Gambaran klinis
1. Beri beri basah memperligatkan, edema kaki, asites dan lain
2. Beri beri kering memperlihatkan polineuropati
3. Beri beri jantung memperlihatkan gagal jantung kongestif
Pengobatan
Vitamin B kompleks
Kasus yang akut : 1 ampul perhari dan bila terdapat perbaikan maka dapat diberikan secara IM
1 ampul 2-3 kali dalam seminggu
3x1forte drug perhari P O
Atau pengobatan sesuai dengan jenis defisiensi contoh
a. Defisiensi niacin
Niacin yang diberikan secara IV/ IM/ SC/ Peroral dimana dosis di titrasi (dinaikan
bertahan) sampai efek terapi tercapai dengan dosis maksimal. Perhari 10mg/kgBB
b. Defisiensi piridoksin
Untuk drug induced reaksitis dapat diberikan
Piridoksin Hcl : 100-200 mg/ hari dosis tunggal baik secara IV,IM maupun PO. Dosis lain
: 20-100 mg/hari
Sediaan : tablet : 25, 50, 100 mg.
Injeksi : 50 mg/ml, 100 mg/ml
c. Defisiensi cyanocobalamin (25, 50, 100, 250, 500, 1000 mg/tab)
Dosis
Minimal 100mg/ hari selama 10-15 hari kemudian 1-2 x seminggu untuk beberapa
bulan (anak)
500 mg atau lebih secara PO atau IM 1-2x Seminggu sampai remis tercapai (sediaan
injeksi : 100/ml atau 500mg/tab)
Minimal 30 mg/ hari untuk 10-15 hari kemudian 100-200 mg/bulan (untuk dewasa)
2.Epilepsi
Definisi : manifestasi klinis yang serupa dan berulang serta paroksimal yang disebabkan oleh
hiperaktivitas listrik (lepasnya muatan listrik berlebihan) sekelompok sel saraf di otak yang
spontan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Pembagian epilepsy
1. Epilepsy primer yaitu epilepsy yaitu tidak diketahui penyebabnya
2. Epilepsy sekunder yaitu epilepsy yang diketahui penyebab dari bangkitan epilepsinya
a. Penyebabnya yang terletak intracranial
Kerusakan pada ssp bayi, sewaktu persalinan seperti misalnya karena anoksia,
perdarahan, immaturitas dsb
Anomaly congenital
Sisa cacat bekas meningitis atau ensefalitis
Atrofi korteks serebri bekas ensefalomalasia
Sisa cacat bekas trauma capitis
Tumor serebri
Arteri venous malformation
b. Penyebabnya yang terletak ekstrakranial
Anoksia
Kremi
Gangguan endokrin missal hipoglikemia dan hipokalsemia
Keracunan missal alcohol diedrin dan antidepresan
Prinsip pengobatan
a. Obat sesuai jenis epileptikus
b. Pengobatan harus dari dosis terendah dan di naikkan ke dosis yang diperlukan untuk
mempertahankan terapeutic plasma level
c. Obat diupayakan tunggal. Bila antikonvulsan kedua di tambahkan maka plasma level kedua
obat harus dipantau sebab obat kedua dapat merubah yang pertama missal
Fenobarbital Fenitoin
Fenitoin Fenobarbital
Epilepsi Jackson
Bangkitan epilepsy terjadi secara unilateral
Bangkitan bersifat kejang ritmus (klonus) pada salah satu anggota tubuh yang kemudian
dapat menjalar ke bagian tubuh lain
Sering terlihat bangkitan kejang dimulai di ibu jari atau di jari telunjuk dari satu tangan
yang kemudian dapat menjalar ke bibir dan kelopak mata disisi yang sama
Bangkitan dapat menjalan ke seluruh tubuh dan menjadi bangkitan umum. Tetapi biasanya
bangkitan tetap tinggal terbatas pada satu anggota tubuh.
Kesadaran penderita tetap baik
Epilepsi Akinetik
Tonus otot sekonyong konyong hilang sehingga penderita maka terjatuh
Tetapi segera tonus kembali pulih lagi
Kesadaran penderita tetap tidak
Epilepsi Mioklonik
Kontraksi kasar seperti kejutan, singkat, tidak berulang dari otot/ group otot
Keadaan ini biasanya bergabung dengan bentuk bentuk epilepsy umumnya terutama
sindroma lennox-gastraut yang terdiri dari
a. Absence
b. Bangkitan akinetik
c. Bangkitan mioklonik
Mioklonus bisa meleparkan benda dari tangan pasien atau sesekali melemparkan pasien ke
tanah
Infantile Spasme (heest syndrome)
Timbul untuk pertama kali pada usia yang sangat muda (umum 3 bulan – 7 bulan)
Dapat mulai dengan bangkitan mengangguk angguk yaitu tubuh si anak digerakkan ke
depan dan kebelakang, sedngkan tangannya diangkat dan diturunkannya yang bila
dipandang sepintas menyerupai gerakan gerakan waktu sembahyang
Salam epilepsy
Bangkitan ini dapat timbul setiap hari, bahkan dapat beberapa kali dalam sehari yang
sewaktu waktu dapat disusul pula oleh bangkitan grand mal
Kecerdasan penderita biasanya subnormal
Pengobatan
a. Priridoksin (50-100 mg/hari)
b. Kortikotropin (ACTH) 5-160 unit/KgBB/Hari/IM
Dapat mencegah progresivitas infantile spasm dengan hasil cukup memuaskan
ACTH digunakan selama 1 minggu- 12 bulan
Pengobatan Epilepsi
Obat obat antikonvulsan yang dapat digunakan
1. Fenobarbital (luminal) sediaan 8, 15, 30, 60, 100 mg/tab
Dosis 100-300 mg perhari dibagi dalam 3 dosis
Cara penghentian fenobarbital harus bertahap misalnya dengan menurunkan dosis secara
perlahan setiap 5 hari untuk mencegah timbulnya status epileptikus
3. Diazepam (valium)
Indikasi : status epileptikus
4. Carbamazepin (Tegretal)
Indikasi : - epilepsy grandmal
- Epilepsy psikomotor
Sediaan 200mg/tablet
Efek Samping :
a. Mengntuk
b. Fotofobia
c. Akne
d. Agranulosus
e. Anemia aplastik
Efek samping
a. Anoreksia
b. Nausea, vomitus
c. Depresi sumsum tulang
Dosis ditingkatkan 5-10 mg/KgBB setiap 7 hari sampai tidak ada serangan epilepsy lagi
atau harus dihentikan karena ada efek samping (maksimal 30 mg/KgBB/Hari)
Pengobatan PEH
a. Pengontrolan optimal harus dipastikan bagi pasien epilepsy yang berencana mau hamil
b. Beberapa antikonvulsan dapat difollow tiap bulan dosis antikonvulsan harus disesuaikan
dengan level plasma
c. Newborn infant harus diperiksa hati hati terhadap malformasi congenital
d. Level plasma antikonvulsan harus dipantau tiap bulan sampai level plasma yang stabil
Prinsip Pengobatan
1. Dosis serta macam antikonvulsan yang digunakan bersifat individual, tergantung kepada
hasil pengobatan
2. Sebaiknya dimulai dengan 1 macam antikonvulsan dengan dosis rendah. Bila hasil kurang
memuaskan dapat ditinggikan
3. Bila perlu antikonvulsan dapat diganti atau ditambah dengan antikonvulsan lainnya
4. Pengobatan umumnya sampai 2-4 tahun bebas serangan kejang, kemudian obat dikurangi
secara bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan
5. Memberi penerangan kepada orang tua penderita mengenai maksud dan lama pengobatan
serta bahaya yang dapat timbul bila pengobatan dihentikan secara mendadak
6. Selama masa pengobatan harus diperiksa gejala intoksikasi dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium secara berkala.
3. Hernia Nukleus Pulposus (Diskus Hernia)
Etiologi:
HNP biasa terjadi oleh karena peningkatan yang mendadak tekanan intraduktus penonjolan
keluar nukleus pulposus pada tempat-tempat yang lemah (diskus protusia) arulus sobek
diskus prolaps masuk ke dalam kanalis vertebralis.
Misal: mengangkat beban 10 kg pada masing-masing tangan
1) Bila seseorang sambil berdiri lantas membungkuk dan mengangkat barang tekanan
intraduktus 200 kg.
2) Bila seseorang sambil duduk, lantas membungkuk dengan mengangkat barang tekanan
intraduktus 275 kg.
- Biasanya penderita HNP telah sejak lama menderita nyeri pinggang yang berarti dari sejak
semula diskusnya memang tidak kuat.
- Dapat ditemukan dalam satu keluarga (familial)
- Diskus hernia yang paling sering adalah di daerah L4/L5 atau di daerah L5/S1 dengan keluhan
utama nyeri radikuler sepanjang N. iskhiadikus (ischialgia).
