Telah diperiksa dan dianggap telah memenuhi syarat sebagai Tugas Ilmiah
Mahasiswa Program Profesi Dokter pada Disiplin Ilmu Anestesi.
Menyetujui,
Pembimbing
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). 3
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan
dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh
kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan
luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.3
2.2 Epidemiologi
Pasien dengan luka bakar sangat meningkat selama 20 tahun terakhir, luka
bakar masih menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang besar. Evaluasi dan
manajemen yang tepat, ditambah dengan rujukan awal yang tepat untuk seorang
spesialis, sangat membantu dalam meminimalkan penderitaan dan mengoptimalkan
pebaikan.2
Di Amerika Serikat, kira-kira 1,25 juta orang dengan luka bakar datang ke
departemen gawat darurat setiap tahun. Di antaranya, 63.000 luka bakar ringan yang
dirawat terutama di bagian gawat darurat dan tambahan 6000 menderita luka bakar
berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit.2
Di Indonesia pasien dengan kasus luka bakar juga relatif banyak, khususnya
pada penduduk yang tinggal di daerah kumuh dan padat. Dari data yang diperoleh
dari Unit Luka Bakar Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta dari tahun 2009-
3
2010 didapatkan dari 303 pasien yang dirawat sebagian besar pasien dengan luas luka
bakar 20-50% adalah 45,87%.4
Laporan kasus luka bakar oleh Sumantri Sarimin di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo Makassar, jumlah kasus yang dirawat selama tahun 2006–2009
sebanyak 102 kasus, dengan angka kematian 9,2%, dan selama tahun 2010 jumlah
kasus jumlah kasus yang dirawat sebanyak 88 kasus dengan angka kematian 17,2%.
sebanyak 77 kasus danangka kematian 39%. 5
Luka bakar yang serius terjadi paling sering pada laki-laki (67%). Insiden
tertinggi luka bakar yang serius terjadi pada orang dewasa muda (20-29
tahun) diikuti oleh anak-anak usia dibawah 9 tahun. Usia lebih dari 50 tahun jumlah
paling sedikit luka bakar yang serius (2,3%). Penyebab utama luka bakar yang parah
adalah luka bakar api (37%) dan luka bakar cair (24%). Untuk anak-anak yang usia
dibawah 2 tahun tahun, luka bakar cair dan luka bakar permukaan panas
menyebabkan hampir semua luka bakar serius.1
4
panas yang dapat dijangkau anak-anak serta kurangnya edukasi untuk anak-anak
mengenai "aturan memanjat benda-benda dapur, apa yang harus dilakukan atau tidak
lakukan ketika orang tua memasak dan tentang benda-benda panas yang ada di
dapur”. 1
Kulit adalah organ tubuh yang terbesar. Ini memiliki 3 lapisan jaringan utama.1
a. Epidermis
5
b. Dermis
Di bawah epidermis adalah dermis, yang terdiri dari jaringan ikat padat
fibroelastik. Stroma mengandung kolagen dan serat elastis serta matriks ekstraseluler
disebut substansi dasar. Lapisan dermal mengandung jaringan vaskular dan saraf
yang luas, kelenjar khusus, dan pelengkap yang berhubungan dengan epidermis
atasnya. Dermis dibagi menjadi 2 bagian :
1. Bagian yang paling dangkal, dermis papillary, dibentuk berlawanan dengan
epidermis dan mengandung elemen superfisial mikrosirkulasi kulit. Ini terdiri
dari sel relatif, jaringan ikat longgar dengan kolagen dan serat elastis yang lebih
kecil dan lebih sedikit daripada yang mendasari dermis retikuler.
2. Bagian dalam dermis lapisan retikuler, jumlah kolagen dan serat elastis lebih
tebal dan lebih besar. Lebih sedikit sel dan lebih sedikit substansi dasar
ditemukan pada dermis retikuler daripada di papilla dermis. Ketebalan dermis
bervariasi dari 1-4 mm di daerah anatomi yang berbeda dan paling tebal di
punggung, diikuti oleh paha, perut, dahi, pergelangan tangan, kulit kepala,
telapak tangan, dan kelopak mata. Ketebalan bervariasi sesuai usia individu.
