Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen.
Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah
doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division
of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang.
Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa
dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan
peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika
setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat
hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan
bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya
keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang
dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat
menghemat tenaga kerja.

Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen


adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya
penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik.
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang
dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan
bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari,
dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

1
Salah satu point penting di dalam manajemen adalah mengenai fungsi dari
manajemen tersebut, dan pada kesempatan ini penulis akan memberikan beberapa
pendapat para ahli mengenai fungsi-fungsi manajemen yang sudah penulis rangkai di
dalam bab pembahasan.
Manajemen merupakan suatu proses dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, fungsi manajemen adalah pengendalian pimpinan untuk melaksanakan
pekerjaan yang baik dalam organisasi, Stonner (Atmodiwirio, 2000 : 5). Manajemen
adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.

Selanjutnya Terry (Sagala, 2006: 14) menyatakan arti manajemen adalah “suatu
proses yang nyata mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan menyelesaikan sasaran yang telah
ditetapkan dengan menggunakan orang dan sumber-sumber daya lainnya”.
Manajemen mancakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh orang
yang mendedikasikan usaha terbaiknya melalui suatu tindakan yang ditentukan
sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan, tentang apa yang harus dilakukan,
menerapkan metode bagaimana melakukannya, memahami bagaimana harus
melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha tersebut.
Manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan aktivitas secara efisien
dengan atau melalui orang lain dan berkaitan dengan rutinitas tugas suatu organisasi.
Kombinasi manajemen dan kepemimpinan yang kuat akan menghasilkan output yang
tinggi. Kepemimpinan akan berhasil bila didukung oleh kemampuan manajemen yang
kuat. Manajemen akan kuat dan mampu mengembangkan oraganisasi bila dijalankan
oleh seorang pemimpin yang kuat.
Dengan demikian, antara kepemimpinan dan manajemen dalam suatu
organisasi termasuk organisasi perusahaan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Keduanya menduduki peranan yang penting dalam rangka mencapai
tujuan.

2
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa manajemen semua
usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada beberapa alasan
diperlukannya fungsi-fungsi manajemen agar dilaksanakan, diantaranya:
- Untuk mencapai tujuan
- Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
- Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Selanjutnya, bahwa di dalam manajemen terdapat beberapa kegiatan yang
merupakan fungsi dari manajemen yang harus dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, diantaranya: fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan (pemberian motivasi dan
pengawasan), dan fungsi evaluasi. Fungsi-fungsi tersebut akan dijabarkan dalan
pembahasan secara detail dan terperinci.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985). Sedangkan Kata Manajemen
berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen


adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yg
tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Definisi manajemen yg dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut:
“Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient
manner through planning organizing leading and controlling organizational
resources”. Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen
merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat
perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.

4
Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more
managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising
related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and
coordinating various resources (information materials money and people)”. Pendapat
tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lbh
manajer yg secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan
organisasi dgn melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian
penyusunan staf pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai
sumber daya (informasi material uang dan orang).
Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5) merupakan people who are
allocate and oversee the use of resources jadi merupakan orang yg mengatur dan
mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of
administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to
achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti
bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-
sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen
merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin
diperlukan.

B. Fungsi Manajemen
Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembangian fungsi-
fungsi manajemen ini tujuannya adalah:
1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur
2. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam
3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer

5
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam
manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-
tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana
diterangkan oleh Nickels, McHug and McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu:
Perencanaan
Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilaku-kan
untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi
dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara
kecenderungan dunia bisnis sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang
ramah lingkungan, bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu bersaing
dalam persaingan global, dan lain sebagainya;
Pengorganisasian
Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi
dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur
organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif,
dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam orga¬nisasi bisa bekerja secara efektif
dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Pengimplementasian
Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua
pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan
produktivitas yang tinggi.
Pengendalian
Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan
diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Banyak ahli yang berbeda pandangan mengenai fungsi manajemen akan tetapi
esensinya tetap sama, bahwa:

6
1. Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan tertentu yang
berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi
Secara diagramatis, jika kita kaitkan antara tujuan organisasi (yang harus dicapai
secara efektif dan efisien) dan sumber-sumber daya organsaisi dengan fungsi-fungsi
manajemen yang baru saja diterangkan, maka dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
Gambar tersebut menerangkan bahwa fungsi-fungsi manajemen diperlukan agar
keseluruhan sumber daya organisasi dapat dikelola dan dipergunakan secara efektif dan
efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Kegiatan-kegiatan dalam fungsi menajamen
- Fungsi Perencanaan (Planning)
a. Menetapkan tujuan dan target bisnis
b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
c. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
d. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis
- Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan menetapkan
rposedur yang diperlukan
b. Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan
tanggung jawab
c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya
mansuia/tenaga kerja
d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
- Fungsi pengimplementasian (Directing)
a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi
kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan
b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan menjelaskan kebijakan
yagn ditetapkan

7
- Fungsi Pengawasan (Controlling)
a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah yang terkait dengan
pencapaian tujuan dan target bisnis.
Manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan
usaha manusia dengan bantuan manusia lainnya serta sumber-sumber lainnya
menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Dari beberapa pendapat di atas, maka manajemen dapat
diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan (penggerakan dan
pengendalian/pengawasan), dan evaluasi, yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan
sumberdaya lainnya. Secara khususnya Fungsi manajemen adalah elemen-elemen
dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Manajemen berlangsung dalam suatu proses berkesinambungan secara sistemik, yang
meliputi fungsi-fungsi manajemen, yaitu; perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefektif
dan seefisien mungkin.
Pada dasarnya merencanakan adalah kegiatan yang hendak dilakukan di masa
depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil

8
yang dicapai sesuai yang diharapkan. Ada tiga kegiatan dalam setiap perencaaan,
diantaranya:
a. Perumusan tujuan yang ingin dicapai
b. Pemilihan program untuk mencapai tujuan
Identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya terbatas.

Untuk mengembangkan suatu rencana, seseorang harus mengacu pada masa


depan (forecast) atau menentukan pengaruh pengeluaran biaya dan keuntungan,
menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir; mengembangkan strategi untuk
mencapai tujuan akhir; menyusun program yakni menetapkan prioritas dan urutan
strategi; anggaran biaya atau lokasi sumber-sumber; menetapkan prosedur kerja
dengan metode yang baru; dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa aturan
dan ketentuan.

Dalam kerangka manajemen perusahaan, perencanaan bermakna bahwa


Direktur bersama timnya harus berpikir untuk menentukan sasaran-sasaran dikaitkan
dengan kegiatan mereka sebelumnya. Untuk menjamin pencapaian hasil akhir dari
perencanaan, direktur harus berpijak pada data yang cermat dan akurat. Rencana
memberikan arah sasaran bagi organisasi dan mencerminkan prosedur terbaik untuk
mencapai sasaran tersebut. Selain itu, rencana memungkinkan:
a. Perusahaan dapat memperoleh serta mengikat sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai tujuannya;
b. Anggota organisasi dapat melanjutkan kegiatan-kegiatan secara konsisten dengan
tujuan dan prosedur yang telah dipilih; dan
c. Kemajuan ke arah tujuan dapat dipantau dan diukur, sehingga tindakan perbaikan
dapat diambil apabila kemajuan itu tidak memuaskan.

9
2. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George
R. Terry (1986) mengemukakan bahwa: “Pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian: “…
as the act of planning and implementing organization structure. It is the process of
arranging people and physical resources to carry out plans and acommplishment
organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada
dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat
dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan,
kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Ernest Dale seperti dikutip oleh Nanang Fattah
mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu:

(a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik
dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang
terpadu dan harmonis. Pengorganisasian adalah suatu proses pengaturan dan
pengalokasian kerja, wewenang, dan sumber daya di kalangan anggota sehingga
mereka dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien. Kepala sekolah harus dapat
mempunyai kemampuan menentukan jenis program yang dibutuhkan dan
mengorganisasikan semua potensi yang dimilikiuntuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Direktur harus dapat membimbing, mengatur, mempengaruhi,
menggerakkkan, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas yang telah di atur agar

10
berjalan teratur, penuh kerjasama. Meliputi kegiatan-kegiatan membentuk atau
mengadakan struktur organisasi baru untuk menghasilkan produk baru; dan
menetapkan garis hubungan kerja antara struktur yang ada dengan struktur baru,
merumuskan komunikasi dan hubungan-hubungan, menciptakan deskripsi kedudukan
dan menyusun kualifikasi tiap kedudukan yang menunjuk apakah rencana dapat
dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau diperlukan orang lain yang mempunyai
keterampilan khusus.

3. Fungsi Pelaksanaan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan
fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan
pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses
manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga
mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut. Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) merupakan
upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya. Pelaksanaan terdiri
dari staffing dan motivating. Pada tahap staffing bertujuan untuk menentukan
keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan
pengembangan tenaga kerja. Sedangkan pada tahap motivating kegiatan ini
mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuan-tujuan. Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang
karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan
mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi

11
dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang
bersangkutan dan (5) hubungan antarteman dalam organisasi tersebut harmonis.
Dalam rangka pencapaian tujuan ada lima kombinasi fungsi fundamental yang
paling umum. Kombinasi tersebut dibaca dari atas ke bawah akan terlihat A terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), memberi dorongan
(actuating), dan pengawasan (controlling). B terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, memberi motivasi (motivating), dan pengawasan. C terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, staffing, memberi pengarahan (directing) dan
pengawasan. D terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, staffing, memberi
pengarahan, pengawasan, inovasi dan memberi peranan. E terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, memberi motivasi, pengawasan, dan koordinasi.

12
Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini:

Manajer

A B C D E
Perencanaan

Pengorganisasian

Penempata Penempata

Dorongan Motivasi Motivasi

Pengaraha Pengaraha

Pengawasan

Inovasi Koordinasi

Representin

Tujuan

Suatu hal yang menarik perhatian bahwa tiap kombinasi ada tiga fungsi yang
sama, yakni (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, dan (c) pengawasan. Ada
perbedaan tentang fungsi-fungsi lainnya. Misalnya, apakah harus memasukkan
actuating atau motivating ke dalam kombinasi tersebut atau dikeluarkan sama sekali
dan justru memasukkan fungsi staffing dan directing ke dalamnya. Ada yang
berpendapat bahwa staffing sudah merupakan bagian dari organizing dan directing
adalah bagian dari actuating atau motivating, dan seperti dipelihatkan dalam gambar di

13
atas, ada juga yang berkeyakinan bahwa innovating, refresenting, dan coordinating
merupakan fungsi-fungsi yang fundamental. Fungsi manajemen yang dikemukakan
oleh para ahli tidak sama. Hal ini disebabkan latar belakang mereka, pendekatan yang
dilakukan tidak sama. Untuk bahan perbandingan tentang fungsi-fungsi manajemen
menurut ahli manajemen sebagai berikut:

