Anda di halaman 1dari 40

PENDAHULUAN

Aliran saluran terbuka tidak lain daripada aliran suatu fluida melalui saluran
yang ada permukaan bebasnya. Contohnya banyak, baik yang muatan (alur
gelontor, * alur pelimpah, kanal , bendung , selokan, gorong-gorong),
maupun yang ada di alam (kali, sungai, kuala, aliran banjir / DAB) . dalam
bab ini dibahas secara sederhana aliran-aliran semacam itu, yang sangat
dipengaruhi gravitasi.

Adanya permukaan bebas yang tekanan nya peraktis sama dengan


tekanan atmosfir sekaligus memudahkan dan menyulitkan analisis. Adanya
permukaan bebas itu memudahkan, sebab tekanan nya dapat dianggap
konstan sepanjang permukaan bebas itu, sehinggga permukaan tersebut
setara dengan GBH aliran itu. Berbeda dengan aliran talang tertutu, gradient
tekanan tidak penting dalam aliran saluran terbuka, sebab keseimbangan
gaya hanya terbatas pada pengaruh gravitasi dan gesekan.

Sebelum kita mulai, seperti biasanya kita catat bahwa banyak buku
yang telah ditulis mengenai hidrolika saluran terbuka {1-4}. Juga ada buku-
buku teks khusus tentang gerak gelombang [5,6] dan tentang segi-segi
kerekayasaan aliran permukaan bebas di daerah pantai.
Pendekatan Satu-Dimensi

Suatu saluran terbuka selalu mempunyai dua posisi dan satu alas
tempat alirannya memenuhi syarat takgelincir. Karena itu, bahkan saluran
yang lurus pun mempunyai distribusi keepan tiga dimensi. Seperti yang
ditanyakan pesamaan (6.93). Dalam saluran tidak bulatterjadi juga gerak
sekunder yang mirip dengan gambar 6-18 pada aliran talang tertutup.
Gambar 10.1 kontur-kontur kecepatan-sama (esovelositas) terukur dalam
aliran saluran terbuka yang lazim.

satu-dimensi dengan kecepatan rata-rata V(x) di setiap penampang


melintang A(x),dengan x yang melambangkan jarank sepanjang saluran
tersebut, untuk aliran tunak debit 𝒬 disepanjang aliran itu menurut azas
kontinuitas mempunyai nilai konstan, yaitu
𝒬 = 𝑽(𝑥)𝑨(𝑥) = konstan

Hubungan yang kedua antara kecepatan dan kedalaman diberikan oleh


persamaan bernouli yang memper hitungkan pula rugi gesekan. Kalau titik 1
( di hulu ) dan titik ( di hilir) terletak di permukaan bebas , maka 𝑝1 = 𝑝2 =
𝑝𝑎 , sehingga untuk aliran tunak kita mempunyai persamaan

𝑉12 𝑉22
+ 𝑧1 = + 𝑧2 + ℎ𝑓
2𝑔 2𝑔

Kelasifikasi Aliran Berdasakan Perubahan Kedalaman

Cara yang paling lazim untuk mengklasifikasikan aliran saluran


terbuka adalah dengan meninjau laju perubahan kedalaman permukaan-
bebasnya.

Jika kemiringan salura

n tersebut atau penampang-melintangnya berubah, atau kalau ada


penghalang dalam alirannya, kedalamannya beruType equation here.bah
dan aliran itu dikatakan berubah –ubah. Kelasifikasinya dapat diikhtisarkan
sebagai berikut:

1. Aliran seragam (kedalaman dan kemiringan konstan)


2. Aliran berubah-ubah
a. Berubah-ubah berangsur (satu-dimensi)
b. Berubah-ubah cepat (multi-dimensi)
Klasifikasi Aliran Bedasarkan Bilangan Froude
Klasifikasi kedua yang sangat menarik adalah berdasarkan bilangan
Froude tak-berdimensi, yang untuk saluran persegi atau saluran yang amat
lebar dinyatakan dengan persamaan F𝑟 H/(𝑔𝑦)1/2 , dengan y = kedalaman
air.ketiga aliran tersebut adalah :
Fr < 1,0 aliran subkritis
Fr = 1,0 aliran kritis
Fr > 1,0 aliran superkritis
Bilangan Froude untuk saluran yang tidak teratur didefenisikan dalam
bagian 10.4. seperti telah disebutkan dalam bagian 9.10, disini terdapat
analogi yang kuat dengan ketiga daerah.
Gambar 10.2 Aliran-aliran terbuka yang diklarifikasikan berdasarkan profil
kedalaman nya yaitu daerah-daerah aliran-aliran berubah cepat (ABC),
Aliran berubah-berubah berangsur (ABB). Dan aliran seragam.
Penyebut dalam rumus bilangan Froude /(𝑔𝑦)1/2 , adalah kepesatan
gelombang muka infinitesimal di dalam air dangkal. Kita dapat menurunkan
hal ini dengan mengacu pada gambar 10-3a, yang memperlihatkan sebuah
gelombang setinggi 𝛿𝑦 yang merambat dengan kepesatan c kedalam zat cair
yang tenang. Sehingga air tenang itu mengalir ke kanan dengan
kecepatan c. gambar 10-3 sepenuhnya beranalogi dengan gambar 9-1 yang
kita pakai untuk menganalisa kepesatan bunyi di dalam suatu fluida.
Untuk volume kendali pada gambar 10-3b,kalau lebar saluran nya b
persamaan kontuinitas satu dimensi dapat kita tulis :
Pcyb = p /(𝑐 − 𝛿𝑣 ) /(𝑦 − 𝛿𝑦 ) b
Atau
𝛿𝑦
/𝛿𝑦 = 𝑐
𝑦+𝛿𝑦

Ini beranalogi dengan persamaan (9.10), prubahan kecepatan 𝛿𝑦 yang


diindukasikan oleh suatu gelombang muka adalah kecil jika gelombang itu
lemah , 𝛿𝑦 < 𝑦 . persamaan momentumnya merupakan kesetimbangan
antara gaya tekanan hidrostatik netto dan momentum yakni :
1
− 𝑝𝑔𝑏 [(𝑦 − 𝛿𝑦)2 − 𝑦 2 )] = pcby (c − 𝐶 − 𝑐)
2
1
𝛿𝑦
2
Atau 𝑔 (1 + ) 𝛿𝑦 = 𝑐 𝛿𝑣
𝑦

Ini beranalogi dengan persamaan (9.12). kalau 𝛿𝑣 kita hilangkan dari


persamaan (10.7) dan (10.8), kita proleh persamaan untuk kepesatan
perambatan gelombang yang kita cari
1
𝛿𝑦 𝛿𝑦
2 2
𝑐 (1 + ) (1 + )
𝑦 𝑦

Gambar 10.3 analisis sebuah gelombang muka yang kecil, yang merambat
ke dalam air dangkal yang tenang : (a) gelombang bergerak didalam
kerangka acuan tak lembam; (b) gelombang konstan di dalam kerangka
acuan lembam.
10.2 ALIRAN SERAGAM : RUMUS CHEZY
Aliran seragam terjadi dibagian saluran yang panjang, lurus, dan kemiringan
serta penampang melintang nya konstan. Kedalaman air itu konstan, yaitu
𝑦 = 𝑦n dan kecepatan nya pun memiliki nilai konstan 𝑣 = 𝑣o misalkan
kemiringan 𝑠o = tan 𝜃, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝜃 adalah sudut antara dasar saluran itu dengan
arah mendatar atau horizontal.
Keiringan ini dianggap positif untuk aliran yang arahnya ke bawah.
Gambar 10.4 aliran dibawah gerbang pintu air mengalami percepatan dari
aliran subkritis ke kritis ke subkritis, lalu meloncat kembali ke aliran
subkritis.
TABEL 10.1
NILAI PECOBAAN FAKTOR N MANNING

Perhatikan bahwa pendekatan manning adalah seksama dalam selang


rasio-kekasaran menengah; pendekatan ini meramalkan secara tidak realitas
gesekan yang terlalu remdah dan luahan yang terlalu besar,baik untuk
saluran yang dalam dan halus, maupun untuk saluran yang dangkal dan
kasar.
10.3 saluran aliran seragam yang efisien

Analisa aliran untuk menentukan saluran penampang hambatan rendah yang


paling efisien untuk keadaan tertentu. Permasalahan untuk memaksimalkan
𝑅ℎ untuk luas aliran dan debit tertentu. 𝑅ℎ = A/P , memaksimalkan 𝑅ℎ untuk
A tertentu sama dengan keliling basah P.

Tinjauan sudut trapezium ϴ luas aliranya adalah 𝐴 = 𝑏𝑦 + 𝑥𝑦 2 ∝= cot ϴ


1
Keliling basahnya adalah P = 𝑏 + 2W = 𝑏 + 2𝑦 (1 +∝2 )2

Dengan menghilangkan b dari persamaan diatas memperoleh


𝐴 1
𝑃= − ∝ 𝑦 + 2𝑦(1 +∝2 )2
𝑦

Untuk meminimalkan p kita hitung dp/dy untuk A dan ∞ = 0


1 1
1
𝐴 = 𝑦 2 [2(1 +∝2 )2 − a ] 𝑃 = 4𝑦 (1 +∝2 )2 − 2 ∝ 𝑦 𝑅ℎ = 𝑦
2

Untuk mencari kedalamanya y yang betul persamaan harus dipecahkan


dengan rumus laju aliran untuk debit atau luahan Q tertentu.
1
𝐴 = 2𝑦 2 𝑃 = 4𝑦 𝑅ℎ = 𝑦
2
b = 2𝑦

ay

a= cot ∅

w y ∅

Sudut peramaan terbaik


Berlaku sembarang nilai a. berapakah nilai a yang paling baik untuk
kedalaman dan luas. Yaitu
1
1
2𝑎 = (1 +∝2 )2 ∝= cot ∅ = 1 ∅ = 60°
32

Jadi penampang trapezium yang terbaik adalah suatu segi enam.

Contoh : berapakah ukuran yang paling baik untuk aluran berdinding bata
yang penampangnya persegi yang dirancang untuk menyalurkan air dengan
debit m3/s dalam aliran seragam dengan S0 = = 0.001 ?

1
Penyelesaian : dari persamaan 𝐴 = 2𝑦 2 𝑅ℎ = 𝑦 rumus manning SI untuk
2
n= 0.015
1 1 1
1,0 𝑚2 1,5 1
𝑄= 𝐴𝑅ℎ 2 𝑆ℎ 2 atau 5 = (2𝑦 2 )( y)2 (0,001) 2
𝑛 s 0,015 2

Yang apat di pecahkan untuk memperoleh y, yakni :


8 8
𝑦 3 = 1,882 𝑚3

y = 1,27 m

luas dan lebar yang sesuai adalah


A
A = 2𝑦 2 = 3,214 𝑚2 b= = 2,535 m
y

Debit yang dihasilkan sekitar penampang saluran yaitu 3,214 𝑚2


1 1
Unyuk segi enam separo dengan ∝= ( )2 = 0,577
3

Dengan persamaan 𝐴 = 𝑦2 𝑠𝑝 {2(1 + 0,5772 )2 - 0,577 } = 1,732 y sp


=3,214
1
Atau ysp 1,362 m. sehingga 𝑅ℎ = 𝑦= 0,581 m
2
2 1
1,0 𝑚3
Maka debit nya adalah Q = (3,214 )( 0,681)3 (0,001)2 = 5,25
0,015 s
10.4 ENERGI SPESIFIK : KEDALAMAN KRITIS

Seperti disarankan oleh Bakhmeteff [1] dalam tahun 1911 , energy spesifik
E merupakan parameter yang berguna dalam aliran saluran
𝑉2
E=y+
2𝑔
(10.28)

Dengan y adalah kedalam air dalam saluran. Tertentu pada gambar 10-7a
bahwa E adalah tinggi garis derajat (GDE) diukur dari dasar saluran. Untuk
laju aliran tertentu, biasanya ada dua keadaan yang mungkin , yang
bersangkutan dengan energy spesifik yang sama.

SALURAN PERSEGI

Tinjauhlah keadaan yang mungkin pada suatu tempat tertentu. Ambilah q


=Q/b = Vy sebagai debit persatuan lebar saluran persegi. Maka jika q
konstan , persamaan (10.28) menjadi
𝑞2 𝑄
E=y+ q=
2𝑔𝑦2 𝑏

(10.29)

Gambar 10-7b memperlihatkan garifik y versus E untuk q konstan ,


menurut persamaan (10.29). ada nilai minimum E pada suatu nilai y yang
disebut kedalaman kritis. Dengan membuat dE/dy sama dengan nol pada q
konstan kita dapatkan bahwa Emin terjadi pada
1/3 1/3
𝑞2 𝑄2
y = yc = ( ) =( )
𝑔 𝑏 2𝑔
(10.30)

Energy minimum yang bersangkutan dengan kedalaman kritis ini adalah


3
Emin = E(yc) = yc
2
(10.31)

Kedalaman yc bersangkutan dengan kecepatan saluran yang sama


dengan kepesatan gelombang Co dalam air yang dangkal, menurut
persamaan (10.10). untuk melihat hal ini, kita tulis persamaan (10.30) begini
:

𝑞 2 = 𝑔𝑦𝑐 3 = ( gyc )y2𝑐 = V 𝑐2 y 2𝑐


(10.32)