Tertipis pada usia tua, di mana kulit sering atrofi, dan pada usia muda, di mana
kulit tidak sepenuhnya berkembang.
3. Jaringan subkutan
Lapisan ketiga kulit adalah jaringan subkutan, yang terutama terdiri dari areolar
dan lemak jaringan ikat. Lapisan ini menunjukkan variasi ketebalan dan adiposa
yang sangat bervariasi.
4. Kelenjar Keringat
Ada 2 jenis kelenjar keringat di kulit : apokrin dan ekrin. Kelenjar apokrin
memiliki saluran yang menuju ke folikel rambut. Kelenjar apokrin sebagian besar
terbatas pada daerah aksila dan perineum dan tidak fungsional sampai setelah
pubertas. Kelenjar ekrin sederhana, melingkar, kelenjar tubular biasanya meluas
ke papilla dermis. Kelenjar ekrin duktusnya terbuka ke permukaan kulit secara
terpisah dari folikel rambut. Kelenjar ekrin ditemukan di seluruh permukaan
6
tubuh, kecuali pinggiran bibir, gendang telinga, permukaan bagian dalam
preputium, dan glans penis. Kelenjar sebasea adalah kelenjar alveolar sederhana
atau bercabang, biasanya terhubung ke folikel rambut. Kelenjar sebasea tidak
terhubung dengan folikel rambut terdapat di sepanjang tepi bibir, di puting, dan
preputium penis, dan di labia minora.
2.5 Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapileryang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meningkat. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bulla yang banyak elektrolit.
Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bulla yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. 3
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan
cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakkan terjadi
pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.3
Jaringan yang terbakar melibatkan koagulasi langsung dan reaksi
mikrovaskular di sekitar dermis yang dapat menyebabkan perluasan area cedera.
Cedera yang luas dikaitkan dengan respons sistemik disebabkan oleh hilangnya sawar
kulit, pelepasan mediator vasoaktif dari luka, dan infeksi berikutnya. Ini
menyebabkan secara klinis terjadi edema interstitial di organ jauh dan jaringan lunak,
dengan penurunan awal cardiac output dan laju metabolik.2
Setelah resusitasi berhasil, terjadi respon hipermetabolik, dengan hampir dua
kali lipat cardiac output dan pengeluaran energi istirahat. Glukoneogenesis yang
cepat, resistensi insulin, dan diikuti peningkatan katabolisme protein. Modifikasi
7
proses fisiologi ini melalui pemberian blokade beta adrenergik, suplementasi beta
adrenergik, agen antiinflamasi nonsteroid, recombinant growth hormone, steroid
androgenik, dan insulinlike growth factor 1 telah diusulkan untuk memodifikasi
fisiologi ini. Saat ini, data tidak mendukung rutinitas penggunaan terapi ini.2
8
2) Luka bakar derajat II, penyebab tersering adalah percikan air panas.
a. Superficial partial thickness :
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis.
o Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka
bakar grade I.
o Ditandai dengan bulla yang muncul beberapa jam setelah terkena luka.
o Bila bulla disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang
basah.
o Luka sangat sensitif dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan.
o Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu (bila tidak terkena
infeksi),tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
9
o Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
tulang.
o Penyebab tersering adalah terendam air panas, kobaran api di tubuh,
bahan kimia, dan sengatan listrik tegangan tinggi.
4) Luka Bakar derajat IV.
o Luka bakar menyebabkan kerusakan seluruh lapisan kulit dan jaringan
subkutan, dengan keterlibatan fasia, otot, tulang, atau struktur lainnya.
o Luka bakar derajat empat ini membutuhkan debridemen ekstensif dan
rekonstruksi yang kompleks jaringan khusus dan selalu menyebabkan
cacat berkepanjangan.
o Penyebab umumnya kontak yang terlalu lama dengan penyebab pada luka
bakar derajat tiga.
Penentuan luas luka bakar dengan bantuan rule of nine Wallace yang membagi
sebagai berikut: kepala dan leher 9%, lengan 18%, badan bagain depan 18%, badan
bagian belakang 18%, tungkai 36%, dan genetalia/ perineum 1%. Luas telapak tangan
penderita adalah 1% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak menggunakan
modifikasi rule of nine Lund dan Browder yang membedakan pada anak usia 15
tahun, 5 tahun, dan 1 tahun.6
10
Gambar 3. Lund and Browder Schema.8
11
e. Luka bakar listrik.
f. Luka bakar yang bersamaan dengan trauma ( seperti trauma kepala, trauma
intraabdomen, fraktur ).
g. Luka bakar pada pasien hamil.
h. Penyakit komorbid yang meningkatkan risiko pada luka bakar ( seperti
diabetes melitus, penggunaan kortikosteroid, imunosupresan ).
i. Luka bakar pada mata, telinga, wajah, tangan, kaki, sendi besar, dan genitalia.
12
Intubasi yang cepat, dapat menyelamatkan nyawa. Akses vaskular yang tepat dan
menggunakan alat monitor, kemudian selesaikan survei trauma sistematis,
termasuk foto-foto radiografi dan penelitian laboratorium yang ditunjukkan.
o Survei sekunder. 2
Selanjutnya dilakukan survei sekunder, termasuk penentuan mekanisme
trauma, evaluasi untuk ada atau tidak adanya trauma inhalasi dan keracunan
karbon monoksida, pemeriksaan luka bakar kornea, pertimbangan kemungkinan
penyalahgunaan, dan penilaian rinci tentang luka bakar. Yang paling penting
adalah mengetahi riwayat trauma dengan jelas pada evaluasi pertama dan
menyampaikan informasi ini ke tingkat perawatan selanjutnya.
Trauma inhalasi didiagnosis berdasarkan riwayat paparan pada ruang
tertutup dan adanya jelaga di nares dan mulut. Luka bakar pada wajah dilakukan
pemeriksaan hati-hati terhadap kornea, sebelum pembengkakan kelopak mata
yang dapat mengganggu pemeriksaan. Setelah evaluasi luka bakar, lakukan
resusitasi cairan dan membuat keputusan mengenai manajemen rawat jalan atau
rawat inap atau rujuk ke burn center.
b. Resusitasi Cairan
c. Resusitasi Cairan
Pasien luka bakar menunjukkan kebocoran kapiler secara bertahap, yang
meningkat sesuai ukuran trauma, lambatnya dimulai resusitasi, dan kemungkinan
adanya trauma inhalasi untuk 18-24 jam pertama setelah trauma. Karena
perubahannya berbeda pada setiap pasien, resusitasi cairan dapat menggunakan
rumus sebagai panduan. Ketidaktelitian pada rumus membutuhkan reevaluasi
terus menerus dan penyesuaian infus berdasarkan target resusitasi.2
Resusitasi cairan intravena dimulai jika luka bakar : 7
a. > 10% pada anak.
b. > 20% pada orang dewasa.
13
Formula yang diusulkan guidelines. Masih diperlukan penyesuaian berdasarkan
gambaran klinis dari pasien.3,7
o Untuk orang dewasa, 24 jam pertama
Parkland formula : 4 mL/Kg/ % luka bakar TBSA, Ringer Laktat.
Modified Brooke’s formula : 2 mL/Kg/ % luka bakar TBSA
Setengah dari hasil perhitungan diberikan 8 jam pertama, dan sisanya
diberikan 16 jam berikutnya.
o Untuk anak-anak, 24 jam pertama
Galveston’s formula 2000 mL/m2 body surface area + 5000 mL/m2 burned
TBSA, Ringer Laktat.
Perkiraan body surface area pada anak :
Body surface (m2)=[4x body weight (kg) +7] / [90+ body weight (kg)].
Universitas Texas Southwestern group di Dallas melakukan
penelitian retrospektif 35 tahun dan meninjau tentang formula Parkland
yang sering digunakan sebagai panduan terapi cairan dalam tahap awal luka
bakar kritis. Standar lama untuk resusitasi luka bakar baru-baru ini telah
dikritik oleh beberapa studi, dan dilakukan ulasan yang mendalam bahwa
pasien luka bakar sering menerima jumlah cairan yang lebih besar dari yang
diperkirakan. Akurasi formula Parkland masih dipertanyakan. Resolusi
perdebatan ini penting, karena banyak pusat luka bakar memiliki 'protokol'
penerapan formula untuk resusitasi.8
Penelitian lain melaporkan resusitasi pasien luka bakar yang melebihi
250 mL / kg umumnya terjadi hipertensi intra-abdominal dan sindrom
kompartemen perut. Sementara dengan menggunakan rumus Parkland
menunjukkan hanya 1% insiden sindrom kompartemen perut, bahkan pada
luka bakar yang melebihi 40% TBSA, di mana volume resusitasi yang
diberikan melebihi 250 mL / kg, ringkasnya bahkan dengan menggunakan
rumus Parkland pun tidak memenuhi standar yang ditetapkan ilmu klinis.
Pasien umumnya mendapatkan volume cairan yang lebih banyak dari
14
perhitungan dengan formula Parkland. Formula Parkland direkomendasikan
hanya untuk resusitasi awal, sedangkan untuk pemberian cairan berikutnya
dititrasi sesuai dengan urin output.8
Pernyataan konsensus ABA (American Burn Association) mengenai
resusitasi luka bakar atau syok. Dari penelitian kontemporer khususnya, tidak
ada "Standar" untuk pasien pendekatan resusitasi luka bakar. Namun,terdapat
sejumlah "pedoman" didukung oleh evidence yang kurang kuat. Tidak ada
parameter resusitasi yang diarahkan untuk mengatur kebutuhan cairan
individu dengan formula, lebih baik menilai dengan parameter hemodinamik
rutin dan output urin yang memadai.8
Kateter urin sebaiknya digunakan sebagai monitoring pada luka bakar
berat dengan atau tanpa luka bakar perineal. Target urinary output orang
dewasa 30-50 mL/jam dan anak-anak 1-2 mL/kg/jam. Target berat jenis urin
1015. Pada kasus luka bakar listrik dan trauma inhalasi, target urinary output
menjadi dua kali lipat dari perhitungan di atas.7
Kondisi yang Membutuhkan Cairan Lebih
o Trauma penyerta.
o Pasien alkoholik.
o Trauma inhalasi.
o Resusitasi cairan yang lambat atau tidak adekuat, dehidrasi.
o Luka bakar listrik.
Kateter urin sebaiknya digunakan sebagai monitoring pada luka bakar berat
dengan atau tanpa luka bakar perineal. Target urinary output orang dewasa 30-50
mL/jam dan anak-anak 1-2 mL/kg/jam. Target berat jenis urin 1015. Pada kasus
luka bakar listrik dan trauma inhalasi, target urinary output menjadi dua kali lipat
dari perhitungan di atas.7
15
d. Cairan yang digunakan pada resusitasi awal
o Kristaloid.9
Literatur tentang jenis kristaloid yang paling cocok untuk luka bakar terbatas.
Menurut definisi, formula Parkland menggunakan RL, yang cairan pilihan
resusitasi luka bakar. Hanya dua studi observasional yang membandingkan
berbagai tipe kristaloid pada pasien luka bakar, dan hanya satu
membandingkan dua solusi isotonik yang seimbang.
Pada 2006, Oda dan rekan-rekannya mempelajari 36 pasien luka bakar
dengan> 40% BSA terbakar dan tidak ada cedera inhalasi asap yang parah.
Tujuan penulis adalah untuk menganalisis perkembangan sindrom
kompartemen perut dan hubungannya dengan resusitasi cairan awal.
