Anda di halaman 1dari 39

1.

Gangguan Saraf karena Defisiensi Vitamin B

Defisiensi vitamin B1 (Thiamin)


Sinonim : Beri Beri (tidak mampu jalan)

Bila defisiensi vitamin B1 itu terjadi dengan


a. Akut dan secara total maka akan terjadi ensefalopati hemoragik superior (Wernicke)
b. Cepat, sesaat dan berbarengan dengan latihan fisik yang berat (kerja berat), maka akan
timbul beri beri jantung
c. Lambat, sedang sedang dan tidak secara terus menerus maka akan timbul beri beri kering
dan beri beri basah

Gambaran klinis
1. Beri beri basah memperligatkan, edema kaki, asites dan lain
2. Beri beri kering memperlihatkan polineuropati
3. Beri beri jantung memperlihatkan gagal jantung kongestif

Polineuropati akibat defisiensi B1


1. Penyakit mulai secara subakut dan tidak jarang penyakit ini mulai sesudah penderita
mendapat suatu penyakit panas
2. Saraf saraf tepi dikenai secara simetris
3. Gejala gejala yang tampak adalah
 Paralise
 Hipertensi
 Atrofi
 Reflex reflex yang negative
 Gangguan sensibilitas (missal raba, suhu, nyeri, propoiseptif) tetapi bila ditusuk
mungkin terasa nyeri sekali (hipertesia)
4. Secara simetris tenaga dari tungkai dan lengan menurun sehingga tampaklah “fppt drop”
dan “wrist drop”
5. Kelumpuhan pada otot otot anggota tubuh distal lebih keras dari pada dibagian proksimal

Diagnosa bisa ditegakkan bila dapat diperlihatkan:


1. Penyakit kelumpuhan yang dimulai secara subakut
2. Kelumpuhan bersifat :
a. Paraparese flaksid (lemah)
b. Simetris
c. Otot otot bagian distal dari anggota tubuh lebih keras lumpuhnya daripada otot bagian
proksimal
d. Gangguan sensibilitas dalam semua kualitas
e. Nyeri pijat pada betis dan nyeri tekan pada saraf tepi
f. Makanan : beras slip tanpa lauk pauk lain ( hanya karbohidrat tanpa ada sumber lain)
g. Pekerjaan : mengeluarkan tenaga yang banyak
Pengobatan
1. Banyak istirahat
2. Makanan harus mengandung protein yang banyak
3. Vitamin B1 (thiamin) (25mg/tab dari 150mg/amp), dosis 100mg/hari secara injeksi sc atau
im selama beberapa hari sampai terdapat perbaikan setelah itu diberikan dosis 25-
100mg/hari
4. Dapat pula diberikan masase dan elektroterapi

Defisiensi vitamin B kompleks


a. Defisiensi niasin (B3) (Pellagra)
Gejala gejala yang dapat tampak adalah
1. Depresi yang dapat berkembang menjadi mental dullness
2. Diare
3. Dermatitis
b. Defisinesi peridoksin (Vitamin B6)
Gejala gejala yang dapat tampak adalah
1. Polineuropati (dapat timbul pada penderita yang lama meminum INH)
2. Defisiensi vitamin B6 pada bayi dapat menimbulkan bangkitan epilepsi

Defisiensi vitamin B12(Cynaocobalamin)


Gejala gejala yang dapat tampak adalah
1. Parestesi pada kaki
2. Pelupa, disorientasi dan halusinasi
3. Gangguan perasa propioseptif
4. Paraparese flaksid yang kemudian berubah menjadi paraparese spastic dengan hiperfleksi
dan babinski positif

Pengobatan
Vitamin B kompleks
Kasus yang akut : 1 ampul perhari dan bila terdapat perbaikan maka dapat diberikan secara IM
 1 ampul 2-3 kali dalam seminggu
 3x1forte drug perhari P O
Atau pengobatan sesuai dengan jenis defisiensi contoh
a. Defisiensi niacin
Niacin yang diberikan secara IV/ IM/ SC/ Peroral dimana dosis di titrasi (dinaikan
bertahan) sampai efek terapi tercapai dengan dosis maksimal. Perhari 10mg/kgBB

Sediaan : tablet : 25, 50, 100, 250 dan 500 mg


Injeksi : 100 mg/ml

b. Defisiensi piridoksin
Untuk drug induced reaksitis dapat diberikan
Piridoksin Hcl : 100-200 mg/ hari dosis tunggal baik secara IV,IM maupun PO. Dosis lain
: 20-100 mg/hari
Sediaan : tablet : 25, 50, 100 mg.
Injeksi : 50 mg/ml, 100 mg/ml
c. Defisiensi cyanocobalamin (25, 50, 100, 250, 500, 1000 mg/tab)
Dosis
 Minimal 100mg/ hari selama 10-15 hari kemudian 1-2 x seminggu untuk beberapa
bulan (anak)
 500 mg atau lebih secara PO atau IM 1-2x Seminggu sampai remis tercapai (sediaan
injeksi : 100/ml atau 500mg/tab)
 Minimal 30 mg/ hari untuk 10-15 hari kemudian 100-200 mg/bulan (untuk dewasa)
2.Epilepsi

Definisi : manifestasi klinis yang serupa dan berulang serta paroksimal yang disebabkan oleh
hiperaktivitas listrik (lepasnya muatan listrik berlebihan) sekelompok sel saraf di otak yang
spontan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.

Pembagian epilepsy
1. Epilepsy primer yaitu epilepsy yaitu tidak diketahui penyebabnya
2. Epilepsy sekunder yaitu epilepsy yang diketahui penyebab dari bangkitan epilepsinya
a. Penyebabnya yang terletak intracranial
 Kerusakan pada ssp bayi, sewaktu persalinan seperti misalnya karena anoksia,
perdarahan, immaturitas dsb
 Anomaly congenital
 Sisa cacat bekas meningitis atau ensefalitis
 Atrofi korteks serebri bekas ensefalomalasia
 Sisa cacat bekas trauma capitis
 Tumor serebri
 Arteri venous malformation
b. Penyebabnya yang terletak ekstrakranial
 Anoksia
 Kremi
 Gangguan endokrin missal hipoglikemia dan hipokalsemia
 Keracunan missal alcohol diedrin dan antidepresan

Indikasi pemberian obat antiepilepsi


1. Bangkitan epilepsy ≥ 2x dalam setahun
2. Bangkitan pertama langsung diberi obat bila
a. Gambaran eeg sesuai untuk epilepsy
b. Didapatkan kelainan otak pada pemeriksaan radiologis
c. Dijumpai kelainan neurologis yang sesuai dengan gangguan kerusakan otak
d. Orang tua untuk saudara kandungnya menderita epilepsy
e. Perihal menderita infeksi otak atau cedera otak (kepala)
f. Sedang menderita infeksi otak akut/ aktif
g. Berupa status epileptikus

Prinsip pengobatan
a. Obat sesuai jenis epileptikus
b. Pengobatan harus dari dosis terendah dan di naikkan ke dosis yang diperlukan untuk
mempertahankan terapeutic plasma level
c. Obat diupayakan tunggal. Bila antikonvulsan kedua di tambahkan maka plasma level kedua
obat harus dipantau sebab obat kedua dapat merubah yang pertama missal
Fenobarbital Fenitoin

Fenitoin Fenobarbital

d. Dosis minimal yang efektif


e. Bila kombinasi 2 anti konvulsan tidak berhasil dan yang 3 hendak dipakai maka salah satu
dari anti konvulsan sebelumnya harus ditarik.

Grand Mal Epilepsi


 Gejala prodroma seperti lekas marah bisa ada dan bisa tidak dapat terjadi beberapa jam
atau beberapa hari sebelum bangkitan umum tersebut terjadi
 Mungkin tampak miokloni yang dapat berlngsung terus sampai berhari hari sampai
bangkitan umum mulai
 Aura sering tampak dan bila ada maka dapat berupa
a. Rasa tidak enak di ulu hati
b. Rasa pening
c. Vertigo epileptika (seolah olah sekitarnya menjadi terputus)
 Bangkitan terjadi sekonyong konyong dengan suatu teriakan, penderita jatuh pingsan.
Kepala berputar kesamping untuk kebelakang.
 Seluruh otot tubuh ada dalam kontraksi tonik (Fase Tonik)
 Sesudah beberapa saat (beberapa detik- maksimal 30 detik) terjadi kejang klonik (Fase
klonik) yang biasanya terjadi sinkrom dikedua sisi tubuh
 Biasanya tangan dalam keadaan fleksi sedngkan kaki dalam keadaan ekstensi
 Lidah dapat tergigit dan mulut tampak berbuih
 Tidak jarang terjadi inkontinensia lesine atau alui
 Fase kejang klonik kemudian disusul fase kma (koma epileptika)
 Kemudian penderita berangsur angsur siuman, mula mula penderita soponeus, terdapat
disoreientasi dan otomatisme yaitu gerakan gerakan tanpa tujuan tertentu.
 Setelah siuman tampak amnesia retrosigned walaupun prodromanya masih dapat diingat
 Tidak jarang penderita mengeluh sakit kepala
 Bisa terjadi Toods paralyse yaitu hemiplegia post konvulsi.

Petit Mal Epilepsi


 Biasa pada anak anak
 Akan tampak adanya absence (lena) yang berlangsung beberapa detik
 Pada waktu itu muka penderita menjadi pucat, mata memandang ke suatu tempat
 Bila ia sedang berbicara maka dapat terjadi ia berhenti ditengah suatu kalimat dsb.
 Penderita tak jatuh
 Setelah beberapa detik, penderita siuman kembali seolah olah tidak terjadi apa aoa.
Psikomotor Epilepsi
(Epilepsi Lobus Temporalis)
 Memperlihatkan gejala gejala gangguan jiwa seperti ilusi, halusinasi, waham sehingga
sepertinya penderita adalah seorang paranoid.
 Mungkin pula ada gejala dejavu (merasa sudah pernah melihat) atau jamaksvue (tidak
pernah lihat), penderita ungkin pula menjadi agresif.
 Tidak jarang penderita memperlihatkan sejak otomatis membuka bajunya, mengusap usap
mulutnya, berjalan jalan yang intinya melakukan gerakan gerakan tanpa tujuan dan tidak
disadari.
 Kesadaran penderita waktu itu adalah berubah (dreamy state)
 Bangkitan terjadi disertai rasa nyeri di ulu hati.