G. R. Terry John F. Mee Louis A. Allen MC. Namara


1. Planning Planning Leading Planning
2. Organizing Organizing Planning Programming
3. Actuating Motivating Organizing Budgeting
4. Controling Controling Controlling System

Henry Fayol Harold Koontz & Dr. S. P. Prof. Drs. Oey


Cyril O’Donnel Siagian Liang Lee
1. Planning Planning Planning Perencanaan
2. Organizing Organizing Organizing Pengorganisasian
3. Commanding Staffing Motivating Pengarahan
4. Coordinating Directing Controlling Pengkordinasiaan
5. Controlling Controlling Evaluating Pengontrolan

14
W. H. Newman Luther Gullick Lyndall F. Urwick John D. Millet
1. Planning Planning Forecasting Directing
2. Organizing Organizing Planning
3. Assembling Staffing Organizing Facilitating
Resources
4. Directing
5. Controlling Directing Commanding
6. _________ Coordinating Coordinating

7. _________ Reporting Controlling

Dari fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak bahwa ada kesamaan pandangan


tentang fungsi manajemen. Untuk menjabarkan makna dari fungsi-fungsi manajemen
sebagai berikut:
1. Planning adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan. Planning mancakup kegiatan pengambilan
keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
2. Organizing mencakup: (a) membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, (b) membagi tugas kepada
seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan (c) menetapkan
wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian
berhubungan erat dengan manusia, sehingga penugasannya di unit-unit organisasi
dimasukkan bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak berpendapat demikian,
justru memasukkan staffing sebagai fungsi utama.
3. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-
pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan memberi
kompensasi kepada mereka.

15
4. Motivating merupakan kata yang lebih disukai oleh beberapa pihak daripada kata
actuating. Ada yang beranggapan bahwa kedua kata tersebut adalah sama. Motivating
berkonotasi emosional dan irrasional. Actuating bersifat motivasional dan mencakup
lebih banyak formulasi formal dan rasional.
5. Staffing mencakup mendapatkan, menempatkan dan mempertahankan anggota pada
posisi yang dibutuhkan oleh pekerjaan organisasi yang bersangkutan.
6. Directing mencakup pengarahan yang diberikan kepada bawahan sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang
telah ditetapkan.
7. Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan
dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai
dengan baik.
8. Innovating mencakup pengembangan gagasan-gagasan baru, mengkombinasikan
pemikiran baru dengan yang lama, mencari gagasan-gagasan dari kegiatan lain dan
melaksanakannya.
9. Representing mencakup pelaksanaan tugas pegawai sebagai anggota resmi dari sebuah
perusahaan dalam urusannya dengan pihak pemerintah, kalangan swasta, bank,
penjual, langganan dan kalangan luar lainnya.
Coordinating merupakan sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha individu
yang berhubungan dengan jumlah, waktu dan tujuan mereka, sehingga dapat diambil
tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan. Pada dasarnya para
ilmuan sepakat bahwa keseluruhan fungsi-fungsi manajerial dapat digolongkan kepada
dua jenis utama, yaitu fungsi-fungsi organik dan fungsi-fungsi penunjang. Fungsi
organik adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu dilakukan oleh para
manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Fungsi-fungsi organik tersebut merupakan penjabaran kebijaksanaan
dasar atau strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar
dalam bertindak. Fungsi- fungsi tersebut seperti digambarkan di atas.

16
Sedangkan fungsi-fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-satuan kerja dalam organisasi dan
dimaksudkan mendukung semua fungsi-fungsi organik para manajer.

Contoh kegiatan manajemen perusahaan “ Gorontalo Informatika ”;


Manajemen Staf Karyawan Umum dan Produksi

17
4. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi sama pentingnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemantauan, dan pengendalian. Terkadang
fungsi pemantauan dan fungsi evaluasi sulit untuk dipisahkan. Fungsi manajemen
puncak misalnya meliputi semua fungsi dari perencanaan sampai pengendalian. Oleh
karena itu, evaluasi sering dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja,
rapat pimpinan, atau temu muka baik secara reguler maupun dalam menghadapi
kejadian-kejadian khusus lainnya.
Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri sendiri.
Fungsi-fungsi seperti fungsi pemantauan dan pelaporan sangat erat hubungannya
dengan fungsi evaluasi. Di samping untuk melengkapi berbagai fungsi di dalam fungsi-
fungsi manajemen, evaluasi sangat bermanfaat agar organisasi tidak mengulangi
kesalahan yang sama setiap kali.
Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis yang
diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan, GAO (1992:4). Evaluasi akan
menghasilkan umpan balik dalam kerangka efektifitas pelaksanaan kegiatan organisasi.
Menurut Departement of Health & Human Service, evaluasi adalah proses untuk
mengumpulkan informasi. Sebagaimana dengan proses pada umumnya, evaluasi harus
dapat mendefinisikan komponen-komponen fase dan teknik yang akan dilakukan.
Menurut W. Dunn, istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-
masing menunjukkan pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran, pemberian
angka, dan penilaian kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil
kebijakan dalam arti yang lebih spesifik. Evaluasi berkenaan dengan produksi
informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Peter H. Rossi (1993:5) menyebutkan
bahwa evaluasi merupakan aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain,
implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari suatu organisasi. Dengan kata

18
lain, evaluasi dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan
berinteraksi organisasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai, atribut,
apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas permasalahan yang
ditemukan. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan melalui monitoring terhadap sistem
yang ada. Namun demikian, evaluasi kadang-kadang tidak dapat dilakukan dengan
hanya menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi pada organisasi
saja.
1. Tujuan Evaluasi
Tujuan dilaksanakannya evaluasi diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Untuk memberikan penilaian terhadap pelaksanaan aktivitas dan program
organisasi
b. Untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan
program yang akan datang
c. Untuk mengembangkan program-program dan teknik baru bagi peningkatan
kinerja
d. Untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik dari suatu program
e. Untuk meningkatkan efektivitas manajemen pelaksanaan kegiatan

Secara umum, pentingnya perlu dilakukan evaluasi seperti berikut:


a. Karena evaluasi merupakan fungsi manajemen
b. Karena evaluasi merupakan mekanisme umpan balik bagi perbaikan
c. Karena evaluasi akan dapat menghindarkan organisasi dari mengulangi kesalahan
yang sama
d. Karena evaluasi akan dapat menemukan dan mengenali berbagai masalah yang ada
di dalam organisasi dan mencoba mencari solusinya.

19
2. Klasifikasi Evaluasi
Klasifikasi evaluasi dapat dilakukan berdasarkan pada:
a. Apa yang dievaluasi
b. Tujuan evaluasi
c. Fokus evaluasi
d. Pendekatan evaluasi
e. Orientasinya
Berdasarkan apa yang dievaluasi, evaluasi dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok:
a. Evaluasi kegiatan
b. Evaluasi program
c. Evaluasi kebijakan
d. Evaluasi pengelolaan kebijakan
e. Evaluasi pengelolaan sumber daya manusia
f. Evaluasi terhadap sistem dan governance
g. Evaluasi terhadap struktur, mekanisme, dan prosedur
h. Evaluasi efisiensi, efektifitas, kehematan, dan kelayakan
Penggolongan evaluasi berdasarkan tujuan evaluasi dapat meliputi:
1. Evaluasi untuk tujuan tertentu, misalnya: untuk mempelajari fakta dan
kemungkinan perbaikannya, untuk meningkatkan akuntabilitas, dan
meningkatkan kinerja
2. Goal free evaluation atau evaluasi untuk mencari peluang perbaikan yang
tidak ditetapkan terlebih dahulu
Berdasarkan fokus evaluasinya, evaluasi dapat dibagi ke dalam lima kelompok:
a. Input Evaluation
Evaluasi input yaitu evaluasi untuk menilai suatu program yang belum atau akan
dilaksanakan
b. Process Evaluation
Evaluasi proses yaitu evaluasi untuk menilai proses atau kegiatan

20
c. Output Evaluation
Evaluasi output yaitu evaluasi untuk menilai hasil kegiatan program
d. Impact Evaluation
Evaluasi dampak yaitu evaluasi untuk menilai dampak dari hasil pelaksanaan
program
Berdasarkan pendekatannya, evaluasi dapat dibagi ke dalam;
a. Evaluasi semu
Evaluasi semu adalah evaluasi yang menggunakan pendekatan atau metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya tanpa berusaha untuk
menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu,
kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.
b. Evaluasi formal
Evaluasi formal adalah evaluasi yang menggunakan pendekatan deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil
kebijakan tetapi mengevaluasi hasil tersebut atas daasar tujuan program kebijakan
yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan.
c. Evaluasi keputusan teoritis
Evalusi keputusan teoritis adalah evaluasi yang menggunakan pendekatan deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid
mengenai hasil-hasil. kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam
pelaku kebijakan.
Berdasarkan orientasinya, evaluasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori
sebagai berikut :
1. Evaluasi yang proaktif (proactive evaluation)
Evaluasi proaktif ini dapat dilakukan sebelum suatu kebijakan/program ditetapkan
2. Evaluasi yang klarifikatif (clarificative evaluation)
Evaluasi klarifikatif ini berfokus pada klarifikasi struktur internal dan fungsi dari
suatu program dan kebijakan

21
3. Evaluasi interaktif (interactive evaluation)
Evaluasi intreaktif ini dapat digunakan untuk memperoleh informasi atas
implementasi program
4. Evaluasi monitoring (monitoring evaluation)
Evaluasi monitoring ini sangat tepat digunakan ketika program sudah dalam
pelaksanaan. Evaluasi ini sudah melibatkan pengembangan sistem untuk
pemantauan kemajuan program
5. Evaluasi dampak (impact evaluation)
Evaluasi ini digunakan untuk menilai hasil dan dampak program yang sudah mapan.
Evaluasi ini dapat digunakan untuk membuat keputusan tentang penghargaan atau
kemanfaatan program. Evaluasi ini disebut juga evaluasi sumatif.
Dalam fungsi-fungsi manajemen, idealnya evaluasi dilaksanakan tergantung
dari jangka waktu perencanaan. Misalnya, apabila ada yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, maka dalam fungsi pengendalian dan pengawasan fungsi evaluasi
tersebut dapat langsung dilaksanakan. Evaluasi pada suatu lembaga perusahaan bukan
terletak pada hasilnya, tetapi sebagai salah satu tolak ukur pada kinerja dari setiap orang
dalam perusahaan tersebut.
Apabila fungsi-fungsi di atas sudah terlaksana, cara mengevaluasi menggunakan
analisis SWOT, sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilannya dengan
menggunakan indikator keberhasilan.
Analisis SWOT disempurnakan pada PP No 32 tahun 2013 dengan melihat dari
faktor-faktor internal dan eksternal sekolah, diantaranya:
1. Strength (kekuatan)
2. Weakness (kelemahan)
3. Opportunity (peluang)
4. Treath (ancaman, tantangan).
Setiap kegiatan perlu diorganisasikan, yang berarti bahwa kegiatan tersebut
harus disiapkan, disusun dan dialokasikan serta dilaksanakan oleh para unsur
organisasi tersebut sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif.

22
Proses ini meliputi perincian pekerjaan, pembagian pekerjaan dan koordinasi
pekerjaan yang terjadi daiam suatu lingkup dan struktur tertentu.
Soekanto (1983) membagi struktur organisasi menjadi lima kelompok yaitu
struktur organisasi fungsional, struktur organisasi proyek, struktur organisasi matriks,
struktur organisasi usaha (ventura) dan struktur organisasi tim kerja (task force ).

1. Struktur Organisasi Fungsional

Struktur organisasi fungsional terdiri dari Bagian Pemasaran, Bagian Produksi,


Bagian Personalia dan Bagian Pembelanjaan serta Bagian Umum. Pada struktur
organisasi fungsional apabila ada seseorang yang diserahi tugas untuk mengelola suatu
proyek biasanya orang tersebut sudah terlanjur setia pada bagian mana dia dahulu
bekerja. Oleh karena itu seyogyanya offing tersebut tidak memanfaatkan menarik

2. Struktur Organisasi Proyek

Pacta hakekatnya struktur organisasi proyek bennula dari orgamsasl

fungsional. Pengelola proyek dari suatu bagian meminta agar orang-orang

fungsional yang bekerja pacta proyek benar-benar pindah untuk bekerja

sepenuhnya di bawah kekuasaannya. Untukjelasnya dapat dilihat Gambar 3.2.

Semakin lJanyak proyek maka semakin ban yak pula duplikasi fungsi.

Selain itu para karyawan akan ragu di mana dia akan ditempatkan hila

seluruh orang-orang dari bagiannya dahulu, tetapi sebaiknya juga menarik orang-orang
pada bagian lain yang mampu sehingga pengalaman dan pengetahuan dapat dinikmati
bersama. Struktur organisasi fungsional yang menangani proyek- proyek dapat dilihat
pada Gambar 3.1.

23
2. Struktur Organisasi Proyek

Pada hakekatnya struktur organisasi proyek bermula dari organisasi


fungsional. Pengelola proyek dari suatu bagian meminta agar orang–orang secara
fungsional yang bekerja pada proyek benar–benar pindah untuk bekerja sepenuhnya
dibawah kekuasaannya. Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 3.2

Semakin banyak proyek maka semakin banyak pula duplikasi fungsi. Selain itu
para karyawan akan ragu di mana dia akan ditempatkan bila pelaksanaan proyek sudah
selesai. Sebaliknya manajer bagian mungkin akan khawatir bila personilnya ditarik ke
proyek-proyek. Pemanfaatan personil-personil yang fungsional akan menjadi tidak
efektif dan efisien. Oleh karena itu diciptakanlah apa yang disebut struktur organisasi
matriks.

24
3. Struktur Organisasi Matriks

Organisasi matriks biasanya diciptakan berdasarkan kebaikan-kebaikan organisasi


fungsional dan organisasi proyek. Para ahli/staf dihimpun berdasarkan fungsinya untuk
mengerjakan proyek tertentu. Dalam hal ini dibentuk bagian manajemen proyek secara
tersendiri.

Masing-masing bagian secara struktural tidak boleh mempunyai proyek. Walaupun


demikian berbagai proyek masih dapat dilakukan oleh perusahaan akan tetapi berada
di bawah pengawasan manajemen proyek. Selanjutnya struktur organisasi matriks
dapat dilihat pada Gambar 3.3.

25
Kesulitannya disini ialah bahwa organisasi matriks biasanya hanya dapat
dilakukan oleh perusahaan besar dan bila sistemnya tak lancar dapat menimbulkan
pertentangan dan kesenjangan antara bagian fungsional dan bagian manajemen proyek.
1. Organisasi Usaha
Jenis organisasi ini biasanya dipakai pada perusahan-perusahan besar dimana
sering muncul proyek penelitian dan pengembangan produk. Pada kelanjutannya akan
dibentuk organisasi fungsional di dalam perusahaan tersebut dengan maksud agar
kegiatan dapat mandiri dan luwes dengan sumber daya manusia serta dana tersendiri.
Dalam hal ini, kerjasama antara teknisi, peneliti dan para ahli pemasaran perlu dibina
terutama pada saat permulaan pengembangan produk.

2. Organisasi Tim Kerja


Bentuk organisasi ini biasanya dimanfaatkan untuk menanggulangi proyek-
proyek yang muncul secara tiba-tiba atau belum direncanakan dan sifatnya ad hoc
(sementara). Para anggota organisasi ini biasanya merupakan personil-personil senior
dan tidak dibebaskan dari pekerjaan rutinnya. Namun dengan bekal pengalaman yang
ada, biasanya mereka lebih mampu dan tenang dalam menanggulangi persoalan yang
timbul secara mendadak.
Barrie dan Paulson (1984) membagi struktur organisasi atas empat kelompok,
yang mencakup struktur organisasi dengan pendekatan tradisional, struktur organisasi
pemilik- pembangun, struktur organisasi putar kunci, dan struktur organisasi
manajemen konstruksi profesional.

26
1. Struktur Organisasi Pendekatan Tradisional
Dalam struktur organisasi ini pihak pemilik (owner) mempekerjakan seorang
pendesain (arsitekturl designer) yang bertugas dalam mempersiapkan rencana dan
spesifikasi proyek, kemudian melakukan inspeksi sampai tingkat tertentu yaitu
memonitor informasi dan mengawasi perkembangan pelaksanaan konstruksi.
Pembangunan konstruksi merupakan tanggungjawab kontraktor utama tunggal kepada

pemilik melalui suatu perjanjian. Banyak pekerjaan pada kenyataannya boleh


dikerjakan oleh kontraktor khusus individu di bawah perjanjian subkontrak dengan
kontraktor utama. Biasanya perusahaan tersebut dinamakan Subkontraktor.

subkontraktor pada umumnya mengajukan penawaran pekerjaan untuk


sebagian saja dari rencana pemilik, namun hubungan kontak formalnya adalah secara
langsung dengan kontraktor utama dan selanjutnya kontraktor utama bertanggung
jawab kepada pemilik mengenai semua pekerjaan, termasuk juga pekerjaan-pekerjaan
yang disubkontrakkan. Struktur organisasi berdasarkan pendekatan tradisional dapat
dilihat pada Gambar 3.4.

2. Struktur Organisasi Pemilik-Pembangun (The Owner-Builder)


Secara historis banyak sekali kota-kota atau negara-negara terutama pada
bagian/dinas pekerjaan umum, badan pemerintah pusat, dan perusahaan- perusahaan
swasta telah melaksanakan pekerjaan dengan kemampuan sendiri, baik mengenai

27
pembuatan desain maupun mengenai pelaksanaan konstruksinya. Pendekatan ini
sering disebut sebagai 'force account' (Perhitungan berdasarkan kemampuan sendiri).

Para pemilik yang lain atau perwakilannya seperti biro reklamasi, dinas
bangunan publik dan badan pelayanan umum (general services administration)
walaupun banyak mempertahankan pertanggungjawaban manajemen dan desain
konseptualnya, tetapi mereka telah memanfaatkan jasa-jasa konsultan untuk semua
atau sebagian dari desain detailnya serta menyerahkan kepada kontraktor untuk
mempekerjakan dan mengawasi tenaga kerjanya. Untuk jelasnya lihat Gambar 3.5.

3. Struktur Organisasi Perancang-Pembangun atau Perancang-Pengelola


(Putar Kunci)
Beberapa ahli membedakan pengertian antara perancang-pembangun
(perancang-pengelola) dan putar kunci. Namun pada prakteknya kedua hal tersebut
sering saling tertukar. Dalam metode ini keseluruhan manajemen proyek yang meliputi
konsep perencanaan, perancangan, pelaksanaan konstruksi serta penyelesaian proyek
biasanya ditangani oleh satu perusahaan.

28
Berdasarkan pengertian perancang-pembangun, pihak pembangun tidak
bertindak sebagai kontraktor utama. Pihak pembangun tidak mengendalikan pekerjaan
dalam satu tangan terhadap semua kontraktor. Ada suatu bentuk kontrak khusus yang
dinegosiasikan antara perancang-pembangun bersama dengan pemilik dalam
mengelola proyek. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.6.a. Sedangkan
menurut pengertian perancang-pengelola, pelaksanaan konstruksi dikerjakan oleh
sejumlah kontraktor bebas menurut rata cara yang sesuai dengan konsep manajemen
konstruksi profesional. Selanjutnya lihat Gambar 3.6.b.
Perancangan Pembangunan

29
Perancangan Pengelola

Dengan menggunakan sistem perancang-pembangun atau perancang-


pengelola, pelaksanaan konstruksi dapat dilaksanakan dengan segera melalui program
konstruksi bertahap yang bertujuan untuk mempersingkat waktu pelaksanaan proyek.
Cara untuk menyelesaikan proyek seperti ini telah dipakai pada sebagian besar dari
proyek-proyek industri berat yang berorientasi pada proses, sebagaimana yang telah
dibangun di negara Amerika Serikat pada beberapa dasawarsa terakhir ini.

30
4. Manajemen Konstruksi Profesional
Manajemen konstruksi profesional membentuk satu tim atas tiga kelompok
utama yaitu pemilik, perancang, dan manajer konstruksi dalam suatu hubungan yang
tidak saling bertentangan dan hal ini membuka kesempatan bagi pemilik untuk berperan
secara penuh dalam proses pelaksanaan konstruksi.
Struktur organisasi manajemen konstruksi profesional dibagi atas dua jenis
pendekatan. Pendekatan yang pertama yaitu melalui penggunaan suatu perusahaan
konsultan sebagai pengawas pekerjaan para kontraktor, sedangkan pendekatan yang ke
dua yaitu menggunakan jasa kontraktor utama sebagai pengawas dari seluruh pekerjaan
yang disubkontrakkan.
Dari segi waktu penyelesaian proyek, kualitas pekerjaan dan dari segi
pengawasan keuangan proyek maka penggunaan struktur organisasi manajemen
konstruksi profesional melalui pendekatan pertama akan lebih kompetitif bila
dibandingkan terhadap penggunaan struktur organisasi pendekatan ke dua. Hal ini
disebabkan karena adanya pembedaan yang jelas antara tugas dan wewenang pada
masing-masing unsur. Lihat Gambar 3.7.a dan pada Gambar 3.7.b.
Manajemen Konstruksi Profesional – Manajer Konstruksi

31
Manajemen Konstruksi Profesional – Kontraktor Utama

Masing-masing divisi manajemen memiliki tugas dan fungsi sendiri.


Untuk menunjang tugas dan fungsinya maka pada masing-masing divisi tersebut
berkembang lagi beberapa departemen tertentu sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Konsultan perencana di bawah pengawasan dan Production
Management, sedangkan kontraktor-kontraktor di bawah pengawasan dari
Construction Management.
Struktur organisasi perusahaan PT. Graha Buana Cikarang dapat dilihat
pada Gambar 5.1. Dari struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan sistem dan
ruang lingkup kerja masing-masing divisi (unsur).

1. Board of Director
Board of Director merupakan jajaran direksi yang berada di kantor pusat
(head office). Jajaran direksi adalah orang-orang yang memegang saham pada
perusahaan PT. Graha Buana Cikarang dan mereka juga memegang kekuasaaan
penuh terhadap arah kebijakan yang diambil. Salah satu arah kebijakan dari jajaran
direksi adalah membuat planning bersama Direktur Eksekutif mengenai ruang

32
lingkup master project (proyek induk) yang akan dilaksanakan. Pada
operasionalnya jajaran direksi mengangkat seorang Direktur Eksekutif untuk
memimpin perusahaan.

2. Direktur Eksekutif
Direktur Eksekutif merupakan pimpinan tertinggi dalam menjalankan
perusahaan dan Direktur Eksekutif bertanggung jawab terhadap seluruh
pelaksanaan kegiatan-kegiatan perusahaan. Salah satu tugasnya yaitu mengontrol
pelaksanaan master project (proyek induk). Direktur Eksekutif juga berada di
kantor pusat dan setiap dua minggu sekali meninjau ke site office untuk memeriksa
kemajuan progress proyek induk.

3. General Manager
General Manager diangkat oleh Direktur Eksekutif untuk memimpin
langsung proyek induk dan tetap stand by di site office. General Manager juga
berfungsi sebagai wakil dari pihak pemilik untuk memimpin dan mengawasi
pelaksanaan proyek induk. Dalam menjalankan tugas-tugasnya General Manager
membentuk beberapa divisi manajemen yaitu Human Resources Department,
Marketing Management, Management Information System, Production
Management, dan Construction Management. Masing-masing divisi manajemen
dikepalai oleh seorang manager.

4. Human Resources Department


Divisi ini mengatur seluruh urusan administrasi dan kepegawaian, antara
lain: surat menyurat ke instansi perusahaan lain, transfer gaji karyawan, urusan
surat perjanjian kerja, penyediaan peralatan kantor dan sebagainya.

5. Management Information System


Divisi ini berfungsi mencari dan mengumpulkan segala informasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan, baik sebagai bahan penelitian maupun sebagai
pengembangan bisnis perusahaan di masa yang akan datang. Informasi-informasi

33
yang terdapat pada divisi Management Infonnation System ini terdistribusi atas
informasi yang dibutuhkan oleh divisi-divisi lain yaitu Human Resources
Department, Marketing Management, Production Management, dan Construction
Management, tetapi dalam operasionalnya divisi Management Information System
harus melaporkan hasil kerjanya tersebut kepada General Manager dan kemudian
General Manager akan mengontrol perkembangannya pada divisi-divisi
manajemen yang terkait.

6. Marketing Management
Dalam konsep usaha atau berbisnis, Uang yang dipinjam dari bank harus
secepatnya dipolar kembali dengan tujuan perluasan usaha lahan bisnis. Pada
perusahaan PT Graha Buana Cikarang ini, divisi Marketing Management
menerapkan sistem bahwa pada saat kegiatan pelaksanaan konstruksi sudah
mencapai lima puluh persen dari tahap penyeiesaian maka produk-produk harus
sudah mulai ditawarkan kepada para konsumen. Promosi biasanya dilakukan
melalui spanduk, leaflet, pamflet, pameran, iklan-iklan pada televisi, surat kabar,
majalah, dan sebagainya.
Divisi Marketing Management dibagi atas tiga departemen yaitu
departemen promosi, penjualan dan management property. Departemen
Management Property mengurus masalah penyewaan gedung, fasilitas dan utilitas
gedung yang disewa, serta masalah maintenance (perawatannya).

7. Production Management
Sebelum tahap pelaksanaan konstruksi berjalan, segala sesuatunya diolah di
bagian ini dahulu. Konsultan perencana berhubungan langsung dengan divisi
manajemen produksi. Pada tahap awal konsultan perencana bersama departemen
planning and scheduling membuat suatu perencanaan lengkap master plan dari kola
satelit seperti perencanaan jalan-jalan kota, saluran air bersih dan air kotor, fasilitas
umum dan sosial, gedung sekolah, gedung kantor, apartemen, hotel, plaza,
supermarket, ruko, rukan, bangunan utilitas, pengolahan air kotor dan air bersih,
dan sebagainya.

34
Master plan yang ada kemudian dipecah-pecah menjadi key plan, yang
selanjutnya key plan tersebut harus diasistensikan oleh konsultan perencana kepada
departemen design and engineering. Hal-hal yang dibicarakan di sini adalah layout
prasarana dan sarana kota satelit terhadap pemukiman penduduk sekitar, kontur dan
ketinggian tanah dasar kota satelit (grading plan), saluran air kotor dan air bersih,
masalah hitungan kekuatan struktur bangunan, gambar-gambar struktur dan
arsitektur bangunan, standard detail, serta gambar-gambar perubahan. Sejalan
dengan itu, utilitas, lansekap dan fasilitas pendukung lainnya dipadukan dan
diselaraskan juga dalam key plan tersebut.
Sebagai tahap akhir, antara departemen planning and scheduling, design and
engineering, cost control, utility and landscape, dan konsultan perencana secara
bersama-sama menyusun spesifikasi, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) serta
harga-harga bangunan untuk keperluan tender. Hasil yang diperoleh merupakan 'top
secret' yang harus dilaporkan kepada Manajer Produksi dan selanjutnya Manajer
Produksi melaporkan hasil tersebut kepada General Manager untuk dievaluasi.
Pada saat melakukan tender General Manager dibantu oleh divisi Production
Management dan Constmction Management.

8. Construction Management
Divisi ini memiliki tanggung jawab penuh terhadap segala pekerjaan
konstruksi dan pascakonstruksi. Pada masa prakonstruksi divisi Construction
Management bersama Production Management melakukan pelelangan yang
dipantau oleh General Manager. Para pemenang lelang akan ditentukan pada rapat
bersama antara Direktur Eksekutif, General Manager, Manajer Konstruksi dan
Manager Produksi. Jika sebelum diadakan pengumuman lelang, terdapat peserta
lelang yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, maka Divisi Construction
Management, Production Management dan General Manager melakukan
aanwijzing bersama-sama para peserta lelang.

35
Selama menjalankan tugasnya, Divisi Construction Management dibantu
oleh banyak asisten yang jumlahnya tergantung dari banyaknya jenis proyek yang
ada. Masing-masing asisten mengawasi satu jenis proyek utama. Sebutan jabatan
untuk asisten Construction Management biasanya disebut Project Manager. Satu
jenis proyek utama yang dipimpin oleh Project Manager bisa terdiri dari beberapa
proyek bagian dan masing-masing proyek bagian tersebut harus dilaksanakan oleh
suatu kontraktor khusus yang menang dalam pelelangan

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian
kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian/pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya
lainnya.
Dari beberapa penjelasan di atas penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan
bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Adapun fungsi-fungsi manajemen meliputi beberapa hal yaitu:
1. Planning merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn pendefinisian sasaran utk
kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber
daya-sumber daya yg digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut.
2. Organizing merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn penugasan
mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan
mengalokasikan sumber daya ke departemen.

3. Leading fungsi manajemen yg berkenaan dgn bagaimana menggunakan pengaruh utk


memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.

4. Controlling fungsi manajemen yg berkenaan dgn pengawasan terhadap aktivitas


karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yg sesuai dgn sasaran
dan melakukan koreksi apabila diperlukan.

Di dalam manajemen terdapat beberapa kegiatan yang merupakan fungsi dari


manajemen yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien, diantaranya:
1. fungsi perencanaan (planning)
2. fungsi pengorganisasian (organizing)

37
3. fungsi pelaksanaan (actuating)
4. fungsi evaluasi (evaluating).

1. Penerapan sistem struktur organisasi suatu perusahan tertentu tidak harus


menganut satu pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang ada.
2. Sistem struktur organisasi yang digunakan oleh suatu perusahaan tertentu bisa
merupakan gabungan dan beberapa pola/ tipe struktur organisasi teoritis yang
ada.
3. Antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya bisa memiliki sistem struktur
organisasi yang berbeda. Hal ini tergantug dari kondisi dan tujuan perusahaan
tersebut.

B. Saran
Penulis berharap kepada seluruh pihak yang mempunyai komitmen
terhadap pengembangan ilmu kiranya dapat memberikan saran dan kritik yang
bersifat ilmiah dan konstruktif guna melengkapi makalah yang penulis yakin masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Semoga pembahasan makalah ini tentang fungsi-
fungsi dari manajemen dapat menambah wawasan dan membuat
organisasi/lembaga mencapai mencapai tujuan, dapat menjaga keseimbangan
diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, serta mencapai efisiensi dan
efektivitas dari lembaga/organisasi tersebut.

38
DAFTAR PUSTAKA

George R. Terry dan Leslie W. Rue. (1999). Dasar-dasar Managemen, Priciple of


Management (Dasar-dasar Manajemen) terj. G. A. Ticoalu, Cet. VI.
Jakarta: Bumi Aksara

_______. (2012). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

H. Malayu S. P. Hasibuan. (2004). Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,


.Edisi Revisi. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara

Robbins, dkk. (2007). Management. Cet. VIII. New York: Prentice Hall

Richard Barrett. (2003). Vocational Business: Training, Developing, and


Motivating People

R. Griffin. (2006). Business Cet. VIII. New York: Prentice Hall

T. Hani Handoko. (1995). Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Sondang P. Siagian. (2002). Fungsi-fungsi Manajerial, Cet. IV; Jakarta: Bumi


Aksara

Sudarwan Danim dan Suparno. (2009). Manajemen dan Kepemimpinan


Transformasional Kekepalasekolahan. Jakarta: Rineka Cipta

http://dinazainuddin.blogspot.com/2013/01/makalah-evaluasi.html
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara,
2004,
Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website: http://blog.re.or.id/definisi-
manajemen.htm
Hasibuan, Malayu, Manajemen= Dasar, Pengertian dan Masalah, (PT Bumi
Aksara: Jakarta), 2005
Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8

39

Anda mungkin juga menyukai