Gejala-Gejala HNP:
1. Low back pain dimana nyeri akan berkurang bila penderita tidur terlentang (tekanan
intraduktus daerah lumbal 20 kg) dan bila penderita berdiri (tekanan intraduktus 100 kg).
2. Punggung terfiksir artinya tidak dapat difleksikan ke depan, diekstensi ke belakang atau
difleksi ke lateral. Sedangkan gerakan rotasi masih tetap dapat dilakukan dengan baik.
3. Lordose lumbal yang berkurang bahkan dapat datar sama sekali.
4. Skoliosis agar rasa nyerinya berkurang.
5. Nyeri radikuler yang menjalar sepanjang N. iskhiadikus sisi kaki yang sakit (biasanya satu
radiks saja yang ditekan oleh diskus yang menonjol ke dalam kanalis vertebralis.
Mis: pada HNP L4/L5 radiks L5 yang tertekan; pada HNP L5/S1 radiks S1 yang
tertekan.
6. Kedudukan panggul yang khas (di sisi tungkai yang sakit, pinggul itu menonjol ke samping).
7. Tanda Naffziger (perangsangan radikuler test) (+)
8. Tanda lasegue positif pada tungkai yang sakit (kadang-kadang terdapat cross lasegue)
9. Gangguan sensibilitas
- Pada HNP L4/L5 : sensibilitas di dorsum pedis tungkai yang sakit terganggu.
- Pada HNP L5/S1 : sensibilitas di pinggir lateral dorsum pedis tungkai yang sakit akan
terganggu.
Namun gangguan ini tidak jelas karena yang tertekan satu radiks saja.
10. Gangguan motorik biasanya tidak ada (jadi tidak terdapat parese).
- KPR biasanya positif
- Pada HNP L5/S1 APR dapat jadi negatif. Misal pada hernia diskus L5/S1 kiri APR
kiri menjadi (-)
Terapi
1. Konservatif
a) Penderita disuruh tidur terlentang selama 6 minggu (tekanan intraduktus daerah lumbal :
20 kg).
b) NSAID mis:
- Na diklofenak 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis (2-4 x 50 mg)
- Indometrasin 3 x (25-50) mg per hari
- Ibuprofen 3 x (200-400) mg per hari
c) Penyinaran dengan lampu inframerah/diatermi.
2. Operatif
Indikasi:
a. bila pengobatan konservatif gagal
b. defisit motorik yang progresif
c. menetapnya neurogenic bladder dan gangguan bowel
d. kompresi radiks pada pemeriksaan ENMG (Electro Neuro Myography).
Pencegahan
1) Tidur di kasur yang keras. Bilamana kasur itu lembek maka letakkan selembar kayu di
bawahnya.
2) Tidur yang paling baik: tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut
yang dibengkokkan.
3) Bila tidur terlentang, letakkan bantal kecil di bawah lutut.
4) Bila duduk maka duduklah di atas kursi yang keras dengan sandaran yang lempeng.
5) Bila duduk hendaknya kaki disilangkan sehingga lutut lebih tinggi letaknya daripada
panggul mengurangi lordose di daerah panggul, kaki yang disilangkan sebaiknya bila
dapat diletakkan di atas suatu sandaran kaki.
6) Bila akan mengangkat beban
- Jongkoklah terlebih dahulu di depan barang tersebut setelah itu baru diangkat.
- Jangan mengangkat beban dengan cara berdiri (atau duduk) sambil membungkuk.
4.Kausalgia
Definisi: nyeri membakar yang biasanya timbul bila terdapat lesi parsial (biasanya karena luka
tembak) dari suatu saraf yang banyak mengandung serabut-serabut simpatetik seperti:
a) N. Medianus
b) N. Ischiadicus
c) N. Tibialis
d) Pleksus brakhialis
Gambaran klinik
1) Dari anamnesa kita dapatkan adanya luka tembak yang menimbulkan lesi parsial pada N.
Medianus atau N. ischiadikus / N. Tibialis.
2) Tidak lama setelah terjadinya lesi parsial tersebut maka timbullah nyeri membakar pada
anggota tubuh yang bersangkutan. Nyeri membakar tersebut akan bertambah keras:
- Bila anggota tubuh itu digerakkan.
- Bila terdapat gerakan yang sekonyong-konyong dari tubuh
- Bila ada getaran atau ketegangan emosional.
