Anda di halaman 1dari 66

Curiculum Vitae: Susihar, SKM., M.

Kep

• Pendidikan:
1. D III Keperawatan AKPER ST Carolus tahun 1990
2. S1 FKM Universitas Indonesia tahun 2002
3. S2 FIK Universitas Indonesia tahun 2009
• Pekerjaan:
1. Manajer Keperawatan RS Royal Progress (tahun 2009 – saat ini)
2. Staf Pengajar di Akper Husada Karya Jaya
3. Surveior & Surveior Pembimbing Akreditasi KARS
3
Regulasi
Nasional/
Referensi

Regulasi RS:
• Kebijakan
• Pedoman/
Panduan
• SPO

4
Regulasi
Nasional/
Referensi

Regulasi RS:
• Kebijakan
• Pedoman/
Panduan
• SPO

5
Regulasi
Nasional/
Referensi

Regulasi RS:
• Kebijakan
• Pedoman/
Panduan
• SPO

6
Regulasi
Nasional/
Referensi

Regulasi RS:
• Kebijakan
• Pedoman/
Panduan
• SPO

7
PROGRAM NASIONAL
 SASARAN I
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
 SASARAN II
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS
 SASARAN III
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS
 SASARAN IV
PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
 SASARAN V
PELAYANAN GERIATRI
SASARAN I

PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU


DAN BAYI SERTA PENINGKATAN
KESEHATAN IBU DAN BAYI
SASARAN I:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Standar 1
Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam di
rumah sakit beserta monitoring dan evaluasinya.
Standar 1.1
Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk
penyelenggaraan pelayanan PONEK.
Standar 1.2
Rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat gabung,
mendorong pemberian ASI ekslusif, melaksanakan
edukasi dan perawatan metode kangguru pada bayi
berat badan lahir rendah (BBLR).
SASARAN I:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Standar 1
Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam di
rumah sakit beserta monitoring dan evaluasinya.
Elemen Penilaian Standar 1
1. Ada regulasi rumah sakit tentang pelaksanaan PONEK 24
jam di rumah sakit dan ada rencana kegiatan PONEK dalam
perencanaan rumah sakit. (R)
2. Ada bukti keterlibatan pimpinan rumah sakit di dalam
menyusun kegiatan PONEK. (D,W)
3. Ada bukti upaya peningkatan kesiapan rumah sakit dalam
melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus
termasuk pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 Jam).
(D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan rujukan dalam rangka PONEK (lihat
juga ARK.5). (D,W)
5. Ada bukti pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi
program rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB). (D,W)
6. Ada bukti pelaporan dan analisis yang meliputi 1 sampai
dengan 4 di maksud dan tujuan. (D,W)
Djoti - Atmodjo
SASARAN I:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Standar 1.1
Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk
penyelenggaraan pelayanan PONEK.
Elemen Penilaian Standar 1.1

1. Ada bukti terbentuknya tim PONEK dan program kerjanya.


(R)
2. Ada bukti pelatihan pelayanan PONEK. (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan program tim PONEK. (D,W)
4. Tersedia ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan
untuk PONEK. (D,O,W)
REGULASI PANITIA /
KOMITE / TIM

Komite Medik Komite Komite Etik


Keperawatan

Komite Mutu & Komite K3 Komite PPI


KP

Komite Rekam Tim Farmasi Komite PKRS


Medis danTerapi

Tim MDGs Tim PPRA


16
SASARAN I:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI SERTA
PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI
Standar 1.2
Rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat gabung,
mendorong pemberian ASI ekslusif, melaksanakan
edukasi dan perawatan metode kangguru pada bayi
berat badan lahir rendah (BBLR).
Elemen Penilaian Standar 1.2
1. Terlaksananya rawat gabung. (O,W)
2. Ada bukti RS melaksanakan IMD dan mendorong
pemberian ASI Ekslusif. (O,W)
3. Ada bukti pelaksanaan edukasi dan perawatan
metode kangguru (PMK) pada bayi berat badan lahir
rendah (BBLR). (D,O,W)
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
SASARAN II

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN


HIV/AIDS
SASARAN II:
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS

Standar 2
Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Elemen Penilaian Standar 2
1. Adanya regulasi rumah sakit dan dukungan penuh manajemen
dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS. (R)
2. Pimpinan rumah sakit berpartisipasi dalam menyusun rencana
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS. (D,W)
3. Pimpinan rumah sakit berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporannya. (D,W)
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS rumah sakit ( D,W )
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis
Tim HIV/AIDS sesuai standar. (D,W)
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit sesuai
dengan kebijakan yang berlaku. (D)
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dengan
faktor risiko IDU, penunjang sesuai dengan kebijakan. (D)
REGULASI PANITIA /
KOMITE / TIM

Komite Medik Komite Komite Etik


Keperawatan

Komite Mutu & Komite K3 Komite PPI


KP

Komite Rekam Tim Farmasi Komite PKRS


Medis danTerapi

Tim MDGs Tim PPRA


25
616.979

Ind

P
SASARAN III

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN


TUBERKULOSIS
SASARAN III:
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS

Standar 3
Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan
tuberkulosis di rumah sakit beserta monitoring dan
evaluasinya melalui kegiatan:
a) promosi kesehatan;
b) surveilans tuberkulosis;
c) pengendalian faktor risiko;
d) penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis;
e) pemberian kekebalan; dan
f) pemberian obat pencegahan.
Elemen Penilaian Standar 3
1. Ada regulasi rumah sakit tentang pelaksanaan
penanggulangan tuberkulosis di rumah sakit dan ada rencana
kegiatan penanggulangan tuberkulosis dengan strategi DOTS
dalam perencanaan rumah sakit. (R)
2. Pimpinan rumah sakit berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program pelayanan
tuberkulosis termasuk pelaporannya. (D,W)
3. Ada bukti upaya pelaksanaan promosi kesehatan tentang
tuberkulosis. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan surveilans tuberkulosis dan
pelaporannya. (D,W)
5. Ada bukti pelaksanaan upaya pencegahan tuberkulosis
melalui pemberian kekebalan dengan vaksinasi atau obat
pencegahan. (D,W)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2016

TENTANG

PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Standar 3.1
Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk penyelenggaraan
pelayanan dan penanggulangan tuberkulosis.

Standar 3.2
Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana pelayanan
tuberkulosis sesuai peraturan perundang-undangan.

Standar 3.3
Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis dan
upaya pengendalian faktor risiko tuberkulosis sesuai
peraturan perundang-undangan.
Standar 3.1
Rumah sakit menyiapkan sumber daya untuk
penyelenggaraan pelayanan dan penanggulangan
tuberkulosis.
Elemen Penilaian Standar 3.1
1. Ada bukti terbentuknya tim DOTS dan program kerjanya.
(R)
2. Ada bukti pelatihan pelayanan dan upaya penanggulangan
tuberkulosis. (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan program tim DOTS. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi
program penanggulangan tuberkulosis. (D,W)
5. Ada bukti pelaporan dan analisis yang meliputi a) sampai
dengan f) di maksud dan tujuan. (D,W)
REGULASI PANITIA /
KOMITE/ TIM

Komite Medik Komite Komite Etik


Keperawatan

Komite Mutu & Komite K3 Komite PPI


KP

Komite Rekam Tim Farmasi Komite PKRS


Medis danTerapi

Tim MDGs Tim PPRA


34
Standar 3.2
Rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana
pelayanan tuberkulosis sesuai peraturan perundang-
undangan.
Elemen Penilaian Standar 3.2
1. Tersedia ruang pelayanan rawat jalan yang memenuhi pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis. (O,W)
2. Bila rumah sakit memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
tuberkulosis paru dewasa maka rumah sakit harus memiliki
ruang rawat inap yang memenuhi pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi tuberkulosis. (O,W)
3. Tersedia ruang pengambilan spesimen sputum yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
(O,W)
4. Tersedia ruang laboratorarium tuberkulosis yang memenuhi
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis.
(O,W)
Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tuberkulosis
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Jakarta, Mei 2012 i
Standar 3.3
Rumah sakit telah melaksanakan pelayanan tuberkulosis
dan upaya pengendalian faktor risiko tuberkulosis sesuai
peraturan perundang-undangan.
Elemen Penilaian Standar 3.3

1. Rumah sakit memiliki panduan praktik klinis tuberkulosis.


(R)
2. Ada bukti kepatuhan staf medis terhadap panduan praktik
klinis tuberkulosis. (D,O,W)
3. Terlaksana proses skrining pasien tuberkulosis saat
pendaftaran. (D,O,W)
4. Ada bukti staf mematuhi penggunaan alat pelindung diri
(APD) saat kontak dengan pasien atau spesimen. (O,W)
5. Ada bukti pengunjung mematuhi penggunaan alat
pelindung diri (APD) saat kontak dengan pasien. (O,W)
Lima Langkah Penatalaksanaan pasien Untuk Mencegah Infeksi TB Pada
Tempat Pelayanan
Lang-
Kegiatan Keterangan
kah
Pengenalan segera pasien suspek atau konfirm TB
adalah langkah pertama. Hal ini bisa dilakukan dengan
menempatkan petugas untuk menyaring pasien
dengan batuk lama segera pada saat datang di dalam
1. Triase
investigasi TB tidak dibolehkan mengantri dengan
pasien lain untuk mendaftar atau mendapatkan kartu.
Mereka harus segera dilayani mengikuti
langkahRlangkah dibawah ini.
MenginstruksiRkan pasien yang tersaring diatas untuk
melakukan etika batuk. Yaitu untuk menutup hidung
2. Penyuluhan dan mulut ketika batuk atau bersin. Kalau perlu berikan
masker atau tisu untuk menutup mulut dan mencegah
terjadinya aerosol.
Lima Langkah Penatalaksanaan pasien Untuk Mencegah Infeksi TB Pada
Tempat Pelayanan
Lang-
Kegiatan Keterangan
kah
Pasien yang suspek atau kasus TB melalui pertanyaan
penyaringan harus dipisahkan dari pasien lain, dan
3. Pemisahan diminta menunggu di ruang terpisah dengan ventilasi
baik serta diberi masker bedah atau tisu untuk
menutup mulut dan hidung pada saat menunggu.
"
"
"
Gambar"4.3":"JenisRjenis"kipas"angin"(yang"menggunakan"balingRbaling)"

"
Sumber:#"Francis"J."Curry"National"Tuberculosis"Center,"2007:"Tuberculosis"Infection"Control:"A"Practical"
Manual"for"Preventing"TB","hal"17"
"
Dengan" ventilasi" campuran," jenis" ventilasi" mekanik" yang" akan" digunakan"
sebaiknya" di" sesuaikan" dengan" kebutuhan" yang" ada" dan" diletakkan" pada"
tempat"yang"tepat."Kipas"angin"yang"dipasang"pada"langitRlangit"(ceiling#fan)"
tidak"dianjurkan."Sedangkan"kipas"angin"yang"berdiri"atau"diletakkan"di"meja"
dapat"mengalirkan"udara"ke"arah"tertentu,"hal"ini"dapat"berguna"untuk"PPI"TB"
bila"dipasang"pada"posisi"yang"tepat,"yaitu"dari"petugas"kesehatan"ke"arah"
pasien."
"

"
"
"
"
"
"
21
Lima Langkah Penatalaksanaan pasien Untuk Mencegah Infeksi TB Pada
Tempat Pelayanan
Langkah Kegiatan Keterangan
Pasien dengan gejala batuk segera mendapatkan
pelayanan untuk mengurangi waktu tunggu sehingga
Pemberian
orang lain tidak terpajan lebih lama. Ditempat
4. pelayanan
pelayanan terpadu TB R HIV, usahakan agar jadwal
segera
pelayanan HIV dibedakan jam atau harinya dengan
pelayanan TB atau TBRHIV
Untuk mempercepat pelayanan, pemeriksaan
diagnostik TB sebaiknya dilakukan di tempat pelayanan
Rujuk itu, tetapi bila layanan ini tidak tersedia, fasilitas perlu
untuk membina kerjasama baik dengan sentra diagnostik TB
5. investigasi/ untuk merujuk/melayani pasien dengan gejala TB
pengobatan secepat mungkin. Selain itu, fasilitas perlu mempunyai
TB kerjasama dengan sentra pengobatan TB untuk
menerima rujukan pengobatan bagi pasien
terdiagnosa TB.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK. 02.02/MENKES/305/2014

TENTANG

PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN


TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014

TENTANG

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER


DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1438/MENKES/PER/IX/2010

TENTANG

STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN


SPO disusun oleh staf medis pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang dikoordinasi oleh Komite
Medis dan ditetapkan oleh Pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
SPO harus selalu ditinjau kembali dan diperbaharui
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.
Standar Prosedur Operasional
1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib
memprakarsai penyusunan SPO sesuai dengan jenis
dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang
dipimpinnya.
2) SPO harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga
kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.
3) SPO disusun dalam bentuk panduan praktis (clinical
practice guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur
klinis (clinical pathway), algoritme, protokol, prosedur
atau standing order.
4) Panduan praktis klinis (PPK) harus memuat sekurang-
kurangnya mengenai pengertian, anamnesis,
pemeriksaan fisis, kriteria diagnosis, diagnosis banding,
pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi, prognosis, dan
kepustakaan
SPO memberikan langkah yang benar dan terbaik
berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh
sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi

Pasal 10
Permenkes 1438 / 2010

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memprakarsai


penyusunan SPO sesuai dengan jenis dan strata fasyankes yang
dipimpinnya
BENTUK SPO

Panduan praktik klinis


(Clinical Practice Guideline)
Alur klinis
(Clinical Pathways)
Algoritme
Prosedur
Protokol
Standing Orders
PENDEKATAN PENGELOLAAN PASIEN
• Diagnosis kerja
• Kondisi klinis

Standar pelayanan di RS :

Panduan Praktik Klinis


• Definisi dapat dilengkapi
• Anamnesis dengan
• Pemeriksaan fisis
Alur klinis
• Kriteria diagnosis Algoritme
• Diagnosis banding Protokol
• Pemeriksaan penunjang Prosedur
• Terapi Standing orders
• Edukasi
• Prognosis
• Kepustakaan
Djoti - Atmodjo
SASARAN V

PELAYANAN GERIATRI
SASARAN V:
PELAYANAN GERIATRI
Standar 5
Rumah sakit menyediakan pelayanan geriatri rawat jalan,
rawat inap akut dan rawat inap kronis sesuai dengan tingkat
jenis pelayanan.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 79 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN PELAYANAN GERIATRI


DI RUMAH SAKIT
Pasal 5
1) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana
2) Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap
3) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna
4) Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna
Pasal 5
1) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit
terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home care).
2) Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit
terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan
rumah (home care).
3) Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit
terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah
(home care), dan Klinik Asuhan Siang.
4) Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas
rawat jalan, Klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat
inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien
Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan
Hospice.
Elemen Penilaian Standar 5
1. Ada regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri
di rumah sakit sesuai dengan tingkat jenis layanan. (R)
2. Terbentuk dan berfungsinya tim terpadu geriatri sesuai
tingkat jenis layanan. (R,D,W)
3. Terlaksananya proses pemantauan dan evaluasi kegiatan.
(D,O,W)
4. Ada pelaporan penyelenggaraan pelayanan geriatri di
rumah sakit. (D,W)
REGULASI
PANITIA/KOMITE/TIM

Komite Medik Komite Komite Etik


Keperawatan

Komite Mutu & Komite K3 Komite PPI


KP

Komite Rekam Tim Farmasi Komite PKRS


Medis danTerapi

Tim MDGs Tim PPRA


60
Tim Terpadu Geriatri adalah
suatu tim multidisiplin yang bekerja secara
Interdisiplin untuk menangani masalah
kesehatan Lanjut Usia dengan prinsip tata
kelola pelayanan terpadu dan paripurna
dengan mendekatkan pelayanan kepada
pasien Lanjut Usia
Pasal 4
Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan
Geriatri di Rumah Sakit dibagi menjadi:

a. tingkat sederhana;
b. tingkat lengkap;
c. tingkat sempurna; dan
d. tingkat paripurna.
Standar 5.1
Rumah Sakit melakukan promosi dan edukasi sebagai
bagian dari Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia
di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based
Community Geriatric Service).
Elemen Penilaian Standar 5.1
1. Ada regulasi tentang edukasi sebagai bagian dari Pelayanan
Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah
Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service). (R)
2. Ada program PKRS terkait Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut
usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based
Community Geriatric Service). (D,W)
3. Ada leaflet atau alat bantu kegiatan (brosur, leaflet dll). (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan kegiatan. (D,O,W)
5. Ada evaluasi dan laporan kegiatan pelayanan. (D,W)
Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat
Berbasis Rumah Sakit
(Hospital Based Community Geriatric Service)

Pada pelayanan ini, rumah sakit yang telah melakukan


layanan geriatri bertugas membina warga lanjut usia yang
berada di wilayahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang
berada di wilayah kerjanya.

 “Transfer of knowledge” berupa lokakarya,


simposium, ceramah-ceramah baik kepada tenaga
kesehatan ataupun kepada awam
 harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari
layanan kesehatan yang ada di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai