat seluruh kegiatan mengajar dan evaluasi. Memang idealnya,
portofolio guru adalah dokumen yang dibuat oleh guru yang bersangkutan
berkaitan dengan tugas-tugasnya atau menggambarkan proses

35
perkembangan yang dicapai dalam tugasnya sebagai pendidik, termasuk
perkembangan proses mengajar. Biasanya, portofolio guru juga dilengkapi
dengan lampiran-lampiran sebagai data tambahan atau informasi
pendukung yang dapat membantu tim penilai mendapatkan gambaran
yang lebih lengkap terhadap perkembangan tersebut. Semua data yang
disampaikan dalam portofolio dimaksudkan untuk menyakinkan tim
penilai bahwa yang bersangkutan secara akurat sudah mencapai tingkat
perkembangan tertentu yang digambarkan melalui berbagai bentuk
kegiatan dan informasi. Lampiran portofolio tersebut biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan atau bergantung pada penggunaan portofoilio
tersebut, misalnya saja dalam portofolio calon guru yang hendak diangkat
menjadi guru tetap, seperti pegawai negeri sipil, biasanya dilampirkan
rekaman video yang menggambarkan bagaimana guru tersebut dalam
mengelola pembelajaran atau saat mengajar atau bisa juga dilampirkan
rekaman wawancara yang menggambarkan pandangan guru tersebut
terhadap pendidikan dan pembelajaran, dan lain sebagainya. Sedangkan
ukuran portofolio itu sendiri sangat bervariasi, akan tetapi biasanya
berisikan sekitar 2 sampai dengan 10 halaman ditambah dengan
lampiran-lampiran sesuai dengan kebutuhan.

BAGAIMANA MENGGUNAKAN PORTOFOLIO GURU?

Portofolio guru adalah alat dalam dunia pendidikan, yang pada umumnya
digunakan dalam dua cara; Pertama, portofolio digunakan sebagai alat
pengukuran yang otentik dalam mengevaluasi efektivitas guru dalam
rangka pemberian lisensi mengajar (sertifikat kompetensi pendidik) atau
sebagai persyaratan apakah guru yang bersangkutan dapat diterima atau
tidak dapat diterima untuk menjadi guru (biasanya sebagai alat seleksi
penerimaan guru baru). Sebab walaupun yang bersangkutan telah lulus
dari lembaga pendidikan calon guru, masih perlu dibuktikan sejauh mana
yang bersangkutan layak untuk menjadi seorang guru. Kedua, portofolio
guru biasanya dipergunakan untuk mendapatkan umpan balik (masukan)

36
dalam rangka untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme
guru yang bersangkutan dalam mengajar. Misalnya saja, portofolio guru
tersebut digunakan oleh pengawas sebagai bahan untuk melihat sejauh
mana guru yang bersangkutan telah memenuhi standar kompetensi
sebagai pengajar dan apabila masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan
akan disampaikan kepada guru tersebut sebagai masukan untuk
meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik.

Berdasarkan kedua fungsi portofolio di atas, apakah portofolio cocok


digunakan sebagai alat untuk mensertifikasi pendidik di Indonesia?
Sebagai bentuk pengukuran yang otentik, portofolio guru memegang
peran yang sangat penting dalam keseluruhan evaluasi terhadap kinerja
guru. Di Amerika, sebagian besar universitas sekarang ini bahkan
menggunakan portofolio sebagai alat bantu (instrument) untuk
mengambil atau memmbuat keputusan yang berkaitan dengan personil.
Sebagian lembaga pemerintahan lebih cenderung menggunakan
portofolio guru sebagai alat perlengkap atau tambahan daripada
menggunakan pola-pola pengukuran yang bersifat tradisional, seperti tes
skolastik yang terstandar dan pengukuran melalui observasi.

Sebenarnya tidak disarankan menggunakan portofolio guru untuk hal-hal


yang sifatnya mengandung resiko tinggi, atau untuk dijadikan dasar
dalam membuat keputusan yang sangat penting, seperti halnya sebagai
alat ukur untuk mensertifikasi guru, akan tetapi kalau digunakan untuk
program peningkatan kompetensi masih dianjurkan. Mengapa tidak
dianjurkan, alasannya adalah karena unsur subjektivitas yang sangat
tinggi dalam menilai portofolio, variasi dalam hal isi dan bentuk dari
portofolio itu sendiri dan juga sampai sekarang, tidak ada satu
kesepakatan tentang apa yang seharusnya diketahui oleh guru dan apa
yang harus dapat dilakukan sebagai guru atau pendidik.

Umumnya dalam kegiatan pendidikan, yang banyak menggunakan


portofolio guru ádalah seperti, pendidikan calon guru (preservice).

37
Penggunaan portofolio tersebut untuk menambah bahan refleksi dan
menyediakan bahan-bahan yang menggambarkan perkembangan guru
tersebut. Portofolio biasanya menyediakan bahan untuk mengukur hal-hal
yang ada kaitannya di antara pilihan guru tersebut atau tindakannnya dan
outcome mereka dapatkan setelah menempuh pendidikan. Sebagai
tambahan, calon guru biasanya diminta untuk melengkapi portofolio, yang
isinya meliputi hal-hal penting selama mengikuti pendidikan guru,
pengalaman selama mengikuti pendidikan guru maupun setelah menjadi
guru. Biasanya portofolio tersebut dimaksudkan untuk memberikan
wawasan (konteks) yang luas atau untuk melihat pengalaman mengajar
dari berbagai sudut pandang.

BAGAIMANA MENILAI PORTOFOLIO GURU?

Portofolio yang akan dipergunakan sebagai alat untuk membuat


keputusan yang berkaitan dengan personil cenderung menjadi penilaian
(a higher level of scrutiny) tingkat tinggi dan apabila dilakukan secara
professional akan sangat bermanfaat. Penilaian ini sangat penting,
sebagai konsekuensinya penggunaan portofolio sebagai alat pengambil
keputusan untuk personil tertentu akan sangat riskan karena
kemungkinan portofolio yang sama apabila dinilai oleh dua orang atau
lebih bisa saja hasilnya berbeda.

Dilihat dari rangkaian pembuatan portofolio itu sendiri, proses


pembuatannya menunjukkan, bahwa portofolio adalah sesuatu yang
sangat unik, sangat pribadi dan dirajut berkaitan dengan individu yang
membuatnya. Sebagai alat untuk mebantu pengembangan
profesionalisme, portofolio dalam arti yang positif; sebagai alat bantu
dalam proses pengambilan keputusan untuk sampai pada keputusan
tentang seseorang atau pribadi tertentu, di mana tim penilai biasanya
mencoba melihat, mebandingkan individu tersebut dari berbagai sudut

38
pandang (biasanya dilihat dari beberapa aspek yang berbeda) sesuai
dengan permintaan. Kelemahan portofolio adalah tidak ada suatu standar
yang baku dan itu yang menjadi persoalan utama dalam penggunaan
portofolio guru. Kekurangan lainnya adalah selain tidak adanya standar
sebagai acuan yang baku, portofolio membutuhkan acuan dalam
pembuatannya atau kesepakatan tentang isi serta bentuknya. Kedua, hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan portofolio adalah subjektivitas
dalam mengevaluasi isi portofolio guru tersebut. Dalam berbagai hal
evaluasi terhadap kompetensi guru memang selalu subjektif. Pertanyaan
yang sering muncul dalam hal ini, bagaimana agar penilaian terhadap
portofolio itu tidak subjektif? Atau bagaimana agar penilaian portofolio itu
memiliki reliabilitas dan validitas yang memadai? Sering juga terjadi,
langkah yang diambil untuk mengatasi kekurangan dalam hal validitas
dan reliabilitas penilaian portofolio adalah membuat atau menggunakan
bentuk skla Likert sebagai acuan dalam menentukan kualitas,
berdasarkan apa yang tercantum dalam item tertentu. Pertanyaan
berikutnya adalah bagaimana mengelompokkan isi portofolio ke dalam
satu kategori, misalnya saja Rencana pembelajaran, kursus manajemen
yang diikuti masuk ke mana dan berapa bobotnya, kemudian juga ada
kesulitan dalam membuat peringkatnya, baik peringkat per aspek atau
kategori maupun peringkat secara keseluruhan.

Langkah-langkah Menerapkan Portofolio

1. Mulai perlahan-lahan, penggunaan portofolio harus disosialisasikan


secara cermat, baik mengenai pembuatan isi, bentuk dan
penggunaannya. Barangkali membutuhkan waktu 1 tahun untuk
mencoba menggunakan portofolio sebagai alat ukur. Dalam hal
portofolio digunakan sebagai alat untuk mensertifikasi guru di
Indonesia, juga membutuhkanpersiapan, sosialisasi terutama
kepada guru yang hendak disertifikasi tersebut. Perlu dibuat rambu-

39
rambu yang jelas tentang isi, bentuk dan penilaian yang dilakukan
terhadap portofolio tersebut.

2. Keberterimaan portofolio oleh masyarakat pengguna, sejauh mana


penggunaan portofolio untuk sertifikasi guru dapat diterima oleh
guru itu sendiri. Dalam beberapa hal pembuatan portofolio bisa
membutuhkan biaya, misalnya kalau guru diminta untuk
melampirkan rekaman video pembelajaran, selain tidak semua bisa
membuat rekaman yang baik berarti membutuhkan orang lain untuk
melakukan itu sehingga harus membayar pembuatan tersebut.
Begitu juga tim penilai harus memiliki keterampilan dalam menilai
portofolio, kalau tidak guru akan mengklaim atau protes terhadap
nilai yang diperoleh tersebut. Jadi kedua belah pihak harus
menerima penggunaan portofolio sebagai alat untuk mensertifikasi
kompetensi guru. Selain guru dan penilai, pengguna hasil penilaian
portofolio juga harus menerima, misalnya Departemen Pendidikan
Nasional sebagai stakeholder.

3. Guru harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan penggunaan


portofolio sebagai alat atau instrument dalam mensertifikasi
mereka. Jangan sampai guru tidak tahu apa dan bagaimana mereka
harus menyiapkan informasi yang diperlukan dalam portofolio
tersebut. Sedapat mungkin harus sudah jelas peringkat nilai setiap
aspek dan bobotnya. Guru harus merasa nyaman dan terbiasa
dalam mengikuti proses sertifikasi dengan membuat portofolio
sebagai instrumennya, jangan sampai merasa asing dengan
pembuatannya.

4. Komunikasi sangat penting, misalnya seorang guru ikut serta


program sertifikasi, seandainya yang bersangkutan tidak berhasil
maka guru tersebut berhak mendapatkan keterangan mengapatidak
berhasil dan kalau berhasil juga berhak mendapatkan nilai yang
diperoleh dari setiap aspek yang dinilai dalam portofolio tersebut.

40
Komunikasi di antara tim penilai dan guru harus terjalin dengan
baik. Guru harus tahu persis, secara eksplisit bagaimana portofolio
itu dinilai atau digunakan dan cara-cara memberikan skor terhadap
setiap aspek yang dinilai serta robot setiap aspek. Untuk itu
sebelum membuat portafolio sebagai alat untuk mensertifikasi guru,
seharusnya hal itu sudah dijelaskan kepada guru.

5. Model penilaian portofolio perlu dibuat dan diberikan lepada guru


sebelum guru tersebut diminta membuat portofolio mereka telah
melihat, mempelajari model portafolio yang ideal sebagai model.
Dengan adanya model tersebut akan semakin mudah bagi guru
dalam mempersiapkan portofolio atau digunakan sebagai contoh
dalam membuat portofolio yang sesungguhnya.

6. Isi portofolio harus betul-betul selektif, jangan sampai semua yang


dikerjakan oleh guru dimasukkan ke dalamnya, tetapi memuat hal-
hal yang betul-betul menggambarkan kapabilitas dan prestasi yang
dicapai.

7. Harus realistis, portofolio hanya satu bentuk, format atau model


penilaian. Oleh sebab itu portofolio seharusnya hanya digunakan
sebagai proses penilaian terhadap hal-hal yang sesuai dengan
keperluan tersebut.

Portofolio untuk Sertifikasi Pendidik


Uji kompetensi pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru
dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:

a. kualifikasi akademik;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. pengalaman mengajar;

41
d. hasil karya perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran;
e. penilaian dari atasan dan pengawas;
f. prestasi akademik;
g. karya pengembangan profesi; dan
h. keikutsertaan dalam forum ilmiah.

Penilaian kinerja dilakukan secara holistic (menyeluruh) yang mencakup


kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Guru yang telah terpilih untuk mengikuti uji kompetensi atau untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi tersebut, diminta untuk menyiapkan
portofolio yang berkaitan dengan kegiatan yang menggambarkan
kompetensi guru yang bersangkutan. Portofolio tersebut dibuat dalam
bentuk narasi, yang meliputi prinsip dasar pengajaran, riwayat
pengajaran, pengalaman dalam melakukan peneilaian, pelatihan tentang
paedagogis dan pengembangan professional dan tujuan pengajaran di
masa depan. Narasi tersebut biasanya juga dapat disertai data atau
informasi pendukung yang relevan, seperti silabus yang dikembangkan,
materi pengajaran, berbagai sertifikat yang dimiliki sesuai dengan
pelatihan yang diikuti dan transkrip nilai yang didapatkan dari universitas
atau perguruan tinggi yang meluluskan yang bersangkutan. Selain itu juga
dapat dilampirkan rekomendasi tentang efektivitas pengajaran yang
dilakukan oleh guru tersebut dan penilaian dari murid terhadap
pengajaran guru atau informasi penting lainnya yang dapat digunakan
sebagai pendukung.

Menyusun Portofolio

Dokumen-dokumen tersebut dapat dikembangkan berdasarkan panduan


rubrik yang ada pada mulai halaman 11. Panduan itu dapat membantu
mengarahkan dalam membuat portofolio. Untuk informasi lebih rinci anda
dapat melihat kembali panduan pelatihan PTS (Penelitian Tindakan

42
Sekolah) dan bahan-bahan bacaan di toolkits (Rangkaian alat bantu
pembelajaran).

Bagi yang mencari SKS (Satuan Kredit Semester), mohon untuk mengisi
sampul protofolio dan memberi tanggal dan menandatangani dan
sertakan daftar dokumen portofolio yang final dan menyerahkannya ke
MTT (Master Trainers forTeacher) . MTT akan mempelajari untuk
memastikan bahwa semua dokumen yang diharapkan sudah tercakup dan
juga memberi tanggal dan tanda tangan.

Portofolio anda diharapkan disusun seperti berikut :

1. Sampul Portofolio
2. Daftar dokumen yang sudah ditandatangani oleh guru dan MTT
3. Komentar Kepala Sekolah atau Pengawas
4. Denah (gambar atau foto) penataan kelas dengan penjelasannya
5. Kompetensi dasar dari aspek 1
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas atau
kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
6. Kompetensi dasar dari aspek 2
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan

43
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas atau
kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
7. Kompetensi dasar dari aspek 3
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas atau
kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran
8. Kompetensi dasar dari aspek 4
a. Silabus
b. RPP dengan LK, bahan-bahan. Dsb
c. Alat Bantu belajar (benda asli, deskripsi, gambar atau foto)
d. Refleksi (penilaian diri) terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan
e. Lembar pengamatan (rubrik) yang telah diisi oleh pengawas atau
kolega
f. Hasil karya anak yang dihasilkan dalam pembelajaran
g. Penilaian dan instrumen penskoran
h. Refleksi terhadap penilaian dan instrumen penskoran

Jika anda mempunyai pertanyaan tentang portofolio, silahkan bertanya


pada MTT atau fasilitator di daerah anda.

44
Saya, __________________________ dari ___ _________________ menyatakan bahwa
saya telah memasukkan

Nama Guru Sekolah

semua dokumen dalam portofolio di atas merupakan karya saya sendiri (RPP, alat
bantu belajar, penilaian, dsb.) atau bekerja sama dengan teman saya (silabus)
atau hasil dari apa yang telah saya lakukan (mis. karya anak, lembar
pengamatan, dsb. )

Tanda tangan Guru Tanggal

Saya, __________________________________ menyatakan bahwa saya telah


memeriksa kelengkapan dokumen

Nama MTT

portofolio ini.

Tanda tangan MTT Tanggal

45
REFERENCES

Clark, P. G. "Learning on Interdisciplinary Gerontological Teams."


EDUCATIONAL GERONTOLOGY 20, no. 4 (June 1994): 349-364. (EJ 485 857)

Cranton, P. UNDERSTANDING AND PROMOTING TRANSFORMATIVE


LEARNING. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.

Fitzgerald, L. F., and Weidner, H. Z. "The Use of Personal Narratives,


Literature, and Journals to Foster Caring in Nursing Students." Presented at
the Conference on College Composition and Communication, 1995. (ED 386
727)

Grennan, K. F. "The Journal in the Classroom." EQUITY AND EXCELLENCE


24, no. 3 (Fall 1989): 38-40. (EJ 412 581)

Holt, S. "Reflective Journal Writing and Its Effects on Teaching Adults." In


THE YEAR IN REVIEW, VOL. 3. Dayton: Virginia Adult Educators Research
Network, 1994. (ED 375 302)

McAlpine, L. "Learning to Reflect." ADULT LEARNING 3, no. 4 (January


1992): 15, 23-24. (EJ 437 121)

McIntyre, S. R., and Tlusty, R. H. "Computer-Mediated Discourse."


Presented at the American Educational Research Association conference,
1995. (ED 385 232)

Miller, C. et al. LEARNING STYLES AND FACILITATING REFLECTION. London:


English National Board for Nursing, Midwifery and Health Visiting, 1994. (ED
390 991)

Oaks, S. "Talking with One's Self." Presented at the Conference on College


Composition and Communication, 1995. (ED 385 850)

Paterson, B. L. "Developing and Maintaining Reflection in Clinical


Journals." NURSE EDUCATION TODAY 15, no. 3 (June 1995): 211-220. (EJ 507
736)

Perham, A. J. "Collaborative Journals." Presented at the National Council of


Teachers of English conference, 1992. (ED 355 555)

Perl, S. "Composing Texts, Composing Lives." HARVARD EDUCATIONAL


REVIEW 64, no. 4 (Winter 1994): 427-449. (EJ 492 462)

46
Roe, M. F., and Stallman, A. C. "A Comparative Study of Dialogue and
Response Journals." Presented at the American Educational Research
Association conference, 1993. (ED 359 242)

Schatzberg-Smith, K. "Dialogue Journal Writing and the Initial College


Experience of Academically Underprepared Students." Presented at the
American Educational Research Association conference, 1989. (ED 308 737)

Schneider, P. THE WRITER AS AN ARTIST. Los Angeles: Lowell House, 1994.

Sommer, R. F. TEACHING WRITING TO ADULTS. San Francisco: Jossey-Bass,


1989.

Surbeck, E.; Han, E. P.; and Moyer, J. "Assessing Reflective Responses in


Journals." EDUCATIONAL LEADERSHIP 48 (March 1991): 25-27. (EJ 422 850)

Walden, P. "Journal Writing: A Tool for Women Developing as Knowers."


NEW DIRECTIONS FOR ADULT AND CONTINUING EDUCATION no. 65 (Spring
1995): 13-20. (EJ 502 496)

47

Anda mungkin juga menyukai