Fluidflow
Fluidflow
Flow”
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUMOPERASI TEKNIK KIMIA I
“ FLUID FLOW “
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................i
Lembar Pengesahan...........................................................................1
Kata Pengantar....................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................3
Intisari.................................................................................................4
Bab 1 Pendahuluan.............................................................................5
I.1 Latar Belakang
I.2 Tujuan
I.3 Manfaat
Bab 2 Tinjauan Pustaka......................................................................7
II.1 Secara Umum
II.2 Sifat Bahan
Bab 3 Pelaksanaan Praktikum.............................................................19
III.1 Bahan
III.2 Alat
III.3 Gambar Alat
III.4 Prosedure
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................21
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
IV.2 Tabel Perhitungan
IV.2 Grafik
IV.3 Pembahasan
Bab 5 Kesimpulan dan Saran...............................................................27
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
Daftar Pustaka.......................................................................................28
Appendix.............................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen. Fluida dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
caramengalir. Aliran fluida dapat ditemukan dalam kehidupan sehari -hari
maupundalam industri. Aliran fluida mengalir melewati suatu media, biasanya
berupa pipa. Kecepatan dan kapasitas fluida berbedabeda. Aliran tersebut
dibedakanmenjadi beberapa golongan sesuai sifat fluida pada aliran.
Prosedur dari percobaan fluid flow terbagi menjadi dua tahap, antara lain
kalibrasi dan pengukuran penurunan tekanan (pressure drop) di dalam pipa dan
fitting. Pada tahap kalibrasi, valve pada pipa yang akan dilalui oleh fluida dibuka
terlebih dahulu, sementara valve lainnya ditutup. Pertama, dilakukan percobaan
terhadap pipa sesuai variable dan menutup valve dari pipa lain setelah itu, dilihat
nilai tekanan yang tertera pada pada manometer. Kemudian ukur volume fluida
yang keluar dengan menggunakan gelas ukur. Percobaan ini dilakukan sebanyak
empat kali. lakukan percobaan yang sama terhadap pipa yang lain sesuai denan
variabel yang telah ditentukan.
Ada tiga tujuan dari praktikum fluid flow ini, yaitu sebagai berikut: tujuan
yang pertama adalah mengetahui nilai head loss dalam pipa dan fitting yang
adadalam pipa. selain itu, praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis aliran
yang terjadi dalam praktikum berdasarkan perhitungan bilangan
reynoldnya.sedanngkan tujuan yang terakhir yaitu agar dapat membandingkan
nilai darifriction factor dan koefisien kontraksi yang didapat dari perhitungan
sesuai percobaan yang ada dengan teori yang didapat. Perhitungan dilakukan
berdasarkan persamaan yang didapat dari literatur.
I.2 Tujuan Percobaan
Fluida adalah suatu zat yang dpat mengalir bisa berupa cairan atau gas.
Fluida mengubah bentuknya dengan mudah dan didalam kasus mengenai
gas,mempunyai volume yang sama dengan volume uladuk yang membatasi gas
tersebut. Pemakaian mekanika kepada medium kontinyu,baik benda padat
maupun fluida adalah didasari pada hukum gerak newton yang digabungkan
dengan hukum gaya yang sesuai. Salah satu cara untuk menjelaskan gerak suatu
fluida adalh dengan membagi –bagi fluida tersebut menjadi elemen volume yang
sangat kecil yang dapat dinamakan partikel fluida danmengikuti gerak masing-
masing partikel ini. Suatu massa fluida yang mengalir selalu dapat dibagi-bagi
menjadi tabungaliran,bila aliran tersebut adalah tunak, waktu tabung-tabung tetap
tidak berubah bentuknya dan fluida yang pada suatu saan berada didalam sebuah
tatung akan tetap berada dalam tabung ini seterusnya. Kecepatan aliran didalam
tabung aliran adalah sejajar dengan tabung dan mempunyai besar berbanding
terbalik dengan luas penampangnya.(pantar,s, 1997)
Konsep aliran fluida yang berkaitan dengan aliran fluida dalam pipa adalah :
1. Hukum kekentalan Massa
2. Hukum Kekentalan energi
3. Hukum kekentalan momentum
4. Katup
5. Orifacemeter
6. Arcameter (rotarimeter)
Macam-Macam Aliran
Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti:
turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam,
takseragam, rotasional, tak rotasional.
Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat dua jenis aliran yaitu :
1. Aliran laminer
2. Aliran turbulensi
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam
keadaanlaminer. Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor
kecepatanaliran pada suatu titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan
tentang medanfluida, kondisi rata-rata pada daerah atau volume yang kecil dapat
ditentukan denganinstrument yang sesuai.Dalam pengukuran fluida termasuk
penentuan tekanan, kecepatan, debit,gradien kecepatan, turbulensi dan viskositas.
Terdapat banyak cara melaksanakanpengukuran-pengukuran, misalnya : langsung,
tak langsung, gravimetrik,volumetrik,elektronik, elektromagnetik dan optik.
Pengukuran debit secara langsung terdiri dariatas penentuan volume atau berat
fluida yang melalui suatupenampang dalam suatu
selang waktu tertentu. Metoda tak langsung bagi pengukuran debit
memerlukanpenentuan tinggi tekanan, perbedaan tekanan atau kecepatan
dibeberapa dititik padasuatu penampang dan dengan besaran perhitungan debit.
Metode pengukuran aliranyang paling teliti adalah penentuan gravimerik atau
penentuan volumetrik denganberat atau volume diukur atau penentuan dengan
mempergunakan tangki yangdikalibrasikan untuk selang waktu yang diukur.Pada
prinsipnya besar aliran fluida dapat diukur melalui :
1. Kecepatan (velocity)
2. Berat (massanya)
3. Luas bidang yang dilaluinya
4. Volumenya.
Bilangan
Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapatmembedakan
suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.
Re = ρ VD / μ
Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadapdeformasi
atau perubahan bentuk.Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,kohesi
dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung
menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan
gaya–gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan
dengansemakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan
berturunyaviskositas dari zat cair tersebut.
Rapat jenis (density )
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zattersebut
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengancara
menghitung nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagiantertentu
terhadap volume bagian tersebut. nilai density dapat dipengaruhi olehtemperatur
semakin tinggi temperatur maka kerapatan suatu fluida semakinberkurang karena
disebabkan gaya kohesi dari molekul– molekul fluida semakin
berkurang.
Debit Aliran
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing
masing pipa experimen diaman rumus debit aliran
Q =A/t
�
fr=
√𝑔�
dimana:
U : kecepatan rerata tampang
g : percepatan gravitasi
D : kedalaman aliran
Dimana:
Ff = friction loss / head loss (J/Kg)
L = panjang pipa (m)
F =factor friction / fanning factor
D = kecepatan rata-rata (m)
Harga f dapat dipengaruhi oleh besarnya E/D dari Nre, untuk menentukan
bilangan renold dapat menggunakan :
𝜌��
Nre =
�
2. Friction loss (F), karena adanya perlengkapan pipa friction loss (F) juga
dipengaruhi oleh karakteristik perlengkapan fluida seperti elbow (belokan),
kerangan, ekspansi dan lain-lain. Dengan memisahkan antara pipa lurus dan
pipa ber-fitting dan memasukan harga factor yang tergantung pada jenis
fitting masing-masing.
𝑓𝐿 �2
∆𝑃𝑓 = 𝜌𝑓 = [ + 𝐾𝑓]x
� 2
Dimana :
kf = koefisien kehilangan masing-masing fitting.
Untuk koefisien tersebut dapat dilihat pada:
a. Friction loss karena kerangan (Ffv)
�2
Ffv = Kfv x
2
dianggap nol (0) karena diasumsikan tidak ada pipa lurus dan harga kf
tergantung pada besar dan jenis kerangan.
b. Friction loss karena adanya belokan (Ffelb)
�2
Ffelb = Kfelb x
2
Dimana:
V1 = kecepatan aliran pada pipa kecil (m/det)
V2 = kecepatan aliran pada pipa besar
Terjadi penghilangan energy pada fluida yang disebabkan oleh fitting,
yang mana fitting tersebut diatas 4 jenis :
1. Contaction
Yaitu pipa yang mengalami pengukuran cross sectional area secara
mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran yang tajam sehingga tekanan
yang melewatinya akan bertambah.
