PENDAHULUAN
Semua keadaan ini akan menurunkan keberdayaan seorang wanita. Maka semua wanita
dengan peradarahan pervagina selama kehamilan seharusnya perlu penanganan dokter spesialis.
Peranan USG vaginalsmear, pemeriksaan hemoglobin, fibrinogen pada pada missed abortion,
pemeriksaan incomptabiliti ABO dan lain-lain, sangat diperlukan. Setiap perdarahan pada awal
kehamilan dapat dianggap akan mengancam kelangsungan kehamilan. Dalam hal ini perlu
diketahui hari pertama haid terakhir, tanda kehamilan, riwayat keluarga berencana, riwayat
ginokologi jumlah perdarahan. Demikian juga dalam hal ini perlu pemeriksaan penunjang seperti
USG dan Test kehamilan, menyatakan apakah janin hidup atau memang suatu kehamilan.
1
5. Komplikasi apakah yang dapat terjadi pada ibu hamil yang mengalami abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa ?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan abortus, kehamilan ektopik, dan
mola hidatidosa.
2. Untuk dapat mengetahui penyebab terjadinya abortus, kehamilan ektopik dan mola
hidatidosa
3. Untuk dapat mengetahui tanda dan gejala pada ibu hamil yang mengalami abrtus,
kehamilan ektopik dan mola hidatidosa
4. Untuk dapat mengetahui cara melakukan penangan pada bumil yang mengalami abortus,
kehamilan ektopik dan mola hidatidosa
5. Untuk dapat mengetahui komplikasi apakah yang dapat terjadi pada ibu hamil yang
mengalami abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi
b. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya padadiabetes melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui
plasenta.
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis.
b. Anemia ibu, melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenta.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit DM.
4. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin, keadaan abnormal seperti ioma uteri,
uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada
serviks (konisasi, amputasi pada serviks), robekan serviks postpartum dapat mengakibatkan
abortus. (Manuaba, 1998)
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan disekiarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya., sehingga merupkan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isisnya. Pada kehamilan yang kurang dari 8 minggu
hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus
desidua lebih dalam., sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desisua lebih dalam
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan secara sempurna yang dapat menyebakan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umunya yang dikeluarkan setelah
ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta. Perdarahan jumlahnya tidak akan banyak
jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. (Khumaira, 2012)
4
2. Abortus provokatus yaitu pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan.
Abortus provokatus dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a. Abortus provokatus terapeutik
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup.
Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adaslah penyakit jantung persisten
dengan riwayat dekompensasi kordis, penyakit vaskuler hipertansi tahap lanjut, karsinoma
serviks invasif, dan lian-lain.
b. Abotus provokatus kriminalis
Merupakan terminasi kehamilan sebelum janin mampu hidup, atas permintaan wanita
bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.
(Khumaira, 2012)
5
c. Penatalaksanaan
1) Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring total.
2) Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
3) Bila perdarahan :
a) Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
b) Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
c) Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui
gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
2 Abortus insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uterus yang meningkat, tetapi hail konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini
menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus komplit
atau inkomplit.
a. Tanda dan gejala
1) Perdarahan banyak disertai bekuan
2) Mules hebat (kontraksi makin lama makin kuat makin sering)
3) Ostium uteri eksternum mulai terbuka (serviks terbuka)
4) Pada palpasi : TFU sesuai usia kehamilan.
b. Diagnosis
1) Anamnesis
a) Perdarahan dari jalan lahir
b) Nyeri akibat kontraksi rahim
2) PD
a) Ostium terbuka
b) Buah kehamilan masih dalam rahim dan ketuban utuh (mungkin menonjol)
c. Penatalaksanaan
1) Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi
a) Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum
Manual (AVM)
6
b) Nila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan
kuratase (D&K).
2) Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari
16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
a) Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang
dapat dinaikkan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi
pengeluaran hasil konsepsi.
b) Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian
c) Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis
yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
d) Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau
D&K (hati-hati resiko perforasi).
3 Abortus inkomplit
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
a. Tanda dan gejala
1) Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
2) Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
3) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
4) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksernum atau sebagian jaringan keluar.
5) Perdarahan banyak akan mengakibatkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti
sebelum sisa janin dikeluarkan.
b. Diagnosis
1) Anamnesis
a) Perdarahan dari jalan lahir
b) Disertai rasa nyeri (kontraksi rahim)
2) PD
a) Ostium terbuka
b) Buah kehamilan masih dalam rahim dan ketuban utuh (mungkin menonjol)
c. Penatalaksanaan
7
1) Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
(perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).
2) Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran
sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
a) Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral.
b) Bila perdarahan terus berlangsung evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K
(pilihan tertgantung dari usia gestasi pembukaan serviks dan keberadaan bagian janin)
3) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika prrofilaksis (ampisillin 500 mg oral
atau doksisiklin 100 mg)
4) Bila terjadi infeksi, beri ampisillin 1 g dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
5) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera lakukan
evakuasi dengan AVM.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu
(anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat)
4 Abortus komplit
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
a. Tanda dan Gejala
1) Perdarahan banyak
2) Mulas sedikit atau tidak ada
3) Ostium uteri telah menutup
4) Uterus sudah mengecil
5) Ada keluar jaringan, sehingga tidak ada sisa dalam uterus
6) Diagnosis komplit ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapanya.
b. Diagnosis
1) Anamnesis
a) Perdarahan banyak dan disertai pengeluaran jaringan.
b) Kadang disertai mulas
2) PD
a) Ostium uteri telah menutup
b) Uterus sudah mengecil.
3) Pemeriksaan penunjang
a) USG, dengan USG kita dapat mengetahui apakah masih ada bagian jaringan yang
tertinggal dalam uterus atau tidak.
8
c. Penatalaksanaan
1) Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrinn 3x1 tablet/hari untuk 3
hari.
2) Bila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran
segar, daging, ikan, susu). Untuk anemia berat berikan transfusi darah.
3) Bila terdapat tanda-tanda infeksi, tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir
akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis.
F. Komplikasi abortus
1 Perdarahan
Pada abortus komplit, perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatakan kematian.
Sedangkan pada abortus inkomplit, perdarahan akan terjadi secara terus menerus sehingga
dapat menyebabkan gangguan koagulasi yang akhirnya menyebabkan anemia dan kematian.
2 Infeksi
Dampak pada perdarahan yang banyak mengakibatkan volume darah berkurang, pasien (ibu)
menjadi anemia dan daya tahan tubuh menurun mengakibatkan kuman mudah masuk dan
berkembang. Kuman yang biasa menyebabkan infeksi pasca abortus adalah Eschericia coli
yang berasal dari rektum menjalar kevagina. Organ yang terserang antara lain endometrium
dan peritoneum.
3 Perforasi akibat kuretase
Dampak dari kuretase menyebabkan perforasi pada dinding uterusyang dapat mengakibatkan
gangguan pada kehamilan berikutnya.
4 Syok
Terjadi akibat syok hemorhagik, syok hipovolemik, dan infeksi berat. (Maryunani, 2009)
9
Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak
30% setelah kehamilan ektopik kedua.
2 Faktor penggunaan spiral dan pil yang mengandung Progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral.
Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil
progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut sillia disaluran tuba yang membawa
sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi dalam rahim.
3 Faktor tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga
menyebabkan telur melekat di dalam saluran tuba. Faktor yang menyebabkan gangguan
saluran tuba :
a. Merokok
b. Penyakit radang panggul
c. Endometriosis tuba
d. Tindakan medis
e. Penyempitan lumen tuba karena infeksi endosalfing
f. Tuba sempit, panjang, dan berlakuk-lekuk.
g. Gangguan fungsi rambut getar tuba
h. Struktur tuba
i. Tumor lain yang dapat menekan tuba, dll. (Khumaira, 2012)
4 Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat
melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba. (Prawirohardjo, 2010)
5 Faktor ovum
a) Migrasi eksterna dari ovum
b) Perlengkatan membrane granulosa
c) Rapid cell devision
d) Migrasi internal ovum
6 Faktor uterus
a) Tumor raahim
b) Uterus hipoplastis (Mochtar dan Lustan, 1998)
C. Patogenesis
10
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi dikavum
uteri. Telur dituba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Nidasi secara kolumnar
artinya telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping.
Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan
yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di
tuba malahan kadang-kadan sulit dilihat villi khorealis menembus andosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin
selanjutnya tergantung dari beberapa faktor yaitu, tempat implantasi, tebalnya dinding tuba,
dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. (Rukiyah dan Yulianti, 2014)
D. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini
dan persediaan darah yang cukup terganggu cenderungturun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu pada umumnya bersifat bilateral.
Sebagian wanita menjadi steril setelah mengalami keadaan tersebut, namun dapat juga
mengalami kehmilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain. angka kehamilan ektopik
yang berulang dilaporkan antara 0% sampai 14,6%. Untuk wanita dengan anak yang sudah
cukup, sebaiknya pada opersasi dilakukan salpingektomia bilateralis. (Rukiyan dan Yulianti,
2012)
11
ligamentum ovarii proprium, d. Histopatologis ditemukan jaringan ovarium didalam kantung
janin.
4 Kehamilan servikal
Kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kanalis
servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda.
5 Kehamilan abdominal
Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal sangat jarang tejadi kira-kira 1 daintara
1500 kehamilan. Kehamilan abdominal terdiri dari 2 macam : a. kehamilan abdominal primer
terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut, b. Kahamilan
abdominal sekunder terjadi bila berasal dari kehamilan tuba dan setelah rupture baru menjadi
kehamilan abdominal. (Rukiyah dan Yulianti, 2014)
F. Tanda dan Gejala
1 Amenorhea
2 Gejala kehamilan muda
3 Nyeri perut bagian bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat,
menyebabkan penderita pingsan sampai syok. Pada abortus tuba nyeri mula-mula pada sattu
sisi, menjalar ketempat lain. bila darah sampai ke diafragma dapat myebabkan nyeri bahu.
Dan bila terjadi hematokel retrouterina terdapat nyeri defakasi.
4 Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua.
5 pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada
perabaan, dan Kavum Douglasi menonjol karena ada bekuan darah. (Mansjoer dkk, 2000)
G. Diagnosis
1 Anamnesis : amenore, kadang terdapat tanda hamil muda, nyeri perut bagian bawah,
nyeri bahu, tenesmus, dan perdarahan pervaginam.
2 Pemeriksaan umum : pasien tampak kesakitan dan pucta, pada perarahan dalam rongga
perut dapat ditemukan tanda-tanda syok.\pemeriksaan ginekologi : ditemukan tanda-tanda
kehamilan muda, rasa nyeri pada pergerakkan serviks, uterus dapat teraba agak membesar
dan kadang teraba tumor di samping uterus dwngan batas yang sukar ditentukan; kavum
Douglasi menonjol, berisi darah dan nyeri bila diraba.
3 Pemeriksaan Lab : Hb menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat (Mansjoer dkk, 2000)
H. Penatalaksanaan
1 Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di RS untuk penanggulanganya.
12
2 Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan
yang cukup (dextrosa 5%, glukosa 5%, garam fisiologis dan transfusi darah .
3 Setelah diagnosa jelas atau sangat disangka KET dan keadaan umum baik dan lumayan,
segera lakukan laparotomi untuk menghilangkan sumber perdarahan : dicari diklem, dieksisi
sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya.
4 Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan
lebih cepat.
5 Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi (Mochtar dan Lutan, 1998)
I. Komplikasi
1 Pada pengobatan konservatif, yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung (4-6
minggu), terjadi perdarahan ulang. Ini merupakan indikasi operasi.