Berdasarkan fakta serum yang hipertonik mengurangi kebutuhan cairan,
penulis merancang suatu studi membandingkan resusitasi awal dengan RL vs
hipertonik laktat saline, dengan urin output 0,5 ml /kg /jam . Pasien yang
diberikan laktat saline menerima jumlah cairan yang jauh lebih kecil
dibanding RL. Lebih lanjut, peak abdominal pressure and peak inspiratory
pressure dalam 24 jam pertama lebih rendah pada kelompok yang
menggunakan saline. Hanya sekitar 14% pasien yang menerima laktat saline
berkembang menjadi sindrom kompartemen perut sedangkan pada kelompok
yang menggunakan RL 50%.
Pada 2013 penelitian observasional retrospektif-prospektif oleh Gille
dkk dengan kualitas evidence yang rendah, diperoleh Pasien yang menerima
RA memiliki kecenderungan awal skor Sequential Organ Failure Assessment
(SOFA) yang lebih rendah. Tapi kelompok yang menerima RA hanya
membutuhkan koloid, Packed Red Cell, dan transfuse plasma dalam jumlah
kecil. Konsentrasi laktat meningkat pada Kelompok RL pada hari 1–3. Aset
Ringer terkait dengan yang lebih tinggi kejadian trombositosis, tetapi tidak
ada kejadian trombotik dijelaskan. Durasi perawatan di rumah sakit lebih
rendah pada kelompok yang menerima RA. Cairan isotonic terbukti lebih
16
unggul untuk resusitasi cairan, RA tampaknya menjadi pilihan utama untuk
penggantian cairan dalam jumlah besar. Masih dibutuhkan penelitian lebih
lanjut untuk membandingkan penggunaan RA atau RL pada resusitasi awal.
o Koloid.9
Penggunaan koloid pada pasien luka bakar masih kontroversi. Koloid adalah
cairan yang mengandung makromolekul, dan memiliki efek ekspansi yang
lebih besar dari kristaloid. Koloid memiliki dua komponen yaitu alami
(plasma dan albumin ) atau sintetis (HES dan gelatin). Gelatin adalah koloid
sintetis yang digunakan dalam luka bakar, menjadi hanya opsi yang tersedia
setelah adanya peringatan penggunaan HES. Tetapi kapasitas ekspansinya
lebih rendah dibandingkan dengan HES, dan efeknya berhenti 1 jam
setelahnyapemberian. Two meta-analyse diterbitkan tahun 2012
menyimpulkan gelatin tidak memiliki kelebihan dibanding kristaloid, dan
keselamatan untuk penggunaannya tidak dapat dikonfirmasi. Tidak ada
penelitian memastikan keselamatan penggunaannya pada pasien luka bakar.
e. Kriteria Merujuk
Setelah pasien dievaluasi dan hemodinamik stabil dan pertukaran gas
dipastikan aman, selanjutnya evaluasi luka bakar dengan baik. Evaluasi dimulai
dari luas luka bakar, kedalaman, dan luka bakar sirkumferensial.2 Kriteria
American Burn Association untuk merujuk ke rumah sakit Burn Center : 6
o Derajat keparahan luka bakar sedang.
o Luka bakar derajat III >5%.
o Luka bakar derjat II atau III pada wajah, telinga, mata, tangan, kaki, dan
genitalia/perineum.
o Cedera inhalasi.
o Luka bakar listrik atau petir.
o Luka bakar dengan trauma, jika trauma lebih beresiko maka sebaiknya dirujuk
ke pusat trauma terlebih dahulu.
17
o Penyakit penyerta yang mempersulit managemen luka bakar.
o Luka bakar kimia.
o Luka bakar sirkumferensial.
2.9 Kebutuhan Kalori.
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan.
o TKTP diberikan oral secepat mungkin
o Kebutuhan kalori menurut Formula Curreri :
o Dewasa = 25 cal/KgBB + 40 cal% LB
o Anak = 60 cal/KgBB + 35 cal% LB, Roboransia berupa vit C
(setelah 2 minggu), vit b, vit A 10.000 IU.
Petunjuk perubahan cairan : 6
o Pemantauan urin output tiap jam.
o Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral.
o Kecukupan sirkulasi perifer.
o Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi.
o Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa.
18
o Instruksi segera kembali.
o Follow up jangka panjang.