Nyeri membakar yang timbul secara terus menerus akan dapat menimbulkan perubahan jiwa
pada penderita bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Pengobatan
Tindakan operatif adalah satu-satunya jalan yang dapat menolong penderita berupa
simpatektomi dimana diangkat serabut-serabut simpatetik aferen dan eferen.
5. Meningitis Purulenta
Gambaran Klinis:
1. Gejala Infeksi Akut, berupa:
- Demam
- Muntah, fotofobia
- Lesu
2. Gejala Peninggian TIK
- Muntah, nyeri kepala, kejang
- Kesadaran menurun, sampai spoor dengan tanda-tanda delirium, papil oedem
- Ubun ubun menonjol, paresis
3. Gejala Perangsangan Meningeal
- Kaku kuduk bahkan mungkin sampai opistotonus
- Kernig’s sign
- Brudzinski I dan II
4. Pemeriksaan Cairan Liquor (LCS) pada pungsi lumbal
- Warna keruh/opalescent
- None dan pardy (++)
- Sel sel ribuan
- Diff cell PMN > limfosit (MN) atau PMN > 500/mm3
- Protein meninggi (total protein 100 mg%)
- Glukosa dan Cl menurun (glukosa 40 mg%)
Segnele
1. Mental retardasi
2. Hydrocephalus
3. Kejang, psikose
4. Parese, deafness, blind
Dosis
- Cefotaxime: 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis secara PO atau IV.
Dosis dewasa: PO = 2 x (250-750) mg; IV = 2 x (200-400) (dosis max per hari: 1,5 gram).
- Nafcillin: 100-200 mg/kgBB/hari dibagi 4-6 dosis secara IV.
Dosis dewasa: 2-12 gr/hari dibagi 4-6 dosis (max: 12 g/hari) 4 x (1-3) gr per hari.
- Vancomycin: 45-60 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2-3 dosis
Dosis dewasa: 2 x (0,5-1) gram secara IV.
Terapi rumatan (pemeliharaan) untuk fenobarbital. Dosis: 8-10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
selama 2 hari dilanjutkan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Definisi: radang selaput otak akibat komplikasi dari TBC primer/paru yang bukan langsung
melalui hematogen melainkan sekunder melalui pembentukan tuberkel di (a) permukaan otak;
(b) medulla spinalis; (c) tulang belakang, yang bila pecah akan masuk ke rongga subarachnoid.
Bisa terjadi secara perkontinuitatum melalui mastoiditis/spondilitis meningoencephalitis.
Gejala Klinis
1) Stadium Prodromal
a. Keadaan baik
b. Defisit neurologis (-)
c. Demam (-) atau sedikit meninggi
d. Bisa didapati tanda ditasi meningeal
e. Nyeri kepala iritabel, anoreksia, cengeng.
Gejala tersebut berlangsung sekitar 1-3 mg
2) Stadium Transisi
a. Perangsangan meningeal: jelas kaku kuduk, kernig sign, sakit kepala, dsb.
b. Pada bayi tampak ubun-ubun yang cembung.
c. Defisit neurologis (+): hemiparesis, kelumpuhan saraf mata, tremor, refleks tendon
meningkat, confusion, disorientasi, kejang.
3) Stadium terminus tdd:
a. Kesadaran menurun, stupor, delirium, koma
b. Defisit neurologis (+) hemiparesis
c. Nadi dan respirasi tidak teratur, hiperpireksia
Definisi: suatu serangan nyeri kepala yang berulang dan familiar, bervariasi dalam hal
intensitas, frekuensi maupun lamanya. Serangan umumnya unilateral (bisa bilateral), dan
disertai dengan gejala anoreksia, nausea, dan muntah-muntah. Sering didahului oleh gejala
neurologis atau psikologis.
Klasifikasi:
1) Migren tanpa aura
Kriteria diagnostik:
Paling tidak ada 5 jenis serangan seperti yang di bawah ini:
a. Nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (tanpa diobati atau pasien minum obat sakit saja,
pengobatan ala kadarnya saja).
Pada anak-anak di bawah umur 15 tahun, serangan biasanya berlangsung 2-48 jam dan
menghilang pada sesudah bangun tidur.
b. Karakteristik nyeri kepalanya memenuhi paling tidak 2 syarat di bawah ini:
- Unilateral
- Berpulsasi (berdenyut)
- Intensitas moderate atau severe (menghalangi atau sama sekali tidak bisa melakukan
aktivitas sehari-hari).
