Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Intervensi Trauma Dan Krisis
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keracunan bukanlah sesuatu yang diharapkan. Namun, hal ini bukan
tidak mungkin terjadi pada diri kita, orang yang dekat dengan kita, atau
masyarakat luas. Yang umumnya terjadi di masyarakat adalah keracunan
makanan, gigitan binatang, zat-zat kimia, dan obat-obatan. Kejadian
keracunan ini ternyata kelazimannya masih terlalu tinggi.
Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan
fungsi tubuh yang berakibat terjadinya penurunan kesehatan dalam
kondisi gawat darurat. Penatalaksanaan keracunan membutuhkan terapi
yang tepat sehingga dapat menyelamatkan nyawa pasien dan membuat
pengobatan menjadi efektif dan efisien.
Pada periode 2012-2014 ditemukan 117 kasus keracunan dengan
angka kematian 0 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yakni gigitan ular
(69,2%) selain itu ditemukan juga keracunan pestisida, makanan, obat,
alkohol, racun tanaman, dan shellfish. Pasien mayoritas adalah laki-laki
(70,1%), usia 28–45 tahun (30,5%), memiliki pendidikan rendah yaitu
SD (49,6%) serta tidak memiliki pekerjaan (71,8%).Penatalaksanaan
bervariasi antar tiap pasien menggunakan antidotum, antibiotik,
antihistamin, analgetik-antipiretik, hemostatic agent, anti infeksi, dan
beberapa obat gastrointestinal lainnya. Penatalaksanaan keracunan yang
sudah sesuai buku pedoman Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) RI sebanyak 24 kasus (20,51%), belum sesuai sebanyak 75
kasus (64,10%) dan belum terdapat di dalam pedoman sebanyak 18 kasus
(15,38%)
Penyebab tertinggi keracunan merupakan gigitan ular (69,2%)
sejalan dengan penelitian Pramaswar dan Illias yang menemukan gigitan
ular merupakan penyebab tertinggi. Gigitan ular terjadi karena
kecelakaan (tergigit) namun tidak dapat teridentifikasi dengan jelas dan
spesifik ular jenis apa yang menggigit. Diagnosa pasti cukup sulit karena
hanya bisa dilakukan jika ular yang menggigit ditangkap dalam keadaan
hidup. Selain itu karena pasien juga kurang paham mengenai jenis ular
yang ada di lingkungan sekitar dan kurangnya sarana laboratorium
toksikologi yang tersedia di rumah sakit di Indonesia.
Pestisida menjadi penyebab tertinggi kedua diantaranya pestisida
organofosfat (2,8%), karbamat (2,8%) dan pestisida tidak spesifik (5,6%)
yang terjadi akibat disengaja untuk percobaan bunuh diri dan tidak
disengaja akibat terminum. Minyak tanah yang termasuk dalam
hidrokarbon juga menyebabkan keracunan yang terjadi akibat terminum
oleh anak-anak dibawah umur. Keracunan alprazolam (1,7%) dan alcohol
(1,7%) terjadi akibat penyalahgunaan. Sementara itu keracunan shellfish
dan tanaman terjadi akibat tidak disengaja.
Menangani overdosis dan keracunan adalah singkirkan berbagai
perlengkapan atau benda-benda yang bisa membahayakan korban,
upayakan korban tetap sadar, misalnya dengan mengajak berjalan,
menggungcangkan tubuhnya perlahan atau menepuk pipi korban, jika
tidak ada respon bukalah mulutnya dan pastikan tidak ada sumbatan atau
cairan atau benda asing lainnya dalam tenggorokan, jika tidak bernapas,
berilah pernapasan buatan dari mulut ke mulut.
(Jurnal Litbangkes, 2016)
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian intoxicasi.
2. Mengerti Apa klasifikasi racun
3. Mengetahui Apa saja penggolongan racun.
4. Mengetahui mekanisme terjadinya keracunan .
5. Mengetahui efek racun terhadap tubuh.
6. Mengetahui gejala keracunan.
7. Memahami diagnosa keracunan.
8. Memahami penata laksanaan umum pada keracunan.
9. Mengetahui pengertian overdosisis
10. Mengetahui etiologi overdosis
11. Mengetahui klasifikasi overdosis
12. Mengetahui mekanisme overdosis
13. Mengetahui gejala overdosis
14. Mengetahui mekanisme terjadinya overdosis
15. Mengetahui diagnosa pada overdosis
16. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada overdosis
17. Mengetahui tatalaksana yang tepat pada overdosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. INTOXICASY / KERACUNAN
1. Pengertian Racun
Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah
yang relatif kecil dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan
adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat yang bekerja pada tubuh
secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.
Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau
melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat,
lambat atau secara kumulatif (Sudoyo, 2009).
Intoksikasi adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya (Sudoyo, 2009).
Keracunan berarti bahwa suatu zat kimia telah mengganggu proses
fisiologis, sehingga keadaan badan organisme itu tidak lagi dalam
keadaan sehat. Dengan perkataan lain organisme itu menjadi sakit
(Koeman, 1987). Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan
oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung
mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru paru, hati, ginjal dan
lainnya.
2. Klasifikasi Racun
Racun diklasifikasikan menurut aksinya sebagai berikut:
a. Racun Korosif: racun ini adalah agen pengiritasi yang sangat aktif
yang menghasilkan peradangan dan ulserasi jaringan. Kelompok
ini terdiri dari asam kuat dan basa.
Keracunan zat korosif meliputi alkalin dan agens asam
yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan setelah kontak
dengan membrane mukosa.
1) Produk alkalin : pembersih kering, pembersih toilet, deterjen
nonfosfat, pembersih oven, dll
2) Produk asam : pembersih toilet, pembersih kolam renang,
pembersih logam, pembersih karat, asam baterai.
b. Racun Iritan : racun ini menghasilkan gejala sakit di perut, muntah
1) Racun Anorganik
Logam : arsen, merkuri, timbal, tembaga dan antimon
Non logam : fosfor, klorin, bromin, dan iodin
2) Racun organik
Tumbuh-tumbuhan : minyak jarak
Hewan : ular, kalajengking,laba-laba
3) Racun mekanik : bubuk kaca, debu berlian
c. Racun Saraf Racun ini beraksi di sistem saraf pusat. Gejala yang
dirimbulkan biasanya sakit kepala, ngantuk, pusing, delirium,
stupor, koma, dan kejang.
1) Racun serebral: opium, alkohol, agen sedatif, agen hipnotik,
anastetik.
2) Racun spinal: Strychinine.
3) Periferal: Curare.
d. Racun jantung : Digitalis, rokok.
e. Asphyxiants: Gas batubara, CO, CO2, war gasses.
f. Lain-lain: Analgesik, antipiretik, penenang, antidepresan
(Chadha, 2003)
g. Intoksikasi alcohol.
Intoksikasi alcohol biasanya ditunjukan dengan gejala-
gejala (1/lebih) bicara cadel, inkoordinasi, jalan sempoyongan.
Nistagmus, tidak dapat memusatkan perhatian daya ingat menurun
dan stupor/ koma. Penatalaksanaan untuk klien yang mengalami
koma dengan menidurkan klien terlentang dan posisi “ facedown”
untuk mencegah aspirasi, melakukan observasi tanda vital dengan
ketat tiap 15 menit, memberikan tindakan kolaboratif dengan
pemberian thiamine 100 mg secara IV untuk rofilaksis terjadinya
wernicke encephalopathy kemudian memberikan 50 ml dextrose
5% secara IV serta memberikan 0.4 sampai 2 mg.
Bila klien memiliki riwayat atau kemungkinan pemakaian
oipoida. Dalam penatalaksanaan intoksikasi alcohol, perawat harus
selalu waspada atas perilaku klien diantaranya adalah antisipasi
jika klien agresif. Untuk mengatasi klien angresif, dapat diberikan
sedative dengan dosis rendah dan jika perlu dapat diberikan
haloperidol injecsi secara IM.
h. Intoksikasi kokain.
Tanda dan gejala ( dua atau lebih ) yang muncul
diantaranya adalah takikardia atau bradikardia, dilatasi pupil,
penurunan atau peningkatan tekanan darah, berkeringat atau rasa
dingin, mual atau muntah, penurunan berat badan, agitasi atau
retardasi psikomotor, kelemahan otot, depresi, nyeri dada atau
aritmia jantung, kejang dyskinesia, dystonia, hingga dapat
menimbulkan koma. Penatalaksanaan setelah bantuan hidup dasar
adalah dengan melakukan tindakan kolaborasi berupa pemberian
terapi-terapi simtomatik misalnya pemberian Benzodiazepin bila
timbul gejala agitasi, pemberian obat-obat anti psikotik, dan
pemberian terapi-terapi lainnya sesuai dengan gejala yang
ditemukan.
i. Intoksikasi kontaminasi kulit.
Keparahan luka bakar ditentukan oleh mekanisme kerja,
kekuatan penetrasi, konsentrasi, dan jumlah durasi pemajanan zat
kimia ke kulit. Penatalaksanaannya basahi kulit dengan air
mengalir, berikan bilas yang lebih lama dengan sejumlah air
hangat, tentukan identitas dan karakteristik agens kimia untuk
tindak lanjut. Berikan tindakan luka bakar yang tepat untuk ukuran
dan lokasi luka, intruksikan pasien untuk memeriksa kembali area
yang terkena pada 24 dan 72 jam dan hari ke 7.
j. Intoksikasi melalui tusukan
1) Sengatan serangga.
Alergi bisa diperkirakan menjadi reaksi humoral-IgE
dengan resiko kedaruratan akut. Sengatan pada daerah kepala
dan leher adalah hal yang serius, meskipun sengatan pada
daerah tubuh dapat menyebabkan anafilaksis.
2) Gigitan ular.
Bisa ular terdiri dari protein yang mempunyai efek fisiologi
yang bervarias, system multiorgan, terutama neurologic,
kardiovaskuler, system pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi
mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat,
memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka
dengan balutan steril, dan imobilisasi tubuh dibawah tinggi
jantung
k. Keracunan makanan.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan
mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Botulisme adalah keracunan
makanan yang serius yang membutuhkan surveilens terus-menerus.
3. Penggolongan Racun
a. Menurut cara terjadinya
1) Meracuni diri (Self poisoning). Penderita berusaha bunuh diri
dengan tujuan menarik perhatian saja. Penderita biasanya
menelan racun dalam dosis besar untuk membahayakan
dirinya. Contohnya adalah keracunan baygon (Anonim, 2009).
2) Usaha bunuh diri (attempted suicide). Dalam hal ini penderita
ingin benar-benar bunuh diri dan dapat berakhir dengan
kematian (Anonim, 2009).
3) Keracunan akibat kecelakaan (accidental poisoning).
Keracunan ini terjadi benar-benar karena kecelakan dan tidak
ada unsur kesengajaan (Anonim, 2009).
4) Keracunan akibat pembunuhan (homicidal poisoning). Terjadi
akibat tindakan criminal yaitu diracuni pasien (Anonim, 2009).
5) Keracunan akibat ketergantungan obat. Keracunan terjadi
akibat sifat toleransi obat sehingga memerlukan peningkatan
dosis. Peningkatan dosis yang tidak terukur/ tidak terkendali
menimbulkan overdosis yang fatal (Anonim, 2009).
b. Menurut cepat lambatnya proses keracunan
1) Keracunan akut
Gejala keracunan muncul dengan cepat segera setelah
korban menelan atau kontak dengan zat racun misalnya
keracunan makanan, sianida dan insektisida (Anonim, 2009).
2) Keracunan kronik
Gejala muncul dalam waktu relative lama sehingga korban
sering tidak sadar mengalami keracunan. Keracunan kronis
yang sering terjadi antara lain keracunan bromid, salisilat,
fenitoin dan digitalis karena tidak diawasi (Anonim, 2009).
c. Menurut organ yang terkena
Keracunan dapat dibedakan menurut organ yang terkenan
yaitu neurotoksik (racun saraf), kardiotoksik (racun pada jantung),
nefrotoksik dan hepatotoksik. Satu zat racun dapat mempengaruhi
beberapa organ sekaligus misalnya CCl4 mempengaruhi hepar,
ginjal dan jantung (Anonim, 2009).
d. Bahan kimia
Zat kimia dalam golongan sejenis biasanya menimbulkan
gejala keracunan yang sama seperti keracunan alkohol, logam
berat, fenol dan organofosfat (Anonim, 2009).
4. Mekanisme Teradinya Keracunan
Absorpsi racun ditandai oleh masuknya racun dari tempat paparan
menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfe. Absorpsi
didefinisikan sebagai jumlah racun yang mencapai sistem sirkulasi
sistemik dalam bentuk tidak berubah. Racun dapat terabsorpsi
umumnya apabila berada dalam bentuk terlarut atau terdispersi
molekular. Jalur utama absorpsi racun adalah saluran cerna, paru-paru
dan kulit. Setelah racun mencapai sistemik, ia bersama darah akan
diedarkan ke seluruh tubuh. Dari sistem sirkulasi sistemik ia akan
terdistribusi lebih jauh melewati membran sel menuju sistem organ
atau ke jaringan-jaringan tubuh. Selanjutnya racun akan mengalami
reaksi biotransformasi (metabolisme) dan ekskresi racun melalui
ginjal, empedu, saluran pencernaan, dan jalur ekskresi lainnya
(kelenjar keringat,kelenjar mamae, kelenjar ludah, dan paru-paru).
