Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan

CKD

A. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebababkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) ini dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus,
glomerulonefritis kronis; pielonefritis; gangguan vaskuler; infeksi; medikasi; atau
agens toksik. Lingkungan dan agen berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal
kronis mencakup timah, kadmium, merkuri, dan kromium. Dialisis untuk
transplantasi ginjal kadang – kadang di perlukan untuk kelangsungan hidup pasien.
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju filtrasi
glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat
(Mansjoer, 2007). Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2002).
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsional yang progresif dan ireversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer, 2002).

B. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.

1. Infeksi : pielonefritis kronik


2. Penyakit peradangan : glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif : nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteri renalis
4. Gangguan jaringan penyambung : SLE, Poli arteritis nodosa, Sklerosis
sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: Penyakit ginjal polikistik, Asidosis tubuler
ginjal
6. Penyakit metaboliK : DM, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
7. Nefropati obstruktif : Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif :
a. Sal. Kemih bagian atas : Kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal
b. Sal. Kemih bagian bawah : Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

C. Anatomi fisiologi
Ginjal adalah organ eksresi yang berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular.
Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna
merah kebiruan. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah
lumbal disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak
yang tebal di belakang peritoneum atau di luar rongga peritoneum. Ketinggian
ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari ketinggian vertebra torakalis
sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri
karena letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing-
masing ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal2,5 cm.. Berat
ginjal pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunikafibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka
terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua. Ginjal terdiri dari
bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks. Bagian dalam (interna)
medula.Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya antara 8-
16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap
ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta dan
duktuskoli gensterminal. Bagian luar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis
berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat
dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang berdekatan
dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara pyramid dinamakan
kolumnarenalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang
berkelok-kelok dan duktus koligens. Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron
yang merupakan satuan fungsional ginjal. Kedua ginjal sama sama mengandung
kira – kira 2.400.000 nefron.
Setiap nefron bias membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu
nefron dapat menerangkan fungsi dari ginjal (Luckman,2002)
D. Consep Map
E. Manifestasi Klinis
1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia, hemolisis sel eritrosisit, ulserasi mukosa sel cerna,
gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit eritropoetin.
b. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (eritropoetic stimulating faktor) – defisiensi hormon
eritropoetin – depresi sumsum tulang – sumsung tulang tidak mampu
bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan – anemia normokrom
normositer.
2. Kelainan saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup
Dikompensasi oleh flora normal usus amnomia(NH3) iritasi/rangsang
,mukosa lambung dan usus.
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak
mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction Rub Pericardial
4. Kelainan kulit
a. Gatal
Terutama pada klien dengan dialisis rutin karena:
1) Toksik uremia yang kurang terdialisis
2) Peningkatan kadar kalium phosphor
3) Alergi bahan-bahan dalam preses HD
b. kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea dibawah
kulit.
c. Kulit mudah memar
d. Kulit kering dan bersisik
e. Rambut tipis dan kasar
5. Neurologi:
a. Kelamahan dan keletihan
b. Konfusi
c. Kejang
d. Kelemahan pada tungkai
e. Rasa panas pada telapak kaki
f. Perubahan perilaku
6. Kardiomegali
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi
ginjal yang serupa yang disebabkan oleh destruksi nefron progresif.
Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut pada
pasien: bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati
nol, maka pasien menderita apa yang disebut sindrom uremik
Terdapat dua kelompok gejala klinis:
a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi, kelainan volume cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolik nitrogen dan
metabolik lainnya, serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal.
b. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan kelainan
lainnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
1) Ureum kreatinin
2) Asam urat serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
1) Analisis urin rutin
2) Mikrobiologi urin
3) Kimia darah
4) Elektrolit
5) Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
1) Progresifitas penurunan fungsi ginjal
2) Ureum kreatinin, clearens creatinin test (CCT) GFR/LFG dapat
dihitung dengan formula cockroft-gault:
Laki – laki :
CCT = (140-umur) x BB (kg)
Kreatinin serum (mg/dl) x 72
Wanita : 0,85 x CCT
Perhitungan terbaik LFG adalah dengan menentukan bersihan kreatinin
yaitu :
Bersihan kretinin : Kreatinin urin (mg/dl x vol. Urin (mL/24 jam)
Kretinin serum (mg/DL) x 1440 menit
Nilai normal :
Laki – laki : 97 – 137 mL/menit/1,73 m3 atau 0,93 – 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-1,128 mL/menit/1,73m3 atau 0,85-1,23 mL/detik/m2
Elektrolit : Na+,K+,HCO#-,Ca2+,PO42-,Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
Pemeriksaan lain : berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk
ginjal, misalnya infark miokard.

