TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
2017
PANDUAN PRAKTIKUM
PENGAWASAN MUTU HASIL TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
TIM PENGAJAR MATA KULIAH:
2
HALAMAN PEGESAHAN
La Ode Arsad Sani, S.Pt, M.Sc Prof. Dr. Ir. Harapin Hafid, M.Si
NIP : 19731231 199903 1 005 NIP: 19670511 199303 1 005
3
KATA PENGANTAR
Panduan ini disusun dari berbagai literatur yang berkaitan dengan Ilmu
Pengawasan Mutu Hasil Ternak. Kehadiran buku panduan ini diharapkan menjadi
petunjuk bagi mahasiswa Program Studi Peternakan dalam melaksanakan praktikum.
Dengan demikian pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan terarah.
Kepada Anggota Tim Penyusun, ibu Fitrianingsih, S.Pt, M.Sc, drh. Yamin
Yaddi, dan drh. Purnaning Dhian Isnaeni yang sudah berkerja dengan baik membantu
dengan penuh kreativitas dan kesungguhan dalam penyusunan panduan praktikum ini,
diucapkan terimakasih. Semoga buku panduan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa yang
menggunakannya, dan segala saran kontruktif untuk penerbitannya kedepan akan
penulis terima dengan senang hati. Semoga capaian ini mendapat berkah dan bernilai
pahala disisi Allah Subhanahu Wata’ala. Amiin.
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
5
I. PRAKTIKUM PEMERIKSAAN DAGING
A. Latar Belakang
Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang penting. Menurut SNI
3932:2008, pengertian daging adalah bagian otot skeletal dari karkas sapi yang
aman, layak, dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar,
daging segar dingin, atau daging beku. Selain itu daging juga berpotensi
menularkan penyakit karena daging mengandung zat-zat yang berguna bagi
perkembangan mikroorganisme penyakit, sehingga pemeriksaan kualitas daging
mempunyai kedudukaan yang penting bagi kesehatan.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan pemeriksaan kualitas daging.
C. Luaran
Mahasiswa memiliki kemampuan pemeriksaan kualitas daging dengan metode yang
telah dipraktikkan.
D. Materi Praktikum
Alat
- Cawan porselen
- Penangas air
- Tabung erlenmeyer dengan sumbat karet yang diberi pengait/kawat
- Cawan petri dengan diameter 100 mm
- Alat bor daging
- Warner – Bratzler Shear
- kertas saring
- 2 plat kaca
- alat pemberat 35 kg.
- waterbath suhu 95oC dan 20oC
- kaleng dan pembuka kaleng
- saringan
- mangkok
- tabung reaksi 10 ml
- pipet drop
- timbangan digital
- mortar
- gelas beker 25 ml
- pengaduk kaca
6
- gelas objek
- mikroskop
- pipet berskala
- balb pipet
Bahan
- sampel daging sapi/daging ayam
- Larutan HCl
- Alcohol 96%
- Ether
- Asam laktat
- Kertas lakmus
- Kertas saring
- adonan sosis
- bakso
- KMnO4 1 N
- Aquadest
- KIT test Boraks (easy test boraks)
- Kunyit
- Tusuk gigi
- Methilen blue
- Asam sulfat pekat
- Methanol/Ethanol
7
2. Uji cair : lemak dipotong kecil-kecil sebanyak 20 gram dan dicairkan dalam
cawan porselin di atas penangas air. Kemudian dicium baunya dan biarkan
beku kembali.
3. Uji didih : didihkan air dalam bejana tertutup kemudian masukkan daging
setebal 2 cm. Tutup diangkat dan dicium baunya. Kemudian daging
dikeluarkan disayat dan dicium baunya.
Sumbat karet
Sampel daging
reagen
A B
8
Adanya Gas Putih
Gambar 2 Hasil uji Eber negatif (A) dan Hasil Uji Eber positif (B) (Dengen 2015)
3. Pemeriksaan keempukan
Metode Warner – Bratzler : metode ini sangat sering digunakan untuk
mengukur keempukan daging. Sampel yang diperiksa biasanya dimasak terlebih
dahulu. Beberapa cara memasak yang biasa digunakan adalah:
- Digoreng
• Jika sampel dalam keadaan beku, maka defrost sampel sampai 38oF
• Sampel daging digoreng dalam minyak dengan suhu 300oF
• Tunggu sampai suhu internal sampel mencapai :
Suhu 170oF pada daging sapi dengan ketebalan 0,75 inchi
Suhu 155oF pada daging sapi/babi dengan ketebalan 0,5 inchi
• Masukkan ke dalam oven yang telah dipanaskan pada suhu 200oF
selama 5 menit
- Dipanggang atau di ‘grill’
• Jika sampel dalam keadaan beku, maka defrost sampel sampai 38oF
• Sampel daging dengan ketebalan 0,75 inchi dipanggang/grill pada suhu
100oF selama 30 menit
- Direbus dengan sedikit air
• Jika sampel dalam keadaan beku, maka defrost sampel sampai 38oF
• Sampel daging dengan ketebalan 0,75 inchi direbus selama 45 menit
atau tunggu hingga suhu internal mencapai 100oF (biasanya selama 20
menit, tergantung ketebalan sampel)
Perlakuan sampel
• Sampel dibor dengan alat yang sudah tersedia sejajar dengan serat
sampel. Sampel daging sapi/babi dibor 1 inchi di 3 lokasi (medial,
sentral, dan lateral). Masing-masing lokasi sebanyak 3 sampel.
9
• Sampel daging yang sudah berupa silinder kemudian diukur daya
putusnya menggunakan Warner – Bratzler Shear.
Gambar 3 Alat bor daging dan mata bor (Wheeler et al, 2015)
Gambar 4 Cara mengukur daya putus daging menggunakan Warner – Bratzler Shear
(Wheeler et al, 2015)
Penilaian
Keempukan yang diterima adalah 7,5 – 10 kg per inchi sampel
4. Pemeriksaan pH
- Metode kertas lakmus
Kertas lakmus ditempelkan pada sampel daging atau pada cairan sampel
daging kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi dengan mencocokkan
nilai pH pada warna standar kertas lakmus yang tersedia.
10
Keterangan :
1-6 : asam
7 : netral
8-14 basa
11
Tabel 1 pH normal daging setelah disembelih berdasarkan jenis hewan
Jenis hewan pH normal 24 jam setelah disembelih
Anak sapi baru lahir 5,8 – 6,0
Anak sapi yang lebih tua 5,7 – 5,8
Sapi 5,9 – 6,0
Domba 5,9 – 6,0
Kuda 5,8 - 5,9
Babi 6,0 – 6,2
Sumber : Sumber : Prawesthirini et al. 2009)
5. Pengukuran daya ikat air oleh protein daging dan pengukuran susut masak
a. Pengukuran daya ikat air oleh protein daging
Daya ikat air oleh protein adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya
atau air yang ditambahkan selama ada pengaruh dari luar misalnya
pemotongan daging, pemanasan, penggilingan, dan tekanan.
Cara pengukuran daya ikat air oleh protein daging antara lain :
• Metode Graw dan Hamm (1972)
Prinsipnya : dengan melakukan pengepresan pada tekanan tertentu maka air akan
dilepaskan ke kertas saring yang digunakan untuk pengepresan. Cairan pada
kertas saring membentuk lingkaran yang jumlahnya sama dengan air yang tidak
terikat pada bahan.
Alat : kertas saring, 2 plat kaca, alat pemberat 35 kg.
Cara kerja :
- Ambil sampel daging sebanyak 0,3 gram
- Tekan sampel daging dengan alat pemberat pada kertas saring diantara 2 plat
kaca selama 5 menit
- Area basah diukur dalam cm2 (area basah diukur dengan mengurangi area
total dengan area yang tertutup sampel daging).
- Kandungan air sampel daging dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
( )
Mg H2O = – 8,0
,
12
• Metode Gheong dan Fischer (1970) dengan cara sentrifuse
Pada prinsipnya air yang tidak terikat dalam daging akan dilepaskan pada
saat pemanasan dan sentrifugasi. Jumlah air yang terpisah dari daging sama
dengan jumlah air yang hilang waktu masak (daya ikat air oleh protein
daging).
Cara kerja :
- Timbang 20 gram sampel daging dan masukkan dalam tabung sentrifuse
khusus untuk pengukuran daya ikat air oleh protein kemudian ditutup.
- Panaskan pada suhu 70oC selama 30 menit kemudian dinginkan selama 5
menit.
- Sentrifuse dengan kecepatan 1000 rpm.
- Air yang terpisah kemudian dibaca menggunakan skala yang terdapat
dalam dinding tabung sentrifuse.
- Cara menghitung daya ikat air total :
13
( )
% susut masak = x 100%
! " (# )
A B
Gambar 8 Warna kertas uji positif (A) dan warna kertas uji negatif (B)
(Widayat 2011).
• Uji nyala api
- Pada cawan porselen masukkan bahan yang akan diuji
- Tambahkan 1 ml asam sulfat (H2SO4) pekat
- Tambahkan 5 ml methanol atau ethanol
- Bakar dengan api
- Hasil positif ditunjukkan dengan nyala api dengan pinggiran berwarna
hijau.
15
- Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000X dengan menggunakan
minyak emersi
- Lakukan penilaian sebagai berikut:
• Pada daging segar biasanya tidak didapakan bakteri
• Pada permulaan pembusukan tidak selalu terlihat bakteri dalam jumlah
besar
• Pada daging busuk terlihat bakteri dalam jumlah besar
16
II. PRAKTIKUM PEMERIKSAAN TELUR
A. Latar Belakang
Telur merupakan salah satu sumber protein yang penting bagi manusia dan
harganya relative murah. Berdasarkan SNI 3926:2008 telur ayam konsumsi
merupakan telur ayam yang belum mengalami proses fortifikasi, pendinginan,
pengawetan, dan proses pengeraman. Karena kandungan telur yang baik untuk
manusia, perlu dilakukan pengawasan terhadap mutu telur.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan keadaan fisik telur dan kualitas isi
telur.
C. Luaran
Mahasiswa memiliki keterampilan untuk memeriksa keadaan fisik telur dan kualitas
telur dengan menggunakan metode yang telah dipraktikkan.
D. Materi Praktikum
Alat
- Lempeng kaca
- Jangka sorong
- Spherometer
- Timbangan telur
- Yolk colour fan
Bahan
- Telur ayam kampung,
- Telur ayam ras
- Telur itik
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum
1. Pemeriksaan keadaan fisik telur
Keadaan fisik telur mencakup :
a. Ukuran : berat, panjang, dan lebar
b. Warna : putih, agak kecoklatan, coklat
c. Kulit : tipis dan tebal
d. Bentuk : bulat dan lonjong
17
A B
Gambar 9 Bentuk ideal telur (A) dan bentuk abnormal telur (B)
18
Kesegaran isi telur juga dapat dinilai dengan melihat kondisi kuning telur dan
putih telur yang kental berada dalam keadaan membukit apabila telur dipecah
dan isinya diletakkan pada permukaan datar dan halus (misanya kaca).
Mengukur tinggi kuning dan ketebalan putih telur dapat menggunakan
mikrometer.
19
Gambar 11 Perbandingan kualitas isi telur (indeks kuning telur, indeks putih
telur, dan haugh unit
(http://www.ams.usda.gov/AMSv1.0/getfile?dDocName=STELDE
V3004502)
- Telur dengan kualitas paling baik (1-3) : (1) telur kualias ‘AA’ tinggi; (2)
telur kualias ‘AA’ sedang; (3) telur kualias ‘AA’ rendah.
- Telur dengan kualitas baik (4-6) : (4) telur kualias ‘A’ tinggi; (5) telur
kualias ‘A’ sedang; (6) telur kualias ‘A’ rendah.
- Telur dengan kualitas kurang baik (7-9) : (7) telur kualias ‘B’ tinggi; (8)
telur kualias ‘B’ sedang; (9) telur kualias ‘B’ rendah.
Indeks Kuning Telur (IKT) adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan
garis tengah kuning telur. Telur segar mempunyai IKT = 0,33 – 0,50 dengan
rata-rata 0,42. Semakin lama umur telur IKT menurun karena penambahan
20
ukuran kuning telur akibat perpindahan air (dari putih ke kuning telur). Standar
IKT adalah : 0,22 = jelek; 0,39 = rata-rata; 0,45 = tinggi.
Indeks Putih Telur adalah perbandingan – perbandingan putih telur (albumin)
kental dengan rata-rata garis tengahnya. Pengukuran dilakukan setelah kuning
telur dipisahkan dengan hati-hati. Telur yang baru mempunyai indeks putih
telur antara 0,0050 – 0,174 tetapi biasanya berkisar antara 0,090 dan 0,120.
Indeks putih telur menurun selama penyimpanan karena pemecahan ovomucin
yang dipercepat oleh naiknya pH.
Haugh Unit dinyatakan dengan rumus :
Keterangan :
H : tingi putih telur
W : berat telur
G : 32
21
III. PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUALITAS SUSU
22
D. Materi Praktikum
Alat
- Tabung reaksi
- Tabung reaksi 25 ml dengan penyumbat
- Kertas putih
- Tabung Erlenmeyer 250ml, 500ml
- Corong dan botol
- Kertas saring
- Standar besi
- Penjepit kayu
- Penangas air
- Api Bunsen
- Tabung ukur 250 ml
- Laktodensimeter
- Gelas ukur 250 ml
- Thermometer
- Pipet steril 0,5 ml, 1 ml, dan 20 ml
- Tabung reduktase steril dengan penyumbat.
- Tabung katalase steril
- Kapas untuk penyumbat
- Inkubator
- Lavibond tintometer
Bahan
- Alcohol 70%
- Larutan methylen blue
larutkan 5 ml larutan pekat methylen biru dengan akuades sampai homogen
hingga mencapai 200 ml.
- Susu segar/Susu pasteurisasi
- Larutan H2O2 0,5%
- Folin ciocaltean phenol
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum
1. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis susu merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
panca indera secara langsung. Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, kekentalan,
dan rasa susu. Pada prinsipnya, perubahan warna, bau, kekentalan, serta rasa
susu merupakan indicator berubahnya kualitas susu.
23
- Uji warna
Perubahan warna susu menjadi kebiruan terjadi bila ditambahkan air, dan
menjadi kemerahan bila terdapat darah di dalam susu yang berasal dari
ambing yang radang.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi,
kemudian membandingkan warnanya dengan latar belakang kertas putih.
Amati warna susu dengan kertas sebagai pembanding warna.
- Uji bau
Susu yang baik memiliki bau yang khas. Perubahan bau susu dapat terjadi
karena lemak susu mudah menyerap bau di sekitarnya.
Pengujian dilakukan dengan cara mencium bau susu dan perhatikan bau
khasnya.
- Uji kekentalan
Perubahan kekentalan susu akan terjadi apabila susu tercemar kuman dari
air, sisa makanan, atau alat-alat pemerah susu sehingga menimbulkan lender
pada susu.
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 5 ml susu ke dalam tabung reaksi
kemudian tabung digoyang perlahan-lahan. Perhatikan sisa goyangan pada
dinding tabung, apabila cepat hilang berarti susu tersebut encer.
- Uji rasa
Perubahan rasa susu dapat terjadi akibat adanya perkembangan kuman
dalam susu. Rasa pahit terasa bila terdapat kuman pembentuk pepton, rasa
tengik akibar kuman asam mentega, dan rasa lobak oleh kuman coli.
Pengujian dilakukan dengan cara mencicipi susu yang sudah dididihkan.
Perhatikan perubahan rasa susu.
2. Pemeriksaan derajat keasaman susu secara cepat
Kestabilan koloid protein susu terutama kasein tergantung pada selubung air
yang menyelimutinya. Semakin asam susu, maka kestabilan kaseinnya kan
berkurang sehingga menyebabkan susu mudah terkoagulasi. Susu yang derajat
keasamannya tinggi akan mudah menggumpal bila dididihkan atau ditambah
24omogen.
- Uji didih
Pemeriksaan dilakukan dengan cara memasukkan 5 ml susu ke dalam
tabung reaksi, kemudian susu dididihkan menggunakan api Bunsen.
Percobaan akan menunjukkan nilai positif apabila terdapat gumpalan atau
butiran pada dinding tabung.
24
- Uji 25omogen
Pemeriksaan dilakukan dengan cara memasukkan 3 ml susu ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan alcohol 70% sebanyak 3 ml dan
dikocok sampai rata. Percobaan akan menunjukkan nilai positif apabila
terdapat gumpalan atau butiran pada dinding tabung.
3. Penetapan berat jenis susu
Di dalam susu terkandung beberapa protein dan karbohidrat susu yang
mempengaruhi berat jenis susu. Pemeriksaan berat jenis susu dilakukan
menggunakan alat laktodensimeter yang telah ditera pada suhu tertentu.
Pemeriksaan berat jenis susu dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Susu diaduk sampai tercampur sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung ukur dengan hari-hati agar tidak menimbulkan buih.
b. Masukkan thermometer ke dalam susu untuk mengetahui suhunya. Catat
suhu susu.
c. Masukkan laktodensimeter ke dalam susu. Laktodensimeter akan bergerak
naik turun, tunggu hingga berhenti dan catat angka yang tertera pada batas
permukaan susu. Dua angka yang tertera adalah angka kedua dan ketiga di
belakang koma. Contohnya, apabila terbaca 31, maka angka yang didapat
adalah 1,031.
d. Percobaan diulang sebanyak tiga kali dengan cara mencelupkan kembali
laktodensimeter ke dalam susu dan dibaca ulang angkanya, kemudian dibuat
rata-ratanya.
e. Contoh cara penghitungan berat jenis susu adalah sebagai berikut:
Bila suhu yang diperoleh adalah 28oC, skala laktodensimeter rata-rata
adalah 31, koefisien pemuaian susu per derajat celcius adalah 0,0002, serta
laktodensimeter yang digunakan ditera pada suhu 27oC, maka berat jenis
susu adalah
BJ = 28 76 cm Hg = 1
27
4. Pemeriksaan enzimatis
a. Uji Reduktase
Dalam susu terdapat enzim reduktase yang terbentuk oleh kuman. Enzim
tersebut mereduksi warna biru metilen blue direduksi menjadi larutan tidak
25
berwarna. Uji ini dilakukan untuk menentukan adanya kuman di dalam susu
secara kualitatif dalam waktu cepat.
Uji reduktase dilakukan dengan cara :
- Sebanyak 0,5 ml larutan methylen biru dimasukkan ke dalam masing-
masing tabung reaksi steril
- Contoh susu diaduk sampai rata lalu diambil 20 ml dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
- Tabung disumbat
- Tabung dimasukkan ke dalam 26omogeny26 pada suhu 37 o C
- Diperiksa setiap jam sampai warna biru hilang
Penilaian : Waktu reduktase adalah waktu (dalam jam) antara waktu
memasukkan tabung ke 26omogeny26 sampai warna biru hilang.
