ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Uni
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Uni
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
Tanggal 17 lanLtari20l4
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kimia Farma Trading and
Distribution Jakarta yang telah dilaksanakan pada tanggal 23 September – 01
November 2013.
Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi
sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., sebagai Pejabat Sementara Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20 Desember 2013.
3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing dari Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan.
4. Drs. Ignatius Muryanta, Apt., selaku Direktur Utama PT. Kimia Farma
Trading and Distribution.
5. Drs. M. Umar Said, Apt., MM., selaku Direktur Bidang Keuangan dan
Sumber Daya Manusia PT. Kimia Farma Trading and Distribution atas
waktu, pikiran dan ijin yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan PKPA di
PT. Kimia Farma Trading and Distribution.
6. Drs. Taufik Hidayat, Apt., selaku Manajer Bidang Sumber Daya Manusia dan
Pembimbing di PT. Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta atas
waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikan kepada penulis.
iv Universitas Indonesia
Penulis
2013
v Universitas Indonesia
dibawah ini:
Nama Ennie Riben Sihite, S.Farm
NPM 120632957s
Fakultas Farmasi
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 17 Januan2}l4
Yang menyatakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Trading and Distribution
bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker di PBF dan memahami
kegiatan di PBF baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.
Tugas khusus yang diberikan berjudul Kepatuhan Melaksanakan Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB) untuk Sediaan Narkotika dan Psikotropika di PT. Kimia
Farma Trading and Distribution cabang Bogor. Tujuan dari tugas khusus ini
adalah untuk mengamati sejauh mana kepatuhan KFTD cabang Bogor
menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dalam untuk sediaan
narkotika dan psikotropika.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
LAMPIRAN .................................................................................................... 63
......................................................................................................................
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kimia Farma Trading and
Distribution bertujuan untuk :
a. Mengetahui dan memahami cara distribusi obat yang baik di PT. Kimia Farma
Trading and Distribution.
b. Memahami peran dan tanggung jawab apoteker di pedagang besar farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
2.1.4.2 Bangunan
Suatu PBF harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi
persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi PBF. Suatu PBF paling sedikit memiliki ruang tunggu, ruang penerimaan
obat, ruang penyiapan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, gudang obat
jadi, ruang makan dan kamar kecil. Bangunan PBF dilengkapi dengan sumber air
yang memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang memadai, alat pemadam
kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik.
Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa
kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang
memadai, kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan
penanganan obat yang baik, dan area penyimpanan dilengkapi dengan
pencahayaan yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan
secara akurat dan aman.
Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung
dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan
peralatan yang memadai. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan dan
pengiriman hanya diberikan kepada personil yang berwenang, yakni dengan
adanya sistem alarm dan kontrol akses yang memadai (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2012).
Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih, bebas dari sampah dan
debu serta harus dirancang dan dilengkapi, sehingga memberikan perlindungan
Universitas Indonesia
terhadap masuknya serangga, hewan pengerat atau hewan lain. Ruang istirahat,
toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan. Selain itu
harus disediakan area khusussepertipenyimpananobat-obatnarkotikaseperti yang
telahditetapkandalam CDOB (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
Berkas-berkas yang harus dilampirkan untuk permohonan SIKA yaitu:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN).
b. Surat penyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/ penyaluran.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2
(dua) lembar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.8.1 Pengadaan
Sebelum melakukan pengadaan obat di PBF harus dilakukan kualifikasi
yang tepat sebelum pengadaan dilaksanakan. Pemilihan pemasok, termasuk
kualifikasi dan persetujuan penunjukannya, merupakan hal operasional yang
penting. Pemilihan pemasok harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan
hasilnya didokumentasikan serta diperiksa ulang secara berkala. Jika obat dan/
atau bahan obat diperoleh dari industri farmasi, maka fasilitas distribusi wajib
memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai izin serta menerapkan prinsip
dan Pedoman CPOB sedangkan jika bahan obat diperoleh dari industri non-
farmasi yang memproduksi bahan obat dengan standar mutu farmasi, maka
fasilitas distribusi wajib memastikan bahwa pemasok tersebut mempunyai izin
serta menerapkan prinsip CPOB. Pengadaan obat dan/ atau bahan obat harus
dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai pasokan harus diidentifikasi serta
didokumentasikan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
2012).
2.1.8.2 Penyaluran
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF, PBF hanya dapat menyalurkan obat
kepada PBF lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas,
klinik dan toko obat (selain obat keras).
Dalam pelaksanaan penyaluran sediaan farmasi di PBF terdapat beberapa
ketentuan, yakni meliputi:
a. Penyaluran Obat
1) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dapat menyalurkan obat
kepada instansi pemerintah yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Namun, PBF tidak dapat menyalurkan
obat keras kepada toko obat.
2) PBF hanya melaksanakan penyaluran obat berupa obat keras berdasarkan
surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau
apoteker penanggung jawab.
Universitas Indonesia
b. Penyaluran Narkotika
Setiap PBF yang melakukan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran
narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Penyaluran Psikotropika
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika,
penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran dilakukan oleh pabrik obat,
pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah.
Penyaluran psikotropika salah satunya dapat dilakukan oleh:
1) Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/ atau
lembaga pendidikan.
2) Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya, apotek,
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga
penelitian dan/ atau lembaga pendidikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kemungkinan obat dan/ atau bahan obat diberikan kepada pihak yang tidak
berhak.
j. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah dan
debu. Harus tersedia prosedur tertulis, program pembersihan dan dokumentasi
pelaksanaan pembersihan.
k. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
penyimpanan.
2.2.4 Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat
memastikan bahwa identitas obat dan/ atau bahan obat tidak hilang dan
distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan.
Bagian operasional terdiri dari proses penerimaan, penyimpanan, pemisahan,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penyaluran obat dan/ atau bahan obat ke pihak yang berwenang atau berhak untuk
keperluan khusus, seperti penelitian, special access dan uji klinik, harus
dilengkapi dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/ atau bahan
obat, bentuk sediaan, nomor batch, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan
alamat pemesan atau penerima. Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan
harus sesuai dengan persyaratan obat dan/ atau bahan obat dari industri farmasi.
Dokumentasi harus disimpan dan mampu tertelusur. Dokumen untuk pengiriman
obat dan/ atau bahan obat harus disiapkan dan harus mencakup sekurang-
kurangnya informasi berikut:
a. Tanggal pengiriman;
b. Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari
penerima (misalnya Apotek, rumah sakit atau klinik);
c. Deskripsi obat dan/ atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan
kekuatan (jika perlu);
d. Nomor batch dan tanggal kedaluwarsa;
e. Kuantitas obat dan/ atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas per
kontainer (jika perlu);
f. Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman;
g. Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan
ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang menerima
(jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan.
Universitas Indonesia
2.2.6 Keluhan, Obat dan/ atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan
Penarikan Kembali
Jika terjadi keluhan maka semua keluhan dan informasi lain tentang obat
dan/ atau bahan obat berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki
sesuai dengan prosedur tertulis serta harus tersedia dokumentasi untuk setiap
proses penanganan keluhan termasuk pengembalian dan penarikan kembali serta
dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Jika obat ternyata dapat dijual kembali
maka harus melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai
dengan kewenangannya. Adapun persyaratan obat dan/ atau bahan obat yang
layak dijual kembali, antara lain jika:
a. Obat dan/ atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi
syarat serta memenuhi ketentuan;
b. Obat dan/ atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan
ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan;
c. Obat dan/ atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung
jawab atau personil yang terlatih, kompeten dan berwenang;
Universitas Indonesia
Sedangkan untuk obat dan/ atau bahan obat diduga palsu, penyalurannya
harus dihentikan, segera dilaporkan ke instansi terkait dan menunggu tindak lanjut
dari instansi yang berwenang. Setelah ada pemastian bahwa obat dan/ atau bahan
obat tersebut palsu, maka harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari
instansi yang berwenang.
2.2.7 Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang
memadai. Obat dan/ atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan
sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus
digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di
atas. Apapun moda transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat
dan/ atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang
dapat mengurangi mutu. Pendekatan berbasis risiko harus digunakan ketika
merencanakan rute transportasi.
Obat dan/ atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk
mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personil yang terlibat dalam
pengiriman harus dilengkapi dengan peralatan keamanan tambahan yang sesuai
untuk mencegah pencurian obat dan/ atau bahan obat dan penyelewengan lainnya
selama transportasi. Kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan untuk obat dan/
atau bahan obat harus dipertahankan selama transportasi sesuai dengan
yangditetapkan pada informasi kemasan. Jika menggunakan kendaraan
berpendingin, alat pemantau suhu selama transportasi harus dipelihara dan
dikalibrasi secara berkala atau minimal sekali setahun. Persyaratan ini meliputi
pemetaan suhu pada kondisi yang representatif dan harus mempertimbangkan
variasi musim. Jika diperlukan, pelanggan dapat memperoleh dokumen data suhu
Universitas Indonesia
untuk menunjukkan bahwa obat dan/ atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu
penyimpanan yang dipersyaratkan selama transportasi.
2.2.9 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi
(pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan
dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu. Menurut Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB), dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem
manajemen mutu.Dokumentasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Menjamin semua pelaksanaan distribusi berjalan sesuai dengan panduan mutu
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Apabila terjadi penyelewengan sistem, maka dapat ditelusuri dengan sistem
dokumentasi perjalanan distribusi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk
bahan obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan farmakope dan peraturan
nasional terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi.
Dokumen yang dibuat harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar
selalu up to date. Jika suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk
menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
28 Universitas Indonesia
kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir yaitu industri, marketing,
retail, laboratorium klinik dan klinik kesehatan. Pada tanggal 4 januari 2003 PT.
Kimia Farma Tbk. membentuk 2 anak perusahaan yaitu: PT. Kimia Farma Health
and Care dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution.
Universitas Indonesia
dari PT Kimia Farma Tbk. yang memiliki tugas utama mendistribusikan produk-
produk farmasi yang diproduksi PT. Kimia Farma Tbk. ke channel-channel yang
tersebar di seluruh nusantara.
Berbekal kemampuan serta pengalaman menangani pendistribusian
produk-produk PT Kimia Farma Tbk. sejak tahun 1917, pada tanggal 4 Januari
2003 divisi Pedagang Besar Farmasi ini kemudian berkembang menjadi anak
perusahaan dengan nama PT. Kimia Farma Trading and Distribution, yang
berbasis Jasa Layanan Perdagangan dan Distribusi.
PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) adalah anak
perusahaan PT. Kimia Farma Tbk. yang didirikan berdasarkan akta pendirian No.
07 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H
di Jakarta dan telah diubah dengan akta No.42 tanggal 22 April 2003 yang dibuat
di hadapan Notaris Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H. Akta ini telah
mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Manusia Republik
Indonesia dengan surat keputusan No: C-09648 HT.01.01 TH 2003 tanggal 1 Mei
2003.
Untuk memudahkan operasionalnya, KFTD juga didukung oleh 44 kantor
cabang (6 cabang kelas 1, 32 cabang kelas 2 dan 7 cabang kelas 3) dengan
wilayah operasinya mulai dari Aceh sampai dengan Jayapura, jumlah salesman
450 orang dan armada pengantar roda 4 (mobil box) 477 unit dan pengantar roda 2
(motor box) 292 unit. Jaringan distribusi ini melayani lebih dari 31 rekanan
principal, memenuhi kebutuhan sekitar 13.963 apotek, 1.527 Pedagang Besar
Farmasi (PBF), 3.691 toko obat, 106 horeka (hotel restoran karaoke), 1.975 rumah
sakit, 6.572 pasar tradisional dan 2.074 pasar modern.
Universitas Indonesia
3.1.2.2 Misi
Misi PT. Kimia Farma Tbk. ialah sebagai berikut:
a. Meningkatkan jumlah jaringan distribusi produk kesehatan baik produk sendiri
maupun principal pihak ketiga.
b. Meningkatkan perdagangan dan pengadaan produk kesehatan di pasar institusi.
c. Meningkatkan perdagangan alat kesehatan dan diagnostik keagenan atau
private label.
3.1.3 Strategi
Dalam menjalankan kegiatannya, strategi yang diterapkan antara lain
sebagai berikut:
a. Cost leadership guna menciptakan comparative advantages.
b. Product differentiation jenis produk unggulan guna meningkatkan competitive
advantages.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Fungsi kegiatan pembukuan atau tata usaha, yaitu menyajikan laporan yang
tepat waktu, isi dan guna agar dapat mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat.
3.2.1.2 Tujuan
Manajemen pengadaan dilakukan untuk menyediakan obat atau bahan obat
untuk memenuhi kebutuhan stok di gudang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.1.5 Sasaran
Sasaran mutu dari manajemen pengadaan yaitu memperoleh harga barang
yang lebih murah (lebih efisien) serta dapat melayani seluruh kebutuhan barang
pelanggan (service level) 100%.
3.2.1.6 Indikator
Indikator yang digunakan untuk mencapai sasaran diatas adalah sebagai berikut:
a. Harga pokok penjualan (HPP)
1) Jika HPP yang diperoleh < dari HPP tahun lalu (PBF pesaing), maka fungsi
pembelian berfungsi dengan baik.
2) Jika HPP yang diperoleh > dari HPP tahun lalu (PBF pesaing), maka fungsi
pembelian tidak berfungsi dengan baik.
b. Service level
1) Jika service level > dari service level tahun lalu, maka fungsi pembelian
berfungsi dengan baik.
2) Jika service level < dari service level tahun lalu, maka fungsi pembelian
tidak berfungsi dengan baik.
3.2.2.2 Tujuan
Tujuan adanya manajemen penyimpanan ialah untuk memastikan bahwa
obat atau bahan obat yang disimpan sesuai dengan rekomendasi dari industri
farmasi atau non farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.2.8 Sasaran
Sasaran dari manajemen penyimpanan ialah mencegah kehilangan dan
kerusakan barang atau kedaluwarsa.
3.2.2.9 Indikator
a. Jika jumlah barang hilang dan rusak > dari angka kebijakannya, maka fungsi
pergudangan berfungsi dengan baik.
b. Jika jumlah barang hilang dan rusak < dari angka kebijakannya, maka fungsi
pergudangan tidak berfungsi dengan baik.
3.2.3.2 Tujuan
Tujuan dari manajemen penjualan ialah untuk memperoleh pertumbuhan
penjualan (sales growth) dan pertumbuhan jumlah pelanggan (costumer growth)
serta untuk mempertahankan pelanggan yang loyal (costumer rate retention).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.3.4 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai pada penjualan ialah mencapai target penjualan dan
service level yang ditentukan.
3.2.3.5 Indikator
a. Jika penjualannya > target atau dari tahun lalu, maka fungsi pelayanannya
berfungsi dengan baik
b. Jika penjualannya < target atau dari tahun lalu, maka fungsi pelayanannya tidak
berfungsi dengan baik
c. Jika service levelnya = 100 % atau > baik dari tahun lalu, maka fungsi
pelayanannya berfungsi dengan baik
d. Jika service levelnya < 100 %, maka fungsi pelayanannya tidak berfungsi
dengan baik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3) Bagi pelanggan yang tidak menjawab surat konfirmasi tersebut, maka angka
hutang pelanggan yang dibuat apotek yang dianggap benar.
3.2.4.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai ialah mencegah kehilangan faktur dan pencurian uang
hasil tagihan.
3.2.4.4 Indikator
a. Jika tingkat kehilangan faktur atau pencurian uang hasil tagihan = 0 %, maka
administrasi inkaso berfungsi dengan baik.
b. Jika tingkat kehilangan atau pencurian uang hasil tagihan > 0, maka
administrasi inkaso tidak berfungsi dengan baik.
Universitas Indonesia
3.2.5.2 Tujuan
Pembukuan dibutuhkan untuk menyimpan seluruh kegiatan perusahaan
dan transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan Tujuan utama kegiatan
pembukuan di PBF adalah agar seluruh transaksi keuangan dapat
didokumentasikan sesuai dengan urutan peristiwa atau kejadian dan besarannya,
sehingga dapat disajikan dalam laporan keuangan dengan benar dan berguna bagi
pihak-pihak yang membutuhkan (Menteri Pekerjaan Umum, 2013).
3.2.5.5 Indikator
a. Jika laporan keuangan dapat dibuat dan disajikan tepat isi dan waktu sesuai
tanggal yang ditetapkan, maka TU berfungsi dengan baik.
b. Jika laporan keuangan tidak dapat dibuat dan disajikan tepat isi dan waktu
sesuai tanggal yang ditetapkan, maka TU tidak berfungsi dengan baik.
3.3 Pajak
Jenis pajak yang dikelola di bagian tata usaha PT. Kimia Farma Trading
and Distribution antara lain pajak pertambahan nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan
(PPh).
b. Pajak masukan yaitu, PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha
kena pajak karena perolehan barang kena pajak. Pajak masukan dalam hal ini
merupakan pajak yang telah dibayarkan oleh KFTD pada saat proses
pembelian barang kepada pihak principal pihak III, dibuktikan dengan adanya
Surat Setoran Pajak (SSP).
Faktur pajak yaitu, bukti pemungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha
kena pajak yang melakukan penyerahan barang kena pajak. Faktur pajak dalam
hal ini dibundel menjadi satu bersama dengan faktur penjualan. Faktur pajak
pelanggan akan dikelola oleh pihak KFTD pusat.
Universitas Indonesia
Dalam hal pengelolaan pajak diambil alih oleh KFTD pusat, sedangkan
besarnya nominal pajak penghasilan yang harus dibayarkan ke Direktorat Jenderal
Pajak dihitung oleh KFTD di cabang masing-masing di bagian tata usaha.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
cabang Jakarta-1 sudah terkunci dengan baik. Obat yang diduga palsu belum
pernah ditemukan diketiga cabang. Untuk obat kembalian di cabang Bogor dan
Jakarta-1 dilakukan pemisahan dari obat-obat reguler, namun di cabang Serpong
tidak dipisahkan. Pemusnahan obat di cabang Jakarta-1 belum pernah dilakukan
karena pemusnahan dilakukan oleh UBL. Pemusnahan obat di cabang Bogor
pernah dilakukan tahun 2011, begitu juga dengan cabang Serpong. Pemusnahan
obat disertai dengan berita acara pemusnahan yang dibuat oleh APJ dengan
disaksikan oleh BPOM, Dinas Kesehatan dan APJ. Pemusnahan dilakukan dengan
cara dibakar atau diencerkan sesuai dengan sifat barang yang akan dimusnahkan
setelah itu ditimbun di dalam tanah.
Kegiatan penjualan dan pelayanan di ketiga cabang KFTD terdiri dari
penjualan regular dan penjualan narkotika-psikotropika. Untuk penjualan yang
bersifat regular maka pelanggan dapat langsung melakukan pemesanan melalui
telepon (Lampiran 5), menggunakan Surat pesanan (SP) yang di faksimile
(Lampiran 6) atau menggunakan SP yang dititipkan kepada salesman. Pada
pemesanan narkotika-psikotropika, wajib menggunakan SP Narkotika (Form N-9)
asli atau SP Psikotropika asli yang ditandatangani oleh APJ sesuai dengan
ketentuan CDOB. Pada KFTD cabang Bogor dan Jakarta-1, pemesanan narkotika-
psikotropika telah sesuai dengan ketetapan CDOB, namun di KFTD cabang
Serpong masih ditemukan adanya pemesanan via telepon/ faksimile oleh APJ dan
tidak menggunakan SP asli. SP asli diterima sesaat sebelum dilakukan penyerahan
narkotika oleh petugas hantaran. Hal ini merupakan kebijakan yang diberikan oleh
KFTD cabang Serpong atas pertimbangan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang
mungkin mendesak.
Setelah SP diterima, selanjutnya dibuat sales order (SO) di sistem
informasi untuk mengecek ketersediaan barang dalam memenuhi pesanan,
kemudian dibuat surat kirim barang (SKB) (Lampiran 7) dan faktur penjualan
(Lampiran 8) serta faktur pajak (Lampiran 9) jika pembayaran secara COD. Jika
pembayaran secara kredit maka faktur pajak akan dibuat saat tukar faktur atau saat
penagihan. SKB akan dicetak oleh petugas logistik untuk kemudian dilakukan
penyiapan pesanan. Proses penyiapan diawali dengan pengambilan barang sesuai
dengan SKB, mulai dari nama sediaan, jumlah, jenis atau bentuk sediaan, nomor
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ransel. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan CDOB yang menyatakan bahwa
kendaraan yang digunakan harus dapat menjamin bahwa obat tidak mengalami
perubahan kondisi selama penghantaran yang dapat mengurangi mutu, seperti
penyok, basah karena hujan atau rusak karena jatuh. Selain itu, hal tersebut juga
berbahaya bagi petugas penghantar. Untuk sediaan dengan suhu tertentu seperti
vaksin, dalam penghantarannya digunakan cool box berisi ice pack untuk
menjaga kondisi mutu sediaan sesuai dengan anjuran CDOB. Namun, belum
tersedia termometer untuk memastikan bahwa barang yang dihantarkan tidak
berubah suhunya selama proses penghantaran. Petugas penghantar barang belum
dibekali dengan pengetahuan CDOB, dimana pada KFTD cabang ini memang
belum pernah diberikan pelatihan mengenai CDOB pada personil.
Selanjutnya, barang diserahkan kepada pelanggan dan faktur penjualan
(Lampiran 8) ditandatangani oleh tim penerima barang. Faktur penjualan yang
telah ditandatangani diserahkan ke PJ logistik kemudian dibuatkan faktur
pajaknya (Lampiran 9). Faktur ini akan menjadi dokumen yang sah untuk
dilakukan penagihan kepada pelanggan. Pada penjualan regular, pembayaran
dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai (kredit) dengan tenggang waktu 30
hari. Sedangkan untuk sediaan narkotika dan psikotropika, pembayaran dilakukan
secara tunai atau cash on delivery (COD) pada saat barang dihantarkan. Hal ini
diberlakukan agar sediaan narkotika setelah dihantarkan secara sah telah menjadi
tanggung jawab pelanggan dan bukan tanggung jawab KFTD lagi, serta
menghindari penyalahgunaan narkotika oleh pihak yang tidak berwenang. Namun,
untuk penjualan narkotika dan psikotropika ke rumah sakit, pembayaran dapat
dilakukan secara kredit dengan batas pembayaran maksimal 14 hari setelah
pemesanan karena proses dokumen di rumah sakit yang rumit, sehingga untuk
melakukan pembayaran secara COD. Pemilihan pelanggan dalam proses
penjualan juga menjadi perhatian, dimana penyaluran sediaan farmasi dan alat
kesehatan hanya disalurkan kepada pihak yang berhak dan berwenang untuk
menyerahkan obat ke masyarakat yang dibuktikan dengan adanya Surat Izin
Apotek, toko obat dan PBF, Surat Izin Penanggung Jawab dan NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak) atau SIUP (Surat Izin Usaha Pengusaha). Pada penjualan
non-tunai, penagihan dilakukan ketika pembayaran telah jatuh tempo. Sebelum
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memperoleh harga barang yang lebih murah dengan adanya diskon yang diberikan
oleh pihak principal terutama principal pihak III pusat. Namun, service level
pembelian belum 100%, karena UBL belum mampu memenuhi seluruh
permintaan di ketiga cabang KFTD dan sering terjadinya keterlambatan dalam
pengiriman barang. Manajemen pergudangan bertujuan untuk mencegah
kehilangan, kerusakan, dan kedaluarsa barang. Dalam hal penyimpanan, jumlah
barang rusak di KFTD cabang Serpong lebih kecil dari angka kebijakannya
(0,4%), yaitu 0,07%. Hal ini menandakan bahwa manajemen pergudangan telah
berfungsi dengan baik.
Pada unit penjualan di KFTD cabang Serpong, sasaran penjualan untuk
bulan september tahun 2013 telah tercapai. Pencapaian penjualan bulan tersebut
lebih besar dari yang ditargetkan, dimana capaian di bulan tersebut ialah 3,9
milyar dan target capaian di bulan tersebut ialah 3,7 milayar. Dapat dilihat bahwa
fungsi penjualan di bulan tersebut berjalan dengan baik. Pencapaian penjualan di
KFTD cabang Jakarta-1 untuk bulan September 2013 ialah 2,5 milyar dari target
awal 2,7 milyar. Bila dibandingkan dengan target pencapaian pada bulan
September 2012, maka pencapaian di bulan September tahun ini lebih besar,
begitu pula dengan pencapaian penjualan di KFTD Bogor. Dapat dilihat bahwa
fungsi penjualan di kedua cabang KFTD tersebut berjalan dengan baik. Namun,
service level di ketiga cabang KFTD belum 100%, dikarenakan masih adanya
pesanan yang tidak dapat dilayani karena barang tidak tersedia.
Pada unit tata usaha di ketiga cabang KFTD, pencapaian sasaran sudah
tercapai dengan tidak adanya kehilangan faktur. Di sisi lain, unit tata usaha juga
telah mencapai sasaran kegiatan dengan menyajikan laporan keuangan yang tepat
isi dan tepat waktu.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma
Trading and Distribution, dapat disimpulkan bahwa:
a. Cara Distribusi Obat yang Baik di PT. Kimia Farma Trading and Distribution
meliputi aspek manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia,
bangunan dan peralatan, operasional, inspeksi diri, transportasi, fasilitas
distribusi berdasar kontrak dan dokumentasi. Sebagai Pedagang Besar
Farmasi, KFTD cabang Bogor, KFTD cabang Jakarta 1, dan KFTD cabang
Serpong telah berusaha berpedoman pada CDOB yang dikeluarkan oleh
BPOM RI pada semua lini kegiatannya, namun masih terdapat kekurangan
yang harus diperbaiki.
b. Dalam melakukan kegiatannya PT. Kimia Farma Trading and Distribution
(KFTD) telah menunjuk apoteker sebagai penanggung jawab fasilitas
distribusi, dimana tanggung jawab apoteker yaitu menyusun, memastikan dan
mempertahankan penerapan sistem manajeman mutu di fasilitas distribusi.
5.2 Saran
a. Sebaiknya dibuat SOP pendelegasian tugas ke tenaga teknis kefarmasian lain
apabila APJ tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam waktu yang ditentukan.
b. Perlu dilakukannya inspeksi diri secara berkala dan berkesinambungan di
ketiga KFTD cabang untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-
masing lini kegiatan agar mampu menjadi bahan evaluasi untuk kegiatan di
masa yang akan datang serta mempertahankan kinerja baik yang telah ada.
c. Sebaiknya ruang transito out dan transito in di KFTD Jakarta-1 dan KFTD
Bogor dipisah dan tidak dijadikan tempat penyimpanan barang untuk
mencegah kesalahan saat pengiriman barang, penerimaan barang dan
kehilangan barang.
d. Sebaiknya SP asli pengadaan narkotika-psikotropika di ketiga KFTD cabang
segera dikirimkan ke UBL setelah dibuat oleh APJ.
60 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kimia Farma. (2012). Laporan Tahunan Annual Report Tahun 2012. Jakarta:
Kimia Farma.
62 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
Uni
ii
iii
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kimia Farma Tranding and
Distribution (KFTD) cabang Bogor, bertujuan agar para calon Apoteker dapat
mengamati sejauh mana kepatuhan KFTD cabang Bogor menerapkan Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dalam untuk sediaan narkotika dan
psikotropika.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
2.1.2 Psikotropika
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997,
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika yang digolongkan menjadi:
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan
I adalah ecstasy (MDMA), psilosin, LSD (lisergik deitilamid), dan meskalin
(kaktus amerika).
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika
golongan II adalah amfetamin, metamfetamina, sekobarbital, metakualon, dan
metilfenidat.
c. Psikotropika golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III
adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina.
d. Psikotropika golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
Universitas Indonesia
2.2 PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) Cabang Bogor
2.2.1 Gambaran Umum
PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD) cabang Bogor
merupakan salah satu cabang kelas 2 dari PT. Kimia Farma Trading and
Distribution, yang terletak di di Jl. Tentara Pelajar No. 2 Bogor. Bangunan yang
digunakan KFTD cabang Bogor untuk melaksanakan kegiatan operasional bukan
milik pribadi (sewa) dari KFTD Pusat, oleh sebab itu KFTD cabang Bogor
memiliki kontrak tertulis sehingga pengelolaan bangunan sepenuhnya tanggung
jawab KFTD cabang Bogor. KFTD cabang Bogor melakukan distribusi sediaan
farmasi ke berbagai tempat seperti rumah sakit, apotek, toko obat, dan toko
kosmetik yang berada di wilayah Kota Bogor, Cileungsi, Cibubur dan Depok.
Sediaan Farmasi yang didistribusikan oleh KFTD Cabang Bogor meliputi obat
reguler (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras), obat tradisional,
kosmetika, obat narkotika dan psikotropika, serta beberapa alat kesehatan habis
pakai seperti kasa hidrofil.
Universitas Indonesia
2.3.2 Tujuan
CDOB dimaksudkan untuk memastikan bahwa keamanan, manfaat dan
mutu produk obat di sepanjang jalur distribusi tetap dipertahankan sesuai dengan
karakteristik pada saat obat dimaksud disetujui untuk beredar, yaitu sejak dari
industri farmasi hingga fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi apotek, rumah
sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat dan toko obat (Badan Pengawas Obat
dan Makanan, 2012).
2.4.2 Umum
Distribusi narkotika dan psikotropika wajib memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan dan CDOB.
Universitas Indonesia
2.4.5 Operasional
2.4.5.1 Kualifikasi Pemasok
Pemasok yang menyalurkan narkotika wajib memiliki ijin khusus sebagai
fasilitas distribusi atau industri farmasi yang memproduksi narkotika. Izin khusus
menyalurkan atau memproduksi narkotika diterbitkan oleh Menteri Kesehatan.
Menteri Kesehatan memberikan izin importasi narkotika kepada satu Perusahaan
Milik Negara yaitu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., berdasarkan Kepmenkes No.
199/Menkes/SK/III/1996 tentang Penunjukan Pedagang Besar Farmasi PT
(Persero) Kimia Farma Depot Sentral sebagai Importir Tunggal Narkotika di
Indonesia.
Universitas Indonesia
2.4.5.3 Pengadaan
Perencanaan kebutuhan tahunan harus dibuat dalam pengadaan narkotika
atau psikotropika. Pengadaan narkotika atau psikotropika harus berdasarkan surat
pesanan dengan format khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Surat Pesanan wajib:
a. Asli dan dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 (dua) serta tidak dibenarkan
dalam bentuk faksimili dan fotokopi.
b. Ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan dilengkapi
dengan nama jelas dan nomor Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA).
c. Mencantumkan nama dan alamat lengkap, nomor telepon/ faksimili, nomor
izin dan stempel fasilitas distribusi.
d. Mencantumkan nama industri farmasi atau fasilitas distribusi pemasok beserta
alamat lengkap.
e. Mencantumkan nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan,
isi kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan huruf.
f. Diberi nomor urut dan tanggal dengan penulisan yang jelas.
g. Dibuat terpisah dari surat pesanan obat lain.
2.4.5.4 Penerimaan
Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
a. Kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan kemasan
harus sesuai dengan surat pengantar/ pengiriman barang dan/ atau faktur
penjualan.
b. Kondisi kontainer pengiriman dan/ atau kemasan termasuk segel, label dan/
atau penandaan dalam kondisi baik.
c. Kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar/
pengiriman barang dan/ atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip surat
pesanan.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai, penanggung
jawab fasilitas distribusi harus menandatangani surat pengantar/ pengiriman
barang dan/atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel fasilitas distribusi. Jika
Universitas Indonesia
setelah dilakukan pemeriksaan terdapat item obat yang tidak sesuai dengan surat
pesanan atau kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus dikembalikan
dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan segera meminta bukti
terima pengembalian dari pemasok.
Jika terdapat ketidaksesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah
antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk
mengklarifikasi ketidak sesuaian dimaksud ke pihak pemasok.
2.4.5.5 Penyimpanan
a. Narkotika
Penyimpanan narkotika wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978
Pedagang besar farmasi harus mempunyai gudang khusus untuk menyimpan
narkotika dan dikunci dengan baik. Gudang yang dimaksudkan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu dengan 2 (dua)
buah kunci yang kuat dengan merk yang berlainan.
2) Langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi.
3) Dilengkapi dengan lemari besi yang tidak kurang dari 150 kilogram dan
mempunyai kunci yang kuat.
4) Gudang dan lemari tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
5) Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa ijin penanggung jawab.
6) Anak kunci gudang dan anak kunci lemari besi dipegang oleh penanggung
jawab atau pegawai lain yang dikuasakan
b. Psikotropika
Psikotropika harus disimpan dalam lemari atau gudang terkunci serta tidak
boleh digunakan menyimpan barang selain psikotropika untuk menjamin
keamanan.
Universitas Indonesia
2.4.5.6 Penyaluran
Dalam penyaluran harus memperhatikan tahap-tahap penerimaan
pesanan, pengemasan dan pengiriman.
a. Penerimaan pesanan
1) Pada saat penerimaan pesanan, penanggung jawab fasilitas distribusi wajib
memeriksa hal-hal sebagai berikut:
a) surat pesanan menggunakan format khusus yang telah ditentukan dan
terpisah dari produk lain
b) keaslian surat pesanan, tidak dalam bentuk faksimile, fotokopi maupun
email
c) memeriksa kebenaran surat pesanan, meliputi: nama dan alamat
penanggung jawab sarana pemesan; nama narkotika atau psikotropika,
jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk
angka dan huruf; nomor surat pesanan; nama, alamat dan izin sarana
pemesan.
d) keabsahan surat pesanan, meliputi: tanda tangan dan nama jelas
penanggung jawab, nomor Surat Izin Kerja (SIK) penanggung jawab,
stempel fasilitas distribusi atau sarana pelayanan kefarmasian
2) Penanggung jawab fasilitas distribusi harus memperhatikan kewajaran
jumlah dan frekuensi pesanan.
3) Pesanan yang ditolak atau yang tidak dapat dilayani harus segera
diberitahukan kepada pemesan dengan menerbitkan Surat Penolakan
Pesanan paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
4) Surat pesanan narkotika atau psikotropika yang dapat dilayani, disahkan
oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dengan membubuhkan tanda
tangan atau paraf atau sistem lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pengemasan
1) Pengemasan untuk tujuan pengiriman narkotika atau psikotropika harus
dilaksanakan setelah menerima surat pesanan
2) Setiap pengeluaran narkotika atau psikotropika untuk dilakukan
pengemasan harus dicatat dalam kartu stok dan disahkan dengan paraf
Kepala Gudang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4.5.8 Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan
disaksikan oleh petugas Badan POM, serta dibuat berita acara pemusnahan yang
ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan saksi. Pelaksanaan
pemusnahan dilaporkan ke Badan POM dengan tembusan disampaikan ke Balai
Besar/ Balai POM dan Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan melampirkan
berita acara pemusnahan. Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:
a. nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan,
jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;
b. tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan;
c. cara dan alasan pemusnahan;
d. nama penanggung jawab fasilitas distribusi; dan
e. nama saksi-saksi.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978
pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, pedagang besar farmasi dapat
memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk
digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/ atau untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Menurut undang-undang RI No. 5 tahun 1997 pemusnahan
Universitas Indonesia
2.4.7 Dokumentasi
Pencatatan mutasi narkotika atau psikotropika wajib dilakukan dengan tertib
dan akurat. Melakukan stock opname secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu)
bulan sekali. Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan fisik saat stock
opname dan mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk berita acara hasil
investigasi selisih stock serta melaporkan ke Badan POM RI dengan tembusan
Balai Besar/Balai POM setempat.
Dokumen pengadaan meliputi arsip surat pesanan, faktur penjualan dan/atau
surat pengantar/ pengiriman barang/ dari industri farmasi atau fasilitas distribusi
lain, bukti retur dan/ atau nota kredit, wajib diarsipkan menjadi satu berdasarkan
nomor urut atau tanggal penerimaan barang dan terpisah dari dokumen lain.
Dokumen penyaluran meliputi surat pesanan, faktur penjualan dan/atau
surat penyerahan/ pengiriman barang, bukti retur dan/ atau nota kredit, wajib
diarsipkan menjadi satu berdasarkan nomor urut atau tanggal penyaluran barang
dan terpisah dari dokumen produk lain. Surat pesanan yang tidak dapat dilayani
tetap diarsipkan dengan diberi tanda pembatalan yang jelas
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.2 Psikotropika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
912/Menkes/Per/VIII/1997 tentang kebutuhan dan pelaporan psikotropika, pasal 7
ayat 1 Pabrik obat dan pedagang besar farmasi yang menyalurkan psikotropika
wajib mencatat dan melaporkan psikotropika setiap bulan.
Universitas Indonesia
PEMBAHASAN
angka dan huruf, tanggal, nomor urut SP dan tujuan pemesanan dengan penulisan
yang jelas. Dalam satu SP narkotika hanya boleh digunakan untuk menuliskan
satu jenis narkotika segangkan dalam satu SP psikotropika boleh digunakan untuk
beberapa jenis obat. Surat pesanan yang telah dibuat ditandatangani oleh
penanggung jawab narkotika dan kepala cabang, sebagai persetujuan pengadaan
barang, dan dilengkapi dengan nama penanggung jawab narkotika, stempel dan
nomor Surat Izin Kerja (SIK) di kirim ke UBL dalam bentuk faksimile, lalu
diarsipkan. Pengiriman SP narkotika dan psikotropika dalam bentuk faksimile
sebenarnya tidak dibenarkan sesuai Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) walapun surat pesanan asli akan diserahkan pada saat barang
dikirim.
Setelah pemesanan dilakukan, maka proses selanjutnya adalah penerimaan
dan penyimpanan. Kegiatan penerimaan dilakukan di ruang penerimaan (transito
in). Penerimaan barang dilakukan dengan pengecekan kesesuaian antara surat
pesanan dengan faktur atau surat kirim barang (SKB) meliputi item barang,
jumlah barang, diskon, dan harga. Kemudian dilakukan pengecekan kembali
antara faktur atau SKB dengan fisik barang meliputi item barang, jumlah barang,
nomor batch, tanggal kedaluwarsa, dan kondisi fisik barang.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai, supervisor
logistik akan menandatangani faktur atau SKB pembelian dan dibubuhi stempel
serta menyerahkan surat pesanan asli yang sesuai dengan yang telah di kirim
dalam bentuk faksimili sebelumnya. Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat
item obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau kondisi kemasan tidak baik,
maka obat tersebut dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat pesanan
asli, dan segera meminta bukti terima pengembalian dari UBL.
Kemudian dilakukan entry data barang masuk di sistem informasi oleh
bagian logistik. Faktur pembelian kemudian ditandatangani kembali oleh
supervisor tata usaha (TU) dan dijadikan sebagai hutang dagang.
Di KFTD cabang Bogor sudah mempunyai gudang khusus yang terbuat dari
tembok untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika dan telah dikunci dengan
baik. Narkotika dan psiktropika disimpan dalam satu ruangan yang hanya
mempunyai satu pintu dengan dua buah kunci yang kuat dengan merk yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
melalui pihak ketiga yang telah melakukan kerjasama dengan KFTD cabang
Bogor sehingga pihak fasilitas distribusi wajib bertanggung jawab terhadap
pengiriman narkotika atau psikotropika sampai diterima di tempat pemesan oleh
penanggung jawab sarana. Pengiriman narkotika atau psikotropika wajib sesuai
dengan alamat yang tercantum pada surat pesanan dan faktur penjualan. Barang
yang telah diterima oleh pemesan dibuktikan dengan faktur penjualan yang telah
diberi tanda tangan penanggung jawab, serta diberi nama, nomor SIPA, tanggal
penerimaan, dan stempel sarana. Untuk sediaan narkotika dan psikotropika,
pembayaran dilakukan secara cash pada saat barang dihantarkan (Cash On
Delivery/ COD) sehingga pada saat pengiriman telah disertai dengan faktur pajak.
Faktur penjualan yang telah ditandatangani oleh penerima diserahkan ke
supervisor logistik.
Pemusnahan dilakukan jika terdapat barang yang kedaluwarsa dan rusak.
Penanggung jawab gudang akan membuat daftar narkotika dan psikotropika yang
akan dimusnahkan mencangkup nama barang, nomor batch, tanggal kedaluwarsa
dan jumlah. Setiap akan melakukan pemusnahan, KFTD cabang Bogor harus
mengajukan ijin prinsip pemusnahan barang kepada Direksi. Setelah mendapat
persetujuan, pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab gudang dan
disaksikan oleh petugas Balai Pengawasan Obat dan Makanan (POM), serta
dibuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh penanggung jawab
gudang. Balai POM dan saksi. Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar atau
diencerkan sesuai dengan sifat barang yang akan dimusnahkan setelah itu
ditimbun di dalam tanah. Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Badan POM
dengan tembusan disampaikan ke Balai Besar/Balai POM dan Dinas Kesehatan
Provinsi setempat dengan melampirkan berita acara pemusnahan. Laporan
pemusnahan memuat: nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan
sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa; tanggal, waktu
dan tempat pelaksanaan pemusnahan; cara dan alasan pemusnahan; nama
penanggung jawab gudang dan nama saksi-saksi. KFTD cabang Bogor pernah
melakukan pemusnahan pada Tahun 2011.
Pengarsipan dokumentasi yang dilakukan oleh KFTD cabang Bogor telah
memenuhi ketentuan CDOB yaitu adanya dokumentasi tertulis yang berupa
Universitas Indonesia
prosedur (SOP) dan data berbentuk kertas dan elektronik pada kegiatan
pembelian, penerimaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan narkotika atau
psikotropika yang dilakukan dengan tertib. Hal ini sangat penting untuk
menelusuri seluruh aspek kegiatan jikalau terjadi suatu hal yang tidak dinginkan
di masa yang akan datang.
Dokumentasi yang telah dilakukan untuk narkotika dan psikotropika, yaitu
dokumen pengadaan meliputi arsip surat pesanan dan faktur pembelian narkotika
atau psikotropika dari UBL, bukti retur dan/atau nota kredit, diarsipkan menjadi
satu berdasarkan nomor urut atau tanggal penerimaan barang dan terpisah dari
dokumen lain.
Dokumen penyaluran meliputi surat pesanan, faktur penjualan, dan bukti
retur telah diarsipkan menjadi satu. Dokumen berita acara retur barang kembalian,
rusak dan kedaluwarsa ke UBL yang disusun berdasarkan tanggal dan dipisahkan
dari berita acara retur barang reguler.
Seluruh dokumen seperti laporan keuangan, laporan penjualan, laporan
pembelian dan lain-lain dicetak dan ditandatangani oleh masing-masing petugas
dengan persetujuan kepala cabang. Dokumen disimpan di rak arsip secara teratur
dan belum pernah dimusnahkan. Pelaporan dilakukan secara bulanan, triwulan
dan tahunan ke UBL sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan selanjutnya di
waktu mendatang.
Kegiatan stock opname dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali
sesuai kebijakan UBL, namun hal ini tidak sesuai dengan ketentuan dalam CDOB
dimana stok opname narkotika dan psikotropika seharusnya dilakukan secara
berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali. Jika terjadi selisih stok dengan
fisik saat stock opname, maka penanggung jawab gudang akan melakukan
investigasi adanya dan mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk berita
acara hasil investigasi selisih stok serta melaporkan ke UBL, Badan POM dengan
tembusan Balai Besar/Balai POM setempat.
Arsip kartu stok manual telah disimpan secara terpisah dari kartu stok
produk lain dan disusun berdasarkan tanggal sehingga mudah ditampilkan dan
dapat ditelusuri pada saat diperlukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
PT. Kimia Farma Tranding and Distribution (KFTD) cabang Bogor dalam
rantai distribusi narkotika dan psikotropika telah memiliki ijin khusus penyaluran
narkotika dan penanggung jawab seorang apoteker yang mempunyai SIKA.
Pemasok narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Bogor ialah UBL (Unit
Bisnis Logistik) yang merupakan principal perusahaan induk (PT. Kimia Farma
Tbk.), sedangkan pelanggan narkotika dan psikotropika KFTD cabang Bogor
ialah apotek dan rumah sakit yang telah memiliki kewenangan menyalurkan atau
menyerahkan narkotika atau psikotropika sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan telah melakukan registrasi sebagai pelanggan dari KFTD cabang
Bogor. Pengadaan narkotika telah menggunakan SP N-9 yang dicetak, namun
dikirimkan melalui faksimile. Standar bangunan dan peralatan yang digunakan
untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika juga telah hampir memenuhi
standar yang ditetapkan dalam CDOB. Gudang dilengkapi dengan AC sebagai
pengatur suhu namun belum tersedia termometer yang terkalibrasi sebagai alat
pengukur suhu. Penjualan narkotika didasarkan atas SP N-9 asli dan SP khusus
psikotropika asli. Penghantaran narkotika dan psikotropika telah disertai dengan
dokumen-dokumen seperti faktur penjualan, faktur pajak dan SP asli. Pemusnahan
narkotika dan psikotropika telah sesuai dengan ketentuan CDOB. Dokumen
pengadaan, dokumen penyaluran, dokumen berita acara retur barang kembalian,
rusak dan kedaluwarsa, laporan keuangan, laporan penjualan dan laporan
pembelian telah diarsipkan dan terpisah dari dokumen obat reguler. Pelaporan
penyaluran narkotika dan psikotropika di KFTD cabang Bogor dibuat setiap bulan
oleh penanggung jawab narkotika dan psikotropika ke Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) melalui email wasnapza@pom.go.id.
23 Universitas Indonesia
5.2 Saran
a. Penerapan aspek-aspek CDOB di KFTD cabang Bogor perlu terus dipertahankan
dan ditingkatkan sehingga mutu narkotika dan psikotropika di KFTD cabang
Bogor tetap dipertahankan selama proses distribusi.
b. Pada saat KFTD cabang Bogor akan melakukan pemesanan narkotika dan
psikotropika, sebaiknya surat pesanan asli segera dikirimkan langsung ke UBL
bukan melalui faksimile, sesuai dengan ketentuan dalam CDOB.
c. Sebaiknya gudang penyimpanan narkotika dan psikotropika di KFTD cabang
Bogor dilengkapi dengan alat pengukur suhu (termometer) yang terkalibrasi.
Universitas Indonesia
25 Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia