PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan factor-faktor
antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material. Pengelolaan yang
seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan kepuasan kepada
kostumer baik kostumer internal maupun eksternal. Keberhasilan pengelolaan
sarana prasarana fasilitas fisik rumah sakit tergantung pada kompetensi dari
Instalasi Pemeliharaan Sarana rumah sakit. Instalasi Pemeliharaan Sarana
mempunyai fungsi antara lain mengidentifikasi, menginventaris, memelihara,
memantau, memperbaiki dan melaporan hasil kegiatan pemeliharaan sarana
prasarana fisik. Sarana Prasarana Fisik berfungsi dengan baik akan memperlancar
kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan
secara umum.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan dan prosedur dalam pemeliharaan
sarana prasarana fisik rumah sakit yang efektif dan efisien, sehingga RSI At-Tin
Husada Ngawi dapat menyediakan sarana prasarana fisik yang selalu dalam
kondisi aman, nyaman dan dapat menunjang pelayanan terhadap pasien secara
lebih baik.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya inventarisasi dan pemantauan sarana prasarana fisik
b. Terselenggaranya proses pemeliharaan sarana prasarana fisik
c. Mengusahakan jumlah kerusakan sarana prasarana fisik serendah mungkin
d. Terselenggaranya proses perbaikan sarana prasarana fisik sehingga aman,
nyaman dan menunjang pelayanan rumah sakit.
e. Terselenggaranya laporan hasil kegiatan secara kontinu
D. BATASAN OPERASIONAL
Pengertian :
Pengertian yang digunakan dalam buku pedoman ini perlu dijelaskan agar pembaca
memilki pengertian yang sama dengan maksud yang terkandung dalam buku ini.
1. Instalasi Pemeliharaan Sarana adalah suatu unit pelayaanan di RSI At-Tin
Husada dibawahi Direktur yang berfungsi melaksanakan pemeliharaan sarana
prasarana.
2. Panduan adalah acuan penyelenggaan pelayanan sarana prasarana fisik
3. Pemeliharaan (Maintenance)
Adalah kegiatan melakukan perawatan sarana prasarana, baik perawatan
terencana maupun tidak terencana.
4. Pengganggaran
Adalah suatu rencana kerja pemeliharaan yang dituangkan di dalam RBA BLUD
rumah sakit yang mencakup jangka waktu satu tahun.
5. Inventarisasi
Adalah kegiatan untuk memperoleh data atas seluruh sarana prasarana fisik
yang menjadi tanggung jawab pemeliharaan
6. Customer
Customer adalah para user (pengguna Alat kesehatan )
1
E. LANDASAN HUKUM
Sebagai dasar hukum dalam pedoman pelayanan sarana prasarana fasilitas fisik
ini, diambil dari peraturan perundangan sebagai berikut:
1. UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Pedoman teknis sarana dan prasarana RS Kelas C, Depkes RI 2007
4. Pedoman teknis bangunan RS yang aman dalam situasi darurat dan
bencana kemenkes 2012
2
BAB II
TATA LAKSANA PELAYANAN
3
b. Kelompok pekerjaan yang dilakukan oleh Pihak III
Artinya setiap pekerjaan yang memerlukan penanganan lebih komples
dari segi perencanaan, tenaga dan pelaksanaan pekerjaan maka
menggunakan pihak ke III.
B. KESELAMATAN PASIEN
Dalam proses pelayanan Sarana Prasarana Fasilityas Fisik kepada pasien
tentunya menggunakan segala fasilitas fisik yang dapat menimbulkan resiko –
resiko baik untuk staf, pengunjung, pasien, bahkan pihak diluar rumah sakit.
Resiko-resiko tersebut adalah :
1. Resiko keselamatan bagi pengunjung dan pasien:
a. Resiko jatuh karena lantai yang licin, rusak, tidak memadai
b. Resiko kejatuhan plafon
c. Resiko jatuh karena tidak ada pengaman dinding maupun tangga
d. Resiko bocor pada atap
e. Resiko kuman penyakit karena dinding yang rusak, tidak terawat
2. Resiko Keselamatan Staff (Staff Safety)
a. Resiko jatuh karena lantai yang licin, rusak, tidak memadai
b. Resiko kejatuhan plafon
c. Resiko jatuh karena tidak ada pengaman dinding maupun tangga
d. Resiko bocor pada atap
e. Resiko kuman penyakit karena dinding yang rusak, tidak terawat
f. Resiko banguna roboh.
Untuk itu maka pengelolaan pemantauan dan pemeliharaan sarana
prasarana fasilitas fisik diberlakukan dengan memperhatikan komponen
pendukung guna tercapainya sarana yang aman sehingga keselamatan pasien
dapat terjaga.
C. KESELAMATAN KERJA
Dalam mengidenrifikasi risiko keselamatan pada proses pemantauan dan
pemeliharaan fisik yang lebih berisiko adalah pada jenis pekerjaan perbaikan
sarana prasarana fisik dengan resiko keselamatan dan infeksi, baik untuk staf,
pengunjung, pasien, bahkan pihak diluar rumah sakit. Resiko-resiko tersebut
adalah :
1. Terpapar Bahan Kimia atau cairan tubuh pasien
2. Terpapar Infeksi.
3. Terpapar Radiasi Sinar X
4. Tersengatnya arus listrik
5. Tergores dan tertusuk benda tajam
6. Terjatuh dari ketinggian.
7. Terpeleset dari lantai
8. Terkena peralatan kerja
9. Dll .
Upaya untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan
rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri diantaranya adalah dengan :
a. Selalu ada pelatihan dan sosialisasi cara menanggulangi Risiko.
b. Membuat aturan yang dituangkan dalam Standar Prosedur Operasional
(SPO), yang dapat dipahami bersama.
c. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
d. Mengenal, mengetahui dan membuat tanda isyarat.
e. Pelatihan Keselamatan Kerja.
f. Memastikan kecukupan tenaga sesuai kompetensi.
g. Pengadaan material alat kerja yang memadai dan maksimal.
h. Penanaman budaya safety
i. Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan
4
BAB III
PENGENDALIAN MUTU
5
BAB IV
PENUTUP
DIREKTUR UTAMA
RSI AT-TIN HUSADA