Anda di halaman 1dari 17

MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR

MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

JEMBATAN BETON BERTULANG

 Capaian Pembelajaran:
 Setelah mempelajari sub bab Jembatan Beton bertulang
diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi
jembatan beton bertulang, bagian-bagian jembatan
beton bertulang, sifat-sifat jembatan beton bertulang,
dan kelebihan dan kekurangan jembatan beton bertulang
 Mahasiswa dapat merencanakan dimensi dari jembatan
beton bertulang, menghitung pembebanan pada
jembatan beton bertulang, dan menghitung kekuatan
strukturnya dengan perhitungan statika

 Referensi yang digunakan:


 Buku Jembatan Ir. Supriyadi
 Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa
 Buku analisis struktur jembatan, Faqih Ma”arif, M.Eng
Universitas Yogyakarta
 RSNI T-02-2015 tentang pembenan pada jembatan
 Dasar-dasar perencanaan Jembatan Beton bertulang
 Daftar Materi:
 Definisi Jembatan Beton bertulang
 Girder pada Jembatan Beton bertulang
 Sifat-sifat Jembatan Beton bertulang
 Macam-macam jembatan beton bertulang
 Kelebihan-dan Kekurangan Jembatan Beton bertulang
 Perhitungan pembebanan pada jembatan beton
bertulang
 Perhitungan elemen struktur jembatan beton bertulang
 Perhitungan Pembebanan Jembatan Beton bertulang
 Perhitungan statika
 Sambungan pada jembatan beton bertulang

DISUSUN OLEH:
NANIN MEYFA UTAMI, ST.,MT

1|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

DEFINISI JEMBATAN BETON BERTULANG

Jembatan beton bertulang merupakan struktur jembatan yang dibangun dengan konstruksi pada
sistem utamanya adalah berupa material beton bertulang yang berfungsi menghubungkan dua bagian
jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti sungai, danau, kali, jalan raya, jalan
kereta api dan lain-lain. Beberapa contoh dari jembatan beton bertulang disajikan dengan gambar
berikut ini:

Jembatan Cindaga, Jawa Tengah 1979 (double plane Arch Concrete)

Jembatan Single Plane Jembatan Pelengkung Beton Malang, Jawa Timur

2|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

Jembatan box girder beton menerus, Jawa Barat

Jembatan Pelengkung Beton, Bukit Tinggi Sumatera Barat

3|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

GIRDER PADA JEMBATAN BETON BERTULANG


Definisi:
Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier ataupun abutment pada suatu
jembatan atau fly over.
Menurut material penyusunnya giredr dibedakan menjadi:
1. Girder beton
Girder dari material beton dapat berbentuk box girder, bentuk T ataupun lainnya
2. Girder baja
Girder dari baja dapat berupa profil I, WF, ataupun profil lainnya
Menurut sistem perancangannya:
1. girder precast yaitu girder beton yang telah di cetak di pabrik tempat memproduksi beton
kemudian beton tersebut di bawa ke tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat
pemasangan dapat menggunakan girder crane.
2. on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan pembangunan jembatan, girder ini
dirancang sesuai dengan perancangan beton pada umumnya yaitu dengan menggunakan
bekisting sebagai cetakannya.

Sehingga yang disebut jembatan sistem girder adalah sebuah struktur bangunan jembatan yang
komponen utamanya (balok) berbentuk girder. Girder ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton
prategang, baja atau kayu. Panjang bentang jembatan girder beton bertulang ini dapat sampai 25 m,
dan untuk jenis girder yang menggunakan beton prategang umumnya memiliki panjang bentang di
atas 20 m sampai 40 m. Contoh jembatan girder yang paling umum kita jumpai adalah jembatan
sungai.

Kelebihan dan kekurangan girder

Girder dengan profil balok I memiliki kelebihan pada pengerjaannya yang mudah serta cepat dalam
berbagai jenis kasus, namun jika jembatan yang akan dibangun memiliki bentuk kurva, girder balok I
menjadi lemah karena kurang kuat terhadap kekuatan puntir/memutar, yang sering disebut sebagai
torsi. Web kedua pada balok I perlu ditambahkan dalam gelagar kotak untuk meningkatkan kekuatan
stabilitas untuk menahan torsi, Hal ini membuat gelagar kotak/box girder merupakan pilihan yang
tepat untuk jembatan dengan bentuk kurva.

Menurut bentuknya, jenis girder dapat dibedakan menjadi :

1. Balok I

Girder dengan bentuk balok I sering disebut dengan PCI Girder (yang dibuat dari material beton).
Girder ini dapat terbuat dari bahan komposit ataupun bahan non komposit, dalam memilih hal ini
perlu dipertimbangkan berbagai hal seperti jenis kekuatan yang diperlukan dan biaya akan akan
dikeluarkan.

4|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

Gambar Balok I atau Girder


2. Box Girder

Box girder sangat cocok digunakan untuk jembatan bentang panjang. Biasanya box girder didesain
sebagai struktur menerus di atas pilar karena box girder dengan beton prategang dalam desain
biasanya akan menguntungkan untuk bentang menerus. Box girder sendiri dapat berbentuk trapesium
ataupun kotak. Namun bentuk trapesium lebih digemari penggunaannya karena akan memberikan
efisiensi yang lebih tinggi dibanding bentuk kotak.

Box Girder

5|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

3. Balok T

Balok T ekonomis untuk bentang 40-60 ft. Namun pada struktur jembatan miring, perancangan balok
T memerlukan rangka kerja yang lebih rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur pada balok T
yang dianjurkan adalah sebesar 0,07 untuk struktur bentang sederhana dan 0,065 untuk struktur
bentang menerus.

ABUTMENT PADA JEMBATAN BETON BERTULANG


Abutment atau kepala jembatan adalah bagian bangunan pada ujung-ujung jematan, selain sebagai
pendukung bagi bangunan atas, juga berfungsi sebagai penahan tanah.

6|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

7|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

JENIS-JENIS JEMBATAN BETON BERTULANG

1. Jembatan Slab Beton bertulang


Jembatan ini merupakan jembatan yang tersusun dari pelat monolit, dengan bentang dari
tumpuan ke tumpuan tanpa didukung oleh gelagar atau balok melintang (stringer). Jembatan
ini biasa digunakan pada bentang pendek.

2. Jembatan gelagar kotak (box girder)


Jembatan ini tersusun dari gelagar longitudinal dengan slab di atas dan di bawah yang
berbentuk rongga (hollow) atau gelagar kotak, digunakan pada bentang panjang.

8|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

3. Jembatan Gelagar – (Deck Girder)


Jembatan ini terdiri atas gelagar utama arah memanjang dengan slab beton membentang di
antara gelagar.
Adapun jenis-jenis deck girder dalam pabrikasi
Balok T beton bertulang
a. Balok dan lantai dicetak ditempat (cast in place)
b. Balok pracetak dan lantai dicetak ditempat
c. Balok pracetak dan lantai pracetak

Beton Prategang

a. Gelagar prategang dan lantai dicetak ditempat


b. Gelagar prategang pracetak dengan slab lantai beton bertulang cetak di tempat
c. Gelagar prategang dengan berbagai kemungkinan metode pabrikasi dan pencetakan
lantai

SIFAT-SIFAT JEMBATAN BETON BERTULANG


Beton bertulang merupakan bahan bangunan yang kuat, tahan lama, dan dapat dibentuk sesuai
dengan cetakan yang dibuat. Beton memiliki kekuatan yang maksimal bila dipadukan dengan baja

9|P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

yang mampu menyediakan kekuatan tarik dan sebagian kekuatan geser Sehingga beton bertulang
mampu menahan tekan dan tarik yang diberikan.

PEMBENANAN YANG DIHITUNG PADA JEMBATAN BETON BERTULANG

Secara umum beban-beban yang dihitung dalam merencanakan jembatan dibagi atas dua beban yaitu:
beban primer dan beban sekunder. Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan
untuk setiap perencanaan jembatan, sedangkan beban sekunder adalah beban sementara yang
mengakibatkan tegangan-tegangan yang relatif kecil daripada tegangan akibta beban primer dan
biasanya tergantung dari bentang, bahanm sistem konstruksi, tipe jembatan dan keadaan setempat.

1. Beban primer

Beban primer adalah beban yang merupakan muatan utama dalam perhitungan tegangan untuk
setiap perencanaan jembatan

Beban mati adalah semua muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan
yang ditinjau termasuk segala unsur tambahan yang bersifat tetap yang dianggap merupakan satu
kesatuan dengan jembatan (sumantri 1989, 63). Dalam menentukan besarnya muatan mati harus
dipergunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan.

2. Beban Sekunder Siapa bisa?

3. Beban Khusus Siapa bisa, bonus nilai...

CONTOH ANALISA DAN PERHITUNGAN


PERHITUNGAN PEMBEBANAN
1. Perhitungan beban mati pada jembatan: berat beton, berat aspal, berat baja, berat
pasangan bata, berat plesteran dll
Rumus untuk berat sendiri:
QMS + QMA

QMS = b. H . Wc
Dengan: Qms : berat sendiri
B : slab lantai jembatan
H : Tebal slab lantai jembatan
Wc : Berat beton bertulang (disyaratkan dalam RSNI T 02-2005 adalah 23,5 –
25,5)
QMA : Beban mati tambahan terdiri dari:
Ta : tebal lapisan atas +ovelay (berat yang ditetapkan dalam SNI T 02 2005 = 22,0)
Ha : Tebal genangan air hujan (berat yang ditetapkan dalam SNI adalah 9,8)

2. Perhitungan Beban Hidup

10 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

Beban hidup adalah beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan bergerak lalu
lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. (berdasarkan PPPJJR-
1987, hlmn 5-7 beban hidup yang dihitung pada jembatan beton bertulang adalah:
a. Beban T (Beban Lantai Kendaraan)
Beban T merupakan beban kendaraan truk yang mempunyai beban roda (dual Wheel
Load) sebesar 10 ton, yang bekerja pada seluruh lebar bagian jembatan yang
digunakan untuk lalu lintas kendaraan. Berikut adalah skema dari pembebanan dari
beban T pada lantai kendaraan:

Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh truk (beban T)
yang besarnya, T= 100kN, dengan menggunakan rumus:

Faktor Beban Dinamis (FBD) merupakan hasil interaksi antara kendaraan yang
bergerak dengan jembatan. Besarnya FBD tergantung pada frekuensi dasar dari
suspensi kendaraan (biasanya antara 2 sampai 5 Hz untuk kendaraan berat, dan
frekuensii dari getaran lentur jembatan) Untuk perencanaan FBD dinyatakan sebagai
beban statis ekuivalen. ( RSNI T 02-2005 halaman 24 dari 63).
Untuk pembebanan truk T FBD diambil 30%. Harga FBD yang dihitung digunakan pada
seluruh bagian bangunan yang berada di atas permukaan tanah.
Untuk bagian bangunan bawah dan pondasi yang berada dibawah garis permukaan
FBD harus diambil sebagai peralihan linier dari harga pada garis permukaan tanah
sampai nol pada kedalaman 2 m.
Untuk bangunan yang terkubur seperti halnya gorong-gorong dan struktur baja tanah
harga FBD jangan diambil kurang dari 40% untuk kedalaman nol dan jangan kurang
dari 10% untuk kedalaman 2 m.
b. Beban D
Adalah susunan beban pada setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban garis P ton
per jalur lalu lintas (P = 12 ton) dan beban terbagi rata “q” ton per meter panjang per
jalur sebagai berikut:
Q = 2,2 t/m untuk L < 30 m

11 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

Q = 2,2 t/m – [( 1,1/60) x (L-30)] t/m untuk 30 m < L < 60 m


Q = 1,1 [ 1+ (30/L)] untuk L> 60 m

Ketentuan penggunaan beban D dalam arah melintang jembatan adalah sebagai


berikut:

Contoh beban hidup pada jembatan: beban kendaraan yang melintas, beban orang
berjalan, dll.

c. Beban Kejut

Koefisien kejut ditentukan dengan rumus:


K = 1 + 20/ (50+L)
Dimana k : koefisien kejut
L : panjang bentang

TAHAPAN DALAM MENGHITUNG DAN MERENCANAKAN BAGIAN-BAGIAN DARI


JEMBATAN BETON BERTULANG

1. Perencanaan Deck/Gelagar memanjang

12 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

13 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

LATIHAN SOAL PEMBEBANAN PADA JEMBATAN BETON BERTULANG

14 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

15 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

16 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
MINGGU KE-10
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai