Neni Meiyani
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Filsafat pragmatisme yang dipelopori oleh William James dan John Dewey pada
hakikatnya manfaat bagi hidup praktis, dengan perkataan lain menitik beratkan bahwa
kebenaran ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan
memperhatikan kegunaannya secara praktis. Orientasi dan Mobilitas penting dikuasai
oleh tunanetra, karena dengan pengetahuan dan keterampilan tersebut tunanetra dapat
hidup secara mandiri sehingga pada gilirannya tidak perlu lagi menggantungkan diri
pada orang lain dalam kehidupan di masyarakat dan lingkungannya. Aliran filsafat
pragmatisme dapat diterapkan pada kehidupan manusia, tanpa memandang apakah dia
manusia awas atau tunanetra. Berbagai aktifitas yang dilakukan pada Orientasi dan
Mobilitas dapat menerapkan pegangan pragmatisme, yakni logika pengamatan. Prinsip
pragmatisme, yaitu manfaat bagi hidup praktis, dapat diterapkan baik dalam proses
kognitif maupun pengetahuan tentang ciri medan, tanda-tanda, sistem penomoran,
pengukuran, arah-arah mata angin dan aplikasi dari kelima unsur di atas, yakni
pengakraban diri.
PENDAHULUAN
pengetahuan dan keterampilan orientasi dan bagi pelakunya, jika memperkaya hidup
mobilitas, tunanetra pada gilirannya dapat serta kemungkinan-kemungkinan hidup.
hidup secara mandiri dan tidak perlu lagi Aliran filsafat yang dicetuskan oleh William
menggantungkan diri kepada orang lain, James ini disebut sebagai aliran filsafat
dalam hal ini kepada orang awas, di dalam pragmatisme (Sudarsono, 1993). Dengan
menghadapi kehidupan di masyarakat dan demikian, prinsip filsafat pragmatisme
di lingkungannya. dapat diterapkan pada kehidupan manusia,
Di lain pihak, salah satu filsafat hidup tanpa membedakan apakah itu manusia
yang berpatokan pada "manfaat bagi hidup awas atau tunanetra.
praktis", dicetuskan oleh William James, Pembahasan dalam makalah ini
seorang tokoh filsafat Amerika yang lahir bertujuan untuk melihat lebih dekat
pada tahun 1842 (Wikipedia, 2013). Pada penerapan salah satu aliran filsafat, yakni
prinsipnya aliran atau paham ini menitik filsafat pragmatisme yang dipelopori oleh
beratkan bahwa kebenaran ialah apa yang William James (1842-1910), dalam
membuktikan dirinya sebagai yang benar Orientasi dan Mobilitas yang sangat
dengan memperhatikan kegunaannya secara diperlukan bagi perkembangan anak
praktis. Nilai pertimbangan kita tergantung tunanetra di dalam menghadapi dinamika
kepada akibatnya, kepada kerjanya, artinya: kehidupan, yang pada gilirannya
kepada keberhasilan perbuatan yang memberikan sumbangsih bagi
disiapkan oleh pertimbangan itu. pembangunan bangsa.
Pertimbangan itu benar jika bermanfaat
PEMBAHASAN
2. Filsafat Pragmatisme dari William perbuatan. Selain dari itu pemikiran dapat
James (1842-1910) juga menyesuaikan diri dengan tuntutan
William James lahir di New York, kehendak dan tuntutan perbuatan. Hal ini
Amerika Serikat, dan menjadi dosen di mengakibatkan bahwa sebenarnya kita
Harvard University dalam mata kuliah dapat menghasilkan sendiri sebagian dari
anatomi, fisiologi, psikologi dan filsafat. apa yang diperlukan oleh pengalaman kita,
William James telah menghasilkan banyak sesuai dengan kemauan kita sendiri. Jadi,
karya tulis, di antaranya: the Principles of sebagian dari dunia ini adalah hasil kita
Psychology (1890), The Will to Believe sendiri. Dunia ini bukanlah sesuatu yang
(1897), The Varieties of Religious telah selesai, melainkan sesuatu yang terus-
Experience: A Study in Human Nature menerus menjadi, seperti halnya dengan
(1902) dan Pragmatism: A New Name for pemikiran kita adalah suatu arus yang
Some Old Ways of Thinking mengalir, suatu sistem perhubungan-
(7P07).(Wikipedia,2O13). perhubungan.
Di dalam bukunya The Meaning of
Truth: A Sequel to "Pragmatism"(1909) 3. Filsafat Pragmatisme dari John
atau "Arti Kebenaran" William James Dewey (1859-1952)
mengemukakan bahwa tiada kebenaran Sekalipun Dewey bekerja lepas dari
yang mutlak, yang berlaku umum, yang William James, namun menghasilkan
bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas pemikiran dan menampakkan persamaan
dari segala akal yang mengenal. Sebab dengan gagasan James. Dewey lahir di
pengalaman kita berjalan terus, dan segala Baltimore dan kemudian menjadi guru
yang kita anggap benar dalam besar dalam bidang filsafat dan kemudian
perkembangan pengalaman itu senantiasa juga di bidang pendidikan di Universitas-
berubah, karena di dalam prakteknya apa universitas di Minnesota, Michigan,
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh Chicago (1894-1904) dan akhirnya di
pengalaman berikutnya. Oleh karena itu Universitas Columbia (1904-1929).
tiada kebenaran yang mutlak, yang ada John Dewey adalah seorang pragmatis.
adalah kebenaran-kebenaran, (artinya: Menurutnya filsafat bertujuan untuk
dalam bentuk plural atau jamak) yaitu apa memper-baiki kehidupan manusia dan
yang benar dalam pengalaman-pengalaman lingkungannya atau mengatur kehidupan
khusus, yang setiap kali dapat diubah oleh manusia serta aktifitasnya untuk memenuhi
pengalaman berikutnya(Sudarsono, 1993). kebutuhan manusiawi(Sudarsono, 1993).
Nilai pertimbangan dalam pragmatisme Kendati Dewey seorang pragmatis,
tergantung kepada akibatnya, kepada namun ia lebih suka menyebut sistemnya
kerjanya, artinya: tergantung kepada dengan istilah instrumentalisme.
keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan Pengalaman (experience) merupakan kata
oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu kunci dalam filsafat instrumentalisme.
benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, Filsafat harus berpijak pada pengalaman
jikalau memperkaya hidup serta dan menyelidiki serta mengolah
kemungkinan-kemungkinan hidup. pengalaman itu secara aktif-kritis. Dengan
Seperti yang telah dikembangkan, akal demikian filsafat akan dapat menyusun
atau pemikiran mendapat tujuannya dalam sistem norma-norma dan nilai-nilai.
khusus atau teknik-teknik tertentu sehingga keadaan "rusak mata", yang jelas
dia dapat belajar tanpa penglihatan atau berakibat "tidak dapat melihat".
dengan penglihatan yang terbatas. Berdasarkan ini semua, maka:
Hingga sekarang sebagian masyarakat Tunanetra = rusak penglihatannya,
menganggap bahwa istilah "tunanetra" suatu istilah yang mencakup
identik dengan "buta" dan dimaksudkan berbagai tingkat ketajaman
kepada mereka yang menyandang kebutaan penglihatan.
atau yang rusak penglihatannya. Buta = adalah keadaan tidak dapat
Ditinjau dari segi pendidikan, seseorang melihat ataupun suatu tingkat
dikatakan buta apabila ia mengalami tertentu dari ketunanetraan.
kerusakan atau kehilangan penglihatan
sedemikian rupa sehingga menyebabkannya 4. Klasifikasi Tunanetra
sukar, berbahaya atau tidak mungkin belajar Beberapa ahli telah mengemukakan
dengan metode-metode yang biasa pendapatnya tentang klasifikasi tunanetra.
digunakan di sekolah (Sasraningrat, 1985). Bebe-rapa klasifikasi tunanetra yang
Istilah "tunanetra" dan istilah buta lebih berkaitan dengan pendidikan secara garis
jelas dapat ditemukan dalam buku Petunjuk besar dibagi dalam dua bagian, yakni
Praktis Penyelenggaraan Sekolah Luar berdasarkan gradasi ketunanetraan atau
Biasa Bagian A/Tunanetra(Sasraningrat, et tingkatan-tingkatan ketajaman penglihatan
al., 1985). Di dalam buku tersebut terdapat dan berdasarkan waktu terjadinya
kecenderungan untuk membedakan kedua ketunanetraan.
istilah di atas: a. Berdasarkan Gradasi Ketajaman
Jika kata "tuna" berarti luka atau Penglihatan
rusak, maka dapatlah kita simpulkan Frans Harsana Sasraningrat (1985)
bahwa istilah "tunanetra" pada mengemukakan suatu tabel
pokoknya berarti "rusak prosentase efisiensi dan kekurangan
penglihatannya ". ketajaman melihat sehubungan
Di dalam hal itu tidak jelas apakah dengan berbagai pecahan Snellen
kerusakan tersebut berakibat tidak yang dikutip dari The Section on
dapat melihat sama sekali, ataupun Ophtalmology of American Medical
rusak tetapi masih mempunyai Association.
kemampuan melihat, meskipun sudah
berkurang dari penglihatan normal.
Berdasarkan ini maka istilah
"Tunanetra" dapat kita gunakan untuk
menyatakan penglihatan yang rusak
tanpa memperdulikan tingkat ketajaman
penglihatan yang ada. Jadi,
"tunanetra" berarti "rusak mata",
atau "penglihatan"-nya.
Seterusnya istilah "buta" dapat
dipergunakan untuk menunjukkan
Tabell
Perception (Persepsi)
Execution (Pelaksanaan)
Plan (Rencana)
Selection (Seleksi)
Analysis (Analisa)
Timbulnya proses kognitif tersebut I.Land Mark adalah semua obyek yang
berdasarkan pada konsep yang sudah dikenal, mudah ditemukan. Baik
diperolehnya melalui inderanya yang berupa suara, bau, suhu, atau tanda-tanda
masih berfungsi. Seperti dikemukakan yang mudah diraba, sifatnya konstan,
Rahardja (2009), untuk menanamkan permanen lokasi-nya (tidak biasa
konsep bagi tunanetra terhadap suatu dipindahkan) dan mudah diketahui dalam
medan memerlukan pengetahuan tentang: lingkungannya.
1. Land Mark (ciri medan)
2. Clues (tanda-tanda) 2.Clue adalah suatu rangsang, baik
3. Indoor Numbering System (sistem pendengaran, bau-bauan yang dapat
penomoran di dalam ruangan) dan diraba, temperatur maupun kinestetik atau
OutdoorNumbering System (sistem visual yang dapat memberikan informasi
penomoran luar ruangan) sehingga tunanetra dapat menentukan
4. Measurement (pengukuran) posisinya atau arahnya yang sedang
5. Compass Direction (arah-arah dilakukan.
mata angin)
6. Self familiarization (pengakraban
diri)
3.Numbering System adalah suatu pola sesuatu dengan yang lainnya atau
atau susunan penomoran, baik di dalam dirinya dengan obyek.
ruang maupun di luar ruang (indoor Dapat memberikan sistematis
maupun outdoor) dalam Orientasi dan dalam
bergerak.
4.Measurement adalah suatu
keterampilan yang di dalamnya
menetapkan ukuran tepat atau kira-kira 6. Self Familiarization adalah
dengan menggunakan unit yang dipunyai. mengenalkan diri atau mengakrabkan
Dalam hal ini banyak menekankan pada diri dengan lingkungan. Hal ini
pengukuran kurang lebih. Pada prinsipnya merupakan aplikasi atau penerapan
semua obyek bisa diukur. Pengukuran dari lima pengetahuan dan
bisa menggunakan pedoman waktu atau keterampilan di atas (land mark, clue,
langkah. compass, measurement dan
numberingsystem).
5. Compass Direction adalah suatu
keterampilan menentukan arah dengan Dari uraian di atas, jelas sekali
menggunakan pedoman atau mata angin. bahwa pengetahuan tentang orientasi dan
Fungsinya: mobilitas sangat diperlukan oleh anak
• Dapat dipergunakan di berbagai tunanetra. Proses belajar secara kognitif
lingkungan terhadap ke enam unsur dalam Orientasi
• Tunanetra mampu dan Mobilitas dapat dicapai dengan
menghubungkan jarak yang maksimal apabila pemikiran pada filsafat
terdekat pragmatisme dapat diterapkan seoptimal
• Menghubungkan lingkungan ke mungkin. Berbagai aktifitas orientasi
lingkungan sehingga mempunyai maupun mobilitas dapat menerapkan
arti yang bermakna dan konsep logika pengamatan. Prinsip pragmatisme,
yang positif. yaitu manfaat bagi hidup praktis, dapat
Keuntungan menggunakan Compass diterapkan baik dalam proses kognitif
Direction: maupun pengetahuan tentang Land Mark
• Anak dapat mengontrol gerakan (ciri medan), Clue (tanda-tanda),
dan hubungan diri dengan Numbering System (sistem penomoran),
lingkungan serta dapat mempunyai Measurement (pengukuran), Compass
sistem pribadi. Direction (arah-arah mata angin) dan
• Dapat memberikan jarak yang aplikasi dari kelima unsur di atas, yakni
lebih tepat dan efisien antara SelfFamiliarization (pengakraban diri).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA