Anda di halaman 1dari 21

IMPLEMENTASI PADA PERAWATAN LANSIA

MELIPUTI POSYANDU LANSIA, LATIHAN KOGNITIF, LATIHAN


MOBILISASI DAN SENAM LANSIA

OLEH:

KELOMPOK 7

NI MADE TARIANI (P07120216018)


PUTU INDAH PERMATASARI (P07120216019)
NI PUTU NOVIA HARDIYANTI (P07120216020)

TINGKAT 3.A / D IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun makalah
ini yang berjudul "IMPLEMENTASI PADA PERAWATAN LANSIA MELIPUTI
POSYANDU LANSIA, LATIHAN KOGNITIF, LATIHAN MOBILISASI DAN SENAM
LANSIA" tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah ini.

Denpasar, 08 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I ............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................2
C. TUJUAN ............................................................................................................2
D. MANFAAT ........................................................................................................2
BAB II ...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN ...........................................................................................................3
A. IMPLEMENTASI DALAM PERAWATAN LANSIA .................................3
1. POSYANDU LANSIA ..................................................................................3
2. PENERAPAN TERAPI KOGNITIF-PERILAKU PADA LANSIA........9
3. LATIHAN MOBILISASI...........................................................................11
4. SENAM LANSIA ........................................................................................12
BAB III .......................................................................................................................17
PENUTUP ..................................................................................................................17
A. SIMPULAN .....................................................................................................17
B. SARAN ............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60


tahun ke atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan
kesehatan dan kondisi stres fisiologisnya. Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual.
Di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 9,99%
dari seluruh penduduk (22.2277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70
tahun. Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah
baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda
dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu
menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi
lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen
populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.
Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua
orang dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia
lanjut akan memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat
promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta
menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
Seiring dengan berkembangnya jaman maka semakin banyak lansia
karena taraf kesehatan yang cenderung membaik namun ironisnya makin
sedikit anak-anak mereka yang mau merawat orang tuanya yang telah
1
mencapai usia lanjut karena tuntutan pekerjaan. Maka dari itu penulis tertarik
untuk membahas implementasi perawatan lansia agar nantinya mampu
menjawab tantangan yang berkembang di masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan runtutan
sesuai dengan ketentuan yang ada. Maka dari itu perlu penyusunan suatu
rumusan masalah yang menjadi batu pijak untuk pembahasan makalah ini.
Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut:
1. Apa saja implementasi perawatan yang dapat diberikan pada lanjut usia?
a. Apakah yang dimaksud dengan posyandu lansia?
b. Bagaimanakah penerapan terapi kognitif-perilaku pada lansia?
c. Bagaimanakah latihan mobilisasi pada lansia?
d. Bagaimanakah senam lansia?

C. TUJUAN
1. TUJUAN KHUSUS
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
implementasi keperawatan pada lansia
2. TUJUAN UMUM
a. Untuk mengetahui tentang posyandu lansia
b. Untuk mengetahui penerapan terapi kognitif-perilaku pada lansia
c. Untuk mengetahui latihan mobilisasi pada lansia
d. Untuk mengetahui tentang senam lansia

D. MANFAAT
1. MANFAAT TEORITIS
Secara umum penyusunan makalah ini memiliki manfaat sebagai
pedoman dalam memahami konsep keperawatan gerontik khususnya
implementasi keperawatan pada lansia.
2. MANFAAT PRAKTIS
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan
lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenisnya.
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. IMPLEMENTASI DALAM PERAWATAN LANSIA

1. POSYANDU LANSIA
a. PENGERTIAN
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu
adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan mereka. Posyandu lansia adalah suatu
forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis
untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia
(Depkes, 2000)
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat
usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
sosial dalam penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan
yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut.
Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang
dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pada
pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya kesehatan lansia

3
yang mencakup kegiatan yankes yang bertujuan untuk mewujudkan
masa tua yang bahagia dan berdayaguna.
b. TUJUAN POSYANDU LANSIA
Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul
(2007), yaitu:
1) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai
kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung
2) Memelihara kemandirian secara maksimal
3) Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai
4) Melaksanakan pengobatan secara tepat
5) Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual
6) Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia
7) Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia
8) Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan

c. SASARAN
Sasaran penyelenggara posyandu lansia adalah seluruh penduduk yang
berusia 60 tahun keatas (Depkes, 2000)

d. MANFAAT POSYANDU LANSIA


Menurut Depkes RI (2000), manfaat dari posyandu lansia adalah:
1) Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar
2) Kesehatan rekreasi tetap terpelihara
3) Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang

e. Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain:


Lima upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia antara lain:
1) Upaya meningkatkan/promosi kesehatan

4
Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya
merupakan upaya mencegah primer (primary prevention).
Menurut Suyono (1997), ada beberapa tindakan yang
disampaikan dalam bentuk pesan “BAHAGIA” yaitu:
a) Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
b) Aturlah makanan hingga seimbang
c) Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
d) Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang
bermanfaat
e) Gerak badan teratur agar terus dilakukan
f) Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal
situasi yang menegangkan
g) Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara
periodik
2) Peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
meliputi kegiatan peningkatan keagamaan (kegiatan doa
bersama). Peningkatan ketakwaan berupa pengajian rutin satu
bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan
mewujudkan keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus
memperkokoh iman dan takwa
3) Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi:
a) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia
Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk
suatu pertemuan yang diadakan disuatu tempat tertentu atau
cara tertentu misalnya pengajian rutin, arisan pertemuan
rutin, mencoba memberikan pelayanan kesehatan yang
bersifat sederhana dan dini. Sederhana karena kita
menciptakan sistem pelayanan yang diperkirakan bisa
dilaksanakan diposyandu lansia dengan kader yang juga
direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat dini karena
pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan
5
dan diperuntukkan bagi seluruh lanjut usia baik yang
merasa sehat maupun yang merasa adanya gangguan
kesehatan. Selain itu aspek preventif mendapatkan porsi
penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.
b) Penyuluhan gizi
c) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
d) Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang
memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan
fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan benar.
Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis
kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah olah
raga. Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan
posyandu lansia adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan,
jogging atau berlari-lari, berenang, bersepeda, bentuk-
bentuk lain seperti tenis meja dan tenis lapangan
e) Rekreasi
4) Peningkatan ketrampilan
Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang
sangat diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa
mendatangkan rasa gembira tersebut tidak jarang menjadi obat
yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang kebetulan anak
cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang
selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.
Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi:
a) Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan
b) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk
dipasarkan
c) Latihan kesenian bagi lansia

6
5) Upaya pencegahan/prevention
Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada:
a) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan
kepada lanjut usia yang sehat, mempunyai resiko akan
tetapi belum menderita penyakit
b) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention)
ditujukan kepada penderita tanpa gejala, yang mengidap
faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal penyakit
hingga awal timbulnya gejala atau keluhan
c) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan
kepada penderita penyakit dan penderita cacat yang telah
memperlihatkan gejala penyakit.
f. Kegiatan-kegiatan dalam Posyandu Lansia
Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal
penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami.
Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah ;
1) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa
tubuh (IMT).
2) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
3) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes melitus).
4) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
5) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
6) Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar
kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling
7
kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
Selain itu banyak juga posyandu lansia yang mengadakan kegiatan
tambahan sepertisenam lansia, pengajian, membuat kerajinan ataupun
kegiatan silahturahmi antar lansia. Kegiatan seperti ini tergantung dari
kreasi kader posyandu yang bertujuan untuk membuat lansia
beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.

g. Mekanisme Pelaksanaan Posyandu Lansia


Mekanisme pelayanan posyandu lansia tentu saja berbeda dengan
posyandu balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini
dengan sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3
meja. Adapun kegiatan dimasing-masing meja dengan system 5 meja
yaitu:
1) Meja 1 : Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader men$atat lansia tersebut.
Lansia yangsudah terdaftar di buku register langsung menuju
meja selanjutnya.
2) Meja 2 : Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat
badan dan tekanan darah.
3) Meja 3 : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi ; Indeks
Massa Tubuh,tekanan darah, berat badan, tinggi badan.
4) Meja 4: Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan
pemberian makanan tambahan.
5) Meja 5 : Pelayanan medis

8
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari
Puskesmas kesehatan meliputi kegiatan ; pemeriksaan dan
pengobatan ringan.

2. PENERAPAN TERAPI KOGNITIF-PERILAKU PADA LANSIA

Terapi Kognitif-Perilaku merupakan latihan yang dilakukan bagi


lansia yang mengalami depresi yang membutuhkan penyesuaian-
penyesuaian, terutama dalam kecepatan memberikan terapi. Terapi
Kognitif-Perilaku untuk lansia yang mengalami depresi biasanyadiberikan
dalam tiga fase besar, yaitu (Laidlaw, Thompson, Gallagher-Thompson&
Dick-Siskin, 2003):
a. Fase awal
Pada fase ini, terdapat lima komponen yang perlu dipenuhi, yaitu:
1) Membangkitkan harapan lansia terhadap terapi yang akan ia
dapatkan.
2) Menjelaskan karakteristik Terapi Kognitif-Perilaku yang bersifat
kolaboratif, sehingga membutuhkan partisipasi aktif lansia
sebagai klien.
3) Mengklarifikasi bahwa Terapi Kognitif-Perilaku memiliki batasan
waktu dan sesi-sesi yang sudah tersusun dengan jelas.
4) Menekankan fokus Terapi Kognitif-Perilaku untuk membahas
masalah yang sifatnya“here-and-now”
5) Membangun tujuan-tujuan yang akan dicapai selama sesi-sesi
selanjutnya. Seluruh komponen ini dikaitkan dengan masalah
depresi yang dialami oleh lansia. Fase ini akan diisi dengan
perkenalan dan pengantar mengenai proses terapi, sekaligus
penjelasan mengenai Terapi Kognitif-Perilaku itu sendiri yang
dikaitkan dengan depresi.

9
b. Fase pertengahan
Pada fase ini, isi dari Terapi Kognitif-Perilaku mulai diberikan dan
lansia diperkenalkan dengan alat-alat bantu dalam terapi, misalnya
alat untuk mencatat kegiatan sehari-hari, lembar kerja saat sesi, dan
lain-lain. Pada fase ini juga, terapis dapat memberi pekerjaan rumah
kepada lansia yang terkait dengan tujuan sesi. Di fase ini, lansia
diajak untuk menjalankan peran aktifnya dalam mengatasi depresi
dalam kesehariannya. Fase ini akan berisi pemberian terapi berupa
teknik monitor perasaan, rencana kegiatan harian, relaksasi, teknik
memecahkan masalah, mengenali pikiran negatif, hingga
restrukturisasi kognitif atau pikiran, termasuk pemberian tugas yang
perlu dikerjakan secara mandiri oleh lansia yang menjadi partisipan.

c. Fase akhir
Pada fase akhir, lansia dipersiapkan untuk mengakhiri terapi
bersama terapis dan membuat rencana untuk mencegah terjadinya
kekambuhan masalah depresi dalam dirinya (relapse prevention).
Lansia perlu diajak untuk membahas materi-materi yang pernah
diberikan dalam terapi dan membuka catatan untuk dapat
mengingatnya dengan mudah. Cara ini bisa membuat lansia merasa
dihargai dan percaya diri bahwa ia masih bisa belajar dari terapi yang
diberikan walaupun usianya sudah tua. Fase ini berisi upaya
membahas dan mengerjakan ulang seluruh teknik yang sudah
diberikan dalam proses terapi menjelang terminasi, agar lansia yang
menjadi partisipan semakin memahami teknik-teknik yang sudah
diberikan dan terdorong untuk mencegah kekambuhan depresi dalam
dirinya.
Walaupun memerlukan penyesuaian dalam penerapannya, Terapi
Kognitif-Perilaku terbukti efektif menangani depresi pada lansia
karena dapat mengurangi tendensi berpikir negatif pada lansia yang
dianggap berkontribusi besar terhadap kemunculan depresi dalam diri
10
mereka (Blazer, 2003). Efek dari Terapi Kognitif-Perilaku pada
lansia yang mengalami depresi pun tercatat dapat bertahan sampai 2
tahun untuk mengurangi kecenderungan depresi pada diri lansia,
hingga dinilai cukup efektif untuk jangka panjang (Mackin &
Arean,2005).

3. LATIHAN MOBILISASI

Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis


dari imobilitas, perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan
penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami
komplikasi-komplikasi ini imobilitas mempengaruhi tubuh yang telah
terpengaruh sebelumnya.
Kompetensi fisik seseorang lansia mungkin berada atau dekat
dengan tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan
lebih lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat seseorang
menjadi tergantung. Keuntungan latihan secara teratur untuk lansia
termasuk memperlambat proses penuaan, memperpanjang usia. Fungsi
kardiovaskular yang lebih baik dan peningkatan perasaan sejahtera.
Penatalaksaan pada lansia dengan gangguan mobilisasi yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang
kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung
sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi
system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal
1) Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan,
dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk
memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu
kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi
santai yang dapat memberikan efek latihan.
11
2) Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima
oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
b. Pencegahan sekunder
Imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi
keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal diri suatu pengertian
tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan
terhadap imobilitas dan penuaan. Tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan latihan ROM aktif maupun pasif sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki klien.
c. Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan
keluarga serta teman-teman untuk mendukung kesehatan lansia
misalnya dengan memberikan lingkungan kondusif.

4. SENAM LANSIA

a. Konsep Teori
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah
exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat
memacu jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal
dari bahasa Yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang,
dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus

12
telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan
badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota
tubuh untuk mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran
jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh
(otot-otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross
muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle (otot
untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga (MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran
jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Senam
lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti
wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas (Suroto, 2004).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi
senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk
mencapai tujuan tersebut.

b. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45
thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam secara
teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri
dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
13
keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan
meningkatkan jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di
otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon
norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang,
adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan
mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar. Senam lansia disamping memiliki dampak positif
terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut
jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat.
Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat
harus menurun.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara
osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan
osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan
dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi
dengan latihan stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal
karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang dinamakan
muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan
bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot
menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah
cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera
(Suroto, 2004).
Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-
usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis.
Faktor fisiologi dan metabolic yang dikalkulasi termasuk
penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses
masuknya gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya
14
aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-sel otot yang
mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-
enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan
menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat,
yaitu: meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan
merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat
membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran
pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan
dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak,
memberikan kesegaran jasmani.
c. Gerakan Senam Lansia
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses
dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan
penenangan (pendinginan) (Sumintarsih, 2006).
1) Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan
bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima
pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.
Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain
detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu
tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang
dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
2) Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning
atau gerakan intiyakni melakukan berbagai rangkaian gerak
dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.
3) Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan
esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh
seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan
15
berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya
frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin
berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan
darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah
genangan darah diotot kaki dan tangan.

16
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi sehingga diperlukan berbagai
implementasi untuk meningkatkan taraf hidupnya terutama melalui tindakan
preventif dan promotif. Berbagi implementasi itu diantaranya adalah
diadakannya posyandu lansia, latihan kognitif, latihan mobilitas serta senam
lansia untuk mewujudkan lansia yang bahagia dan berdayaguna.

B. SARAN
Semoga nantinya makalah ini mampu menjadi sumber referensi bagi makalah
makalah mengenai perawatan lansia dan mampu menjadi pedoman bagi
mahasiswa perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada lansia

17
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, Azwar. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Suroto.2004.Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam Dan

Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum.

Khoir, Nurul. 2013. Keperawatan Lansia.

(Http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved

=0ahUKEwiToaX0gYnPAhUFNI8KHcl2AWcQFgggMAA&url=http%3A%2F%2F

digilib.unimus.ac.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F116%2Fjtptunimus-gdl-nurulkhoir-

5757-2-

babii.pdf&usg=AFQjCNEOKaWc6xYIGs3ERl8neYiVQi3gjg&sig2=BGZfZ6yNyYK

ciVgdP6Wasgdiakses pada 4 September 2018 pukul 18.00 wita )

Lidiawa, Mia. 2011. Senam Lansia.

(Http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=9908diakses pada 4

September 2018 pukul 18.00 wita)

Sumintarsih. 2006. Kebugaran Jasmani Untuk Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora

Volume 13

Suryanto. 1998. Kesehatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Majora Th

18

Anda mungkin juga menyukai