2. Enlargement
Yaitu pipa yang mengalami penambahan cross sectional secara mendadak
dari saluran sehingga tekanan yang melewatinya semakin kecil.
3. Long Bend
Yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar dan cross
sectional area yang besar sehingga tekanan kecil.
4. Short Bend
Yaitu belokan pipa seperti long bend tetapi lebih pendek dan cross
sectional area yang lebih kecil sehingga tekanannya lebih besar.
5. Elbow Bend
Yaitu merupakan belokan pada pipa yang berbentuk siku-siku dengan
across sectional area yang kecil sehingga menimbulkan tekanan sangat besar.
6. Mitre Bend
Yaitu pipa yang memiliki cross sectional area yang besar sehingga pada
pipa yang dialiri oleh fluida akan menimbulkan tekanan yang kecil.
/
dimana: k
g
hc= friction losses
)
𝑘𝑔
kc= energy lent contraction loss = 0,55
v2= kecepatan rata-rata dalam wilayah lebih kecil atau aliran rendah
α= 1,0 untuk aliran turbulen
(Tim dosen OTK 1, 2018)
Kecepatan fluida pada antarmuka cairan padat adalah nol, dan kecepatan
mendekati permukaan padat, dari kebutuhan, kecil. Aliran di bagian lapisan batas
ini sangat dekat permukaan sehingga pada dasarnya laminer. Sebenarnya itu
adalah laminar sebagian besar waktu, tapi kadang-kadang eddies dari bagian
utama arus atau daerah luar lapisan batas bergerak sangat dekat ke dinding,
sementara mengganggu profil kecepatan. Eddies ini mungkin memiliki sedikit
efek pada profil kecepatan rata-rata di dekat dinding, namun efeknya dapat besar
pada profil suhu atau konsentrasi saat panas atau massa dipindahkan ke atau dari
dinding. Efek ini paling terasa untuk perpindahan massa cairan.
Panjang transisi untuk aliran laminar dan turbulant, lintasan daerah
masuk tabung yang diperlukan untuk lapisan batas mencapai pusat tabung dan
arus yang dikembangkan sepenuhnya harus ditetapkan disebut panjang transisi.
Karena kecepatannya bervariasi tidak hanya dengan panjang tabung tapi juga
dengan jarak radial dari pusat tabung th, arus di daerah pintu masuk dua dimensi.
Perkiraan panjang pipa lurus necassary untuk penyelesaian distribusi velociy
terakhir adalah, untuk aliran laminar.
𝑋1
= 0,05Re
�
Dimana :
X1 = panjang transisi
D = diameter pipa
(Mc Cabe, 2005)
II.2 Sifat Bahan
1. Aquadest
A. Sifat fisika
1) Berfase cair
2) Tidak berbau
3) Tidak berwarna
4) Titik didih 1000 C
5) Titik beku 00 C
B. Sifat kimia
1) Rumus moleku H2O
2) Berat molekul 18,02 g/mol
3) Densitas 1 g/ml
4) Tidak korosif
C. Fungsi yaitu sebagai zat yang dialirkan dalam pipa
(MSDS,2013)
II.3 Hipotesa
Pada percobaan fluid flow ini, semakin besar power pompa maka
semakin besar laju alirnya. Semakin besar putaran kran maka akan semakin
besar volume air yang tertampung. Maka di dapatkan hasil kecepatan linier
suatu fluida dan headloss pipa juga semakin besar.
II.4 Diagram Alir
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan yang digunakan
a. Air
1 Gelas Ukur
2 Stopwatch
3 Ember
III.5Variabel
a. Bukaan = 3/15 ; 6/15 ; 9/15 ; 12/15
b. Waktu (t) = 5 detik
c. Pipa = C dan E
d. Satuan = SI
III.6 Prosedur
A. Kalibrasi
1. Membuka valve pada pipa yang akan dilalui fluida (C dan E),
menutup value lainnya (A, B, D, F), air dari tangki utama dialirkan
secara continue kedalam tangki.
2. Memompakan aliran perpipaan yang menuju orifice meters
melewati valve dan air duscharge ke tangki.