Garis mendatar
Y

hf q konstan
GDE 2
V persamaan
subkritis
2g (10.29) kritis

Y
superkritis

Dari pembanding kita memperoleh kecepatan saluran kritis, yakni

Vc = (gyc)1/2 = Co Fr = 1
(10.33)

Untuk E < Emin tidak ada penyelesaian dalam gambar 10 -7b, jadi aliaran
semacam itu secara fisis mustahil bisa terjadi. Untuk E > Emin ada dua
penyelesaian yang mungkin: (1) kedalaman yang besar dengan V < Vc yang
disebut subkritis. Dan (2) kedalaman kecil dengan V > Vc yang disebut
superkritis. Dalam aliran subkritis gangguan dapat meraambat ke hulu,
sebab kepesatan gelombangnya Co > V . Dalam aliran superkritis
gelombangnya hanyut kehilir ; bagian hulu merupakan daerah atau zina
lengang, dan penghalang kecil dalam aliran itu akan membangkitkan
gelombang berbentuk baji persis seperti gelombang mach dalam gambar
9 -18c. sudut gelombang haruslah
𝐶𝑂 = (𝑔𝑦)1/2
µ = sin-1 sin-1
𝑉 𝑉
(10.34)

Maka sudut gelombnag kedalamannya dapat dipakai sebagai ukuran yang


sederhana dari kecepatan aliran superkritis.

Aliran kritis seragam dapat terjadi jika kemiringan salurannya


mempunyai nilai Sc yang memberikan kecepatan kritis. Dari rumus Chezy
(10.14), dengan Rh = y untuk saluran persegi yang lebar , akan kita peroleh
laju aliran kritis seragam besar

q = Cyc ( ycSc )1/2 =( gy3𝑐 )1/2

𝑔 𝑓 𝑔𝑛2
atau Sc = = ≈
𝐶 2 8 𝜁𝑦𝑐 1/3
(10.35)

Dengan Ԑ = 1,0 ubtuk saluran SI dan 2,208 untuk saluran BG. Untuk saluran
dengan kekasaran penuh, kemiringan kritisnya berubah-ubah dari sekitar
0,002 sampai 0,006saja , kalau rumus Moody (10.15) dipakai :

𝜀/𝑅h 0,001 0,01 0,1


Sc 0,0018 0,0031 0,0066

Untuk saluran yang sempit Rh ≠ y, sehingga persmaan (10.35) harus


disesuaikan. Perhatikan bahwa dari gambar 10 – 7bi
tampak bahwa sedikir perubahan dalam E di dekat Emin menyebabkan
perubhan besar dalam kedalaman y , beranalogi dengan perubahan kecil
didaerah didalam talang yang dekat dengan titik sonic dalam gambar 9 -7.
Jadi aliran kritis berada dalam kemantapan netral dan sering dibarengi oleh
gelombang dan alunan dipermukaan bebasnya. Para perancang saluran harus
menghindari aliran hampir kritis yang panjang.

Contoh 10.4 sebuah saluran galian bersih berpenampang persegi


mempunyai laju aliran q = 50 ft3 /(s.ft). (a) berapakah kedalaman kritisnya ?
(b) aliran macam apa yang terjadi kalau y = 3 ft? (c) berpakah kemiringan
kritisnya?
Penyelesaian (a) dari table 10.1, n = 0,0002 san ε = 0.12 ft. kedalaman
kritisnya kita dapatkan dari persamaan (10.30).
1/3 1/3
q2 502
yc = ( ) = ( ) = 4,27 ft
g 32,2
Jawab (a)

(b) kalau kedalaman sebenarnya adalah 3 ft, berarti lebih dangkal dari yc ,
alirannya pasti superkritis.

(c) kemirigan kritisnya kita hitung dengan persamaan (10.35) dengan


mengandaika y = yc , maka :
𝑔𝑛2 32,2 (0,022)2
𝑠 ≈ 1/3 = = 0,00435
𝜉𝑦𝑐 2,208 (4,27)1/3
Jawab (b)

ϴ = 0,250
Jawab (c)

Saluran Bukan Persegi

Jika lebar saluran berubah-ubah dengan y, energy spesifiknya harus ditulis


dalam bentuk
𝑄2
𝑬 = 𝑦+
2𝑔 𝐴2
(10.37)

Titik kritis dengan energy minimum yang terjadi dengan dE/dy = 0 pada Q
konstan. Karena A = A (y), untuk E = Emin persamaan (10.36) mengahsilka :

𝑑𝐴 𝑔𝐴3
=
𝑑𝑦 𝑄2

Tetapi dA = body , dengan b0 adalah lebar saluran di permukaan bebasnya.


Karena itu persamaan (10.37) setara dengan :
1/3
𝑏𝑜 𝑄2
𝐴𝑐 = ( )
𝑔

𝑄 𝑔𝐴𝑐 1/2
𝑉𝑐 = =( )
𝐴𝑐 𝑏𝑜

Untuk saluran dengan A(y) dan bo tertetu dengan Q yang diketahui.


Perssamaan (10.38) harus diselesaikan dengan coba –coba, atau dengan
melukis grafiknya untuk mendapatkan luas kritis Ac ,dan dari sini Vc dapat
dihitung.

Dengan membandingkan kecepatan dan kedalaman sebenarnya terhadap


nilai kritisnya kita dapat menentukan kondisi aliran lokal

Y > yc , V < Vc aliran subkritis (Fr < 1)

Y < yc , V > Vc aliran superkritis (Fr > 1)

Untuk aliran seragam, kemiringan kritisnya diperoleh dengan


mengabungkan persamaan (10.38a) dengan rumus Chezy

2
𝑔𝐴𝑐 3
𝑄 = = 𝐶 2 𝐴2𝑐 𝑅ℎ 𝑆𝑐
𝑏𝑜

𝑓 𝑝 𝑔𝑛2 𝑃
𝑆𝑐 = = 1/3
8 𝑏𝑜 𝜉𝑅ℎ 𝑏𝑜

Dalam persamaan diataspun ξ = 1,0 (2,208) untuk satuan SI (BG) . besaran


P/bo sama dengan satu, untuk saluran persegi yang lebar .

Contoh 10.5 saluran berpenampang segitiga dengan sudut 500 pada gambar
C10.5 mempunyai debit Q = 16 m3/s . hitunglah (a) yc , (b) Vc dan (c) Sc
jika n = 0,018
y cot 500

y csc 500
y
500

Penyelesaian (a) ini merupakan penampang lintang yang mudah, sebab


semua besaran geometriknya dapat dinyatakan langsung dalam suku-suku
dalamnya y .

P = 2 y csc 500 A = y2 cot 500

Rh = ½ y cos 500 bo = 2y cot 500

Syarat aliran kritis itu memenuhi persamaan (10.38a)

𝑔𝐴3𝑐 = 𝑏𝑜 𝑄2

Atau 𝑔(𝑦𝑐2 𝑐𝑜𝑡 500 ) 3 = (2𝑦𝑐 cot 500 ) 𝑄2

1/5 1/5
2𝑄2 2(16)2
Sehingga 𝑦𝑐 = ( ) = [ ]
𝑔 𝑐𝑜𝑡 2 500 9,81 (0,839)
Jawab (a)

Dengan mengetahi yc kita hitung dari persamaan (1) Pc = 6.18 m , Rhc =


0,076 m , Ac = 4,7 m2 , dan boc = 3,97 m . kecepatan kritisnya kita
dapatkan dari persamaan (10.38b), yakni :
𝑄 16 𝑚3 /𝑠
𝑉𝑐 = = = 3,14
𝐴𝑐 4,70 𝑚2
Jawab (b)

(c) Dengan n = 0,018 , kita menghitung kemiringan kritis dari persamaan


(10.40) )

𝑔𝑛2 𝑃 9,18 (0,018)2 (6,18)


𝑆𝑐 = 1/3 =
𝜉𝑅ℎ 𝑏𝑜 1,0 (0,0760)1/3 (0,00542)

Jawab (c)

Pendekatan Moody menghasilkan f = 0,0276 dan Sc = 0,00537.

10.5 LONCATAN HIDROLIK

Dalam aliran saluran-terbuka suatu aliran superkritis dapat berubah dengan


cepat menjadi subkritis lagi dengan melewati loncatan hidrolik. Seperti pada
gambar 10.4. alirannya di bagian hulu cepat dan dangkal, dan di bagian hilir
lambat dan dalam. Beranalogi dengan gelombang kejut normal pada gambar
9.8. tetapi berbeda dengan kejut normal yang tipis tak-terhingga, loncatan
hidrolik itu cukup tebal, panjangnya berkisar antara 4 sampai 6 kali
kedalamannya di bagian hilir, y2 [11].

Loncatan hidrolik yang sangat bergolak itu berfungsi efektif sekali sebagai
pelesap energy . ini merupakan sifat yang menguntungkan dalam
penerapannya pada waduk peneduh dan alur pelimpah [12]. Gambar 10-8
memperlihatkan lonctan yang terbentuk di dasar alur pelimpah sebuah
bendungan dalam pengujian sebuah model. Penting sekali untuk
menempatkan loncatan semacam itu pada apron kokoh yang dirancang
secara khusus; sebab kalau tidak , maka dasar saluran itu akan rusak terkikis
oleh golakan yang hebat itu. Loncatan hidrolikn juga mencampurkan fluida
dengan sangat efektif , sehingga dapat diterapkan dalam perancangan sistem
pengolah air limbah.

Klasifikasi

Parameter pokok yang mempengaruhi unjuk-kerja loncatan hidrolik adalah


bilangan Froude dibagian hulu, Fr = V1/(gy1)1/2. Bilangan Reynolds dan
bentuk salurannya hanya mempunyai penagruh sekunder. Seperti diuraikan
secara lebih rinci dalam acuan 11 , rentang pengoprasian dibawah ini dapat
diuraikan dan dilukiskan dalam gambar 10-9:
Fr1 < 1,0 : mustahil terjadi loncatan, karena melanggar
hukum kedua

termodinamika

a. Fr1 = 1,0 sampai 1,7: loncatan gelombang-tegak atau loncatan beralun


kira-kira sepanjang 4y2 ;lesapanya rendah,kurang dari 5%
b. Fr1 = 1,7 sampai 2,5 : permukaan halus dengan rotasi kecil yang
dikenal sebagai loncatan lemah; lesapnnya antara 5 sampai 15%
c. Fr1 = 2,5 sampai 4,5 : loncatan bergetar yang tak-stabil; setiap
denyutan yang tidak teratur menimbulkan gelombang besar yang
dapat merambat kehilir sampai bemil-mil, merusakan tebing tanah
dan bangunan lain. Jangan dipakai sebagai syarat rancang bangun .
lesapannya 15 samapai 45%
d. Fr1 = 4,5 sampai 9,0: loncatan tunak yang stabil dan berimbang;
penampilan dan aksi yang paling baik, tidak peka terhadap keadaan
dibagian hilir. Merupakan rentang rancang bangun yang terbaik.
Lesapannya 45 sampai 70%
e. Fr1 > 9,0 : loncatan kuat yang kasar dan terputus –putus,
namun memberikan unjuk- kerja yang bagus. Lesapannya 70 sampai
85%.
Teori Loncatan Mendatar

Suatu loncatan yang terjadi pada saluran miring yang curam dapat di
pengaruhi oleh perbedaan komponen-komponen berat air di sepanjang
alirannya. Tetapi efek ini kecil, sehingga dalam teori klasik loncatan itu
dianggap terjadi pada dasar yang mendatar.

Anda akan senang untuk mengetahui bahwa kita telah menganalisis soal
inidi bagian 10.1. suatu loncacan hidrolik persis setara dengan gelombang
konstan yang kuat dalam gambar 10-3b yang perubahan kedalamannya, δy,
tidak diabaikan. Kalau 𝑉1 dan 𝑌1 di bagian hulu di ketahui, 𝑉2 dan 𝑌2 di
tentukan dengan menetapkan persamaan-persamaan kontunuitas dan
momentummelintasi gelombang itu, seperti dalam persamaan (10.7) dan
(10.8). karena itu persamaan (10.9) merupakan penyelesaian yang betul
untuk suatu loncatan kalau kita menafsirkan C dan y dalam gambar 10-3b
sebagai besaran-besaran 𝑉1 dan 𝑦1 di bagian hulu, sedang C- δV dan y+δy
sebagai besaran-besaran 𝑉2 dan 𝑌2 dibagian hilir seperti dalam gambar 10-
9b. persamaan (10.9) menjadi
1
𝑉12 = g 𝑦1 ᶯ(ᶯ+1)
2
(10.41)

Dengan ᶯ = 𝑦2 /𝑦1 . Kalau kita masukan bilangan Froude F𝑟1 = 𝑉1 /(g𝑦1 )1/2 ,
persamaan kuadrat ini dapat kita selesaikan untuk mendapatkan ᶯ, dan
hasilnya adalah
2𝑦2
= -1 + (1+8 F𝑟 12 )1/2
𝑦1
(10.42)

Dengan 𝑦2 yang kini telah diketahui itu, 𝑉2 kita peroleh dari persamaan
kontinuitas untuk saluran lebar
𝑉1𝑦1
𝑉2 =
𝑦2
(10.43)

Akhirnya, kita dapat menentukan rugi hulu lepasan melintasi loncatan itu
dari persamaan energy aliran-tunak

𝑉 12 𝑉 22
ℎ𝑓 = 𝐸1 - 𝐸2 = (𝑦1 + ) – (𝑦2 + )
2𝑔 2𝑔
(10.44)

Jika 𝑦2 dan 𝑉2 kita masukan dari persamaan (10.42) dan (10.43), setelah
melalui perhitungan aljabar yang lumayan panjangnya, kita dapatkan
(𝑦2− 𝑦1 )3
ℎ𝑓 =
4𝑦1 𝑦2
(10.45)
Persamaan (10.45) menunjukan bahwa rugi lepasan itu hanya positif kalau
𝑦2 > 𝑦1 , sesuai dengan hokum kedua termodinamika. Maka persamaan
(10.42) mensyaratkan bahwa F𝑟1 > i , 0; artinya aliran dibagian hulu harus
super kritis. Akhirnya persamaan (10.43) menunjukan bahwa 𝑉2 < 𝑉1 dan
aliran dibagian hilirnya subkritis. Semua hasil ini sesuai dengan pengalaman
kita waktu menganalisis gelombang kejut-normal.

Teori ini adalah untuk loncatan hidrolik dalam saluran mendatar yang lebar.
Untuk mempelajari teori yang berlaku bagi saluran prisma atau saluran yang
melandai, lihatlah buku-buku teks lanjutan [misalnya, Acuan 3, Bab 15 dan
16].

CONTOH 10.6 Air mengalir melalui saluran yang lebar dengan q = 10 𝑚3 /


s.m dan 𝑦1 = 1,25 m. kalau aliran itu mengalami loncatan hidroik,
tentukanlah (a)𝑦2 , (b) 𝑉2 , (c) F𝑟2 (d) ℎ𝑓 , (e) persentasi lesapan, (f) lesapan
daya per satuan lebar, dan (g) kenaikan suhu karna lesapan, kalau 𝑐𝑝 = 4200
J/(Kg°K).

Penyelesaian (a) kecepatan di bagian hulu adalah

𝑞 10 𝑚3 ⁄(𝑠. 𝑚)
𝑉1 = = = 8,0 𝑚⁄𝑠
𝑦1 1,25 𝑚

Karena itu bilangan Froude dibagian hulu sama dengan


𝑉1 8,0
𝐹𝑟1 = = = 2,285
(𝑔𝑦1 )1⁄2 [9,81(1,25)]1⁄2

Dari gambar 10-9, jelaslah bahwa ini suatu loncatan lemah. Kedalaman nya
𝑦2 diperoleh dari persamaan (10.42):
2𝑦2
= −1 + [1 + 8(2,285)2 ]1⁄2 = 5,54
𝑦1
1 1
𝑦2 = 𝑦1 (5,54) = (1,25)(5,54) = 3,46
2 2
Jawab (a)
(b) dari persamaan (10.43) kita dapatkan kecepatan dibagian hilir, yakni
𝑉1 𝑦1 8,0(1,25)
𝑉2 = = = 2,89 𝑚⁄𝑠
𝑦2 3,46

Jawab (b)

(c) bilangan Froude dibagian hilir adalah


𝑉2 2,89
𝐹𝑟2 = = = 0,496
(𝑔𝑦2 )1⁄2 [9,81(3,46)]1⁄2

Jawab (c)

(d) seperti kita harapkan, 𝐹𝑟2 adalah subkritis. Dari persamaan (10.45) kita
dapatkan rugi lesapannya, yakni

(3,46 − 1,25)3
ℎ𝑓 = = 0,625
4(3,46)(1,25)

Jawab (d)

(e) persentase lesapan itu mengaitkan ℎ𝑓 dengan energi dibagian hulu

𝑉12 (8,0)2
𝐸1 = 𝑦1 + = 1,25 + = 4,51 𝑚
2𝑔 2(9,81)

Maka
ℎ𝑓 100(0,625)
persentase rugi = (100) = = 14 persen
𝐸1 4,51

jawab (e)

(f) daya yang dilesap per satuan lebar adalah

Daya = 𝑝𝑔𝑞ℎ𝑓 =
(9800 𝑁⁄𝑚3 )[10 𝑚3 ⁄(𝑠. 𝑚)](0,625 𝑚)

= 61,3 𝑘 𝑊 ⁄𝑚
Jawab (f)

(g) akhirnya, laju aliran massanya adalah 𝑚 = 𝑝𝑞 =


(1000 𝐾𝑔⁄𝑚3 )[10 𝑚3 ⁄(𝑠. 𝑚)] = 10.000 𝑘𝑔⁄(𝑠. 𝑚), dan kenaikan
suhunya kita peroleh dari persamaan energi aliran-tunak, yaitu

Daya = 𝑚𝑐𝑝 ∆𝑇

Atau

61.300 𝑊 ⁄𝑚 = [10.000 𝐾𝑔⁄(𝑠. 𝑚)][4200 𝐽⁄(𝑘𝑔. 𝐾)] ∆𝑇

Dan dari sini kita memperoleh

∆𝑇 = 0,0015 𝐾

Jawab (g)

Lesapannya besar, tetapi kenaikkan suhunya dapat diabaikan.

10.6 ALIRAN BERUBAH BERANGSUR

Dalam praktek aliran-aliran yang melalui saluran mengalami perubahan


kemiringan dasar-saluran dan mempunyai kedalaman air yang berubah-ubah
dari tempat ketempat, seperti pada gambar 10-2. Suatu pendekatan analisis
dapat dilakukan kalau alirannya berubah-ubah secara berangsur, artinya
kemiringannya kecil dan perubahannya tidak sekonyong-konyong,
pengandaian dasarnya adalah :

1. Kemiringan dasar-saluran berubah perlahan-lahan


2. Kedalaman airnya berubah perlahan-lahan (tidak terjadi loncatan
hidrolik)
3. Penampang melintangnya berubah perlahan-lahan
4. Distribusi kecepatannyan satu-dimensi
5. Distribusi tekannya kira-kira hidrostatik

Maka alirannya memenuhi persamaan konstinuitas (10.1) dan persamaan


energj dengan memperhitungkan rugi gesekan pada dasar saluran. Kedua
yang tidak di ketahui untuk aliran tunak adalah kecepatan V(x) dan
kedalaman air y(x), kalau x adalah jarak sepanjang saluran itu.

Persamaan Diferensial Dasar

Tinjaulah panjang saluran dx yang terlukis dalam gambar 10-10. Semua


suku yang ada dalam persamaan energy aliran tunak kita perhitungkan, dan
selisih antara nili suku-suku itu di x dan di x + dx adalah
𝑉2 𝑉2 𝑉2
+ y + 𝑆 ° dx = S dx + +d + y + dy
2𝑔 2𝑔 2𝑔

atau
𝑑𝑦 𝑑 𝑉2
+ ( ) = 𝑆° - S
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2𝑔
(10.46)

Gambar 10-10 kesetimbanagan energi


antara dua penampang dalam aliran
saluran terbuka berubah berangsur.

1. Bagian ini boleh dilewati tanpa mengganggu kesinambungannya.


Dalam persamaan ini 𝑆𝑜 adalah kemiringan dasar saluran (positif, seperti
tampak pada gambar 10-10) dan 𝑆𝑜 adalah kemiringan GDE (yang
mengalami penurunan Karena rugi gesekan dinding).

Untuk menghilangkan turunan kecepatan, kita diferensialkan persamaan


kontinuitas
𝑑𝑄 𝑑𝑉 𝑑𝐴
=0=𝐴 +𝑉
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
(10.47)

Tetapi 𝑑𝐴 = 𝑏𝑜 𝑑𝑦, dengan 𝑏𝑜 adalah lebar saluran dipermukaannya. Kalau


𝑑𝑉⁄𝑑𝑥 kita hilangkan dari persamaan (10.46) dan (10.47), kita dapatkan

𝑑𝑦 𝑉 2 𝑏𝑜
(1 − ) = 𝑆𝑜 − 𝑆
𝑑𝑥 𝑔𝐴

(10.48)

Akhirnya, ingatlah dari persamaan (10.39) bahwa 𝑉 2 𝑏𝑜 ⁄𝑔𝐴 adalah kuadrat


bilangan Froude dari aliran saluran local. Maka bentuk akhir persamaan
aliran berubah berangsur yang kita cari adalah
𝑑𝑦 𝑆𝑜 − 𝑆
=
𝑑𝑥 1 − 𝐹𝑟 2
(10.49)

Persamaan ini tandanya berubah, tergantung apakah bilangan Froude-nya


subkritis atau superkritis, dan beranalogi dengan rumus perubahan luas
dinamika-gas satu-dimensi (9.40).

Pembilang persamaan (10.49) berubah tandanya sesuai dengan apakah 𝑆𝑜


lebih besar atau lebih kecil dari pada S, yakni kemiringan yang setara
dengan aliran seragam dengan debit 𝑄 yang sama

𝑑ℎ 𝑓 𝑉2 𝑉2
𝑆 = 𝑆𝑜𝑛 = 𝑓= =
𝑑𝑥 𝐷ℎ 2𝑔 𝑅ℎ 𝐶 2
(10.50)

Dalam persamaan ini C adalah koefisien Chezy. Jadi perilaku persamaan


(10.49) tergantung pada besarnya kemiringan dasar saluran local 𝑆𝑜 (𝑥),
relative terhadap (1) aliran seragam, , y = 𝑦𝑛 dan (2) aliran kritis, y = 𝑦𝑐

Klasifikasi Penyelesaian

Lazimnya kemiringan saluran yang sebenarnya, yakni 𝑆𝑂 , dibandingkan


dengan kemiringan kritis 𝛿𝑐 untuk debit Q yang sama, yakni dari persamaan
(10.4). ada lima klasifikasi 𝑆𝑂 yang memberikan duabelas jenis kurva
penyelesaian yang berbeda, yang semuanya dilukiskan dalam gambar 10-11
:

Klasifikasi kemiringan Sebutan kemiringan Kurva penyelesaian


𝑆𝑂 > 𝑆𝐶 Curam S-1, S-2, S-3
𝑆𝑂 = 𝑆𝐶 Kritis C-1, C-3
𝑆𝑂 < 𝑆𝐶 Landai M-1, M-2, M-3
𝑆𝑂 = 0 Datar H-2, H-3
𝑆𝑂 < 0 Tanjak A-2, A-3

Lambang huruf pada kurva penyelesaian itu menunjukan sebutan kelima


jenis kemiringan yakni S artinya “steep” (curam), C artinya “critical”
(kritis), M artinya “mild” (landai), H artinya “horizontal” (datar), dan A
artinya “adverse” (tanjak). Angka-angka 1, 2, dan 3
Gambar 10-11 Aliran berubah-ubah berangsur untuk kelima klasifikasi
kemiringan saluran, memperlihatkan dua belas kurva penyelesaian pokok.

Bersangkutan dengan titik awal kurva penyelesaian itu relatif terhadap


kedalaman normal yn dan kedalaman kritis yc .pada penyelesaian jenis 1
titik awal itu terletak diatas yn dan yc dan dalam semua kasus penyelesaian
kedalaman air y(x) menjadi makin dalam dan makin jauh dari yn dan yc dan
kalau So dan kekerasannya tidak berubah, secara asimptotis cenderung
menuju yang lebih rendah diantara yn dan yc . penyelesaian jenis 3 titik
awalnya terletak dibawah yn dan yc, kurva penyelesainnya secara
asimptomatis cenderung mendekati yang lebih rendah diantara keduanya.

Gambar 10-11 memperlihatkan cirri dasar penyelesaian local. Tetapi


kenyataan sudah tentu So berubah-ubah dengan x, penyelesaian
keseluruhannya merupakan gabungan semua kasus diatas yang membentuk
profil kedalaman y(x) yang kontinu sesuai dengan syarat awal dan debit Q
yang diberikan.

Penyelesaian Numerik

Analisis praktikum dari profil aliran yang berubah secara berangsur biasanya
diperlukan analisis numeric. Sketsa numeric yang sederhana tapi efektif
adalah dengan menulis persamaan (10.46) dalam bentuk beda takterhingga
antara dua kedalaman y dan y + ∆y

𝐸(𝑦 + ∆𝑦) − 𝐸(𝑦)


∆𝜒 ≈
(𝑆𝑜 − 𝑆)𝑎𝑣

𝐸 = 𝑦 + v 2 /2g hanya berubah-ubah dengan y sebab Q dianggap konstan.


Kemiringan rata-rata GDE yaitu 𝑆𝑟𝑟 ∗dapat dotaksir dari persamaan pers.
(10.50) dengan menggunakan pendekatan moody/manning.

𝐹𝑟𝑟 𝑉𝑟𝑟2 𝑛2 𝑉𝑟𝑟2


𝑆𝑟𝑟 ≈ ≈
8𝑔 𝑅ℎ,𝑟𝑟 ℇ𝑅4/3
ℎ,𝑟𝑟

Dengan ᶓ = 1,0 untuk satuan SI dan 2,208 untuk satuan BG. Kecepatan rata-
rata dan jari-jari hidraulik rata-rata dapat diperkirakan dengan persamaan
berikut.
1
𝑉𝑟𝑟 ≈ [𝑉(𝑦) + 𝑉(𝑦 + ∆𝑦)] 𝑅ℎ.𝑟𝑟 ≈
2
1
[𝑅ℎ (𝑦) + 𝑅ℎ (𝑦 + ∆𝑦)]
2

Dapat pula S dihitung di y dan y + ∆y lalu dirata-ratakan, sehingga


kemiringan dasarnya
1
𝑆𝑜.𝑟𝑟 ≈ [𝑆𝑜 (𝑥) + 𝑆𝑜 (𝑥 + ∆𝑥)]
2
Diketahui ∆x sesudah persamaan (10.51), diperlukan sedikit pengulangan
untuk mendapatkan 𝑆𝑜.𝑟𝑟 selang ∆y harus dipilih untuk menjamin 𝑆𝑜.𝑟𝑟 ≈
𝑆𝑜 (𝑥).
Suatu nilai yo di x=0, persamaan (10.51) dapat digarap kehulu/hilir
memanfaatkan nilai ∆y lalu x = Ʃ∆ᵪ dan profil y(x) dapat dibangun.

CONTOH 10.7 Lanjutan dari CONTOH 10.4 Untuk menentukan sebagian


bentuk profilnya. Diketahui sebuah saluran lebar, dengan n = 0,022, So = C-
50𝑓𝑡 3
3,S-1, dan 𝔮 = . kalau yo = 3 ft di x = 0, seberapa jauh disepanjang
𝑠.𝑓𝑡
saluran di x = L kedalamannya naik ke YL = 4 ft?gunakanlah rumus
manning dengan penambahan ∆y = 0,2 ft. dibagian hulu/hilir letak
kedalaman 4 kaki dalam gambar C10-7?

Gambar 10-11 Aliran berubah-ubah berangsur untuk kelima klasifikasi


kemiringan saluran, memperlihatkan dua belas kurva penyelesaian pokok.
Bersangkutan dengan titik awal kurva penyelesaian itu relatif terhadap
kedalaman normal yn dan kedalaman kritis yc .pada penyelesaian jenis 1
titik awal itu terletak diatas yn dan yc dan dalam semua kasus penyelesaian
kedalaman air y(x) menjadi makin dalam dan makin jauh dari yn dan yc dan
kalau So dan kekerasannya tidak berubah, secara asimptotis cenderung
menuju yang lebih rendah diantara yn dan yc . penyelesaian jenis 3 titik
awalnya terletak dibawah yn dan yc, kurva penyelesainnya secara
asimptomatis cenderung mendekati yang lebih rendah diantara keduanya.

Gambar 10-11 memperlihatkan cirri dasar penyelesaian local. Tetapi


kenyataan sudah tentu So berubah-ubah dengan x, penyelesaian
keseluruhannya merupakan gabungan semua kasus diatas yang membentuk
profil kedalaman y(x) yang kontinu sesuai dengan syarat awal dan debit Q
yang diberikan.

Penyelesaian Numerik

Analisis praktikum dari profil aliran yang berubah secara berangsur biasanya
diperlukan analisis numeric. Sketsa numeric yang sederhana tapi efektif
adalah dengan menulis persamaan (10.46) dalam bentuk beda takterhingga
antara dua kedalaman y dan y + ∆y

𝐸(𝐸 + ∆𝐸) − 𝐸(𝐸)


∆𝜒 ≈
(𝐸𝐸 − 𝐸)𝐸𝐸

𝐸 = 𝐸 + v2 /2g hanya berubah-ubah dengan y sebab Q dianggap konstan.


Kemiringan rata-rata GDE yaitu 𝐸𝐸𝐸 ∗dapat dotaksir dari persamaan pers.
(10.50) dengan menggunakan pendekatan moody/manning.

𝐸𝐸𝐸 𝐸2𝐸𝐸 𝑛2 𝐸2𝐸𝐸


𝐸𝐸𝐸 ≈ ≈
8𝐸 𝐸ℎ,𝐸𝐸 ℇ𝐸4/3
ℎ,𝐸𝐸

Dengan ᶓ = 1,0 untuk satuan SI dan 2,208 untuk satuan BG. Kecepatan rata-
rata dan jari-jari hidraulik rata-rata dapat diperkirakan dengan persamaan
berikut.
1
𝐸𝐸𝐸 ≈ [𝐸(𝐸) + 𝐸(𝐸 + ∆𝐸)]
2
1
𝐸ℎ.𝐸𝐸 ≈ [𝐸ℎ (𝐸) + 𝐸ℎ (𝐸 + ∆𝐸)]
2

Dapat pula S dihitung di y dan y + ∆y lalu dirata-ratakan, sehingga


kemiringan dasarnya
1
𝐸𝐸.𝐸𝐸 ≈ [𝐸𝐸 (𝐸) + 𝐸𝐸 (𝐸 + ∆𝐸)]
2
Diketahui ∆x sesudah persamaan (10.51), diperlukan sedikit pengulangan
untuk mendapatkan 𝐸𝑜.𝐸𝐸 selang ∆y harus dipilih untuk menjamin
𝐸𝐸.𝐸𝐸 ≈ 𝐸𝐸 (𝐸).

Suatu nilai yo di x=0, persamaan (10.51) dapat digarap kehulu/hilir


memanfaatkan nilai ∆y lalu x = Ʃ∆ᵪ dan profil y(x) dapat dibangun.

CONTOH 10.7 Lanjutan dari CONTOH 10.4 Untuk menentukan sebagian


bentuk profilnya. Diketahui sebuah saluran lebar, dengan n = 0,022, So = C-
50𝐸𝐸3
3,S-1, dan 𝐸 = . kalau yo = 3 ft di x = 0, seberapa jauh disepanjang
𝐸.𝐸𝐸
saluran di x = L kedalamannya naik ke YL = 4 ft?gunakanlah rumus
manning dengan penambahan ∆y = 0,2 ft. dibagian hulu/hilir letak
kedalaman 4 kaki dalam gambar C10-7?

Penyelesaian : karena contoh 10.4 memberikan hasil yc = 4,27 ft, alirannya


superkritis, dan diketahui So = 0,0048lebih besar dari Sc dalam contoh 10.4
= 0,00435 sehinggan kemiringan curam dan kita pasti berada di profil S.

Kedalaman normalnya didapatkan dengan memasukkan q=50 kedalam


rumus chezy menurut rumusan manning (10.20) dengan Rh=yn
2
1,49 3
1
𝑞= [𝑦 (1 𝑓𝑡)]𝑦𝑛 (0,0048)2 = 50
0,002 𝑛
𝑦𝑛 = 4,14 𝑓𝑡

Jadi 𝑦𝑜 dan 𝑦𝐿 lebih kecil daripada 𝑦𝑛 , sedang 𝑦𝑛 lebih kecil daripada 𝑦𝑐


sehingga pasti disebuah kurva S-3 seperti gabar 10-11a, untuk memperoleh
penyelwesaian numeric y = 3,0 – 4,0 dalam selang 0,2 untuk menghitung
𝑞 𝑉2
enam nilai 𝑉 = , 𝐸 = 𝑦 + , 𝑑𝑎𝑛 𝑆 = 𝑛2 𝑉 2 /2,208𝑦 4/3 lalau Srr dihitung
𝑦 2𝑔
dengan pers. 1051 kemiringan So = 0,0048 besarnya tetap.

Untuk selang tambahan kedalaman sebesar 0,2 ft aliran berubah berangsur


meramalkan bahwa jarak kira-kira 232 ft diperlukan untuk menungkatkan
kedalaman saluran dari 3 ft menjadi 4 ft dalam aliran yang superkritis. Kalau
dipakai 10 tambahan kedalaman dengan menurunkan selang ∆y ke 0,1 ft,
akan diperoleh L = 232,5 ft, jelas bahwa letak y = 4 ft dibagian hilir.

Perhatikan bahwa ∆x yang dihitung makin besar dengan makin dalamnya


saluran dalam ditable diatas pada batas y => yn = 4,14 ft,∆x => oo ; yaitu
profilnya secara asimptotis mendekati kedalaman normal.

Suatu alternative terhadap kegunaan pers. 10.51 dengan menuliskan pers.


10.49 dalam bentuk beda terhingga,dengan mensubtitusikan S dari
pers.10.52, untuk Fr dari pers. 10.38 hasil alogaritmanya :
1 − 𝑉 2 𝑏𝑜 /𝑔𝐴 𝑆𝐼
∆𝑥 ≈ 4/3
∆𝑦 𝜉 = {1,0
2,208
𝑆𝑜 − 𝑛2 𝑉 2 /𝜉𝑅ℎ 𝐵𝐺

10.7 PENGUKURAN ALIRAN DENGAN BENDUNG

Bendung adalah suatu penghalang didasar saluran yang harus dilintasi oleh
aliran. Untuk bentuk geometris sederhana, debit saluran Q terkait dengan
tinggi halangan H yang menyimpangkan aliran hulu karena adanya bending
tersebut.bendung merupakan aliran meteran sederhana tapi efektif.

Analisis bending bertepi tajam

Aliran melalui bending dapat dianalisis dengan mengabaikan gesekan dan


menggunakan teori potensial.

Analisis satu dimensi tanpa gesekan yang sangat sederhana ditemukan oleh
insinyur perancis J.V Boussinesq pada tahun 1907. Distribusikan kecepatan
𝐸2 (ℎ) diatas bending itu diperkirakan dengan persamaan bernouli yang
bersangkutan dengan titik 1 dibagian hulu.

𝑉12 𝑉22
+𝐻+𝑌 ≈ + 𝐻 + 𝑌 − ℎ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑉22 = 2𝑔ℎ + 𝑉12
2𝑔 2𝑔

Maka laju volume aliran melintasi bending itu kira-kira adalah


𝐻
𝐻
𝑞= ∫𝐻/3 𝑉2 𝑑ℎ = ∫ (2𝑔ℎ + 𝑉12 )1/2 𝑑ℎ
𝐻/3
2 1 𝑉12 3 𝐻 𝑉12 3
= (2𝑔)2 [(𝐻 + )2 − ( + )2 ]
3 2𝑔 3 2𝑔

Tanpa pembuktian kita telah mengambil jeram itu hanya sekitar 2H/3 diatas
bending.

Analisis Bendung Bertepi Tebal


Bending bertepi tebal mudah sekali dianalisis karena bendungan itu
menimbulkan alirankritis hamper satu dimensi yang pendek diatasnya.
Persamaan bernouli dari bagian hulu diatas bendung adalah

Dalam persamaan 10.56 tanpa dibuktikan maka laju alirannya diberikan oleh
1 2𝐻 𝑉12 3/2
𝑞= (𝑔𝑦𝑐3 )2 ( + )
3 3𝑔

Kalau hulu kecepatan dibagian hulu kita abaikan persamaan ini menjadi
1
−( ) 2
𝑞 ≈ (3 2 ) ( ) (2𝑔)1/2 𝐻 3/2
3
CONTOH 10.8 sebuah bendung dalam saluran mendatar lebarnya 12 ft dan
tingginya 4 ft. kedalaman air dibagian hulunya adalah 5,2 ft. tafsirkanlah
debit air yang diluahkannya jika bendung itu (a) bertepi-tepi (Tj);(b) bertepi-
tepi(TB).
Kurva Air Terbendung

Bendung adalah suatu penghalang (barrier) aliran yang bukan hanya


mengubah aliran setempat diatas bendung, tetapi juga distribusikan kedalam
aliran saluran terbuka akan menimbulkan kurva air terbendung.

Ketinggian Y dan laju aliran Q diketahui sehingga persamaan 10.58 dapat


diselesaikan untuk H jadi kedalaman air total dihulu aliran adalah y = Y+H.
CONTOH 10.9 sebuah saluran siku-siku dengan lebar 8 m laju aliran
30𝐸3 /𝑠, menghadapi bendungan berisi tajam dengan ketinggian 4 m seperti
ditunjukan dalam gambar C10-9. Tentukan kedalaman air 2 km dihulu aliran
jika kemiringan saluran So = 0,0004 dan n = 0,025.

Penentuan H = 1,58 m dengan coba-coba dimana y = Y+H atau 5,58 m pada


x = 0. Inilah titik pangkal penerapan teori berubah berangsur.

Persamaan 10.30 meramalkan kedalaman kritis untuk laju aliran menjadi

𝑄 1 (30)2 1
𝑦𝑐 = ( 2 )3 = [ 2 ]3 = 1,13 𝑚
𝑏 𝑔 (8) (9,81)

Dari persamaan 10.21 untuk So yang diketahui


1 2/3 1/2 1 8𝑦 2
𝑄 = 30 = 𝐴𝑅ℎ 𝑆0 = (8𝑦)( )3 (0,0004)1/2
𝑛 0,024 8 + 2𝑦

Karena ingin menghitung y maka x = - 2000 m (ingalah bahwa x bertambah


dihulu aliran), harus menerapkan persamaan 1 dengan penambahan ∆x = -
500 m yang sama sebanyak empat kali. Hasil-hasil analisis numeric adalah
Teori meramalkan bahwa kedalaman air 2 km dihulu aliran adalah kira-kira
4,98 m. perubahan kedalaman yang sangat kecil disebabkan oleh
kemiringannya sedang (mild) dan juga bilangan Froude sangat kecil sekitar
0,1. Jika So, n, dan b tetap konstan dihulu aliran maka akan mendekati
kedalaman normal, Yn = 3,20 m, pada x sekitar – 16 km.

RINGKASAN

Bab ini merupakan pendahuluan untuk analisis aliran saluran terbuka,


terbatas pada aliran tunak, keadaan aliran satu dimensi. Analisis dasar
menggabungkan persamaan kontinuitas dengan persamaan bernouli yang
dikembangkan meliputi rugi gesekan.

Anda mungkin juga menyukai