- Nyeri bertambah apabila melakukan menaiki tangga ataupun aktivitas fisik yang
serupa.
c. Nyeri kepala disertai paling tidak salah satu gejala di bawah ini:
- Nausea dan atau muntah
- Fotofobia dan fonofobia
Dari berbagai contoh serangan migren tanpa aura maka menstrual migren merupakan
contohnya dimana biasanya timbul pada saat 2 hari sebelum menstruasi sampai hari terakhir
menstruasi.
Pada migren jenis ini biasanya pada masa 24 jam atau bisa juga lebih sebelum serangan
terdapat gejala prodromal, misalnya:
- Perasaan lemah, lelah, lesu
- Kurang nafsu makan
- Perasaan sensitif terhadap sentuhan, suara, bau-bauan maupun cahaya
- Sering gerak mengunyah
- Sering-sering kencing, dsb
Kriteria diagnostik
1. Paling tidak mengalami 2 serangan yang memenuhi (2) di bawah ini.
2. Paling tidak ada 3 gejala karakteristik dari 4 gejala di bawah ini.
a) Terdapat 1 atau lebih gejala aura fokal serebral kortikal dan atau disfungsi brain stem
yang reversibel.
b) Paling tidak salah satu gejala auranya berkembang secara gradual melebihi 4 menit.
c) Tidak ada aura yang berlangsung melebihi 60 menit. Lebih banyak jenis auranya maka
lebih lama serangannya bertambah.
d) Nyeri kepala timbul sesudah aura dengan free interval kurang dari 60 menit (nyeri kepala
bisa dimulai sebelum ataupun bersamaan dengan auranya).
Pengobatan
a. Non farmakologi
- Hindari faktor pencetus/presipitasi timbulnya migren
- Hidup teratur
- Olahraga secukupnya
b. Terapi simptomatik
1) Fast line therapy
- Analgetika
a) Parasetamol 1-2 gram/hari
b) Aspirin 4-6 gram/hari
- NSAID, contoh:
a) Na diklofenak 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis
b) Indomethasin 25-150 mg/hari dibagi 1-3 dosis (3x(25-50)mg)
c) Ibuprofen 600-1200 mg/hari atau 3 x 200-400 mg per hari
d) Piroxicam 1 x 20 mg atau 2 x 20 mg
- Antiemetikum, contoh
a) Domperidon 3-4 x 1 tablet (10 mg)
b) Metoclopramide 3 x 10 mg
Dimakan ½ jam sebelum makan.
2) Second Line Therapy
a. Ergotamine tartrat
Dosis dewasa: 1-2 mg secara sublingual, via rektal maupun inhaler dapat diulang
setiap 30 menit sampai max 6 mg (dosis max/minggu: 10 mg).
b. Dihidroergotamine mesylate
Dosis umur > 12 tahun-dewasa: 1-3 x 2,5 mg. Untuk pemakaian jangka lama kurangi
dosis sepertiganya (dibagi 2 dosis mis 2 x 2,5 mg).
c. Sumatriptan succinate
Dosis: per oral permulaan 1 tablet (100 mg), per injeksi permulaan 6 mg secara SC.
Dapat diulangi 1 jam kemudian bila gejala masih ada dengan dosis maximum 3 tablet
atau 2 x 6 mg SC dalam sehari.
d. Naratriptan dan zolmitriptan
Sediaan preparat oral 2,5 mg. Dosis: 1-3 x 1 tablet (2,5 mg).
Farmakoterapi Pencegahan
1. Betaadrenoceptors blockers, contoh:
a) Propanolol
Dosis: 0,6-2 mg/kgBB/hari secara PO dibagi 3-4 dosis. Dosis maximum: 4 mg/kgBB/hari
b) Metoprolol
Dosis anak: 1-5 mg/kgBB/hari
Dosis dewasa: PO 100-450 mg/hari dibagi 2-3 dosis.
2. Calcium Antagonist
Contoh: Flunarizine (5 mg, 10 mg/tab)
Dosis: untuk sediaan 5 mg, cara pakai: 5 mg (1 tablet) pada malam hari atau ½ tablet pada
pagi dan malam hari. Untuk sediaan 10 mg, cara pakai: 1 tablet pada malam hari.
3. Tricyclic Antidepressant, contoh:
a) Amitriptilin HCl (10, 25, 50, 75, 100, 150 mg/tab)
Dosis dewasa: mulai dengan 25 mg pada saat mau tidur kemudian dosis dinaikkan untuk
mencapai efek terapi atau dosis maximum 300 mg/hari.
b) Sertraline, moclobemide, dsb.