3. Menimbang air sesuai dengan interval waktu yang ditentukan.
4. Melakukan run dengan interval waktu yang telah ditentukan
5. Membuat kurva kalibrasi
manometer
Bukaan waktu v Q
putih hitam
manometer
∆P ρ
Bukaan (grf/cm2) ∆P/ρ
(gf/cm2) (gr/cm3)
putih hitam
2/4 161.442 36.706765 99 99
1/4 26.1706 15.97424 21 21
1
4/4 184.893 1.025 93 93
4/6 183.534 12.235588 98 98
�
b. Perhitungan Energi Potensial ∆�
��
Z2
Bukaan Z1(cm) ∆Z(cm) g/gc ∆Ep
(cm)
2/4 120 36 84 84
1/4 120 36 84 84
1
4/4 120 36 84 84
4/6 120 36 84 84
�𝟐
c. Perhitungan Energi Kinetik
𝟐𝜶��
A
Bukaan V (ml) t (s) Q (cm3/s) v (cm/s)
(cm2)
2/4 1020 204 26.35659
elbow 90 0,75
pipa lurus 1/2" sch
0,00015
40
4/6 Gate Valve 1/2" 0,17 0,0003949 850 25,646
elbow 90 0,75
∑ft x
Gc ᵅ D ∑ft hf ∑hf
hf
1 287.246 287.246
980 1 1.5798 1 59.0469 59.0469 202.265
7 260.501 1823.51
1 153.479 153.479
980 1 1.5798 1 16.8574 16.8574 107.939
7 153.479 1074.36
1 342.865 342.865
980 1 1.5798 1 84.1269 84.1269 266.047
7 371.148 2598.04
1 279.502 279.502
980 1 1.5798 1 55.9059 55.9059 204.97
7 279.502 1956.51
e. Perhitungan –wp Teori
Wp
Bukaan ∆P/ρ ∆ Ek ∆Ep Hf effisiensi
percobaan
2/4 99 0.354423 84 202.26 385.614423
¼ 21 0.101185 84 107.94 213.041185
65%
4/4 93 0.504963 84 266.05 443.554963
4/6 98 0.33557 84 204.97 387.30557
B. Pipa D
∆𝑃
a.Perhitungan energi tekanan
𝝆𝒂𝒊�
2/4 67 36 31 31
1/4 67 36 31 31
1
4/4 67 36 31 31
4/6 67 36 31 31
�𝟐
c.Perhitungan Energi Kinetik
𝟐𝜶��
Q A
Bukaan V (ml) t (s) v (cm/s)
(cm3/s) (cm2)
2/4 1175 235 30.36176
1/4 412.5 82.5 10.65891
5 7.74
4/4 1065 213 27.51938
4/6 1240 248 32.04134
1 33 33
2/4 1 16 1 78 78 152
7 346 2,420
1 12 12
1/4 1 16 1 10 10 21
7 43 298
1 30 30
4/4 1 16 1 64 64 126
7 284 1,988
1 35 35
4/6 1 16 1 87 87 169
7 385 2694.950223
Wp
Bukaan ∆P/ρ ∆ Ek ∆Ep hf effisiensi
percobaan
2/4 109 0.47032 31 17904.8 18045.3
1/4 14.162 0.05797 31 51182.2 51227.4
65%
4/4 139.58 0.38639 31 330.682 501.648
4/6 135.385 0.5238 31 692.264 859.173
Wp v A ρ power power ∑hf
Bukaan m (gr/s)
teoritis (cm/s) (cm2) (gr/cm3) pompa rata2 Percobaan
C. Pada pipa E
∆𝑃
a. Perhitungan energi tekanan
𝝆𝒂𝒊�
2/4 85 36 49 49
¼ 85 36 49 49
1
4/4 85 36 49 49
4/6 85 36 49 49
�𝟐
c. Perhitungan Energi Kinetik
𝟐𝜶��
Q A
Bukaan V (ml) t (s) v (cm/s)
(cm3/s) (cm2)
2/4 1010 202 103.1138336
1/4 457.5 91.5 46.70750383
5 1.959
4/4 1065 213 108.7289433
4/6 1135 227 115.8754467
∑ft x
ᵅ D ∑ft hf ∑hf
hf
1 287,245935 287,246
1 1,5798 1 59,0469323 59,0469 202,265
7 260,501172 1823,51
1 153,479446 153,479
1 1,5798 1 16,857377 16,8574 107,939
7 153,479446 1074,36
1 342,864633 342,865
1 1,5798 1 84,1269096 84,1269 266,047
7 371,148131 2598,04
1 279,50156 279,502
1 1,5798 1 55,9059493 55,9059 204,97
7 279,50156 1956,51
∑ft x
Bukaan ᵅ D ∑ft hf ∑hf
hf
2.66 1 249.8454 249.845
1.57 1 17503.48 17503.5
1 2.255568 2.25557
1 9.477177 9.47718
2/4 1 1 2.65361 2.65361 17904.82
14 4.738588 66.3402
2 6.94993 13.8999
1 28.43153 28.4315
3 9.477177 28.4315
2.66 1 327.5276 327.528
1.57 1 50656.04 50656
1 2.956871 2.95687
1 12.42383 12.4238
¼ 1 1 3.478672 3.47867 51182.16
14 6.211915 86.9668
2 9.110808 18.2216
1 37.27149 37.2715
3 12.42383 37.2715
IV.3 GRAFIK
1. Pipa C
a.Debit Vs Bukaan Pipa
Q vs bukaan pipa
3
0
0
250
Q ( cm3/s)
200
150
100
50
0 1/4 2/4 2/4 3/4 1 1 1/4
0
bukaan pipa
Hf vs bukaan pipa
300
250
200
150
Hf
Hf percobaan
100
50 Hf teori
0
0 2/4 1 1 2/4
bukaan pipa
c. Hf Vs Debit
Hf vs debit (ml/s)
300
250
200
150
Hf
Hf teori
100
50 Hf percobaan
0
0 50 100 150 200 250 300
Debit (ml/s)
2. Pipa D
Q vs bukaan pipa
3
0
0
250
Q (cm3/s)
200
150
100
50
0 1/4 2/4 2/4 3/4 1 1 1/4
0
bukaan pipa
b. Hf Vs Bukaan Pipa
Hf vs bukaan pipa
180
160
140
120
100
Hf
80 Hf teori
60
Hf percobaan
40
20
0
0 1/4 2/4 2/4 3/4 1 1 1/4
bukaan pipa
c. Hf Vs Debit
Hf vs Q (cm3/s)
180
160
140
120
100
Hf
80 Hf teori
60
Hf percobaan
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300
Q (cm3/s)
3.Pipa E
a. Debit Vs Bukaan Pipa
200
Q (cm3/s)
150
100
50
b. Hf Vs Bukaan Pipa
Hf vs bukaan pipa
6900
5900
Grafik IV.3.5 Hf Vs Bukaan Pipa
4900 Grafik IV.3.9 Hf Vs Debit
3900
Grafik IV.3.9 Hf Vs Debit
Hf
2900
Hf teori
1900
Hf percobaan
900
-100
0 1/4 2/4 2/4 3/4 1 1 1/4
bukaan pipa
c. Hf Vs Debit
Hf vs Q (cm3/s)
6.000
5.000
4.000
3.000
Hf teori
Hf
2.000
Hf percobaan
1.000
0
-1.000 0 50 100 150 200 250
Q (cm3/s)
IV.4 Pembahasan
Percobaan fluid flow ini bertujuan untuk mencari nilai – nilai eksperimen
head loss dalam pipa dan fitting dalam ekspansi dan kontraksi. Membandingkan
nilai eksperimental dari fanning faktor dan koefisien kontraksi dengan nilai yang
dikalkulasikan dari persamaan dan didapatkan dari literature.Menentukan friction
loss dalam pipa dan energy yang diberikan dari luar melalui energy pompa.Selain
itu agar mengetahui jenis aliran fluida didalam pipa, sifat – sifat suatu fluida serta
prinsip dasarnya.
Pada percobaan ini kami menggunakan pipa C, D, dan pipa E dengan
variabel bukaan yang berbeda yaitu 2/4, ¼, 4/4, dan 5/6. Dalam percobaan fluid
flow ini pengamatan yang dilakukan yaitu terhadap perbedaan tekanan yang
ditunjukan oleh manometer raksa dan jumlah volume air yang keluar dari pipa
setelah 5 detik, dengan 4 kali percobaan untuk masing-masing bukaan pipa.
Pada pipa C hasil yang didapat antara lain saat bukaan 2/4 didapat debit
air sebesar 204 𝑐�3/s, untuk bukaan 1/4 didapat debit air sebesar 109𝑐�3/s, untuk
bukaan 4/4 didapat debit air sebesar 243.5 𝑐�3/s, dan untuk bukaan 5/6 didapat
debit air sebesar 198.5 𝑐�3/s, Sedangkan untuk pipa D, hasil yang didapat yaitu
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 40
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I “Fluid
Flow”
untuk bukaan 2/4 didapat debit air sebesar 235 𝑐�3/s ,untuk bukaan 1/4 debit air
yang didapat sebesar 82.5 𝑐�3/s, untuk bukaan 4/4 didapat debit air sebesar 248
𝑐�3/s, dan untuk bukaan 5/6 didapat debit air sebesar 213 𝑐�3/s. untuk pipa E
dengan bukaan 2/4, ¼, 4/4, dan 5/6 berturut-turut adalah 202 𝑐�3/s, 91.5 𝑐�3/s,
227 𝑐�3/s, 213 𝑐�3/s. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semakin besar
pipa dan bukaan valve maka debit aliran fluida semakin cepat. Hal ini
dikarenakan bahwa debit aliran suatu fluida dapat dipengaruhi oleh luas
penampang pipa dan bukaannya.
Untuk data yang diperoleh dari grafik Q (debit aliran) versus bukaan pada
pipa C maupun E, diperoleh grafik yang naik. Yang dapat diartikan bahwa
semakin besar bukaan pada gate valve maka kecepatan linier suatu fluida semakin
besar. Untuk data yang diperoleh dari grafik hf versus bukaan pada pipa C
maupun E, diperoleh grafik yang naik. Hal ini disebabkan karena semakin besar
bukaan pada gate valve yang diberikan, maka head loss pada pipa juga semakin
besar. Dan untuk data pada grafik Q (debit aliran) versus hf, grafik yang didapat
juga mengalami kenaikan. Hal ini dapat diartikan semakin besar debit aliran,
maka head loss pada pipa juga akan semakin besar.
V.2 Saran
1. Sebaiknya dalam mengamati manometer lebih teliti lagi agar diperoleh
data yang lebih akurat.
2. Sebaiknya dalam membuka gate valve diputar secara penuh sesuai
dengan variable bukaan yang telah ditentukan tidak kurang dan tidak
lebih.
1. Menghitung Debit
𝑣
𝑄=
�
1020
𝑄=
5
3
𝑄 = 204 cm /s
2. Menghitung
ΔP
Rata-rata tekanan pada manometer putih= 8,88cmHg
Rata-rata tekanan pada manometer hitam = 7,7 cmHg
2
1 cmHg= 13,5909 gf/cm
Konversi untuk tekanan pada manometer putih
2
11.875 cmHg = 11.875 x 13,5909 = 161.44 gf/cm
Konversi untuk tekanan pada manometer hitam
2
2.7 cmHg = 2.7 x 13,5909 = 36.7067 gf/cm
161.44 +36.7067 2
Jadi ∆P rata – rata = = 99 gf/cm
2
3. Menghitung E Tekanan
∆𝑃 99
=
𝜌 1
∆𝑃
= 99
𝜌
4. Untuk menghitung ∆Z diketahui data sebagai berikut :
Tinggi pompa ke lantai ( Z1) = 36 cm
Tinggi valve E ke lantai ( Z2) = 120 cm
Jadi ∆Z = Z2 – Z1 = 120 - 36 = 84cm
5. Untuk menghitung ∆Ep diketahui data sebagai berikut :
∆Z = 84 cm
g
= 1 gf/gm
gc
g
Jadi ∆Ep = ∆Z x
gc = 84 x 1 = 84 gf/gm
Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I “Fluid
Flow”
a. Bukaan = = 1,5
b. Bukaan = = 0,75
c. Bukaan = =3
d. Bukaan = = 2,5