2 Infeksi
3 Sub illeus karena massa pelvis
4 Sterilitas
B. Etiologi
Sejauh ini penyebabnya masih belum diketahui. Diperkirakan bahwa faktor-faktor seperti
gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil, dan kelainan rahim berhubungan
dengan peningkatan angka kejadian molla. Wanita dengan usia dibawah 20 th atau diatas 40
th juga berada dalam resiko tinggi. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan
karoten juga meningkatkan resiko terjadinya molla. (Khumaira, 2012)
13
C. Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, payah jantung atau
tirotoksikosis. Dinegara maju kematian molla hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di negara
berkembang masih cukup tinggi yitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien
molla akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok
perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi kariokarsinoma.
Presentase keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-beda, berkisar
antar 5,6%. Bila terjadi keganasan, maka pengelolaan secara khusus pada divisi Onkologi
Ginekologi. (Saifuddin dkk, 2010)
D. Patogenesis
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih.
Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola partialiskdang-kadang ada janin. Gelembung itu
sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh
cavum uteri.
Dibawah mikroskop nampak degenerasi hydropik dari stroma jonjot, tidak adanya
pembuluh darah dan prioliferasi trofoblast. Pada pemeriksaan kromosom didapatkan
poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex cromatin adalah wanita.
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya
pada satu ovarium kadang-kadang pada keduanya.
Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai
ukuran sebesar kepala bayi. Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar
gonadotropin chorion yang inggi. Kista ini akan hilang sendiri setelah mola dilahirkan.
(UNPAD)
14
6 Tidak ada tnda-tanda adnya janin : tidak ada ballotment, tiak ada DJJ, tidak nampak
rangka janin
7 Kadar gonadotropin chorionik tinggi dalam darah dan air kencing. (UNPAD)
F. Diagnosis
1. Anamnesa :
a. Terdapat tanda gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari hamil biasa,
b. kadangkala ada tanda tokseinia gravidarum
c. terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna kecoklatan seperti bumbu
rujak.
d. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tua usia kehamilan
e. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan.
2. Inspeksi
a. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan (muka mola)
b. Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas
3. Palpasi
a. Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
b. Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotement, juga gerakan janin.
c. Adanya fenomena harmonika ; darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun
lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
4. Auskultasi
a. Tidak terdengar bunyi DJJ
b. Terdengar bising dan bunyi khas
5. Pemeriksaan Dalam
a. Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bgian-nagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina serta evaluasi keadaan serviks.
6. Uji Sonde
Sonde dimasukan pelan-pelan ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada
tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan
mola.
7. Foto Rontgen Abdomen : Tidak terlihat rangka janin (kehamilan 3-4 bulan)
8. Ultrasonografi : Pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.
(Mochtar dan Lutan 1998)
15
G. Komplikasi
1 Perdarahan yang hebat sampai syok
2 Perdarahan berulang yang mengakibatkan anemia
3 Infeksi sekunder
4 Perforasi karena keganasan atau tindakan
5 Menjadi ganas (PTG) pad kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi koriokarsinoma.
H. Penatalaksanaan
1 Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara vproses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 TPM.
2 Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan
secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
3 Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tirotoksikosis atau krisis tiroid baik
sebelum, selama, dan setelah prosedur evakuasi.
4 Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat
lakukan transfusi.
5 Kadar hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk
perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotrexate 3-5 mg/kgBB atau
25 mg IM dosis tunggal.
6 Lakukan pemantauan kadar hCG hingga minimal 1 ahun pascaevakuasi. Kadar yang
menetap atau meninggi setelah 8 minggu pascaevakuasi menunjukan masih terdapat
trofoblast aktif, berikan kemoterapi MTX dan pantau β-hCG serta besar uterus secara klinis
dan USG tiap 2 minggu.
7 Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsihormonal
(apabila masih ingin punya anak) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
(Saifuddin dkk, 2009)
16
BAB III
PENDOKUMENTASIAN
1. ABORTUS IMMINENS
No register :
Tgl kunjungan :10-01-2011 Pukul :09.00 WITA
Tgl pengkajian :10-01-2011 Pukul :09.15 WITA
1. Ibu mengatakan ada keluar darah dari jalan lahir disertai nyeri perut.
2. Keluarnya darah dari jalan lahir mulai dirasakan ibu sejak ± 9 hari yang lalu.
Keluarnya darah berupa bercak bercak ringan disertai kram diatas simfisis.
3. Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang ketiga dan belum pernah keguguran
sebelumnya.
4. Ibu mengatakan usia kehamilannya ± 1 bulan.
5. Ibu mengatakan hasil plano tes (+).
6. Ibu tidak menderita DM, jantung, Hipetensi, maupun PMS.
17
DATA OBJEKTIF (O)
Pemeriksaan Fisik:
1. Keadaan umum ibu baik.
2. Kesadaran komposmentis.
3. TB :155 cm. Lila :24 cm.
4. BB sebelum hamil : 55 kg.
5. BB sekarang :55 kg.
6. TTV:
a. TD : 110/70 mmmHg.
b. Nadi : 80 kali / menit.
c. Pernapasan : 20 kali /menit.
d. Suhu : 36˚ C
7. Kepala dan rambut :
Rambut tampak bersih ,hitam, tidak berketombe dan tidak mudah rontok.Tidak ada
nyeri tekan.
8. Mata :
Konjungtiva merah muda ,sklera tidak ikterus.
9. Wajah :
Tidak ada cloasma dan oedema pada wajah, ekspresi wajah nampak ceria.
10. Hidung :
Tidak ada polip dan sekret, lubang hidung tampak simetris ki/ka.
11. Gigi dan mulut :
Mulut tampak bersih, gigi cabut tidak ada, karies tidak ada.
12. Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid ,limfe dan vena jungularis.
13. Payudara :
Tonus otot payudara tampak longgar, payudara simetris ki/ka, puting susu menonjol
,tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
14. Abdomen :
Tidak ada bekas operasi dan tonus otot perut longgar..
15. Tungkai :
Tidak ada oedema dan varises.Refleks patella positif.
Pemeriksaan labolatorium :
18
1. Hb : 10, gr %.
2. Plano tes : positif
3. VT :
o Vulva/Vagina : TAK
o Portio : tidak ada pembukaan.
ASSASEMENT(A)
Diagnosa :GIIIPIIA0, Gestasi 2 - 4 minggu, ibu dengan abortus imminens.
Masalah aktual : ibu mengalami gangguan psikologis (kecemasan).
Diagnosa potensial : potensial terjadi abortus komplit atau inkomplit.
PLANNING (P)
Tanggal10-01-2011
1. Menjelaskan pada ibu kondisi kehamilannya .
Hasil : ibu merasa tenang dan tidak khawatir.
2. Menganjurkan ibu untuk tirah baring.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
3. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas seksual.
o Memberitahukan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara
waktu.
o Menjelaskan pada ibu bahaya bila berhubungan seksual di usia kehamilan muda
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
4. Memberi konseling nutrisi pada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
Hasil : ibu bersedia melakukan saran yang diberikan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat obatan.
Hasil :
o Penenang : Phenobarbital 3 x 30 mg.
o Anti perdarahan : Adona, Transamin.
o Vit B kompleks.
o Penguat plasenta : Gestanon, Duphastun.
o Anti kontraksi Rahim : Duvadilan .
o Asam mafenamat.
6. Anjurkan ibu untuk kembali follow up 2 minggu kemudian ( 24- 01 -2011).
Hasil :Ibu bersedia datang kembali.
19
2. ABORTUS INSIPIENS
20
4. Perhatikan keadaan umum pasien dan perubahan keadaan hemodinamik yang
terjadi dan lakukan segera tindakan evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi disusul
kuretase jika perdarahan banyak.
5. Berikan uterotonika.
6. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika dan
antibiotik profilaksis.
3. ABORTUS INKOMPLETUS
DATA SUBJEKTIF ( S )
1. Ibu mengatakan keluar darah di sertai jaringan dari vagina bergumpal, berwarnah merah
kehitaman dan mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak tanggal 22 agustus 2006 jam 13.00
wita.