Jalur eliminasi yang paling penting adalah eliminasi melalui hati
(reaksi metabolisme) dan ekskresi melalui ginjal (Wirasuta dan Niruri,
2006)
5. Efek Racun Terhadap Tubuh
a. Lokal
Efek lokal terbatas pada beberapa bagian tubuh yang
kontak dengan zat kimia yaitu kulit, mata, jalur udara, dan usus.
Contoh efek racun lokal yakni kulit terbakar, mata berair dan iritasi
pada tenggorokan yang menyebabkan batuk. Banyak racun yang
menyebabkan efek lokal namun ada juga yang tidak.
1) Kulit
Bahan-bahan kimia yang membahayakan kulit
menyebabkan kulit memerah, sakit ketika kulit disentuh, tapi
tidak menyebabkan rasa terbakar ketika sudah dicuci. Agen
korosif dapat dengan cepat menyebabkan rasa sakit dan
terbakar dan membahayakan kulit. Mungkin ada rasa melepuh
dan kulit berubah warna menjadi abu-abu-putih atau coklat
(WHO, 1997).
2) Mata
Agen pengiritasi atau agen korosif dapat menyebabkan
sakit yang parah ketika terpapar di mata. Mereka dapat dengan
cepat membakar permukaan mata dan menyebabkan bekas luka
bahkan kebutaan. Mata akan terlihat merah dan berair. Pasien
yang terkena racun mungkin tidak ingin membuka matanya dan
cahaya akan menyebabkan rasa sakit di mata (WHO, 1997).
3) Usus
Bahan kimia beracun dapat membahayan mulut dan
tenggorokan atau usus. Pasien mungkin merasakan sakit perut,
muntah dan diare serta muntah dan fesesnya mungkin
mengandung darah. Jika tenggorokan terbakar maka dengan
cepat membengkak dan menyebakan pasien sulit bernafas
(WHO,1997)
4) Saluran Udara dan Paru-paru
Beberapa gas dan uap dapat mengiritasi hidung,
tenggorokan dan saluran udara bagian atas dan menyebabkan
batuk dan terjadi dengan cepat ketika pasien menghirup zat
racun atau ketika setelah 48 jam. Cairan dalam paru-paru
menyebabkan pasien tidak dapat bernafas dengan benar dan
harus segera dibawa ke rumah sakit karena memiliki udema.
Beberapa gas beracun seperti karbon monoksida tidak memiliki
efek pada hidung dan tenggorokan. Gas beracun yang tidak
menyebabkan batuk dan tersedak sangat berbahaya karena
pasien tidak tahu ketika sudah menghirup zat tersebut. Ketika
saluran udara pasien tidak menutup, makanan, minuman atau
muntah dapat masuk ke paru-paru dan menghalangi saluran
udara atau menyebabkan edema paru. Itulah mengapa sangat
berbahaya untuk memberikan makanan, minuman atau obat-
obatan untuk pasien yang sadar (WHO, 1997).
5) Lokasi Injeksi
Racun yang mengiritasi yang disuntikkan ke dalam kulit,
seperti racun dari sengatan serangga dan gigitan ular, dapat
menyebabkan rasa sakit dan bengkak di tempat mereka
disuntikkan. Pasien-pasien yang sengaja menyuntikkan diri
dengan produk hewan mungkin mendapatkan efek lokal
(WHO, 1997)
b. Sistemik
Ada banyak cara di mana racun dapat menyebabkan
kerusakan:
1) Dengan merusak organ-organ seperti otak, saraf, jantung, hati,
paru-paru, ginjal atau kulit. Kebanyakan racun memiliki efek
lebih besar pada satu atau dua organ dari pada bagian lain
tubuh. Organ yang paling terpengaruh disebut organ sasaran.
2) Dengan memblokir pesan antara saraf.
3) Dengan menghentikan tubuh bekerja dengan baik misalnya,
dengan memblokir pasokan energi atau suplai oksigen.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang
relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan
dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum
diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan
racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun
terabsorbsi
Overdosis atau kelebihan dosis adalah terjadi akibat tubuh
mengalami keracunan akibat obat. Overdosis sering terjadi bila
menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu
singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin
digunakan bersama alcohol, menelan obat tidur seperti golongan
barbiturate atau luminal atau obat penenang (valium , xanax, mogadon
atau BK). (Sudoyo, 2009).
B. SARAN
Diharapkan makalah ini sebagai sarana memberikan kontribusi
pengetahuan mengenai intervesi trauma dan krisis intoksikasi dan
overdosis dalam ilmu keperawatan sehingga dapat dikembangkan, dan
diaplikasikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius,FKUI,Jakarta
Sudoyo, A.W,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi 5. Jakarta :
interna Publising