G. Komplikasi
1. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metoabolik, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan temponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinalakibat iritasi toksin dan kehilangan darah
selama hemodialisa.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang randah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolik
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer dan Hiperuemia

H. Penatalaksaaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis

a) Penatalaksanaan konservatif :
1) Pengaturan diet protein (20-40g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia.
2) Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam (batasi hingga 60
mmol/hari).
3) Pemberian furosemid dosis besar (250-1.000 mg/hari) atau deuretik
loop (bumetanid, asam etrakinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan
cairan.
4) Terapi simptomatik: Suplemen alkali, transfuse, obat-obat local &
sistemik, anti hipertensi
5) Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal : banyak obat-obatan yang
harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikluarkan
oleh ginjal.Misalnya; digoksin, aminoglikosid, analgesik opiat,
amfoterisin dan alopurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan
katabolisme dan urium darah,misalnya tetrasiklin, kortikosteroid, dan
sitostatik.
6) Terapi pengganti: HD, CAPD, transplantasi
Deteksi dini dan terapi infeksi : Pasien uremia harus diterapi sebagai
pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis)
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung)
c) Operasi
1. Pengambilan batu
2. Transplantasi ginjal

I. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
5. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah
pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke
samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis
klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan
diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter
antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk
dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-
posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest
merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon
chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana
punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada
membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu
tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
• Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan
apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana
kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya
lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat,
frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan. Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah
hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi
yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien
menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang
ditandai dengan pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama
pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien
mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat
kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan
kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot
yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan
diselingi periode apnea..Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah
dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam
posisi duduk atau berdiri. Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu
dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi
jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring
dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang
bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan
kering serta di dengar saat ekspirasi. Perlu juga dikaji batuk dan
sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang
diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras
tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
• Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah
takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi
yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt. Juga perlu dikaji tekanan darah
apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi
yaitu tekanan darah arteri yang rendah. Juga perlu dikaji tentang
oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan
jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu
keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu
berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal
atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb,
ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama. Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih
terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar
J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan
tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan
obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan
kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan
spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
3. Ganggua pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan
alkalosis respiratori.
4. Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)
Kemungkinan penyebab :
• Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung
• Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan
reaksi kegagalan jantung
• Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
• Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

K. Rencana tindakan
Pertahankan terbukanya jalan napas
1. Pemasangan jalan napas buatan
Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang
dimasukkan ke dalam mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3
dari lingkaran trakhea untuk memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan
sekresi
Rute pemasangan :
• Orotrakheal : mulut dan trakhea
• Nasotrakheal : hidung dan trakhea
• Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi
yang diciptakan pada lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3
• Intubasi endotrakheal
2. Napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik
lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada
daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk,
untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri
3. Posisi yang baik
• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru
maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan
posisi, ambulasi dan latihan
4. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan
napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal,
endotrakheal atau trakheostomi tube.
5. Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema
mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan
meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi
atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.
6. Mobilisasi sekresi paru
a. Hidrasi
Cairan diberikan 2±secara oral dengan cara menganjurkan pasien
mengkonsumsi cairan yang banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas
kemampuan/cadangan jantung.
b. Humidifikasi
Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan
lendir.
c. Postural drainage
Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat
membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang
bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat
membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur /
istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :
- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.
7. Pertahankan dan meningkatkan pengembangan paru
a. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan
melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan
energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental
b. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran /
penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat
mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan
positif.
c. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur
thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui
pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks,
open pneumothoraks, flail chest.
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau
rongga thoraks dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi
normal kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi
medis dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water
c. The three bottle water
8. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal khateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)
9. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu
:
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan
napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau
mulut ke hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi
buatan
Daftar Pustaka

Ganong WF. Review of medical physiology. 23rd ed. San Fransisco: McGraw-Hill;
2005.
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.p.499-502.
Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. 7th ed. Canada: Brooks/Cole
Cengage Learning; 2007.p.480-1.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan.Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-


2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,


United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Mengetahui

CI Ruang Mahasiswa

( ) (Rendi Jamhari)
15160104
LAPORAN PENDAHULUAN
CKD (Chronic Kidney Dissease)
STASE KMB
DI RUANG HEMODIALISA RSDM SURAKARTA

Disusun oleh :
Rendi Jamhari
15160104

PROGRAM PEDNDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015

Anda mungkin juga menyukai