I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
No. RM : 07 19 95
Umur : 23 tahun (11 Mei 1994)
Agama : Kristen
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA (Tidak tamat)
Pekerjaan : Petani
Alamat : Silutung
Masuk IGD RSUD Anuntaloko Parigi pada tanggal 5 Maret 2018, pukul 15.15 WITA.
Dirawat di Ruangan Isolasi.
A. Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa oleh kedua orangtuanya ke IGD RSUD Anuntaloko, Parigi
dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam naik turun dirasa tidak terlalu
tinggi, bila minum obat warung panas turun namun akan naik lagi dalam beberapa
jam. Batuk sejak 1 bulan SMRS, berdahak kuning (+) darah (-). Sesak disangkal.
Kadang-kadang keringat dingin pada malam hati. Penurunan berat badan dirasa tidak
ada. Nyeri ulu hati, mual muntah disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Sejak
8 bulan yang lalu, pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri, tidak nyambung bila
diajak bicara, dan curiga terhadap orang lain. Pasien juga sering mengamuk dirumah,
berteriak marah-marah dan melempar barang, namun tidak sampai memukul orang.
Pasien mengaku melihat sosok bayangan hitam perempuan kadang laki-laki,
dan bayangan tersebut tidak bisa dilihat oleh orang lain. Pasien juga sering
mendengar suara bisikan. Bisikan tersebut berupa suruhan, kadang bisikan bhawa
orang lain ingin berbuat jahat terhadap pasien sehingga membuat pasien curiga
terhadap orang lain. Suara atau bisikan-bisikan itu sering di dengar pasien tanpa
terlihat orang yang bicara sehingga pasien menjadi cemas. Pasien mengaku sudah
mengalami keluhan ini sejak beberapa bulan yang lalu tapi tidak jelas pastinya kapan.
Pasien juga meyakini ada orang yang mengejar-ngejar dirinya dan mau menipunya
dan berbuat jahat terhadap dirinya. Pasien tidak dapat bekerja sehingga saat ini hanya
dirumah saja tidak ada aktivitas lainnya. Pasien juga jarang bersosialisasi dengan
tetangga-tetangga maupun teman.
Keterangan :
: Pria : Wanita
: Pasien : 1 rumah
: Menikah
Status Neurologik
Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas nomal.
Gejala rangsang meningeal : Negatif
Mata : CA -/-, SI-/-.
Pupil : Isokor, diameter 3 mm,
Oftalmoscopy : Tidak dilakukan.
Motorik : Tidak ada hambatan gerak.
Sensibilitas : Dalam batas normal.
Sistem saraf vegetatif : Dalam batas normal.
Fungsi luhur : Dalam batas normal.
Gangguan khusus : Tidak ada.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 6 Maret 2018)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah tampak sesuai dengan umurnya (24 tahun), perawakan
tubuh sedang, kulit sawo matang, berambut panjang sebahu, memakai baju polo
shirt abu-abu dan kain sarung, perawatan diri kurang.
2. Kesadaran
Compos Mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tenang, kontak mata ada dan sikap gelisah
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan baik, spontan, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Euthym
2. Afek : Inappropiate
3. Empati : Tidak dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya
yakni Tamat SMP.
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : kurang (lupa kejadian masa kanak-kanak)
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian
Terganggu
5. Pikiran Abstrak
Sulit dinilai
6. Kemampuan Menolong diri sendiri
Kurang
D. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri
1. Halusinasi
Halusinasi visual ada (melihat bayangan hitam, perempuan kadang laki-laki)
Halusinasi auditorik ada (suara bisikan berupa suruhan dan bisikan orang
lain mau menjahati pasien)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikir
Produktifitas : Spontan, miskin ide.
Kontinuitas : Asosiasi longgar, kadang irelevan
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Waham persekutorik (pasien yakin ada yang mengejar dan
ingin menipunya)
F. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : Tidak Terganggu
2. Uji daya nilai : Tidak Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu (terdapat waham dan halusinasi)
4. Tilikan : Tilikan derajat 1 (pasien tidak menyadari dan
menyangkal bahwa dirinya sakit)
H. Taraf Dapat Dipercaya
Tidak dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kimia darah
GDS :118 mg/dL
SGPT :16,6 U/L
Kreatinin :1,26 mg/dL
IX. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
X. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi
Haloperidol 2x 0,5mg
Lorazepam 1 x0,5mg
b. Psikoterapi
Suportif
Memberikan informasi dan edukasi pada pasien mengenai penyakitnya.
Memberikan informasi pada pasien mengenai pentingnya minum obat dan kontrol
secara teratur. Memotivasi pasien untuk tidak memikirkan hal-hal yang dapat
membuat pengobatan pada dirinya menjadi semakin lama misalkan menghiraukan
suara yang mengganggu, menjalin relasi yang baik dengan keluarga.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa menerima
keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.
B. Farmakoterapi
IVFD RL 20 tpm
Diet TKTP
OAT 4FDC 1x3
Inj Paracatemol 1 gr /8jam/iv
Inj Cefuroxime 1 gr/12jam/iv
N-acetilsytein 2 x200 mg
XI. FOLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta menilai
efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Tahun 2018
Respon pengobatan :
Pasien dari sudah menjadi tenang, tidur
malam baik. Keluhan demam sudah tidak
ada, batuk berkurang.
Pembahasan
Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham persekutorik, arus
pikir isi pikir miskin ide, asosiasi longgar, afek inappropiate, onset lebih dari 1 bulan,
sehingga terpenuhi lebih dari 2 gejala untuk menegakkan Skizofrenia paranoid (F20.0) dalam
Pasien didiagnosa banding dengan Skizoafektif (F25.0), dimana pada pasien didapatkan
skizofrenia, Namun kriteria lainnya seperti gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
Psikoterapi terhadap pasien dan keluarga sangat penting dalam proses pemulihan pasien.
Pada pasien skizofrenik psikoterapi berkelanjutkan dibutuhkan agar pasien tetap patuh
dengan pengobatan, serta memiliki hasil akhir yang baik. Pada pasien ini diberikan obat
antipsikotik berupa haloperidol (golongan antagonis reseptor dopamin) dimulai dengan dosis
kecil yaitu 2x0,5 mg dengan lorazepam (benzodiazepin) 1x 0,5 mg. Haloperidol kemudian
dinaikan perlahan sampai dosis 3x1,5 mg dengan dikombinasi antipsikotik atipikal clozapin
dengan dosis kecil 1x 6,25 mg. Obat antipsikotik harus diberikan 4 sampai 6 minggu pada