2. Faktor pencetus tidak jelas.
21
3. Ibu tidak pernah ke dukun untuk upaya pengguguran.
4. Ibu tidak pernah koitus sebagai akibat abortus.
5. Ibu tidak pernah minum obat-obatan atau jamu untuk menggugurkan.
6. Ibu selama amenore tidak pernah memeriksakan diri ke BPS.
7. Pengaruh keluhan terhadap fungsi tubuh sangat mengganggu aktivitas.
8. Ibu selalu menanyakan keadaannya.
DATA OBJEKTIF ( O )
1. Tanda-tanda vital :
– TD : 120 / 70 mmHg
– N : 80 x / menit
– S : 36,7o C
– P : 20 x / menit
2. Keadaan umum lemah
3. Ekspresi wajah tampak meringis
4. Kunjungtiva pucat
5. TFU masih teraba dan nyeri tekan.
6. Perdarahan kurang lebih 100cc dan berbau keton.
7. Nyeri tekan pada daerah simpisis.
8. Daerah genetalia dan anus tampak kotor dengan sisa-sisa darah.
9. Infus terpasang dengan RL. RL botol 28 tetes /menit lengan kiri.
10. Rencana kuret tanggal 25 Agustus 2006 jam 10.45 wita.
11. Pemeriksaan dalam oleh dokter :
– Vulva dan Vagina : Tidak ada kelainan.
– Portio : Lunak dan tebal.
– OUE / OUI : Terbuka 2 cm, teraba jaringan.
– Uterus : Antefleksi, kesan membesar sesuai umur kehamilan 9 bulan.
– Pelepasan : Darah dan sisa jaringan
12. Pemeriksaan Lab tanggal 25 Agustus 2006 :
– Hb : 10,3 gram %
– Leukosit : 6,760 / mm3
– Trombosit : 218.400 / mm3
13. Pengobatan ( tanggal 25 Agustus 2006 )
– Quinobiotik : 3 x 500 mg
22
– Folamil : 2 x 1
– Pospargin : 3 x 1
– Ilusemin : 2 x 1
ASSESMENT ( A )
Abortus inkomplit dengan masalah pendarahan nyeri perut bagian bawah dan kecemasan.
PLANNING ( P )
Tanggal 25 Agustus 2006 jam 10.00 sampai 10.40 wita
1. Mengontrol tanda-tanda vital :
– TD : 120 / 70 mmHg
– N : 80 x / menit
– S : 36,7o C
– P : 20 x / menit.
2. Mengontrol dan mengganti cairan infuse. Infus terpasang baik dengan RL 28 tetes / menit.
3. Mengobservasi perdarahan sebelum kuret. Jumlah perdarahan kurang lebih 100 CC.
4. Kolaborasi dengan dokter tentang rencana kuret. Kuret di lakukan pada jam 10.45 wita.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan tehnik relaksasi apabila timbul nyeri. Nyeri
berkurang.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap dan selalu mengkomsumsi makanan atau minuman yang
mengandung zat bezi dan bergizi tinggi. Ibu mengerti.
7. Menyiapakan alat untuk kuret :
a. Menyiapkan alat di atas meja yang di lapisi dengan duk steril yaitu ;
– Duk bokong 1 lembar.
– Hand scuen ½ 2 pasang
– Speculum 2 buah
– Tampon tang 1 buah
– Tenakulum 1
– Sondo uterus 1 buah
– Abortus tang 1 buah
– Kuret tumpul 1 buah
– Kuret tajam 1 buah
– Kasa steril secukupnya
– Kain steril berisi betadin
23
– Poli kateter ( bila perlu )
– Saflon atau kapas.
b. Menyiapakan alat yang tidak steril ;
– Celemek 2 buah
– Penampung darah atau tempat sampah
– Perlak 1 buah
– Lampu sorot
– Spoit 3 ml 2 buah
– Larutan klorin 0,5%
– Larutan DTT
– Obat-obatan ( Amoxicilin, Pitogen dan ergometrin )
– Jam 10. 45 wita membantu dokter melakukan kuret, jalannya kuret di mulai :
a. Kuret di mulai pada jam 10.45 wita
b. Ibu berbaring terlentang dalam posisi letotomi dengan infus RL di tangan kiri.
c. Sepsis dan anti septik vulva, vagina dan sekitarnya dengan kasa betadhin.
d. Katerisasi kandung kemih kurang lebih 20 cc.
e. Memasang duk steril pada bokong ibu.
f. Pasang spekulum posterior lalu anterior, kemudian porsio di jepit dengan terakulum gigi 1
pada pukul 11.00 wita.
g. Sonde uterus di masukkan kurang lebih 9 cm
h. Jaringan di keluarkan dengan abortus tang, lalu dengan kuret tajam dan kuret tumpul.
i. Memberikan injeksi oksitosin sama dengan ergometrin 1 : 1 secara IM.
j. Jaringan yang ke luar kurang lebih 20 cc.
k. Tanpun ( – ), PA ( – ).
– Jam 11.00 wita, selesai membersihkan ibu dengan melakukan dekontaminasi semua alat-
alat yang telah di gunakan untuk mencegah dekontaminasi. Dekontaminasi tempat tidur
dengan merendam alat-alat dalam larutan klorin 0,5% dan mencuci tangan di bawah air
mengalir.
– Jam 11.15 mengontrol tanda-tanda vital :
– TD : 110 / 80 mmHg
– N : 80 x / menit
– P : 20 x / menit
– S : 37oc
– Menganjurkan ibu untuk istirahat
24
– Jam 12.00 wita menganjurkan ibu untuk menghabiskan porsi makanan atau minuman yang
telah di sediakan. Ibu menghabiskan porsi makanan dan minum susu 1 gelas.
– Jam 13.00 wita, pelaksanaan pemberian obat-obatan post kuret.
– Pemberian injeksi. Ibu di suntik pitogin 1 ampul dan ergometrin 1 ampul secara IM.
– Follow up:
a. Perdarahan berkurang dan tidak berbau.
b. Sisa jaringan sudah tidak ada.
c. Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah.
d. Ekspresi wajah ceria.
e. Nyeri tekan pada daerah simpisis agak berkurang.
4. ABORTUS KOMPLETUS
PENDOKUMENTASIA ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL PADA NY.” Z”
GESTASI 16 MINGGU DENGAN ABORTUS KOMPLETUS DI RUMAH SAKIT
“X” MADURA
TANGGAL 24 SEPTEMBER 2015
Data Subjektif
o Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dan tidak pernah mengalami
keguguran sebelumnya. Anak pertama lahir spontan normal sehat usia 3 tahun
o Ibu mengatakan HPHT tanggal 28 Mei 2015.
o Ibu mengatakan keluar darah banyak dan ada gumpalan daging
o Ibu mengatakan nyeri perut dan mulas
o Ibu merasa cemas dengan keadaannya
o Dukungan keluarga dan baik
25
o Ibu memiliki asisten rumah tangga
o Ibu mongonsumsi makanan bergizi meminum susu makan buah dan sayur-
sayuran
o Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan
o Ibu Mengonsumsi Alkohol dan perokok
o Ibu mengalami KDRT
o
Data Objektif
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda-tanda vital
o Tekanan darah : 90 / 60 mmHg
o Nadi : 74 x / m
o Pernafasan : 20 x / m
o Suhu badan : 36, 2 o C
2. Konjungtiva pucat
3. Tinggi fundus uteri tidak teraba
4. Pemeriksaan dalam :
o Adanya pengeluaran darah yang banyak dari vagina ibu
o Ostium uteri tertutup
5. Pemeriksaan penunjang :
Urine hasil positif ( + )
USG : tidak terdapat sisa jaringan
HB : 9 gr%
Assesment
Ny “Z” Umur 25 tahun G II P IA 0Umur kehamilan 16 Minggu Dengan Abortus
Kompletus disertai Anemia
Masalah : Ibu memiliki pola hidup yang tidak sehat
Ibu mengalami gangguan Psikologis akibat KDRT
Planning
26
1) Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu
2) Memberikan Infus RL 28tetes/menit
3) Melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn
Melakukan USG
4) Memberikan terapi obat Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet
Ergometrinn 3x1 tablet/hari untuk 3 hari.
9) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2minggu kedepan atau segera apabila
ada keluhan
Keadaan umum ibu baik dan TTV dalam batas normal, Ibu mengerti dan mau
melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan dan mau maelakukan kunjungan
ulang 2minggu kedepan atau segera apabila ada keluhan
27
6. KET
SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. G UMUR 27 TAHUN G1P0A0
UMUR KEHAMILAN 8 MINGGU DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU
DI RS SURAKARTA
Subjektif:
• Ibu mengatakan usianya 27 tahun, ini kehamilan yang pertama usia kehamilannya 3 bulan.
• Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perut bagian bawah sampai pingsan dengan
mengeluarkan sedikit darah (flek) berwarna coklat tua pada celana.
• Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular serta tidak mempunyai keturunan
kembar.
• Ibu mengatakan mengonsumsi makanan yang bergizi, meminum susu dan mengonsumsi
buah dan sayur
28
• Ibu mengatakan belum pernah KB
Obyektif:
Kesadaran : Composmentis
S : 36,5oC
N : 90x/m
R:24x/m
• Inspeksi :
Ibu tampak lemah dan ada pengeluaran pervaginam berupa flek darah. Berwarna coklat tua
Konjungtiva pucat
• Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari di atas sympisis
Leopold II : Tidak dilakukan
Loepold III : Tidak dilakukan
tidak teraba adanya batolemen perut bagian bawah sedikit menggembung dan tegang
• Auskultasi : Tidak terdengar denyut jantung janin.
Pemeriksaan Penunjang :
HB : 9 gr%
• USG :
Tidak terlihat kerangka janin dan ditemukan kantung gestasi yang terdapat di lumen tuba.
29
Assesment:
Ny. G umur 27 tahun G1P0A0 umur kehamilan 8 minggu dengan KET disertai dengan
anemia
• Masalah: Ibu memiliki pola hidup yang tidak sehat
Planning :
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
5. menganjurkan kepada ibu untuk meninggalkan pola hidup yang tidak sehat
8. menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 4 minggu kemudian atau segera apabila
ada keluhan
Ibu memahami dan mau melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan dan mau untuk
melakukan kunjungan ulang
7. MOLA HIDATIDOSA
30
SOAP
DI RS ADJIDARMO
No Registrasi : 12345
A. Biodata
Subjektif :
31
Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
TB : 150 cm
BB sekarang : 51 kg
BB sebelum hamil : 48 kg
TD : 90/60 mmHg
N : 100 x/mnt
RR : 22 x/menit
S : 36,60C
B. Pemeriksaan fisik
abdomen: abdomen tidak sesuai dengan usia kehamilan atau perut lebih besar dari
usia kehamilan dan lembek.
C. Pemeriksaaan Penunjang
Assasment
Ny Y umur 42 tahun G1P0A0 dengan umur kehamilan 16 minggu dengan Mola Hidatidosa
32
Masalah : Ibu primitua
Planning
BAB IV
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perdarahan pada kehamilan muda
terdiri dari abortus, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Masing-masing memiliki tanda
dan gejala yang harus dikenali oleh ibu dan tenaga medis khususnya. Karena jika tanda dan
gejala tersebut dibiarkan maka dapat membahayakan kondisi ibu dan janin.
33
3.2 SARAN
Dalam hal ini diharapkan kepada bidan untuk lebih mampu mengenali tanda dan gejala serta
mampu melakukan penanganan pada perdarahan kehamilan muda secara tepat. Dan juga
diharapkan kepada bidan agar lebih mampu mendeteksi dini adanya tanda gejala bahaya pada
kehamilan muda.
34