26
b. Uji Katalase
Di dalam susu terdapat enzim katalase yang dibentuk oleh sel leukosit,
kuman, reruntuhan se lambing dan zat organis yang membebaskan oksigen
dari larutan peroksida. Uji ini dilakukan untuk menentukan adanya kuman di
dalam susu secara kualitatif dalam waktu cepat.
Uji ini dilakukan dengan cara :
- Tabung katalase steril diisi dengan susu sebanyak 10 ml
- Tambahkan 5 ml larutan H2O2 0,5%
- Diaduk dengan membolak-balik (seperti angka 8) sehingga tidak ada
gelembung udara
- Tabung disumbat (pastikan susu ada pada ujung tabung)
- Inkubasi pada suhu 37 o C
- Tetapkan volume gas oksigen pada ujung tabung yang terkumpul setelah
3 jam.
Penilaian : angka katalase = jumlah ml gas oksigen yang terkumpul di dalam
puncak tabung. Angka maksimal = 3,0
c. Uji Fosfatase
Didalam susu terdapat enzim fosfatase yang akan rusak dengan proses
pasteurisasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah proses pasteurisasi
susu telah baik dan benar.
- Larutan Penyangga dibuat dengan cara :
Larutkan 1,09 gram disodium phenil fosfat dan 11, 54 gram sodium
veronal ke dalam 1 liter aquadest dan ditambahkan 10 ml
27 omogeny 27 27 murni sehingga menjadi 1 liter larutan penyangga.
Simpan di lemari pendingin.
Uji fosfatase dilakukan dengan cara :
- Masukkan 10 ml larutan penyangga ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 0,5 ml susu yang akan diperiksa, kocok
- Tambahkan 3 tetes chloroform, tutup tabung reaksi, dan letakkan dalam
incubator selama 24 jam
- Setelah 24 jam, keluarkan dari 27 omogeny 27 , dinginkan sebentar,
kemudian tambahkan 4,5 ml pereaksi Folin ciocaltean phenol, lalu kocok
- Biarkan selama 3 menit, kemudian saring menggunakan kertas saring
- Ambil 10 ml cairan hasil saringan, tambahkan larutan sodium karbonat,
kocok dan letakkan di air mendidih selama 2 menit
27
- Warna yang timbul pada cairan dibandingkan dengan warna pada
tintometer
- Setiap pengujian harus dilakukan secara duplo dengan satu tabung
control tanpa susu.
Bila warna biru yang muncul melebihi 2,3 unit dari tintometer Lovibond,
maka pasteurisasi yang dilakukan pada susu tidak sempurna. Batas
maksimumnya adalah 6,0 unit.
28
Pemeriksaan Komposisi Susu
A. Latar Belakang
Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar
protein dalam susu segar 3.5 %, dan mengandung lemak yang kira-kira sama
banyaknya dengan protein. Karena itu, kadar lemak sering dijadikan sebagai tolak
ukur mutu susu, karena secara tidak langsung menggambarkan juga kadar
proteinnya.
Susunan susu merupakan bahan-bahan yang merupakan bagian dari susu yang
meliputi air, lemak, laktosa, bahan kering dan bahan kering tanpa lemak.
Pemeriksaan kadar lemak susu terdiri dari beberapa metode tergantung dari bahan
susu yang akan diperiksa. Metode Gerber digunakan untuk memeriksa susu penuh
(whole milk), metode Siegfield digunakan untuk susu skim, metode Koehler untuk
susu krim, metode Babcock untuk susu, mentega atau susu krim.
Pada prinsipnya penambahan H2SO4 pekat pada susu akan melarutkan kasein dan
protein susu yang lain sehingga bentuk 29omogeny lemak susu akan hilang. Amil
29 omogen dan panas akan mencairkan lemak sehingga butir-butir lemak akan
menjadi cairan jernih di atas campuran H2SO4 dan susu (Prawesthirini et al. 2009).
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara memeriksa komposisi susu menggunakan
beberapa metode.
C. Luaran
Mahasiswa memiliki kemampuan untuk memeriksa kandungan susu di lapangan
dengan metode yang telah dipraktikkan.
D. Materi Praktikum
Alat
- Butyrometer Gerber
- Pipet
- Alat sentrifus
- Penangas air
Bahan
- Susu penuh (whole milk)
- Susu skim
- Susu krim
- Mentega
- Larutan H2SO4 91 – 92%
29
- Larutan isoamilalkohol
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum
1. Metode Gerber
Cara kerja :
- Butyrometer Gerber berskala 0,0 – 7,0 % ditegakkan pad rak dan diisi H2SO4 91
sampai 92 % sebanyak 10 ml dengan pipet
- Aduk susu penuh (whole milk) sampai 30 omogeny kemudian masukkan
sebanyak 11 ml pada butyrometer Gerber secara hati-hati melalui dinding tabung
agar cairan tetap terpisah
- Masukkan 1 ml isoamilalkohol
- Sumbat/tutup tabung butyrometer Gerber dengan penutup karet sampai batas
permukaan cairan, bungkus dengan lap dan kocok dengan hati-hati membentuk
angka 8. Kesemprnaan pengocokan dapat dilihat dengan terbentuknya warna
coklat ungu dan hilangnya bentukan-bentukan padat
- Rendam butyrometer Gerber dalam penangas air pada suhu 65oC selama 5 menit.
Bagian yang berskala harus selalu berada di atas
- Lakukan sentifugasi dengan bagian berskala di poros sentrifuse lalu putar dengan
kecepatan 1200 rpm selama 3 menit
- Rendam lagi butyrometer Gerber dalam penangas air pada suhu 65oC selama 5
menit
- Baca kadar lemak (cairan bening pada bagian atas tabung) pada bagian berskala
dengan ketelitian 0,05%
Kadar lemak dinyatakan dalam persen yamg berarti jumlah gram lemak dalam
setiap 100 gram susu.
30
2. Metode Siegfield
Cara kerja :
- Butyrometer Siegfield berskala 0,0 – 0,5 % ditegakkan pad rak dan diisi H2SO4
91 sampai 92 % sebanyak 20 ml dengan pipet
- Aduk susu skim sampai 31omogeny kemudian masukkan sebanyak 22 ml pada
butyrometer Siegfield secara hati-hati melalui dinding tabung agar cairan tetap
terpisah
- Masukkan 2 ml isoamilalkohol
- Sumbat/tutup tabung butyrometer Siegfield dengan penutup karet sampai batas
permukaan cairan, bungkus dengan lap dan kocok dengan hati-hati membentuk
angka 8. Kesemprnaan pengocokan dapat dilihat dengan terbentuknya warna
coklat ungu dan hilangnya bentukan-bentukan padat
- Rendam butyrometer Siegfield dalam penangas air pada suhu 65oC selama 5
menit. Bagian yang berskala harus selalu berada di atas
- Lakukan sentifugasi dengan bagian berskala di poros sentrifuse lalu putar dengan
kecepatan 1200 rpm selama 3 menit
- Rendam lagi butyrometer Siegfield dalam penangas air pada suhu 65oC selama 5
menit
- Baca kadar lemak (cairan bening pada bagian atas tabung) pada bagian berskala
dengan ketelitian 0,05%
Kadar lemak dinyatakan dalam persen yamg berarti jumlah gram lemak dalam
setiap 100 gram susu.
3. Metode Koehler
Cara kerja :
- Butyrometer Koehler berskala 6 – 60 % ditegakkan pad rak dan diisi H2SO4 91
sampai 92 % sebanyak 10 ml dengan pipet
- Aduk susu krim sampai 31omogeny kemudian masukkan sebanyak 5 ml pada
butyrometer Koehler secara hati-hati melalui dinding tabung agar cairan tetap
terpisah
- Masukkan air hangat bersuhu 40oC sebanyak 5 ml
- Masukkan 1 ml isoamilalkohol
- Sumbat/tutup tabung butyrometer Koehler dengan penutup karet sampai batas
permukaan cairan, bungkus dengan lap dan kocok dengan hati-hati membentuk
31
angka 8. Kesemprnaan pengocokan dapat dilihat dengan terbentuknya warna
coklat ungu dan hilangnya bentukan-bentukan padat
- Rendam butyrometer Koehler dalam penangas air pada suhu 65oC selama 5
menit. Bagian yang berskala harus selalu berada di atas
- Lakukan sentifugasi dengan bagian berskala di poros sentrifuse lalu putar dengan
kecepatan 1200 rpm selama 3 menit
- Rendam lagi butyrometer Koehler dalam penangas air pada suhu 65oC selama 5
menit
- Baca kadar lemak (cairan bening pada bagian atas tabung) pada bagian berskala
dengan ketelitian 0,05%
Kadar lemak dinyatakan dalam persen yamg berarti jumlah gram lemak dalam
setiap 100 gram susu.
32
Jadwal Praktikum Pengawasan Mutu Hasil Ternak
33
Membuat Laporan Sementara dan Laporan Akhir
FORMAT LAPORAN
34
umum metode sentuhan
Kendari, …………………………………...
Asisten Praktikan
Nama : …………………………...
NIM : …………………………...
……………………………. Kelompok : …………………………...
35
LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUALITAS TELUR
Kendari, …………………………………...
Asisten Praktikan
Nama : …………………………...
NIM : …………………………...
……………………………. Angkatan : …………………………...
36
LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUALITAS SUSU
Kendari, …………………………………...
Asisten Praktikan
Nama : …………………………...
NIM : …………………………...
……………………………. Angkatan : …………………………...
37
Format Laporan Akhir
SAMPUL LAPORAN
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan
BAB 2 MATERI DAN METODE
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
38
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 3926:2008 Telur Ayam Konsumsi. Badan
Standarisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 3932:2008 Mutu Karkas dan Daging Sapi.
Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 3141.1:2011 Susu Segar-Bagian 1: Sapi. Badan
Standarisasi Nasional: Jakarta.
Dengen PR. 2015. Perbandingan uji pembusukan dengan menggunakan metode uji
postma, uji eber, uji H2s dan pengujian mikroorganisme pada daging babi di
Pasar tradisional sentral Makassar. [Skripsi] PS. Kedokteran Hewan, FK,UH :
Makassar.
Easy Test KIT Info. 2012. Test KIT uji cepat boraks. diunduh pada tanggal 18 Maret
2016. [terhubung berkala] www.easytestinfo.com/p/test-kit-borakx-
boraks.html?m=1.
Saputro T. 2014. Uji formalin dalam bahan pangan. diunduh pada tanggal 21 Oktober
2014. [terhubung berkala] ilmuternak.com.
Tim Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan. 2009. Materi Kuliah THT
Teknologi Susu. Fakultas Peternakan UNPAD: Bandung.
39
Van den Berg, JTC. 1988. Dairy Technology on the Tropics and Subtropics. PUDOC.
Wageningen.
USDA. 2003. Standard, Grades, and Weight Classes for Shell Eggs. Diunduh pada 18
Maret 2016. [terhubung berkala]
http://www.ams.usda.gov/AMSv1.0/getfile?dDocName=STELDEV3004502.
Wheeler TL, Shackelford SD, Koohmaraie M. 2015. Warner – Bratzler Shear Force
Protocol. USDA-ARS Meat Animal Research Center: USA.
Widayat D. 2011. Uji kandungan boraks pada bakso (studi pada warung bakso di
kecamatan sumbersari kabupaten jember). [Skripsi].
40