Perawatan di rumah sakit, umumnya dibagi menjadi 4 fase : 1) evaluasi awal
dan resusitasi, 2) eksisi luka dan biologic closure, 3) Menutup luka secara definitive,
4) Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
o Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier
pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan
pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk
mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.3
o Luka bakar derajat II ( superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan
perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami
(Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan
sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra).
o Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan
cangkok kulit (early exicision and grafting ).
2.12 Antimikroba
Luka bakar mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka, Bila jumlah kuman
sudah mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam
jaringan yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan
mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian
antimikroba ini dapat secara topikal atau sistemik.3,6
19
Pemberian terapi antimikroba topikal dalam bentuk salep atau cairan
kompres/rendam seperti: Silver- Sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate,
Povidone-Iodine, Bacitracin, Neomycin, Polymyxin B, dan antifungal seperti nystatin,
mupirocin, dan preparat herbal seperti Moist Exposed Burn Ointment/Therapy
(MEBO/ MEBT).6
o MEBO/MEBT.
Merupakan antimikroba broad spectrum berbentuk ointment dari preparat
herbal yang terdiri dari beta sitosterol, bacailin, berberine yang berperan sebagai
analgetik, anti inflamasi, anti mikroba, dan menghambat pembentukan jaringan parut.
Toxisitas dan efek samping belum pernah ditemukan.3,6
Preparat ini juga mengandung amino acid, fatty acid, dan amylase yang
memberikan nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit. Preparat ini merangsang
pertumbuhan potential regenerative cells (PRCs) dan sel punca (stem cell) untuk
penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya jaringan parut, mengurangi
kebutuhan untuk skin graf, Kontrol infeksi dengan membuat suasana yg jelek untuk
pertumbuhan kuman, bukan dengan membunuh kuman.3,6
MEBO/MEBT idealnya diberikan dalam 4- 12 jam pertama setelah paparan
panas. Kelembaban pada preparat ointment akan mengoptimalkan kondisi
penyembuhan luka. Penutupan luka dengan kompres saline dapat berikan bersamaan.
Aplikasi MEBO/ MEBT dilakukan setiap 6 jam secara teratur, tanpa pembersihan
dengan desinfektan atau debridemen luka.3,6
o Madu
Madu memiliki sifat osmolaritas yang tinggi dan sebagai antibakteri yang
efektif untuk dijadikan terapi topikal untuk penyembuhan luka bakar akibat
kandungan zat yang ada di dalamnya. Rata-rata madu tersusun atas 17,1% air, 82,4%
karbohidrat total, 0,5% protein, asam amino, vitamin dan mineral. Sebagai agen
penyembuh luka, madu memiliki empat karakteristik yaitu: tinggi kandungan gula,
kadar kelembaban rendah, asam glukonik (lingkungan asam pH 3,2-4,5) dan
20
hydrogen peroksida. Madu juga mengandung enzim invertase untuk katalisator
sukrosa, glukosa dan fruktosa. 4
Madu sebagai media hiperosmolar dan mencegah pertumbuhan bakteri,
karena viskositas yang tinggi, dapat membentuk penghalang fisik, dan adanya enzim
katalase memberikan madu kandungan antioksidan. Nutrisi yang terdapat pada madu
meningkatkan substrat di lingkungan setempat mempercepat proses epitelisasi dan
angiogenesis.4
2.14 Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan
iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan,
dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler
pada jarijari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan
daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada
bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat
dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang membuka
keropeng sampai penjepitan bebas.3
21
2.15 Komplikasi
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali
sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar : 3
o Infeksi dan sepsis
o Oliguria dan anuria
o Oedem paru
o ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
o Anemia
o Kontraktur
o Kematian
22
BAB III
KESIMPULAN
Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal. Luka
bakar ringan bisa mendapatkan rawat jalan. Luka bakar sedang mendapatkan
perawatan di rumah sakit, dan luka bakar berat harus dirawat di rumah sakit atau
mendapatkan perawatan dari unit luka bakar / burns center.
23
DAFTAR PUSTAKA
24