Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI REMAJA TERHADAP

KEJADIAN DISMENORRHEA DI SMA 1 MOTUI TAHUN 2016

PROPOSAL

OLEH:

DEWI FEBRIANTY

NIM. B.O16.08.178

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEGA BUANA PALOPO

TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haid atau menstruasi merupakan proses fisiologis pada wanita yang

merupakan salah satu tanda penting dalam kehidupan wanita yang memasuki masa

pubertas, dimana pubertas adalah awal dari fungsinya ovarium suatu organ

reproduksi wanita. Menstruasi merupakan gambaran dari perdarahan periodik vagina

yang terjadi akibat pelepasan mukosa uteri yang berlangsung biasanya antara 3-5

hari dengan periodik rata-rata 28 hari dari permulaan menstruasi ke menstruasi

berikutnya, tetapi siklus ini mempunyai variasi yang cukup luas antara wanita yang

satu dengan yang lainnya. Walaupun menstruasi datang setiap bulan pada usia

reproduksi,banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik atau merasa

tersiksa saat menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan

fisik saat menstruasi yaitu dismenorrhea (Guris, 2007).

Dismenorrhea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi

selama menstruasi. Dismenorrhea dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare

dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan mabuk.

keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita mengalami

“kelumpuhan” aktivitas untuk sementara (Prayogis, 2010). Dismenorrhea terbagi 2

yaitu dismenorrhea primer dan dismenorrhea sekunder. Dismenorrhea primer yaitu

dismenorrhea yang terjadi tanpa disertai adanya kelainan ginekologis. Dismenorrhea

sekunder yaitu dismenorrhea yang berkaitan dengan kelainan ginekologis, baik

kelainan anatomi maupun proses patologis pada pelvis (Okparasta, 2003).


Kelainan yang selalu timbul tidak mungkin menyebabkan kematian

seseorang, tetapi hal ini akan sangat mengganggu syarafnya, kadang-kadang

sampai mengalami penderitaan yang menahun dan kronis (Prayogis, 2010).

Penyebab dismenorrhea bermacam-macam yaitu karena suatu proses

penyakit (misalnya radang panggul), endometriosis, tumor, atau kelainan letak

uterus, selaput dara atau vagina tidak berlubang, dan stres atau kecemasan yang

belebihan, tetapi penyebab yang tersering diduga karena terjadinya

ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ reproduksi.

Dismenorrhea banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat

diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorrhea, dan 10-15% diantaranya

mengalami dismenorrhea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu

melakukan kegiatan apapun. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja

yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenorrhea primer

(Prayogis, 2010).

Di Indonesia angka kejadian dismenorrhea sebesar 64.25% yang terdiri dari

54,89% dismenorrhea primer dan 9,36% dismenorrhea sekunder. Di Surabaya di

dapatkan 1,07%-1,31% dari jumlah penderita dismenorrhea datang kebagian

kebidanan (Prayogis, 2010).

Faktor biologi, perilaku dan sosial diduga berhubungan dengan kejadian

dismenorrhea. Faktor biologi antara lain umur, ras, riwayat reproduksi (umur

menarche, lamanya menstruasi) dan status gizi (Indeks Massa Tubuh). Keluhan

dismenorrhea akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan, kurang

nutrisi, peminum kopi, peminum alkohol, perokok, tidak aktif secara seksual, dan
tidak pernah melahirkan. Juga biasa dialami wanita yang dalam keluarganya ada

riwayat dismenorrhea (Astuti, 2005). Kegemukan dan kurangnya nutrisi dipengaruhi

asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun

elemen lain seperti besi,kalsium,dan beberapa vitamin ternyata masih kurang.

Di Sulawesi Tenggara khususnya di SMA kartika pada tahun 2013 pernah

diadakan penelitian mengenai pengetahuan remaja tentang dismenorrhea, dengan

hasil dari 140 orang responden yang diteliti 95 orang (67.85%) mempunyai

pengetahuan baik tentang nyeri haid dan 45 orang (32.14%) berpengetahuan kurang.

Olehnya itu, Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan dan status gizi remaja terhadap kejadian dysmenorrhea di SMA 1 motui

tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan

status gizi remaja terhadap kejadian dismenorrhea di SMA 1 Motui Tahun 2016”?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan dan status gizi remaja

terhadap kejadian dismenorrhea di SMA 1 Motui Tahun 2016

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui tingkat pengetahuan remaja terhadap kejadian dismenorrhea

di SMA 1 Motui Tahun 2017


b. Untuk Mengetahui status gizi remaja terhadap kejadian dismenorrhea di SMA 1

Motui tahun 2017

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

merencanakan program pelayanan kesehatan reproduksi bagi wanita khususnya

remaja dan mengembangkan program intervensi kesehatan untuk mengatasi

gangguan menstruasi khususnya dysmenorrhea

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman

dan kesadaran tentang status gizi dan dysmenorrhea

3. Manfaat bagi peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan

keilmuan dalam melaksanakan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai