Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ghea Karilla Ulya

NIM : 1510242026
METODE SURVEI TANAH

A. Beberapa Metode Survei Tanah


Berdasarkan kedua pendekatan tersebut, dalam survei tanah dikenal 3 macam metode
survei, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), sistem fisiografi dengan
bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik), dan grip bebas
(penerapan gabungan dari kedua pendekatan tersebut).
Berikut ini akan diuraikan 3 macam metode survei utama yang umum dikenal dalam
kegiatan survei tanah, baik di indonesia maupun luar negri.

1. Survei Grid
Metode survei ini disebut juga metode grid kaku. Pengamatan tanah dilakukan
dengan pola teratur (interval titik pengamatan berjarak sama pada arah vertikal dan
horizontal). Jarak pengamatan tergantung dari skala peta. Titik-titik pengamatan tanah
ditempatkan di lapangan dan diamati karakteristiknya. Dengan menggunakan metode
statistik baku atau geostatistik, dilakukan estimasi variabilitas tanah.
Metode ini sangat sesuai untuk survei intensif dengan skala besar, dimana
penggunaan interpretasi foto udara sangat terbatas dab intensitas pengamatan yang rapat
memerlukan ketepatan penempatan titik pengamatan di lapangan dan pada peta. Dan
sangat cocok diterapkan di daerah yang belum tersedia foto udara atau peta toporafi
(peta rupa bumi) untuk navigasi, selain itu pada daerah-daerah berhutan lebat atau di
daerah pasang-surut dimana penggunaan interpretasi foto udara seringkali sangat
terbatas, sehingga cara termudah untuk mengetahui posisi atau lokasi pengamatan di
lapangan adalah dengan pengaturan jarak (Sitorus, 1986).
Survei grid juga cocok dilakukan pada daerah yang mempunyai pola tanah yang
kompleks dimana pola detail hanya dapat dipetakan pada skala besar yang kurang
praktis, diterapkan pada daerah yang posisi pemetanya sukar ditentukan dengan pasti.
Selain itu, survei ini sangat dianjurkan pada survei intensif (detail – sangat detail) dan
penggunaan hasil interpretasi foto udara sangat terbatas atau di daerah yang belum ada
foto udaranya juga daerah yang sudah terliput foto udara, akan tetapi hasilnya tidak
maksimal karena sebab-sebab sebagai berikut:
1. Skalanya terlalu kecil.
2. Mutunya sangat rendah.
3. Daerah survei tertutup awan.
1
4. Kenampakan permukaan tidak jelas/daerah sangat homogen dan datar.
5. Daerah tertutup vegetasi rapat dan lebat.
6. Daerah berrawa, padang rumput/savana, tanpa gejala permukaan.

Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kerugian metode survei grid:

Keuntungan Kerugian
a. Tidak memerlukan penyurvei a. Memerlukan waktu yang lama,
yang berpengalaman, karena terutama pada medan yang
lokasi titik-titik pengamatan berat.
b. Pemanfaatan seluruh titik-titik
sudah di plot pada Peta Rencana
pengamatan sehingga tidak
Pengamatan.
b. Sangat baik diterapkan pada efektif.
c. Sebagian lokasi pengamatan
daerah yang luas memerlukan
tidak mewakili satuan peta
penyurvei dalam jumlah besar.
c. Cukup teliti dalam menentukan yang dikehendaki, misalnya
batas satuan peta tanah pada tempat pemukiman, daerah
daerah survei yang relatif datar. peralihan dua satuan lahan dan
d. Dengan menerapkan teknik
lain-lain.
analisis Komponen Utama
(Principal Component Analysis)
dapat memperkecil atau
mengurangi sejumlah sifat tanah
pada suatu variate yang
menggambarkan proporsi yang
besar dari data yang tersedia.

2
Gb1. Lokasi titik observasi pada Metode Grid Kaku

2. Survei Fisiografi (IFU)


Survei ini diawali dengan melakukan interpretasi foto udara (IFU) untuk
mendelineasi landform yang terdapat di daerah yang disurvei, diikuti dengan
pengecekan lapangan terhadap komposisi satuan peta, biasanya hanya di daerah
pewakil. Contoh: pendekatan Geopedologi yang dikembangkan oleh ITC Belanda.
Survei ini umumnya diterapkan pada skala 1 : 50.000 – 1 : 200.000. pada skala kecil,
hanya satuan lansekap dan landform yang luas saja yang dapat digambarkan. Metode
survei ini hanya dapat diterapkan jika tersedia foto udara yang berkualitas tinggi.
Pengamatan lapangan dengan kerapatan rendah dilakukan untuk mengecek batas
satuan peta dan mengidentifikasi sifat dan ciri tanah di setiap satuan peta. Jumlah
pengamatan setiap satuan peta ditentukan oleh:
 Ketelitian hasil interpretasi foto udara dan keahlian /kemampuan penyurvei dalam
memahami hubungan fisiografi dan keadaan tanah.
 Kerumitan satuan peta => semakin rumit semakin banyak pengamatan.
 Luas satuan peta => semakin luas semakin banyak pengamatan.

3
Gb2. Lokasi titik observasi pada Metode Fisiografik

3. Metode Grid Bebas


Metode Grid merupakan perpaduan metode grid-kaku dan metode fisiografi. Metode
ini diterapkan pada survei detail hingga semi-detail, foto udara berkemampuan terbatas
dan di tempat-tempat yang orientasi di lapangan cukup disulitkan. Menurut Rossiter
(2000), metode survei ini merupakan kelanjutan dari survei fisiografi dan biasanya
dilaksanakan skala 1 : 12.500 sampai dengan 1 : 25.000. pelaksanaan survei ini diawali
dengan analisis fisiografi melalui interpretasi foto udara secara detail. Semua batas
harus dilakukan pengecekan di lapangan teliti dan dilakukan beberapa modifikasi sesuai
dengan hasil pengamatan lapangan.
Dalam metode survei bebas, pemeta bebas memilih lokasi titik pengamatan dalam
mengkonfirmasikan secara sistematis model mental hubungan tanah-lansekap, menarik
batas dan menentukan komposisi satuan peta. Untuk dapat melakukan survei bebas ,
pertimbangan dan pengalaman pemeta sangat penting. Di daerah dengan pola tanah

4
yang dapat diprediksi dengan mudah, pengamatan dapat dilakukan lebih sedikit,
sedangkan daerah lainnya terutama daerah yang bermasalah perlu dilakukan
pengamatan lebih banyak atau lebih mendetail.
Pemeta mengunjungi sebagian besar landskap, biasanya berada pada suatu transek
yang memotong satuan peta dengan berkonsentrasi pada daerah bermasalah (daerah
yang hubungan antara landskap dan tanah sulit diprediksi).

Gb3. Lokasi titik observasi pada Metode Grid Bebas


4.Survei Non Sistematik
Batas tanah ditentukan dr peta lain, sep Peta Geologi dan Peta Fisiografi. Pengecekan
hanya dilakukan pada beberapa tempat dgn intensitas sgt rendah (skala < 1 : 500.000).
Peta yg dihasilkan bukan Peta Tanah, melainkan Peta Bagan dan tdk dapat digabungkan
dgn Sistem Informasi Geografi (SIG)
B. Active Field Survey
Survei ini merupakan bagian dari survei bebas. Penyurvei menciptakan suatu model
mental dari factor-faktor pembentukan tanah dan menentukan lokasi pengamatan untuk
memperkuat atau memodifikasi hipotesis-hipotesis yang dibuat sebelumnya. Pengamatan bias
lebih jarang dilakukan pada daerah-daerah dimana hipotesis sesuai dengan fakta di lapangan

5
dan jika faktor-faktor tersebut terlihat teratur. Pengamatan lebih banyak dilakukan pada
daerah-daerah bermasalah.
Penyurvei tanah memetakan pola sedimen. Pada beberapa lokasi hal ini sangat konsisten
dan pemetaan dapat dilakukan dengan cepat, sedangkan di lokasi yang lain mereka berbaur
dan penyurvei harus melakukan banyak pengecekan untuk menentukan batas atau komposisi
satuan peta (dalam kasus sedimentasi berpola halus).

Tabel 1.1 Hipotesis dan perubahan hipotesis pada berbagai pengamatan (Sumber: Elbersen,
1985)

No. Pengamatan Hipotesis


1, 2 Tebalnya horizon A pada bagian lembah
terjadi secara local (karena drainase jelek,
mengawetkan bahan organic).
3
Hipotesis berubah, karena horizon A pada
bagian lembah ternyata tipis (di daerah
berhutan). Tebalnya horizon A pada
pengamatan 1 dan 2, karena terjadi akumulasi
bahan-bahan tererosi dari lereng di atasnya
4, 5, 6
(pada lahan tanpa vegetasi).
7
Menguatkan hipotesis 3.

Hipotesis 3 hanya berlaku untuk lanskap


basalt. Pada daerah granit, horizon A di
cekungan selalu tipis, baik di daerah berhutan
maupun daerah gundul (tanpa vegetasi).

Anda mungkin juga menyukai