Anda di halaman 1dari 10

NAMA JURNAL VOL./NO.

/BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Perbedaan Skor Shoulder Pain and Disability Index (SPADI) Pasien


Nyeri Bahu Sebelum dan Sesudah Terapi TENS dan IR di RSUD Dr
Moewardi Surakarta

Shoulder Pain and Disability Index (SPADI) Scores Difference of Patients with
Shoulder Pain Before and After TENS and IR Therapies in RSUD Dr Moewardi
Surakarta

Yosa Angga Oktama, Desy Kurniawati Tandiyo, Novianto Adi Nugroho


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRAK

Latar Belakang: Nyeri bahu merupakan kumpulan gejala nyeri, kekakuan, dan
kelemahan di daerah bahu yang dapat menyebabkan penurunan fungsi fisik. Kasus ini
termasuk satu dari tiga kasus muskuloskeletal yang paling sering. Nyeri bahu dapat
disebabkan oleh rotator cuff disorder, frozen shoulder, artritis bahu, infeksi, trauma,
dan nyeri bahu post-stroke. Derajat nyeri dan keterbatasan dalam penelitian ini
dinyatakan menggunakan Shoulder Pain and Disability Index (SPADI). Tatalaksana
kasus nyeri bahu dapat berupa terapi modalitas, yaitu: Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation (TENS) dan Infra Red (IR). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adakah perbedaan skor Shoulder Pain and Disability Index (SPADI) pasien
nyeri bahu sebelum dan sesudah terapi TENS dan IR di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto. Sampel diambil secara total
sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 responden yang merupakan pasien
nyeri bahu di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr Moewardi Surakarta. Responden
akan menerima perlakuan terapi TENS dan IR. Peneliti mengambil data SPADI
sebelum terapi dan sesudah 4 kali terapi. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t
berpasangan.

Hasil: Signifikan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hasil ini juga dipengaruhi oleh
faktor internal maupun eksternal, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan
olahraga, status gizi, dan faktor genetik. Responden terbanyak pada usia 60-69 tahun
dan sebagian besar adalah wanita.

Simpulan: Terdapat perbedaan skor SPADI pasien nyeri bahu sebelum dan sesudah
terapi TENS dan IR. Terapi TENS dan IR efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan
keterbatasan pasien nyeri bahu di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr Moewardi
Surakarta.

Kata kunci: Shoulder Pain and Disability Index (SPADI), TENS, IR, nyeri bahu

1
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

ABSTRACT

Introduction: Shoulder pain is the association between pain, stiffness, and weakness of
the shoulder that downgrades the physical function. This case is one of the three most
often musculoskeletal problems. Shoulder pain can be caused by rotator cuff disorder,
frozen shoulder, shoulder arthritis, infection, trauma, and post-stroke shoulder pain.
The degree of pain and disability was measured by Shoulder Pain and Disability Index
(SPADI). Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) and Infra Red (IR)
therapies are used as modality therapy to be carried out dealing with these symptoms.
This research aimed to observe whether there was any difference of Shoulder Pain and
Disability Index (SPADI) scores of patients with shoulder pain before and after TENS
and IR therapies in RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Methods: This was an ex-post facto research with pretest and posttest group
approachment. Samples were taken by total sampling. Respondents were 30 patients
with shoulder pain in Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr Moewardi Surakarta who
would receive TENS and IR therapies. SPADI was measured before treatment and after
the fourth time treatment. Data were analyzed by using paired t-test.

Results: Significant with the value of p = 0.000 (p < 0.05). This was also influenced by
internal and external factors, such as age, sex, profession, exercise habits, nutritional
status, and genetic factors. Most respondents were women and at the age of 60-69
years.

Conclusions: There was significant difference between the SPADI scores before and
after TENS and IR therapies of patients with shoulder pain. TENS and IR therapies
were effective in reducing pain and disability of patients with shoulder pain in Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Keywords: Shoulder Pain and Disability Index (SPADI), TENS, IR, Shoulder Pain

2
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

PENDAHULUAN Selain terapi farmakologis dengan


Nyeri bahu merupakan kumpulan AINS dan kortikosteroid, terapi modalitas
gejala nyeri, kekakuan, dan kelemahan di yang dapat digunakan untuk menangani
daerah bahu yang dapat menyebabkan kasus ini, antara lain yaitu
penurunan fungsi fisik. Kasus ini Transcutaneous Electrical Nerve
termasuk satu dari tiga kasus Stimulation (TENS) yang bekerja dengan
muskuloskeletal yang paling sering. Nyeri memblok gerbang kontrol nyeri,
bahu dapat disebabkan oleh rotator cuff melepaskan opioid endogen, dan
disorder, frozen shoulder, artritis bahu, mengubah persepsi otak terhadap nyeri
infeksi, trauma, dan nyeri bahu post- dengan meningkatkan ambang nyeri dan
stroke. Angka prevalensi nyeri bahu antara Infra Red (IR) yang menstimulasi
16-26% dengan penderita wanita lebih vasodilatasi pembuluh darah sehingga
banyak dibandingkan pria. Usia 40-70 suplai nutrisi dan oksigen jaringan
tahun lebih rentan mengalami nyeri bahu. meningkat (5,6).
Setiap tahun terdapat 1% orang dewasa Perlu adanya penilaian terhadap
datang dengan kasus nyeri bahu baru (1). nyeri dan kemampuan pasien dalam
Burbank et al. (2) menyatakan bahwa 20% melakukan aktivitas guna menilai
pasien dengan nyeri bahu akan mengalami efektivitas terapi TENS dan IR, kualitas
nyeri berulang seumur hidupnya. hidup, dan tatalaksana lebih lanjut
Gerakan bahu yang terganggu akan penderita nyeri bahu. Dalam penilitian ini,
mempengaruhi kemampuan seseorang peneliti menggunakan kuesioner Shoulder
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Pain and Disability Index (SPADI) yang
seperti makan, berpakaian, mandi, dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat
bekerja. Dengan demikian nyeri, nyeri dan keterbatasan pasien nyeri bahu.
kekakuan, dan kelemahan tersebut akan Dengan sensitifitas dan spesifisitas yang
menimbulkan ketidakmampuan menetap tinggi, SPADI dapat digunakan sebagai
yang berimbas pada turunnya kualitas evaluasi terapi (7).
hidup dan kemampuan pasien menjalani Berdasarkan data di atas, peneliti
aktivitas harian. Nyeri berat dan berulang, ingin membuktikan adakah perbedaan
serta nyeri yang menjalar sampai ke leher skor Shoulder Pain and Disability Index
sangat berkaitan dengan prognosis buruk (SPADI) pasien nyeri bahu sebelum dan
(3,4). sesudah terapi TENS dan IR di RSUD Dr
Moewardi Surakarta.

3
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

SUBJEK DAN METODE keganasan, trauma, dislokasi sendi, dan


Penelitian ini merupakan penelitian nyeri bahu post-stroke, kontra indikasi
ex-post facto. Metode yang digunakan terapi TENS dan IR (misalnya wanita
dalam penelitian ini adalah eksperimental hamil, menderita tumor, memiliki
dengan pendekatan pretest dan posttest gangguan sirkulasi darah, dan
group without control. Penelitian ini menggunakan alat pacu jantung),
dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik responden tidak mengisi kuesioner secara
RSUD Dr Moewardi Surakarta. Waktu lengkap, menjalani terapi minimal 1 bulan
penelitian dilaksanakan bulan September sebelum dilakukan penelitian (periode
2016 hingga Oktober 2016. washout).
Populasi dalam penelitian ini adalah Variabel bebas dalam penelitian ini
pasien nyeri bahu di Instalasi Rehabilitasi adalah TENS dan IR, sedangkan variabel
Medik RSUD Dr Moewardi Surakarta. terikanya adalah Shoulder Pain and
Dalam penelitian ini digunakan 30 sampel Disability Index (SPADI). Variabel luar
pasien nyeri bahu yang mendapat terapi penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
TENS dan IR sesuai aturan rule of thumb Indeks Massa Tubuh (IMT), aktivitas fisik
(8). Teknik sampling dalam penelitian sehari-hari, penggunaan AINS dan
menggunakan teknik total sampling, yaitu kortikosteroid, dan gaya hidup.
pemilihan subjek berdasarkan kriteria Uji normalitas data menggunakan
inklusi dan eksklusi, dimana jumlah Saphiro-Wilk kemudian dianalisis
sampel sama dengan populasi (9). menggunakan uji-t berpasangan. Hasil
Kriteria inklusi penelitian ini adalah penelitian dengan p < 0,05 menunjukan
usia ≥ 40 tahun, memiliki keluhan nyeri bahwa perbedaan signifikan atau
bahu, didiagnosis oleh dokter spesialis bermakna.
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi sebagai
nyeri bahu rotator cuff disorder atau HASIL
Subjek penelitian ini berjumlah 30
glenohumeral disorder, tidak sedang
responden nyeri bahu yang telah
dalam fase akut (minimal lebih dari 7
menjalani terapi TENS dan IR dan
hari), menjalani terapi TENS dan IR di
diambil data pretest dan posttest SPADI.
RSUD Dr Moewardi Surakarta, dan
Hasil penelitian tersebut disajikan dalam
bersedia menjalani penelitian dengan
bentuk tabel sebagai berikut:
sukarela sampai akhir. Sedangkan kriteria
ekslusinya adalah nyeri bahu akibat
Tabel 1 Statistik Deskriptif

4
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Nilai SPADI (mean) Pretest- 50,96 63,61 0,000


Pretest posttest Δ posttest
Nyeri 29,47 23,4 6,3 SPADI
SPADI
Keterbatasan 35,97 28,73 7,24
SPADI

SPADI 65,43 52,13 13,3

Tabel 2. Karakteristik Responden

Variabel N %
Usia
PEMBAHASAN
40-49 3 10 Data hasil penelitian pada tabel 1
50-59 3 10
60-69 16 53,3 menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri
≥ 70 8 26,7 SPADI, keterbatasan SPADI, dan SPADI
jenis kelamin
Pria 10 33,3 menurun setelah dilakukan terapi TENS
Wanita 20 66,7
dan IR selama 4 kali. Meskipun secara
IMT
< 18,5 2 3,3 keseluruhan menurun, namun tidak semua
18,5-22,9 13 23,3 pasien mengalami penurunan skor SPADI.
23,0-24,9 5 16,7
25-29,9 9 26,7 Ada beberapa responden dengan skor
≥ 30 1 0
Pekerjaan SPADI tetap atau bahkan meningkat. Hal
Pensiunan 23 76,7
PNS 2 6,7 ini disebabkan oleh berbagai faktor
Wiraswasta 1 3,3
Buruh 2 6,7 internal maupun eksternal yang akan
Ibu rumah tangga 2 6,7 dibahas di bawah ini.
Kebiasaan
Usia sangat berperan dalam
Olahraga
Tidak 7 23,3 sebagian besar kasus nyeri bahu.
Ya (< 3x 12 40
seminggu) Osteoartritis (OA) bahu yang merupakan
Ya (> 3x 11 36,7
seminggu)
penyakit degeneratif juga sangat
Ya Tidak dipengaruhi oleh usia. Penyakit ini sering
riwayat penyakit ditemukan pada usia dekade 4-6
4 (13,3%) 26 (86,7%)
keluarga
kehidupan. Sifat kronik dan progresif

Tabel 3. Hasil analisis uji-t berpasangan membuat nyeri dan keterbatasan gerak

95% Interval
bahu yang dirasakan meningkat seiring
Confidence berjalannya waktu. Demikian pula
Lower Upper Sig. (2-
penyakit adhesive capsulitis atau yang
tailed)
sering disebut frozen shoulder. Peneliti

5
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

mendapatkan sebagian besar responden terjadi penurunan jumlah estrogen, maka


nyeri bahu yang ada di RSUD Dr jumlah IL-1 dan osteoklas akan meningkat
Moewardi adalah pasien frozen shoulder. dan terjadi ketidakseimbangan dengan
Rangan et al. (10) menyatakan bahwa osteoblas yang berperan aktif dalam bone
umur sangat mempengaruhi frozen remodeling. Akibatnya akan terjadi
shoulder. Frozen shoulder sering destruksi tulang yang berlebihan dan
ditemukan pada usia lebih dari 50 tahun menyebabkan berbagai gangguan sistem
(11). muskuloskeletal (14). Studi oleh Xiao et
Usia tua sering dikaitkan dengan
al. (15) menyatakan bahwa estrogen
berbagai gangguan dalam tubuh, salah
berperan penting dalam menghambat
satunya pada persendian. Penurunan
progresivitas OA. Penelitian tersebut juga
sekresi cairan sendi banyak ditemukan
mengungkapkan bahwa prevalensi OA
pada individu lanjut usia. Kartilago sendi
meningkat pada wanita pasca menopause.
merupakan jaringan avaskuler, cairan Terdapat hubungan antara IMT dan
sendi berfungsi menutrisi kartilago sendi kejadian nyeri bahu. Gandhi et al. (16)
dan melindungi dari gesekan dan tekanan dalam penelitiannya menjelaskan OA
yang berlebih. Apabila hal ini terjadi bahu pada individu dengan obesitas
secara kronis, maka matriks sendi akan dimediasi oleh faktor adipokin, seperti:
semakin menipis. Selain itu, kurangnya leptin, adiponektin, dan resistin. Leptin
nutrisi akan menyebabkan sel kondrosit dan resistin memiliki efek proinflamasi
yang berperan untuk regenerasi banyak yang sangat kuat. Dari ketiganya, leptin
yang mengalami apoptosis (12,13). merupakan yang paling berhubungan
Prevalensi nyeri bahu wanita lebih
terhadap patofisiologi OA bahu. Leptin
banyak daripada pria. Faktor hormonal,
dapat menginduksi produksi dari IL-1,
yaitu estrogen sangat berperan dalam hal
matrix metalloproteinase-13 (MMP-13),
ini. Wanita yang telah menopause akan
dan MMP-9 yang berefek signifikan
mengalami penurunan kadar estrogen
terhadap efek katabolik dari metabolisme
yang sangat signifikan. Pria baru akan
kondrosit. Adiponektin berperan dalam
mengalami penurunan estrogen yang
destruksi kartilago sendi melalui produksi
bermakna pada usia lebih dari 60 tahun.
dari IL-6 dan MMP-6. Selain itu,
Estrogen berfungsi dalam mengatur
adiponektin juga menginduksi produksi
berbagai sitokin dalam tubuh, khususnya
nitric oxide synthase type II (NOS2),
IL-1, osteoblas, dan osteoklas. Apabila
MMP-9 and monocyte chemoattractant

6
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

protein-1 (MCP-1). Nitric oxide (NO) dan Hidayah (20) di Semarang tentang
yang dihasilkan NOS2 berfungsi untuk pengaruh senam terhadap intensitas nyeri
mengontrol fungsi kartilago, apoptosis frozen shoulder didapatkan hasil
kondrosit, dan degradasi matriks signifikan dengan nilai p = 0,000.
ekstraseluler. Hasil dari penelitian tersebut Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh
signifikan, dimana terdapat leptin, senam bahu terhadap intensitas nyeri dan
adiponektin, dan resistin yang cukup kemampuan kemandirian aktivitas
tinggi pada individu dengan obesitas. fungsional pada penderita frozen shoulder.
Hasil regresi menunjukkan bahwa jenis Penurunan nyeri yang terjadi berhubungan
kelamin perempuan dan IMT berlebih dengan meningkatnya sirkulasi darah ke
adalah prediktor dari tingkat leptin yang jaringan dan berkurangnya spasme otot.
lebih tinggi (17). Latihan bahu, terutama senam secara
Mayoritas responden adalah
teratur, akurat, dan rutin juga akan
pensiunan, artinya aktivitas fisik sudah
meningkatkan cairan sinovial yang
banyak berkurang. Kurangnya aktivitas
menutrisi kartilago sendi dan mencegah
fisik menyebabkan kekakuan, kelemahan
cidera sendi.
otot, dan berkurangnya suplai oksigen ke Faktor genetik berperan penting
jaringan. Hal ini merupakan faktor dalam kasus nyeri bahu dibuktikan secara
predisposisi dari frozen shoulder. Namun, kuat oleh penelitian Hakim et al. (21).
pekerjaan yang menggunakan lengan Individu berisiko 2-3 kali menderita nyeri
secara berlebihan juga bisa menyebabkan bahu jika keluarganya menderita penyakit
OA akibat pembebanan yang berlebihan, yang sama. Faktor genetik yang
seperti buruh angkut. Penelitian oleh diturunkan ini meliputi: struktur saraf,
Fanavoll et al. (18) didapatkan hasil panjang tendon, kekuatan ligamen,
bahwa nyeri bahu akibat kerja lebih ekspresi sitokin, serta metabolisme fibrin
banyak dijumpai pada pria daripada dan serabut kolagen. Interaksi genetik dan
wanita. lingkungan sangat erat kaitannya dalam
Lin et al. (19) mengungkapkan
patofisiologi nyeri bahu. Meskipun
bahwa olahraga sangat penting untuk
seorang individu mempunyai faktor risiko
pasien nyeri bahu. Olahraga dapat
tinggi karena riwayat keluarga, apabila
menurunkan rasa nyeri karena dapat
memiliki gaya hidup yang baik, maka
merelaksasi otot dan dapat meningkatkan
individu tersebut tidak akan menderita
luas gerak sendi bahu. Penelitian Mutaqin
nyeri bahu.

7
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

Dari hasil analisis data penelitian,


didapatkan nilai p = 0,000, sehingga H0
SIMPULAN
yang berbunyi “tidak ada perbedaan skor Hasil penelitian terhadap 30
Shoulder Pain and Disability Index responden nyeri bahu di Instalasi
(SPADI) pasien nyeri bahu sebelum dan Rehabilitasi Medik RSUD Dr Moewardi
sesudah terapi TENS dan IR di RSUD Dr Surakarta menunjukkan bahwa terdapat
Moewardi Surakarta” ditolak. H1 yang perbedaan skor Shoulder Pain and
berbunnyi “ada perbedaan skor Shoulder Disability Index (SPADI) pasien nyeri
Pain and Disability Index (SPADI) pasien bahu sebelum dan sesudah terapi TENS
nyeri bahu sebelum dan sesudah terapi dan IR. Terapi TENS dan IR efektif dalam
TENS dan IR di RSUD Dr Moewardi mengurangi rasa nyeri dan keterbatasan
Surakarta” diterima. pasien nyeri bahu di Instalasi Rehabilitasi
Kelemahan dari penelitian ini adalah
Medik RSUD Dr Moewardi Surakarta.
tidak semua variabel perancu dapat
dikontrol oleh peneliti, seperti: pemakaian
SARAN
kortikosteroid dan analgesik, gaya hidup
Penelitian ini diharapkan dapat
meliputi aktivitas fisik, merokok, dan
digunakan sebagai bahan acuan untuk
IMT, serta riwayat penyakit seperti
penelitian lebih lanjut mengenai
diabetes melitus yang mempengaruhi
penatalaksanaan rehabilitasi medik pasien
efektivitas terapi TENS dan IR. Peneliti
nyeri bahu dan dapat memberikan
juga sulit membagi waktu antara kegiatan
informasi mengenai efektivitas terapi
akademis kuliah dengan pengambilan
TENS dan IR dalam tatalaksana pasien
sampel. Peneliti tidak dapat mengambil
nyeri bahu. Sebaiknya dilakukan
sampel setiap hari, sehingga banyak
penelitian lebih lanjut dengan jumlah
pasien yang terlewat dan tidak didata.
sampel yang lebih besar, wilayah yang
Selain itu, waktu untuk penelitian ini
lebih luas, waktu yang lebih lama, dan
terbatas. Peneliti hanya dapat mengambil
dapat menghilangkan faktor-faktor
data responden selama sebulan dan hanya
perancu, seperti pemakaian kortikosteroid
dapat memantau terapi selama 4 kali
dan analgesik, gaya hidup meliputi
terapi. Penelitian ini subyektif karena
aktivitas fisik, merokok, dan IMT, dan
responden sangat mungkin memiliki
riwayat penyakit seperti diabetes melitus.
perbedaan persepsi terhadap kuesioner
Dalam pengambilan sampel sebaiknya
SPADI.

8
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

peneliti mengatur waktu yang sesuai agar dari:URL:http://orthoinfo.aaos.org/top


ic.cfm?topic=A00649.
dapat menghimpun semua pasien tanpa
ada yang terlewat. 6. Samuel SR, Maiya AG, Varghese N.
Effectiveness of transcutaneous
electrical nerve stimulation as a
UCAPAN TERIMA KASIH
supplement to multimodal analgesia
Peneliti juga mengucapkan for acute post-operative pain following
terimakasih kepada Dr. Noer Rachma, dr., abdominal surgery. Indian Journal of
Anaesthesia 2016; 60 (2): 151-2.
Sp. KFR, bagian skripsi FK UNS,
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr 7. Breckenridge JD dan McAuley JH.
Shoulder pain and disability index
Moewardi Surakarta, dan semua pihak (SPADI). Journal of Physiotherapy:
yang membantu penelitian ini. Australian Physiotherapy Association
2011; 57: 197
DAFTAR PUSTAKA 8. Murti B. Desain dan ukuran sampel
untuk penelitian kuantitatif dan
1. Murphy RJ, Carr AJ. Musculoskeletal kualitatif di bidang kesehatan.
disorders: shoulder pain. Clinical Yogyakarta: UGM Press; 2006.
Evidence BMJ 2009; 07: 1107.
9. Taufiqurrahman A. Metodologi
2. Burbank KM, Stevenson JH, penelitian kedokteran dan kesehatan.
Czarnecki GR, Dorfman J. Chronic Klaten: CSGF; 2008.
shoulder pain: part II treatment [serial
online] 2008 [cited 2008 February 10. Rangan Amar, Goodchild L, Gibson
15] ; 77(4):493-497. Diunduh Jo, Brownson P, Thomas M, Rees J,
dari:URL:http://www.aafp.org/afp/200 Kulkarni R. Frozen shoulder. Shoulder
8/0215/p493.html. Elbow 2015; 7(4): 299–307.
3. Pope DP, Croft PR, Pritchard CM, 11. Rasjad C. Pengantar bedah ortopedi:
Silman AJ. Prevalence of shoulder frozen shoulder. Jakarta: PT. Yarsif
pain in the community: the influence Watampone; 2012: 209-10.
of case definition. Annals of the
Rheumatic Diseases 1997; 56: 308– 12. Millet PJ, Gobezie R, Boykin RE.
12. Shoulder osteoarthritis: diagnosis and
management. American Family
4. Mitchell C, Adebajo A, Hay E, Carr A. Physician 2008; 78(5): 605-11.
Shoulder pain: diagnosis and
management in primary care. BMJ
2005; 331: 1124-8. 13. Sharma S, Baerheim A, Moe-Nilssen
R, Kvale A. Adhesive capsulitis of the
5. American Academy of Orthopaedic shoulder, treatment with
Surgeons (AAOS). Alternative corticosteroid, corticosteroid with
methods to help manage pain after distension or treatment-as-usual; a
orthopaedic surgery. [serial online] randomised controlled trial in primary
2011 [cited 2011 October]. Diunduh

9
NAMA JURNAL VOL./NO./BULAN/TAHUN (DIKOSONGKAN)

care. BMC Musculoskeletal Disorders pasien frozen shoulder. Jurnal Terpadu


2016; 17:232. Ilmu Kesehatan 2016; 5 (1): 46-51.

14. Price dan Wilson LM. Patofisiologi: 21. Hakim AJ, Cherkas LF, Spector TD,
konsep klinis proses-proses penyakit. MacGregor AJ. Genetic associations
Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006: between frozen shoulder and tennis
1063-9. elbow: a female twin study.
Rheumatology 2002; 42(6): 739–742.
15. Xiao P, Tian F, Dai M, Wang W, Shao
L, Zhang L. Are estrogen-related
drugs new alternatives for the
management of osteoarthritis. Arthritis
Research & Therapy 2016; 18:151.

16. Gandhi R, Takahashi M, Rizek R,


Dessouki O, Mahomed NN. Obesity-
related adipokines and shoulder
osteoarthritis. The Journal of
Rheumatology 2012; 39(10): 2046-8.

17. Marshall WG, Bockstahler BA, Hulse


DA, Carmichael S. A review of
osteoarthritis and obesity: current
understanding of the relationship and
benefit of obesity treatment and
prevention in the dog. Vet Comp
Orthop Traumatol 2009; 5: 339-45.

18. Fanavoll R, Nilsen TI, Holtermann A,


Mork PJ. Psychosocial work stress,
leisure time physical exercise and the
risk of chronic pain in the
neck/shoulders: longitudinal data from
the Norwegian HUNT study. Int J
Occup Med Environ Health. 2016;
29(4): 585-95.

19. Lin HC, Chiang SY, Kan YC. An


activity recognition model using
inertial sensor nodes in a wireless
sensor network for frozen shoulder
rehabilitation exercises. Sensors
(Basel) 2015; 15(1): 2181–2204.

20. Mutaqin Wawan R dan Hidayah Ninik


N. Pengaruh senam bahu terhadap
intensitas nyeri dan kemampuan
kemandirian aktivitas fungsional pada

10

Anda mungkin juga menyukai