Epilepsi Jackson
 Bangkitan epilepsy terjadi secara unilateral
 Bangkitan bersifat kejang ritmus (klonus) pada salah satu anggota tubuh yang kemudian
dapat menjalar ke bagian tubuh lain
 Sering terlihat bangkitan kejang dimulai di ibu jari atau di jari telunjuk dari satu tangan
yang kemudian dapat menjalar ke bibir dan kelopak mata disisi yang sama
 Bangkitan dapat menjalan ke seluruh tubuh dan menjadi bangkitan umum. Tetapi biasanya
bangkitan tetap tinggal terbatas pada satu anggota tubuh.
 Kesadaran penderita tetap baik

Epilepsi Akinetik
 Tonus otot sekonyong konyong hilang sehingga penderita maka terjatuh
 Tetapi segera tonus kembali pulih lagi
 Kesadaran penderita tetap tidak

Epilepsi Mioklonik
 Kontraksi kasar seperti kejutan, singkat, tidak berulang dari otot/ group otot
 Keadaan ini biasanya bergabung dengan bentuk bentuk epilepsy umumnya terutama
sindroma lennox-gastraut yang terdiri dari
a. Absence
b. Bangkitan akinetik
c. Bangkitan mioklonik
 Mioklonus bisa meleparkan benda dari tangan pasien atau sesekali melemparkan pasien ke
tanah
Infantile Spasme (heest syndrome)
 Timbul untuk pertama kali pada usia yang sangat muda (umum 3 bulan – 7 bulan)
 Dapat mulai dengan bangkitan mengangguk angguk yaitu tubuh si anak digerakkan ke
depan dan kebelakang, sedngkan tangannya diangkat dan diturunkannya yang bila
dipandang sepintas menyerupai gerakan gerakan waktu sembahyang
Salam epilepsy
 Bangkitan ini dapat timbul setiap hari, bahkan dapat beberapa kali dalam sehari yang
sewaktu waktu dapat disusul pula oleh bangkitan grand mal
 Kecerdasan penderita biasanya subnormal

Pengobatan
a. Priridoksin (50-100 mg/hari)
b. Kortikotropin (ACTH) 5-160 unit/KgBB/Hari/IM
Dapat mencegah progresivitas infantile spasm dengan hasil cukup memuaskan
ACTH digunakan selama 1 minggu- 12 bulan

Pengobatan Epilepsi
Obat obat antikonvulsan yang dapat digunakan
1. Fenobarbital (luminal) sediaan 8, 15, 30, 60, 100 mg/tab
Dosis 100-300 mg perhari dibagi dalam 3 dosis

Pada anak dosis pemeliharaannya disesuaikan dengan BB yaitu


Untuk Neonatus : 3-4 mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis
: 5-6 mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis
: 1-3 mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis
Dosis untuk menghentikan kejang : 15-20 mg/KgBB/Dosis

Cara penghentian fenobarbital harus bertahap misalnya dengan menurunkan dosis secara
perlahan setiap 5 hari untuk mencegah timbulnya status epileptikus

2. Difenilhidantoin (fenitoin) sediaan : 30 mg : 100 mg/ caps


Indikasi : mencegah bangkitan epilepsy grandma dan epilepsy psikomotor (khasiat nampak
setelah 4-5 hari pemberian obat)

Dosis untuk neonatus : 5 mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis


Anak usia 0,5-6 thn : 8-10mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis
Anak usia 7-9 thn : 6-8mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis
Anak usia 10-16 thn : 6-7mg/KgBB/Hari dibagi 1-2 dosis

Dosis Untuk dewasa : 300-600mg/Hari dibagi 1-2 dosis


Efek samping fenitoin :
1. Vertigo
2. Nistagmus
3. Ataksia
4. Hyperplasia gusi efek samping akan hilang bila terapi dihentikan
5. Hirgutisme
6. Akne
7. Iritasi lambung
8. Diskrasia (jarang)

3. Diazepam (valium)
Indikasi : status epileptikus

Dosis untuk infant dan anak anak


IV : 0,05-0,3 mg/KgBB/ dosis diberikan secara perlahan selama 2-3 menit dan dapat
diulangi setip 30 menit bila perlu (Dosis total maksimum 5-10mg)

Dosis untuk dewasa


IV : 5-10 mg setiap setiap 30 menit (dosis total maksimal dalam 8 jam : 30 mg)

4. Carbamazepin (Tegretal)
Indikasi : - epilepsy grandmal
- Epilepsy psikomotor
Sediaan 200mg/tablet

Dosis untuk usia < 6 tahun


Dosis awal : 5 mg/KgBB/Hari dibagi dalam 2-4 dosis dapat ditingkatkan 5 mg/KgBB
setiap 5-7 hari bila diperlukan (sampai level terapi)

Dosis untuk usia 6-12 tahun


Dosis awal : 10 mg/KgBB/ Hari dibagi dalam 2-4 dosis dapat ditingkatkan 100 mg atau
5 mg/KgBB setiap 5-7 hari sampai level terapi

Dosis untuk dewasa


Dosis awal : 2x200 mg sehari dan dapat di tingkatkan 200 mg setiap 7 hari sampai level
terap tercapai (DOsis Umum : 1600-2400 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis)

5. Klonazepam→ sediaan : 0,5 mg, 1 mg, 2 mg/ tablet


Indikasi : - petit mal epilepsy
- epilepsy akinetik
- epilepsy mioklonik
Dosis untuk anak : 0,01-0,03 mg/KgBB/Hari dibagi 2-3 dosis (maksimal : 0,05
mg/KgBB/Hari
Dosis untuk dewasa : dosis awal : 2x 0,1 mg sehari, kemudian 0,2-2,4 mg/Hari dibagi 2-4
dosis. Biasanya 2,5 mg/Hari dibagi 3 dosis 3x 0,8 mg sehari.

6. Tridione/paradione→ toksisitas rendah


Indikasi : petit mal epilepsy
Dosis : 3x 150-300 mg sehari dan dosis dapat ditingkatkan sampai 3 gram sehari

Efek Samping :
a. Mengntuk
b. Fotofobia
c. Akne
d. Agranulosus
e. Anemia aplastik

7. Ethosuximide (zasontin)→ sediaan : 250 mg/caps


Indikasi : petit mal epilepsy

Dosis untuk anak usia < 6 thn


Dimulai dengan dosis : 15 mg/KgBB/Hari dibagi 2 dosis kemudian dosis dpat dinaikan
sampai level terapi tercapai setiap 5-7 hari
Dosis biasanya : 15-40 mg/KgBB/Hari dibagi 2 dosis (maksimal 1500mg/hari)

Dosis untuk anak usia > 6 tahun dan dewasa


Dimulai dengn dosis 2x 250 mg, kemudian setiap 5-7 hari dosis dinaikkan 250 mg sampai
level tercapai atau sampai dosis 1500mg/Hari

Efek samping
a. Anoreksia
b. Nausea, vomitus
c. Depresi sumsum tulang

8. Acetozolamid (diamox)→ cenderung timbul efek toksik


Indikasi : petit mal epilepsy
Dosis utuk anak dan dewasa : 8-30 mg/KgBB/Hari dibagi 1-4 dosis (maksimal 1000
mg/hari)

Sediaan : 250 mg/tablet

Cara pemakaian pada anak


Diberikan dosis : 1x1/2 tablet sehari kemudian setiap 4 hari dosis ditingkatkan sampai
bangkitan epilepsy berkurang atau hilang sama sekali.
9. Valproic acid (Depakene)
Indikasi : - petit mal epilepsy
- Epilepsy mioklonik
- Epilepsy akinetik
Sediaan : 125 mg : 250 mg dan 500 mg/ kapsul
Dosis untuk anak dan dewasa : 10-15 mg/ KgBB/Hari dibagi 3 dosis

Dosis ditingkatkan 5-10 mg/KgBB setiap 7 hari sampai tidak ada serangan epilepsy lagi
atau harus dihentikan karena ada efek samping (maksimal 30 mg/KgBB/Hari)

Efek samping valproic acid


a. Badan terasa capai
b. Mual, muntah dan diare
c. BB meningkat
d. Tremor
e. Trombositopenia ringan
f. Peningkatan enzim enzim hepatic

Pemberian terapi antikonvulsan dapat dihentikan apabila


a. Bebas serangan ± selama 2 tahun
b. Memperlihatkan EEG yang normal
c. Penghentian dilakukan dengan penurunan dosis secara bertahap

Terapi status epileptikus


1. Pemberian valium 10 mg secara IV (atau dimasukkan di dalam infuse)
2. Dapat dipertimbangkan pemberian obat obat lain
a. Injeksi luminal dosis 200 mg secara IM (apabila dalam 30-60 menit kejang masih
(+) injeksi ulangan 100mg secara IM)
b. Somnifen (hipnofen) dosis : 200 mg secara IV
c. Secara perektal dapat diberikan :
- Klohidrat : dosis ; 25-100 mg/KgBB/Dosis
Dosis untuk dewasa : 250-1000 mg/dosis
- Diazepam dosis : 0,5 mg/KgBB dan bila diperlukan 10 menit kemudian
diberikan dosis 0,25 mg/KgBB.
- Sulfas magnikus : 30-50 ml (15 gr/ 1 liter air)
- Pungsi lumbal sewaktu waktu dapat membantu→ dikeluarkan 20-30 ml ESF
- Narkose dengan ether→ perlu dipertimbangkan dalam keadaan terdesak
Diastam Penanganan Status Epileptikus
- Beri oksigen
- IUFD NaCl 0,9% tetesan lambat
- Larutan glukosa 40% 50 ml secara IV
- Tiamin 100 mg secara IV atau IM
- Berikan diazepam dosis 0,3 mg/KgBB/ Dosis secara IV Max: 20 mg dengan
kecepatan 5 mg/menit yang dapat diulngi 5 menit kemudian bila kejang (+)

Kejang teratasi Kejang Tidak Teratasi

Fenitoin dosis 18 mg/KgBB IV fenitoin dosis 15-20 mg/KgBB IV


(kecuali maksimum 50 mg/menit) (kecuali 100 mg/menit)
Disertai monitor EKG dan tekanan darah
Selama infuse fenitoin Fenobarbital
Dosis awal 5 mg/KgBB/IV ditambah
terus sampai kejang berhenti dengan monitor
EEG dilanjutkan dengan dosis 1 mg/KgBB/Jam dengan
kecepatan infuse lambat setiap 4-6 jam untuk
menentukan apakah kejang sudah teratasi dan tidak aka
nada komplikasi
Jika kejang menetap lebih dari 6o detik, dilakukan anestesi dengan fenobarbital intubasi
ventilasi mekanik

Pemberian nasihat terdiri dari


a. Lakukan kegiatan seperti biasa
b. Hindari pekerjaan yang dapat membahayakan diri
c. Olahraga tidak dilarang namun yang tidak membahayakan
d. Makan harus teratur jangan sampai lapar
e. Tidak boleh minum alcohol
f. Rokok dan kopi tidak dilarang
g. Buang air besar harus teratur
h. Tidur harus teratur
i. Jangan mengendarai kendaraan terutama mobil angkutan
j. Boleh berenang asalkan ada yang mengawasi

Hal hal yang dapat mempermudah bangkitan epilepsy


a. Demam
b. Hipoglikemi
c. Hipokalsemia
d. Haid
e. Hamil
Hamil dan Epilepsi
Pada pasien epilepsy hamil (PEH), pengobatannya sama hanya ada beberapa perhatian :
a. PEH mempunyai resiko 2x lebih besar mendapat anak kembar, antificial rupture
membrane, SC dan preeclampsia
b. Kematian neonatal 3x populasi normal
c. Terjadi penurunan ambang kejang yang mungkin disebabkan oleh :
- Ketidak seimbangan elektrolit
- Perubahan hormonal
- Stress emosional
d. Level serum antikonvulsan menurun oleh karena
- Menurunnya absorpsi usus
- Meningkatnya metabolic
e. 45% PEH, frekuensi serangan epilepsy meningkat terutama penderita yang meningkat
serangan 1x1 bulan sebelum hamil
f. Antikonvulsan teratogenik
g. Pada PEH, malformasi anak anak lahir 2-3x lebih sering dari populasi normal.

Pengobatan PEH
a. Pengontrolan optimal harus dipastikan bagi pasien epilepsy yang berencana mau hamil
b. Beberapa antikonvulsan dapat difollow tiap bulan dosis antikonvulsan harus disesuaikan
dengan level plasma
c. Newborn infant harus diperiksa hati hati terhadap malformasi congenital
d. Level plasma antikonvulsan harus dipantau tiap bulan sampai level plasma yang stabil

Pada penderita epilepsy perlu ditanyakan RPT


a. Apakah ibunya sewaktu mengandung si penderita pernah mendapat sakit keras atau mendapat
kecelakaan yang mengkhawatirkan
b. Apakah menurut cerita si ibu, si penderita lahir dengan susah (missal dengan forceps)
c. Apakah sewaktu kecil pernah menderita kejang demam
d. Apakah pernah menderita batuk darah (TBC Paru) atau pernah menderita IMS (sifilis)
e. Apakah pernah menderita penyakit cacing pita (sisterekosis)
f. Apakah pernah mendapat trauma kapitis (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari pohon, dsb)
g. Bila usia pasien sudah lanjut
- Apakah pernah enderita stroke
- Apakah menderita nyeri kepala yang terus menerus dan semakin hebat (tumor serebri)

Urutan drug of choice untuk tiap jenis epilepsy


Grand Mal Petit Mal Psikomotor Mioklonik
1. carbamazepine 1. Ethosuximide 1. Carbamazepine 1. Valproic Acid
2. valproic acid 2. Valproic acid 2. Valproic Acid 2. Clonazepine
3. Phenitoin 3. Clonazepam 3. Phenitoin 3. Trimetadion
4. Phenobarbital 4. Tridione/ 4. Clonazepine
Paradione
5. pirimidone 5. Pirimidine

Pirimidione (Sediaan 250mg/ tablet)


Dosis awal 125 mg setiap malam, kemudian dosis dinaikkan setiap 3 hari sampai epilepsy dapat
terkontrol atau dosis maksimal yang toleransi dicapai. Biasa diberikan 2x sehari dengan dosis
maksimal pada dewasa 1500 mg/hari dan dosis maksimal pada anak anak 1000mg/hari

Obat yang dipakai untuk epilepsy


Obat Bentuk Kejang Dosis mg/KgBB/Hari
1. Phenobarbital Semua Bentuk Kejang 3-8
2. Dilantin Semua bangkitan kejang 5-10
(Difenilhidrantoin) kecuali
a. Petit mal
b. Mioklonik
c. akinetik
3. Mysoline (Primidion) Semua bentuk kejang 12-25
kecuali petit mal
4. Zarontin (Etosuksimid) Petit Mal 20-60
5. Diazepam Semua bentuk Kejang 0,2-0,5
6. Diamox (Asetozolamid) Semua bentuk Kejang 10-90
7. Prednison Spasme Infantil 2-3
8. Deksametasone Spasme Infantil 0,2-0,3
9. Adenokortikotropin Spasme Infantil 2-4

Prinsip Pengobatan
1. Dosis serta macam antikonvulsan yang digunakan bersifat individual, tergantung kepada
hasil pengobatan
2. Sebaiknya dimulai dengan 1 macam antikonvulsan dengan dosis rendah. Bila hasil kurang
memuaskan dapat ditinggikan
3. Bila perlu antikonvulsan dapat diganti atau ditambah dengan antikonvulsan lainnya
4. Pengobatan umumnya sampai 2-4 tahun bebas serangan kejang, kemudian obat dikurangi
secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan
5. Memberi penerangan kepada orang tua penderita mengenai maksud dan lama pengobatan
serta bahaya yang dapat timbul bila pengobatan dihentikan secara mendadak
6. Selama masa pengobatan harus diperiksa gejala intoksikasi dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium secara berkala.
3. Hernia Nukleus Pulposus (Diskus Hernia)

Definisi: Penonjolan diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis yang kemudian


mengalami pengerasan dan menekan pada radiks saraf tepi yang menimbulkan nyeri radikuler
(nyeri sepanjang radiks saraf)  nyeri yang menjalar ke distal sesuai dengan dermatom dari
radiks spinalis yang terangsang.

Etiologi:
HNP biasa terjadi oleh karena peningkatan yang mendadak tekanan intraduktus  penonjolan
keluar nukleus pulposus pada tempat-tempat yang lemah (diskus protusia)  arulus sobek
diskus prolaps  masuk ke dalam kanalis vertebralis.
Misal: mengangkat beban 10 kg pada masing-masing tangan
1) Bila seseorang sambil berdiri lantas membungkuk dan mengangkat barang  tekanan
intraduktus 200 kg.
2) Bila seseorang sambil duduk, lantas membungkuk dengan mengangkat barang  tekanan
intraduktus 275 kg.

- Biasanya penderita HNP telah sejak lama menderita nyeri pinggang yang berarti dari sejak
semula diskusnya memang tidak kuat.
- Dapat ditemukan dalam satu keluarga (familial)
- Diskus hernia yang paling sering adalah di daerah L4/L5 atau di daerah L5/S1 dengan keluhan
utama nyeri radikuler sepanjang N. iskhiadikus (ischialgia).

Gejala-Gejala HNP:
1. Low back pain dimana nyeri akan berkurang bila penderita tidur terlentang (tekanan
intraduktus daerah lumbal 20 kg) dan bila penderita berdiri (tekanan intraduktus 100 kg).
2. Punggung terfiksir artinya tidak dapat difleksikan ke depan, diekstensi ke belakang atau
difleksi ke lateral. Sedangkan gerakan rotasi masih tetap dapat dilakukan dengan baik.
3. Lordose lumbal yang berkurang bahkan dapat datar sama sekali.
4. Skoliosis agar rasa nyerinya berkurang.
5. Nyeri radikuler yang menjalar sepanjang N. iskhiadikus sisi kaki yang sakit (biasanya satu
radiks saja yang ditekan oleh diskus yang menonjol ke dalam kanalis vertebralis.
Mis: pada HNP L4/L5  radiks L5 yang tertekan; pada HNP L5/S1  radiks S1 yang
tertekan.
6. Kedudukan panggul yang khas (di sisi tungkai yang sakit, pinggul itu menonjol ke samping).
7. Tanda Naffziger (perangsangan radikuler test) (+)
8. Tanda lasegue positif pada tungkai yang sakit (kadang-kadang terdapat cross lasegue)
9. Gangguan sensibilitas
- Pada HNP L4/L5 : sensibilitas di dorsum pedis tungkai yang sakit terganggu.
- Pada HNP L5/S1 : sensibilitas di pinggir lateral dorsum pedis tungkai yang sakit akan
terganggu.
Namun gangguan ini tidak jelas karena yang tertekan satu radiks saja.
10. Gangguan motorik biasanya tidak ada (jadi tidak terdapat parese).
- KPR biasanya positif
- Pada HNP L5/S1 APR dapat jadi negatif. Misal pada hernia diskus L5/S1 kiri  APR
kiri menjadi (-)

Terapi
1. Konservatif
a) Penderita disuruh tidur terlentang selama 6 minggu (tekanan intraduktus daerah lumbal :
20 kg).
b) NSAID mis:
- Na diklofenak 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis (2-4 x 50 mg)
- Indometrasin 3 x (25-50) mg per hari
- Ibuprofen 3 x (200-400) mg per hari
c) Penyinaran dengan lampu inframerah/diatermi.
2. Operatif
Indikasi:
a. bila pengobatan konservatif gagal
b. defisit motorik yang progresif
c. menetapnya neurogenic bladder dan gangguan bowel
d. kompresi radiks pada pemeriksaan ENMG (Electro Neuro Myography).

Analgetik dapat berupa:


- Carbamazepin
Dosis: mulai 100 mg  naikkan 100 mg/3-4 hari sampai dosis 800-1000 mg/hari dibagi
dalam 3 dosis.

Pencegahan
1) Tidur di kasur yang keras. Bilamana kasur itu lembek maka letakkan selembar kayu di
bawahnya.
2) Tidur yang paling baik: tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut
yang dibengkokkan.
3) Bila tidur terlentang, letakkan bantal kecil di bawah lutut.
4) Bila duduk maka duduklah di atas kursi yang keras dengan sandaran yang lempeng.
5) Bila duduk hendaknya kaki disilangkan sehingga lutut lebih tinggi letaknya daripada
panggul  mengurangi lordose di daerah panggul, kaki yang disilangkan sebaiknya bila
dapat diletakkan di atas suatu sandaran kaki.
6) Bila akan mengangkat beban
- Jongkoklah terlebih dahulu di depan barang tersebut setelah itu baru diangkat.
- Jangan mengangkat beban dengan cara berdiri (atau duduk) sambil membungkuk.
4.Kausalgia

Definisi: nyeri membakar yang biasanya timbul bila terdapat lesi parsial (biasanya karena luka
tembak) dari suatu saraf yang banyak mengandung serabut-serabut simpatetik seperti:
a) N. Medianus
b) N. Ischiadicus
c) N. Tibialis
d) Pleksus brakhialis

Gambaran klinik
1) Dari anamnesa kita dapatkan adanya luka tembak yang menimbulkan lesi parsial pada N.
Medianus atau N. ischiadikus / N. Tibialis.
2) Tidak lama setelah terjadinya lesi parsial tersebut maka timbullah nyeri membakar pada
anggota tubuh yang bersangkutan. Nyeri membakar tersebut akan bertambah keras:
- Bila anggota tubuh itu digerakkan.
- Bila terdapat gerakan yang sekonyong-konyong dari tubuh
- Bila ada getaran atau ketegangan emosional.

Untuk menghilangkan atau mencegah nyeri membakar maka:


a. Penderita berusaha keras untuk tidak menggerakkan anggota tubuh tersebut.
b. Meniup-niup anggota tubuh tersebut untuk mengurangi rasa panas.
c. Membungkus tubuh yang sakit dengan kain basah atau merendamnya di dalam air dingin.

Nyeri membakar yang timbul secara terus menerus akan dapat menimbulkan perubahan jiwa
pada penderita bahkan ada yang sampai bunuh diri.

3) Pada anggota tubuh yang sakit akan tampak:


- Kulit merah
- Bengkak
- Halus dan berkeringat
- Sendi-sendi membengkak dan kaku
- Akan tampak gangguan trofik pada kuku
- Bahkan dapat timbul osteoporosis pada tulang-tulang anggota tubuh itu sendiri.

Pengobatan
Tindakan operatif adalah satu-satunya jalan yang dapat menolong penderita berupa
simpatektomi dimana diangkat serabut-serabut simpatetik aferen dan eferen.
5. Meningitis Purulenta

Definisi: radang selaput otak yang menimbulkan pernanahan (pus)

Etiologi: Non spesifik dan non virus


a) Pada Neonatus: Enterobacilli, Streptococcus β hemoliticus, Lysteria monoliticus.
b) Bayi: Streptococcus β hemoliticus, Neisseria meningitidis, Haemophillus influenza
c) Anak-anak 2-4 tahun: Haemophillus influenza, Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumonie
d) > 4 tahun dan Dewasa: Streptococcus pneumonie, Neisseria meningitidis, Staphylococcus
aureus, Haemophillus influenza.

Gambaran Klinis:
1. Gejala Infeksi Akut, berupa:
- Demam
- Muntah, fotofobia
- Lesu
2. Gejala Peninggian TIK
- Muntah, nyeri kepala, kejang
- Kesadaran menurun, sampai spoor dengan tanda-tanda delirium, papil oedem
- Ubun ubun menonjol, paresis
3. Gejala Perangsangan Meningeal
- Kaku kuduk bahkan mungkin sampai opistotonus
- Kernig’s sign
- Brudzinski I dan II
4. Pemeriksaan Cairan Liquor (LCS) pada pungsi lumbal
- Warna keruh/opalescent
- None dan pardy (++)
- Sel sel ribuan
- Diff cell PMN > limfosit (MN) atau PMN > 500/mm3
- Protein meninggi (total protein 100 mg%)
- Glukosa dan Cl menurun (glukosa 40 mg%)

Terapi Meningitis Purulenta


a) Ampicillin
Dosis pada anak: 200-400 mg/kgBB/hari dibagi 4-6 dosis secara IM atau IV.
Dosis pada dewasa: 12 gram/hari dibagi 6 dosis secara IV (6 x 2 gram per hari IM atau IV)
b) Chloramphenicol secara IV
Dosis pada anak: 75-100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
Dosis pada dewasa: 5-6 gram/hari dibagi 4 dosis IV  4 x 1500 mg per hari
c) Cefotaxime (Sefalosporin generasi III)
Dosis pada anak: 200 mg/kgBB/hari secara IV dibagi dalam 3-4 dosis.
Dosis pada dewasa: 8-12 gram/hari dibagi 4-6 dosis  4 x (2-3)gram secara IV dan IM.

Terapi Empiris Meningitis Bakterial


a. Umur 0-4 minggu
Pengobatan: Cefotaxime + Ampicillin
b. Umur 4-12 minggu
Pengobatan: Generasi III sefalosporin (Cefotaxime dan sebagainya) + Ampicillin
c. Umur 3 bulan-18 tahun
Pengobatan: Generasi III sefalosporin ± Ampicillin atau Ampicillin + Chloramphenicol.
d. Umur 18 tahun-50 tahun
Pengobatan: Generasi III sefalosporin ± Ampicillin
e. Umur 50 tahun atau lebih
Pengobatan: Generasi III sefalosporin + Ampicillin

Lama masa pengobatan


- Umumnya 2 minggu
- Gram (-) / bacillus: 3 minggu
- Abses otak: 4-6 mg

Segnele
1. Mental retardasi
2. Hydrocephalus
3. Kejang, psikose
4. Parese, deafness, blind

Terapi berdasarkan Uji Resistensi


Terapi spesifik Standar terapi Alternatif terapi
mikroorganisme
H. influenza Ampicillin/Generasi III Cefotaxime
sefalosporin
N. meningitidis PNC/Ampicillin Generasi III sefalosporin,
Khloramphenikol
Enterobacteriaciae Generasi III sefalosporin Fluoroquinolone, Trimeroprim
Ps. Aeroginosa Cytriazioline Fluoroquinolone
Staph. aureus Nafcillin/Vancomycin Vancomycin

Dosis
- Cefotaxime: 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis secara PO atau IV.
Dosis dewasa: PO = 2 x (250-750) mg; IV = 2 x (200-400) (dosis max per hari: 1,5 gram).
- Nafcillin: 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4-6 dosis secara IV.
Dosis dewasa: 2-12 gr/hari dibagi 4-6 dosis (max: 12 g/hari)  4 x (1-3) gr per hari.
- Vancomycin: 45-60 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2-3 dosis
Dosis dewasa: 2 x (0,5-1) gram secara IV.

Pemberian Antibiotika pada Meningitis Purulenta


1) Diberikan sampai 5 hari bebas panas atau kira-kira selama 14 hari.
2) Dianjurkan pemberian secara IV.
3) Pengobatan dilanjutkan/diteruskan paling sedikit 4 minggu setelah kultur CSF (-).

Kriteria untuk menghentikan pengobatan


1. Jumlah sel dalam CSF < 30/mm3.
2. Kultur cairan otak steril.
3. Panas 5-7 hari (-)
4. Kelainan neurologik (-).
5. Protein CSF normal (<60 mg%)

Penatalaksanaan sebelum dirujuk ke RS


1) Sebelum merujuk berikan dahulu anti kejang.
Cara pemberian: Diazepam dosis 0,3 mg/kgBB/kali secara IV yang dapat diulang setelah 15
menit kemudian bila kejang masih (+). Bila setelah suntikan ke-2 belum ada perbaikan maka
suntikan ke-3 diberikan secara IM dengan dosis yang sama.
2) Setelah kejang teratasi maka berikan fenobarbital.
Dosis awal: untuk neonatus 30 mg, bayi 1 tahun: 50 mg, anak > 1 tahun: 75 mg.

Terapi rumatan (pemeliharaan) untuk fenobarbital. Dosis: 8-10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
selama 2 hari dilanjutkan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

Dosis antikonvulsi pada dewasa


1. Diazepam
Dosis: 5-10 mg secara IV (max 30 mg/8 jam).
2. Phenobarbital
Dosis awal: 15-20 mg/kgBB dosis secara IV
Dosis pemeliharaan: 1-3 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis.

Golongan Sephalosporin yang lain (generasi III)


1) Ceftriaxime sodium
Dosis anak: 75 mg/kgBB pada dosis awal kemudian dilanjutkan 80-100 mg/kgBB/hari IV
atau IM dibagi 1-2 dosis.
Dosis dewasa: 1-2 gram IM atau IV per hari (max: 4 gr/hari).
2) Cefuroxime
Dosis anak: 200-240 mg/kgBB/hari secara IM atau IV dibagi 3 dosis.
Dosis dewasa: 750-1500 mg IM atau IV setiap 8 jam (max: 6 gram/hari).
6.Meningitis Serosa/TBC

Definisi: radang selaput otak akibat komplikasi dari TBC primer/paru yang bukan langsung
melalui hematogen melainkan sekunder melalui pembentukan tuberkel di (a) permukaan otak;
(b) medulla spinalis; (c) tulang belakang, yang bila pecah akan masuk ke rongga subarachnoid.
Bisa terjadi secara perkontinuitatum melalui mastoiditis/spondilitis  meningoencephalitis.

Gejala Klinis
1) Stadium Prodromal
a. Keadaan baik
b. Defisit neurologis (-)
c. Demam (-) atau sedikit meninggi
d. Bisa didapati tanda ditasi meningeal
e. Nyeri kepala iritabel, anoreksia, cengeng.
Gejala tersebut berlangsung sekitar 1-3 mg
2) Stadium Transisi
a. Perangsangan meningeal: jelas kaku kuduk, kernig sign, sakit kepala, dsb.
b. Pada bayi tampak ubun-ubun yang cembung.
c. Defisit neurologis (+): hemiparesis, kelumpuhan saraf mata, tremor, refleks tendon
meningkat, confusion, disorientasi, kejang.
3) Stadium terminus tdd:
a. Kesadaran menurun, stupor, delirium, koma
b. Defisit neurologis (+) hemiparesis
c. Nadi dan respirasi tidak teratur, hiperpireksia

Pemeriksaan LCS pada pungsi lumbal


- Warna jernih/kekuningan
- Tekanan meningkat
- Sel leukosit meningkat (ratusan)
- Diff telling MN > PMN
- Protein meningkat
- Glucosa dan Chlor menurun

Pengobatan pada dewasa


1) Kombinasi obat-obat anti TBC
2 R H Z E / 10 R H  12 bulan
Dosis:
- INH: 350 mg/hari  selama 12 bulan, intermitten 600 mg/dosis.
- Rifampicin  selama 12 bulan.
BB > 60 kg: 600 mg, BB 40-60 kg: 450 mg, BB < 40 kg: 300 mg.
Dosis intermitten: 600 mg/kali.
- Pirazinamid  selama 2 bulan
BB > 60 kg: 1500 mg, BB 40-60 kg: 1000 mg, BB < 40 kg: 750 mg.
- Ethambutol  selama 2 bulan
BB > 60 kg: 1500 mg, BB 40-60 kg: 1000 mg, BB < 40 kg: 750 mg.
2) Pemberian piridoxin (vit B6) 50 mg/hari untuk mencegah neuritis akibat INH
3) Kortikosteroid untuk mengobati edema otak dan menurunkan TIK.
Diberikan prednison: 30-40 mg/hari dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu kemudian dosis
diturunkan bertahap 5-10 mg setiap minggu atau prednison 30-40 mg/hari kemudian setiap
5-7 hari dosis diturunkan 5-10 mg.
7.Migren

Definisi: suatu serangan nyeri kepala yang berulang dan familiar, bervariasi dalam hal
intensitas, frekuensi maupun lamanya. Serangan umumnya unilateral (bisa bilateral), dan
disertai dengan gejala anoreksia, nausea, dan muntah-muntah. Sering didahului oleh gejala
neurologis atau psikologis.

Klasifikasi:
1) Migren tanpa aura
Kriteria diagnostik:
Paling tidak ada 5 jenis serangan seperti yang di bawah ini:
a. Nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (tanpa diobati atau pasien minum obat sakit saja,
pengobatan ala kadarnya saja).
Pada anak-anak di bawah umur 15 tahun, serangan biasanya berlangsung 2-48 jam dan
menghilang pada sesudah bangun tidur.
b. Karakteristik nyeri kepalanya memenuhi paling tidak 2 syarat di bawah ini:
- Unilateral
- Berpulsasi (berdenyut)
- Intensitas moderate atau severe (menghalangi atau sama sekali tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari).
- Nyeri bertambah apabila melakukan menaiki tangga ataupun aktivitas fisik yang
serupa.
c. Nyeri kepala disertai paling tidak salah satu gejala di bawah ini:
- Nausea dan atau muntah
- Fotofobia dan fonofobia

Dari berbagai contoh serangan migren tanpa aura maka menstrual migren merupakan
contohnya dimana biasanya timbul pada saat 2 hari sebelum menstruasi sampai hari terakhir
menstruasi.

Pada migren jenis ini biasanya pada masa 24 jam atau bisa juga lebih sebelum serangan
terdapat gejala prodromal, misalnya:
- Perasaan lemah, lelah, lesu
- Kurang nafsu makan
- Perasaan sensitif terhadap sentuhan, suara, bau-bauan maupun cahaya
- Sering gerak mengunyah
- Sering-sering kencing, dsb

2) Migren dengan aura


Aura dapat berupa
a. Visual aura, misal
- Scintillating scotoma
- Tampak bintik-bintik kecil yang banyak
- Homonymous visual disturbances
- Gangguan salah satu sisi lapang pandang
- Photopsias yaitu kilatan cahaya yang menyilaukan.
b. Sensorik aura
Hemisensori paresthesia  kebas atau rasa panas pada separuh badan
c. Motoris aura
- Hemiparese atau ada kelemahan salah satu bagian anggota badan
- Disfagia
- Kesulitan bicara

Kriteria diagnostik
1. Paling tidak mengalami 2 serangan yang memenuhi (2) di bawah ini.
2. Paling tidak ada 3 gejala karakteristik dari 4 gejala di bawah ini.
a) Terdapat 1 atau lebih gejala aura fokal serebral kortikal dan atau disfungsi brain stem
yang reversibel.
b) Paling tidak salah satu gejala auranya berkembang secara gradual melebihi 4 menit.
c) Tidak ada aura yang berlangsung melebihi 60 menit. Lebih banyak jenis auranya maka
lebih lama serangannya bertambah.
d) Nyeri kepala timbul sesudah aura dengan free interval kurang dari 60 menit (nyeri kepala
bisa dimulai sebelum ataupun bersamaan dengan auranya).

Deskripsi migren dengan aura


Suatu serangan berulang dimana didahului oleh gejala neurologik cerebral maupun batang otak
yang berlangsung 5-20 menit bisa sampai 60 menit. Sesudah itu diikuti langsung atau beberapa
saat sesudah masa free interval kurang dari 1 jam oleh nyeri kepala, nausea dan atau fotofobia.
Nyeri kepala berlangsung 4 sampai bisa 72 jam.

Faktor Pencetus Migren


1) Emosional, misal:
- Perasaan stress
- Marah
- Kecewa
- Gembira yang berlebihan
2) Fakor hormonal
Yaitu pada masa masa tidak keseimbangan hormonal
- Masa menarche
- Menstruasi
- Kehamilan
- Masa anak menjelang remaja
- Pengaruh oral kontrasepsi
- Menopause
3) Faktor diet/makanan
Ada beberapa jenis makanan yang mengandung substansi amines/tyramines (derivat dari
tyrosine), contoh:
- Cheese
- Chocolate yang mengandung phenycetylamine
- Citrus
- Makanan lain seperti red wine
- Liver
- Yogurt
- Kacang-kacangan
- Caffein
- Monosodium glutamate
- Bir
4) Personal chronobiological balance
Perubahan-perubahan pada tidur dari yang seperti biasanya baik mengenai waktu maupun
lamanya ataupun adanya perubahan kebiasaan rutin sehari-harinya. Mis: perubahan jenis
menu makanan ataupun keterlambatan waktu makan, kelelahan fisik yang luar biasa.
5) Faktor herediter

Pengobatan
a. Non farmakologi
- Hindari faktor pencetus/presipitasi timbulnya migren
- Hidup teratur
- Olahraga secukupnya
b. Terapi simptomatik
1) Fast line therapy
- Analgetika
a) Parasetamol 1-2 gram/hari
b) Aspirin 4-6 gram/hari
- NSAID, contoh:
a) Na diklofenak 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis
b) Indomethasin 25-150 mg/hari dibagi 1-3 dosis (3x(25-50)mg)
c) Ibuprofen 600-1200 mg/hari atau 3 x 200-400 mg per hari
d) Piroxicam 1 x 20 mg atau 2 x 20 mg
- Antiemetikum, contoh
a) Domperidon 3-4 x 1 tablet (10 mg)
b) Metoclopramide 3 x 10 mg
Dimakan ½ jam sebelum makan.
2) Second Line Therapy
a. Ergotamine tartrat
Dosis dewasa: 1-2 mg secara sublingual, via rektal maupun inhaler dapat diulang
setiap 30 menit sampai max 6 mg (dosis max/minggu: 10 mg).
b. Dihidroergotamine mesylate
Dosis umur > 12 tahun-dewasa: 1-3 x 2,5 mg. Untuk pemakaian jangka lama kurangi
dosis sepertiganya (dibagi 2 dosis mis 2 x 2,5 mg).
c. Sumatriptan succinate
Dosis: per oral permulaan 1 tablet (100 mg), per injeksi permulaan 6 mg secara SC.
Dapat diulangi 1 jam kemudian bila gejala masih ada dengan dosis maximum 3 tablet
atau 2 x 6 mg SC dalam sehari.
d. Naratriptan dan zolmitriptan
Sediaan preparat oral 2,5 mg. Dosis: 1-3 x 1 tablet (2,5 mg).

Farmakoterapi Pencegahan
1. Betaadrenoceptors blockers, contoh:
a) Propanolol
Dosis: 0,6-2 mg/kgBB/hari secara PO dibagi 3-4 dosis. Dosis maximum: 4 mg/kgBB/hari
b) Metoprolol
Dosis anak: 1-5 mg/kgBB/hari
Dosis dewasa: PO 100-450 mg/hari dibagi 2-3 dosis.
2. Calcium Antagonist
Contoh: Flunarizine (5 mg, 10 mg/tab)
Dosis: untuk sediaan 5 mg, cara pakai: 5 mg (1 tablet) pada malam hari atau ½ tablet pada
pagi dan malam hari. Untuk sediaan 10 mg, cara pakai: 1 tablet pada malam hari.
3. Tricyclic Antidepressant, contoh:
a) Amitriptilin HCl (10, 25, 50, 75, 100, 150 mg/tab)
Dosis dewasa: mulai dengan 25 mg pada saat mau tidur kemudian dosis dinaikkan untuk
mencapai efek terapi atau dosis maximum 300 mg/hari.
b) Sertraline, moclobemide, dsb.
4. Antikonvulsan valproic acid
Dosis: 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis kemudian dosis dinaikkan tiap minggu 5-
10 mg/kgBB/hari untuk level terapi.
5. Antihistamin: Cyproheptadine
Dosis: 4 mg/dosis setiap 8-12 jam (2-3x per hari) (max 0,5 mg/kgBB/hari)
8.Neuralgia Trigeminus (Tic Douloureux)

Definisi: suatu bangkitan nyeri (nyeri paroksismal) sepanjang salah satu cabang N.V
(N.Trigeminus) (biasanya ramus II dan ramus III) yang timbul karena terangsangnya suatu
trigger zone di sekitar mulut.

N. Trigeminus terdiri dari:


1) Ramus I: N.oftalmicus
2) Ramus II: N. Maxillaris
3) Ramus III: N. mandibularis

Etiologi
1. Degenerative ganglion gasseri
2. Penekanan akar N. V misalnya oleh tumor, pembuluh darah arteriosclerosis.
3. Demyelinisasi akar N. V
4. Paroksismal discharge neuron pada intispinal N.V

Gambaran Klinik
a) Usia pertengahan-tua
Pada usia muda oleh karena: multiple sclerosis, tumor, aneurisma.
b) Nyeri pada paroxysmal pada distribusi mandibular/maxilla, sedangkan region oftalmica
jarang (5%).
c) Dapat mengenai kedua wajah
d) Bangkitan nyeri dapat berlangsung beberapa detik sampai satu menit biasanya dicetuskan
oleh: mengunyah, minum, meraba wajah, gosok gigi, bercukur dan cuci muka, hembusan
angin pada wajah.
e) Sewaktu bangkitan, wajah penderita di sisi neuralgia berada dalam keadaan kejang (tic
douloureux).
f) Tidak jarang nyeri dirasakan sebagai dating dari gigi sehingga gigi yang dirasakan sakit,
dicabutnya satu per satu.
g) Sewaktu bangkitan dapat pula tampak gangguan vasomotorik seperti kulit jadi merah,
keringatan, bengkak, lakrimasi atau salivasi yang bertambah.
h) Di luar bangkitan tidak terdapat defisit neurologis.

Pengobatan
1. Carbamazepin (sediaan 200 mg/tablet)
Mulai 100 mg  dosis dinaikkan 100 mg/3 hari sampai dosis 800- mg-1600 mg/hari dibagi
dalam 3 dosis atau dosis awal 2 x 200 mg kemudian dosis dinaikkan 200 mg setiap minggu
sampai level terapi tercapai. (dosis biasanya: 1600-2400 mg/hari dalam 3-4 dosis).
2. Fenitoin (30 mg, 100 mg/kapsul). Dosis: 300-600 mg/hari dibagi 1-2 dosis terapi atau 3-4 x
100 mg per hari (dosis maximum 600 mg/hari).
Fenitoin kurang efektif dipakai: toleransi dengan carbamazepine, segi terapi tambahan
3. Bila pengobatan dengan cara di atas tidak berhasil maka dapat dilakukan pembedahan
seperti:
a) Trigeminotomi
b) Traktomi medullar
c) Decompresi radiks N.V

Prognosis
- Sebagian besar dapat dikontrol dengan Carbamazepin
- Pemakaian obat dapat distop jika dalam 6 bulan bebas rasa sakit.

Neuralgia Glossofaringeus

Definisi: suatu nyeri paroksismal yang timbul sepanjang N.Glossofaringeus yang dapat
dirasakan pada pangkal lidah, faring, laring, atau di dalam telinga.

Etiologi tidak diketahui, mungkin oleh karena:


a) Penekanan/Penarikan
b) Infeksi Akut Faring (dijumpai secara bersamaan).

Gambaran Klinis
- Bangkitan nyeri dapat berlangsung beberapa detik sampai dua menit
- Nyeri spasme pada faring  menjalar ke telinga
- Bangkitan dapat dicetuskan oleh: menelan, batuk, berbicara, bersin, mengunyah, memutar
kepala atau sewaktu mengorek-ngorek liang telinga.
- Di luar bangkitan tidak ditemukan adanya suatu defisit neurologis
- Serangan kadang-kadang disertai oleh: bradikardi, aritmia, sincope (vagal stimulation).

Pengobatan
1. Carbamazepin (200 mg/tab)
Cara pakai:
a) Mulai 100 mg  naikkan 100 mg/3-4 hari sampai dosis 800 mg-1600 mg/hari dibagi
dalam 3 dosis.
b) Mulai 2 x 100 mg (1/2 tab) kemudian dapat dinaikkan 1 tablet (200 mg) sebanyak 3-4x
per hari ((3-4) x 200 mg per hari).
c) Mulai 2 x 200 mg (1 tab)  naikkan 200 mg setiap minggu sampai level terapi tercapai
(biasanya: 1600-2400 mg/hari dalam 3-4 dosis).
2. Kasus Intractable  Intracranial section N.IX
9.Parkinson (Penuaan prematur “Premature Aging”)

Parkinson disebut juga paralisis agitans karena pada anggota tubuh penderita dengan penyakit
ini tampak tremor dan karena anggota tubuh itu jarang digerakkan diperkirakan pula oleh
karena ada kelemahan otot.

Parkinsonismus dapat diklasifikasikan seperti berikut:


1) Parkinsonismus primer (idiopatik, penyakit Parkinson, paralisis agitans)
2) Parkinsonismus sekunder/simtomatik
a. Infeksi/Post infeksi
- Post ensefalitis letargika
- Arbor virus ensefalitis
- Lues
b. Intoksikasi
- Mn, CO, CS2, CN, Metanol
- 1 Methyl – 4 Phenyl – 1,2,3,6 Tetrahydropyridine (MPTP)
c. Obat-Obatan (Iatrogenik)
- Neuroleptika mis serpasil, phenothiazine, haloperidol
- α Methyl-dopa
d. Tumor serebri
e. Trauma Kapitis
f. Vascular
g. Siringe-mesensefalia
h. Metabolik : hiperparatiroidismus, kalsifikasi ganglia basalis.
Parkinsonismus adalah suatu sindroma dengan trias gejala:
(1) Resting/alternating tremor; (2) Rigiditas; (3) Bradikinesia serta menurunnya refleks
postural.
3) Parkinsonismus plus
a) Strionigral degeneration
b) Progressive supranuclear palsy
c) Atrofia Ponto-Olivo-Serebellaris
d) Syndrom Shy-Dragon (Parkinson+Hipotensi, Impotensi dan gangguan miksi)
e) Parkinsonismus penyakit “Motor neuron”
f) Parkinsonismus Demensia
- Parkinsonismus demensia-ALS
- Parkinsonismus Creutzfeldt-Jakob
- Parkinsonismus Alzheimer dan pick
- Parkinsonismus Pressure Hydrocephalus
g) Herediter
- Degenerasio Hepato-Lentikularis
- Penyakit Haller Vorden Spatz
- Penyakit Huntington

Simtomatologi
a. Trias gejala Parkinson tdd:
(1) Resting tremor yang kasar dan teratur (alternating tremor);
(2) Rigiditas;
(3) Bradikinesia serta menurunnya refleks postural.
Bila gejala tersebut terbatas pada satu sisi tubuh disebut Hemiparkinson.
b. Memperlihatkan wajah, sikap dan gaya berjalan yang khas:
1) Gerakan otot otot mimik pada wajah berkurang  hipomimia
2) Celah kelopak mata tampak agak lebih lebar dari biasanya.
3) Jarang mengedip
4) Penderita terus memandang ke depan
5) Air liurnya menetes keluar dari sudut mulutnya karena penderita lambat menelan.
6) Bila berbicara suaranya lemah (disfonia)
7) Pengucapan kata-kata agak terganggu (disartria)
8) Terdapat palilali yaitu mengulangi-ulangi kata-kata yang diucapkan secara patologis.
9) Berbicara tanpa intonasi (monoton).
10) Tulisan menjadi jelek dan kecil kecil (mikrografi)
11) Reflex palmomental positif. Cara: telapak tangan di pangkal jempol digosok  timbul
kontraksi sejenak dari N. mentalis yang akan menimbulkan keriput sejenak pada kulit
dagu.
12) Reflek ketok pada glabella yang hiperaktif
Cara: ketokan pada glabella akan menimbulkan kedipan pada kelopak mata yang dapat
ditimbulkan secara terus menerus bahkan dapat sampai timbul blefarospasmus.
Normal: ketokan pada glabella setelah beberapa kali akan terjadi penyesuaian (kelopak
mata tidak berkedip lagi).
13) Kulit wajah penderita seperti berminyak
14) Jarang tampak berdiri tegak lurus biasanya ia agak membungkuk.
15) Bila berjalan maka tidak tampak gerakan asosiatif seperti ayunan lengan dimana kedua
lengan berada dalam keadaan fleksi/aduksi.
16) Langkah penderita tampak menggeser dan kecil (marche a petits pas)
17) Terdapat kecenderungan untuk berjalan dengan langkah yang semakin bertambah cepat
oleh karena terganggunya refleks postural.
18) Sering memperlihatkan depresi
19) Adanya bradikinesia maka semua gerak penderita berjalan, berbalik, bangun dari duduk
dan lain lain selalu berlangsung lambat.
20) Tonus otot-otot tersebut meningkat (hipertoni) dan memperlihatkan fenomena roda
bergigi (coghwheel phenomenon).
21) Resting dan alternating tremor yang khas adalah tremor yang tampak pada jempol
seolah-olah penderita menghitung uang logam atau membuat pil (pill rolling) yang
hilang sewaktu penderita tertidur dan sewaktu mengadakan gerakan volunter misalya
sewaktu tangannya digenggamkannya

Terapi Parkinson
Obat-obat yang dipergunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson dapat dibagi dalam 4
kelompok, yaitu:
1. Obat-obat antikolinergik
2. Amantadine (symmetrel)
3. Levodopa (L-dopa)
4. Bromokriptin
Di samping itu dapat pula penderita diberikan fisioterapi dan bila perlu dapat pula dilakukan
pembedahan (Kriotalamotomi menurut cooper).

1. Obat-obat antikolinergik  untuk menurunkan aktivitas kholinergik sebagai akibat gejala


Parkinson akan membaik.
a) Kelompok Trihexyphenidyl, contoh:
1) Trihexyphenidyl “(artane)” (2 mg/tablet)
Dosis: 6-20 mg/hari/dalam dosis terbagi (3-4 dosis per hari)
Cara pemakaian: Hari I: 1 mg, Hari II: 2 mg.
Selanjutnya setiap interval 3-5 hari dosis dinaikkan 2 mg/hari sampai dosis 6-20 mg
per hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Untuk drug interval parkinsonismus: dosis 5-15 mg per hari dimana pada awal
pengobatan dengan dosis tunggal 1 mg per hari. Usia > 65 tahun dosis lebih kecil.
2) Procycline (Kemadrin)
Dosis: 7,5-30 mg/hari dalam dosis terbagi
b) Kelompok Phenotiazine derivat
Contoh: Ethopropazine (parsidol)
Dosis: 150-300 mg/hari dalam dosis terbagi
c) Kelompok antihistamin
Contoh: Diphenylhydramin (Benadryl), dosis: 75-150 mg/hari dalam dosis terbagi (dosis
max 400 mg/hari)
Sediaan: kapsul atau tablet: 25 dan 50 mg.
d) Kelompok Benztropine Mesylate (Cogentin)
Dosis: 1-6 mg/hari dalam dosis terbagi
2. Amantadine (symmetrel)
 memperbaiki sintesa, release dan reuptake dari dopamine pada ujung serabut-serabut
saraf dopaminergic di neostriatum.
Symetrel diberikan secara os (peroral) dengan dosis 2 x 100 mg per hari.

3. Levodopa (L-dopa)
Dengan pemberian penghambat dopa dekarboksilase bersama dengan L-dopa, maka
aktivitas dopa dekarboksilase perifer dapat dinetralisir sehingga dengan dosis L-dopa yang
rendah dapat pula dicapai kadar L-dopa yang cukup tinggi di neostriatum.
Contoh preparat L dopa + penghambat dopa dekarboksilase adalah madopar (L-dopa 100
mg + benserazide 25 mg).
Pengobatan dimulai dengan dosis terendah yaitu satu kapsul/tab setiap hari (1x1 kapsul) 
lambat laun dosis ini ditingkatkan dan dapat dinaikkan sampai 4 x 2 kapsul (8 kapsul sehari).
Efek samping:
- Anoreksia, nausea dan vomitus
- Hipotensi
- Dyskinesia
- Psikosis

Pada terapi levodopa menahun (selama 2-3 tahun) dapat timbul efek samping lain yang
biasanya berupa bentuk akinesia secara periods yaitu:
a) End of dose akinesia (wearing off effect)
Berupa terlihatnya trias Parkinson 3-3,5 jam setelah setiap dosis levodopa  disebabkan
oleh karena menurunnya konsentrasi dopamine di dalam neostriatum.
b) On-off phenomenon
Terjadi fenomena bifasik yang secara cepat berupa timbulnya diskinesia dan akinesia
secara silih berganti timbulnya off berkaitan dengan rendahnya kadar levodopa di dalam
plasma dan tidak berhubungan dengan waktu si penderita meminum obatnya.
c) Akinesia paradoksika
Terlihat penderita membeku sewaktu ia hendak melewati sebuah pintu seperti sebuah
mobil yang mesinnya tiba-tiba mogok sedangkan starternya ngambek.
Mekanisme bentuk akinesia di atas berhubungan dengan fakta bahwa Parkinson adalah
suatu penyakit degenerasi sistem yang menyangkut susunan neuromelanin. Pengobatan
dengan levodopa mula-mula menghilangkan gejala Parkinson namun demikian proses
degenerasi tetap berlangsung terus dan pada suatu saat ujung serabut serabut nigrostriatal
jumlahnya di neostriatum tidaklah memadai lagi sehingga timbullah gejala di atas.
4. Bromokriptin (sediaan 2,5 mg/tab) contoh: parlodel
Merupakan suatu stimulator kuat dari dopamine reseptor D2, dopamine agonist.
Indikasi: diberikan pada penderita yang telah mendapat levodopa bertahun tahun dan telah
memperlihatkan efek samping di atas. Bromokriptin diberikan di samping L dopa
(dikombinasi) sehingga dapat menghilangkan efek samping tersebut di atas.
Dosis: 10-60 mg per hari dalam dosis terbagi.
Cara pemberian: (1-2) x 125 mg (1/2 tab) per hari untuk 1 minggu pertama kemudian dosis
dinaikkan setiap minggu 1,25 mg/hari, mis: minggu I: 1 x ½ tablet  minggu II: 1x1 tablet,
dsb.
10.Tension Type Headache

Etiologi:
Kontraksi otot yang berlebihan daripada otot kepala dan kuduk sebagai reaksi penderita
- Terhadap stress psikis dalam kehidupan RT maupun pekerjaan
- Pulsasi arteri pada kulit kepala yang berkurang
- Gangguan lalu lintas elektrolit (t.u Na) pada daerah kulit kepala.
- Sikap dan posisi badan, kepala yang salah dan terus menerus dalam waktu lama.
- Perangsangan yang tidak wajar akibat penyakit kronis yang diderita di daerah kulit kepala
dan sekitarnya (mis: sinusitis).
- Drug overused seperti
a) Konsumsi lebih dari 45 gr aspirin dan sejenisnya
b) Morphinomimetir drug > 2 kali sebulan
c) Penggunaan diazepam atau sejenisnya melebihi 300 mg setiap bulannya.

Klasifikasi tension type headache


1. Episode Tension Type headache
Kriteria diagnostik
a) Paling tidak ada 10 serangan episodic nyeri kepala yang memenuhi kriteria b-d di bawah
ini. Jumlah nyeri kepala < 180x/tahun (<15x/bulan)
b) Nyeri kepala bisa berselang antara 30 menit sampai 7 hari.
c) Paling tidak/minimal memenuhi 2 kriteria karakteristik nyeri di bawah ini:
- Nyeri seperti mencekam, diikat kencang/ditekan  non pulsasi
- Intensitas ringan dan sedang (dapat menghambat kerja sehari-hari akan tetapi tidak
menghentikan/menghalangi pasien melakukan pekerjaan rutin sehari-hari).
- Lokalisasi bilateral
- Tidak bertambah berat sewaktu menaiki tangga ataupun melakukan aktivitas/pekerjaan
fisik yang rutin.
d) Memenuhi kedua kriteria di bawah ini:
- Tidak ada nausea maupun muntah (anoreksia bisa ada)
- Tidak ada fonofobia dan fotofobia

2. Chronic Tension headache (Chronic Daily Headache)


Kriteria Diagnostik
a) Nyeri kepala diderita > 15 hari/bulan (180 hari/tahun) dan diderita sudah lebih dari 6
bulan dan memenuhi kriteria b-d di bawah ini.
b) Paling tidak 2 kriteria karakteristik nyeri:
- Terasa seperti ditekan dan mencekam/diikat kuat.
- Derajat ringan sedang (dapat menghambat akan tetapi tidak menghalangi pasien
pekerjaan sehari-harinya).
- Bilateral
- Tidak bertambah berat apabila menaiki tangga atau melakukan aktivitas fisik rutin.
c) Kedua kriteria ini
- Tidak muntah
- Salah satu dari nausea, fotofobia, atau fonofobia.

Pengobatan
1) Analgetik
a. Parasetamol: 1-2 gram/hari
b. Aspirin: 4-6 gram/hari
2) NSAID, contoh:
a. Na diclofenak: 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis (2-4 x 50 mg)
b. Indomethasin 3 x (25-50) mg
c. Ibuprofen 3 x (200-400) mg
d. Proxicam 1 x 20 mg atau 2 x 20 mg
3) Tricyclic Anti depressan
Contoh: Amitriptilin HCl, dosis: awal dengan 25 mg pada bed time kemudian dapat
dinaikkan sampai dosis max 300 mg per hari bila perlu.
4) Anti konvulsan
Contoh: Valproic acid: 10-15 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis kemudian setiap minggu dosis
dinaikkan 5-10 mg/kg/hari bila diperlukan.
11.Elasterheadache

Kriteria diagnostic
 Paling tidak ada 5 seranan yang memenuhi syarat dari b s/d d
 Serupa serangan nyeri yang amat sangat (serene) urillateral disekitar orbital, supa orbital
dan bisa menyebar didaerah temporal yang berlangsung 15-150 menit tanpa diobati
 Nyeri kepala sehubungan dengan palling tidak salah satu dibawah ini terasa pada sisi uyang
sakit
1) conjunctival injection
2) lakrimasi
3) nasal congestium
4) rhinarrhoe
5) kening dan wajah berkeringat
6) miosis (pupil mengecil)
7) ptosis
8) edema kelopak mata
 Frekuensi serangan: 1-8 kali perhari dengan bersekip beberapa hari
Chronic paroxysmal hemicrania = sjaastads syndrome

Kriteria diagnostic
a. Paling tidak mengalami 50 kali serangan yang memenuhi persyaratan b-e
b. Serangan nyeri sekali di daerah orbital semilateral supraorbital dan atau daerah temporal
dan selalu pada sisi yang sama yang berlangsung selama 2-45 menit
c. Frekuensi serangan lebih dari 5x sehari akan teteap waktunya singkat sampai separuhnya
d. Nyeri dirasa paling sedikit satu dibawah ini pada sisi yang sama
1) Conjuctival injection
2) Lakrimasi
3) Nasal congestims
4) Chrorrhoe
5) Ptosis
6) Edema kelopak mata
e. Absolut sangat efektif diobati dengan indometsasin (dosis , 150 mg/hari)

Pengobatan
1) Inhalasi oxygen (7tetes/menit)
2) Ergotamine tartrata, dosis: 1-2 mg secara sublingual dan dapat diulang setiap 30 menit
seperti dosis max. 6 ng (dosis maximum per hari: 10 mg)
3) Suma triptan suocinata, dosis PO: awal 1 tablet (100mg) dan perinjeksi 6 mg sc dapat
diulangi 1 jam kemudian bila gejala menetap dengan dosis max 3 tablet atau 2x6 ng sc dalam
sehari
4) Indomethasin dosis 25-150 mg/hari dibagi 1-3 dosis . 3x (25-50) mg perhari (indomethasin
merupakan drug of choice dari chronic paroxymal hemicrania)
5) Chronic paroxymal hemicraria merupakan
- Nyeri kepala yang dirasakan menyerupai eluster hedache
- Serangannya lebih singkat
- Lebih sering
- Lebih sering pada wanita dari pada pria
- Obat pilihan utama adalah indomethasine
12.Vertigo
Definisi
Suatu bentuk gangguan orientasi diruangan dimana perasaan dirinya bergerak berputar ataupun
bergelombang terhadap ruangan disekitarnya (vertigo subsjective) atau ruangan sekitarnya
bergerak terhadap dirinya (vertigo objectif)

Etiologi menurut urutan terbanyak


1) Vertigo perifer proksimal benigma
2) Stroke /TIA
3) Meningitis syndrome
4) Migren vestibular basiler
5) Spasmofika
6) Parase vestibular unilateral
7) Parase vestibular bilateral
8) Nistagmus
9) Disfungsi telinga tengah
10) Disfungsi ganglia basalis
11) Ataksia serebella
12) Epilepsi

Menieres disease
Penyakit ini mempunya triase gejala
1) Ketajaman pendengaran menurun yang berfluktuasi
2) Episodik vertigo
3) Tinitus

Vertigo berserangan berulang dan berlangsung dar beberapa menit sampai beberapa hari pasien
bisa sampai muntah dan berkeringat dingin. Serangan biasanya mula-mula satu telinga (90%)
yang kemudian kelaqamaan menyeranga kedua telinga
Vertigo juga dapat disebabkan obat-obatan verstilobulostatik
1) Antibiotika: aminoglikosid, gentamisin, amikasim, tetramisin, steptomisin, terutama bila
dikombinasi dengan diuretik makan sifat vestibulo statik dan ototoksik meningkat dan
menetap
2) Antikonvulsan
Ex: fenitoin, karbamazepin, primiodine, dimana bila dosis dikurangi maka gejala akan
berkurang
3). Salisilat: dapat menyebabkan tinitus dan vertigo

Pemeriksaan khusus vertigo


1) Balotement test
- Test menulis vertikal
Cara: pasien duduk di depan meja dengan tubuh yang tidak menyentuh meja dan tangan
yang satu berada diatas lutut atau penderita disuruh menulis selajur huruf dari atas
kebawah. Mula-mula dengan mata terbuka lalau tertutup.
Hasil: pada kelainan lebirin: akan terjadi deviasi pada satu sisi sebesar 10 serajat atau
lebih dan pada kelainan serebelum maka tulisannya akan menjadi besar atau menjadi
kecil
2) Tes romberg
Cara: Pasien berdiri tegak kedua kaki sejajar bersentuhan dana mata lalu dipejamkan
Bila terdapat gangguan vertibular maka pasien tidak dapat mempertahankan posisinya
dimana ia akan bergoyang menjauhi garis tengah dan akan kembali keposisi semula karena
pengaruh rigting reflux
Dengan posisi diatas tangan dipegang didepan dada dan posisi duduk serta berdiri ksketika
maka jika adal lesi maka pasien akan jatuh kesisi lesi (untuk denger test)
3) Tardem gait test:
Cara: kaki pasien saling menyilang an tangan menyilang di dada
Pasien disuruh berjalan lurus. Pada saat melangkah tumit kaki diletakkan pada ujung
jarinkaki kanan dst
Bila gangguan vestibula (+) > jalannya menyimpang
4) Test berdiri pada kedua atau satu kaki, mata terbuka dan kemudian tettutup dan keduan
tangan kemuka. Bila terdapat kelainan labirin satu sisi maka posisinya akan berubah sbb:
- Nistagmus kekanan
- Kepala berputar kekiri
- Tubuh terpaling ke kiri
- Deviasi kedua lengan berdeviasi bersamaan dengan penurunan lengan kiri, kenaikan
lengan kanan
- Berjalan sempoyongan ke kiri dan deviasi ke kiri
Bila pasien bisa berdiri pada satu kaki dalam keadaan mata tertutup maka test vestibular lain
tidak perlu dilakukan.
5) Stepping Test
Cara: berjalan ditempat dengan mata terbuka dan lalu tertutup sebanyak 50 langkah
Dikatakan abnormal bila
- Pasien berjalan beranjak miring sejauh 1 meter
- Atau badan berputar . 30 derajat
Jika penderita stabil mka test diulang dengan tangan telentang juga berjalan diatas kasur
Hasil: Penderita dengan kelainan vertibuler bilateral yang disebabkan intoksikasi obat-
obatan dapat berjalan dengan mata terbuka akan tetapi sulit dengan mata tertutup.
6) Test kalori
Persyaratan gendang telinga harus utuh
Cara sederhana test kobrak
Air es sebanyak 5 cc memakai spuilt 10 cc diujungnya diberikan karet dialirkan selama 20
detik hingga normal diukur dan ditutup dengan mengukur lamanya nistagmus sejak
dilakukan sampai nistagmus berhenti.
Nilai normal konrak 120-150 detik. Nilai yang kurang dari 120 detik disebut parase kanal.

Pengobatan Vertigo
1. Obat-obatan
- Antihistamin
Dihidromine: 10-50 mg/ dosis setiap 4 jam jika diperlukan (max 400mg?hari)
- Antimetikum
Ex: dimenhydrinate, dosis 50-100 mg setiap 4-6 jam (dosis max: 400 mg/hari)
Diklizin: PO 50 mg setiap 4-6 jam dalam dosis terbagi
- Vasodilatasi (ca antagonist)
Ex: cinnarizine dosis 3x25 mg (1 tablet) atau 1x 1 tablet (75 mg) perhari
Flunarizine
Sediaan 5 mg cara pakai: 1 tablet pada malam hari dan ½ tablet pada pagi hari dan ½
tablet pada malam hari
Sediaan 10 mg cara pakai: 1 tablet pada malam hari
Fungsi Ca antaginist: vestibular supresan
- Fenotiazin inus
Prometazine: 0,5 mg/kgBB/hari, dapat diberikan 2-3x perhari ((2x3)x(25-50) mg perhari)
Chlorpromazine: dosis: 10-25 mg setiap 4-6 jam, didikasi untuk mual dan muntah
- Simpatomimetid ets
Dosis amphetamin: 1- mg/hari
Efidrine: 25-25mg tiap pemberian
- Minor transquilizer
1. Antiansietas bila ansietas lebih menonjol
Ex: chlordiazepoksid: 30 mg/hari dalam dosisi terbagi (3x1 tab(5mg))
Diazepam dosis 6-10 mg/hari, ringan: 3x(2 mg- 5 mg), berat: 15-40 mg/hari dalam
dosis terbagi
2. Antidepresan bila depresi lebih menonjol
Ex: amtriptidin: dosis 75 mg/hari dosis tunggal
Nortriptidin, dosis: 75 mg/hari (bed time)
Pada serangan akut menieres
Berikan injeksi vestibular sedatime prochlorperazine secara 1M dosis: 0,1-0,15
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
Sen PO: 5-10 mg/dosis,3-4x perhari
Pasien diberikan 10-20 mg urea cristal yang diberikan bersamaan dengan air jeruk/
air putih yang berfungsi sebagai osmotik diuretik cepat yang dapat membuat
dehidrasi sistem telinga.

2. Fisik: tirah baring


Latihan:
Duduk
- Gerakan mata seluasluasnya ke atas, bawah dan samping kaki
- Mengikuti sebuah objek yang bergerak
- Latihan fiksasi dengan cara:
Lihat gambar dalam satu halaman, tapi kepala digerakkan kesamping
Kemudian perhatikan jari bergerak kekiri kemudian kepala digerakkan ke kanan
Gerakkan leher ke depan belakang kiri dan ke kanan kemudian kepala digerakkan ke
kanan
Latihan posisional
Tiap hari 2-3 hari sekali dengan cra penderita duduk dipinggir tempat tidur kemudian
merebahkan dirinya pada sisi untuk membangkitkan vertigonya kemudian susunlah
vertigonya reda kemudian kambuh keposisi tegak lagi, gerakan ini diulang 2-3 kali sampai
vertigonya melemah menghilang percobaan ini diulang, mata dibuka dan ditutup.
Berdiri
- Ulangi kegiatan tsb diatas sambil berdiri kemudian duduk. Mata buka dan tutup
Berjalan
- Latihan jalan mata buka dan tutup
- Tandem walking test
- Berjalan menaiki dan menruni bukit
- Latihan berjalan di supermarkaet
- Diet rendah natrium dan tinggi kalium (dengan cara rendah garam dan perbanyak makan
buah-buahan (pisang, jeruk dsb) dapat mencegah hidrops endolimph
Bedah sebagai alternatif terakhir
Indikasi: serangan vertigo yang sering terjadi, tidak dapat diredakan dengan cara diatas
Pengobatan vertigo pada keadaan khusus
Pada hidropseudolimp diberikan
Aeropin dulphat 0,4 mg
Sitopalamin 0,6 mg/3 jam
Untuk mensupresi udem labirin dan gehala infeksi kronis diberikan metilpreredsalon: dosis
40-80 mg./hari selama 5 hari secara !M sekali sehari, PO 2-60 mg/hari dibagi 4 dosis

Anda mungkin juga menyukai