4. Antikonvulsan valproic acid
Dosis: 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis kemudian dosis dinaikkan tiap minggu 5-
10 mg/kgBB/hari untuk level terapi.
5. Antihistamin: Cyproheptadine
Dosis: 4 mg/dosis setiap 8-12 jam (2-3x per hari) (max 0,5 mg/kgBB/hari)
8.Neuralgia Trigeminus (Tic Douloureux)
Definisi: suatu bangkitan nyeri (nyeri paroksismal) sepanjang salah satu cabang N.V
(N.Trigeminus) (biasanya ramus II dan ramus III) yang timbul karena terangsangnya suatu
trigger zone di sekitar mulut.
Etiologi
1. Degenerative ganglion gasseri
2. Penekanan akar N. V misalnya oleh tumor, pembuluh darah arteriosclerosis.
3. Demyelinisasi akar N. V
4. Paroksismal discharge neuron pada intispinal N.V
Gambaran Klinik
a) Usia pertengahan-tua
Pada usia muda oleh karena: multiple sclerosis, tumor, aneurisma.
b) Nyeri pada paroxysmal pada distribusi mandibular/maxilla, sedangkan region oftalmica
jarang (5%).
c) Dapat mengenai kedua wajah
d) Bangkitan nyeri dapat berlangsung beberapa detik sampai satu menit biasanya dicetuskan
oleh: mengunyah, minum, meraba wajah, gosok gigi, bercukur dan cuci muka, hembusan
angin pada wajah.
e) Sewaktu bangkitan, wajah penderita di sisi neuralgia berada dalam keadaan kejang (tic
douloureux).
f) Tidak jarang nyeri dirasakan sebagai dating dari gigi sehingga gigi yang dirasakan sakit,
dicabutnya satu per satu.
g) Sewaktu bangkitan dapat pula tampak gangguan vasomotorik seperti kulit jadi merah,
keringatan, bengkak, lakrimasi atau salivasi yang bertambah.
h) Di luar bangkitan tidak terdapat defisit neurologis.
Pengobatan
1. Carbamazepin (sediaan 200 mg/tablet)
Mulai 100 mg dosis dinaikkan 100 mg/3 hari sampai dosis 800- mg-1600 mg/hari dibagi
dalam 3 dosis atau dosis awal 2 x 200 mg kemudian dosis dinaikkan 200 mg setiap minggu
sampai level terapi tercapai. (dosis biasanya: 1600-2400 mg/hari dalam 3-4 dosis).
2. Fenitoin (30 mg, 100 mg/kapsul). Dosis: 300-600 mg/hari dibagi 1-2 dosis terapi atau 3-4 x
100 mg per hari (dosis maximum 600 mg/hari).
Fenitoin kurang efektif dipakai: toleransi dengan carbamazepine, segi terapi tambahan
3. Bila pengobatan dengan cara di atas tidak berhasil maka dapat dilakukan pembedahan
seperti:
a) Trigeminotomi
b) Traktomi medullar
c) Decompresi radiks N.V
Prognosis
- Sebagian besar dapat dikontrol dengan Carbamazepin
- Pemakaian obat dapat distop jika dalam 6 bulan bebas rasa sakit.
Neuralgia Glossofaringeus
Definisi: suatu nyeri paroksismal yang timbul sepanjang N.Glossofaringeus yang dapat
dirasakan pada pangkal lidah, faring, laring, atau di dalam telinga.
Gambaran Klinis
- Bangkitan nyeri dapat berlangsung beberapa detik sampai dua menit
- Nyeri spasme pada faring menjalar ke telinga
- Bangkitan dapat dicetuskan oleh: menelan, batuk, berbicara, bersin, mengunyah, memutar
kepala atau sewaktu mengorek-ngorek liang telinga.
- Di luar bangkitan tidak ditemukan adanya suatu defisit neurologis
- Serangan kadang-kadang disertai oleh: bradikardi, aritmia, sincope (vagal stimulation).
Pengobatan
1. Carbamazepin (200 mg/tab)
Cara pakai:
a) Mulai 100 mg naikkan 100 mg/3-4 hari sampai dosis 800 mg-1600 mg/hari dibagi
dalam 3 dosis.
b) Mulai 2 x 100 mg (1/2 tab) kemudian dapat dinaikkan 1 tablet (200 mg) sebanyak 3-4x
per hari ((3-4) x 200 mg per hari).
c) Mulai 2 x 200 mg (1 tab) naikkan 200 mg setiap minggu sampai level terapi tercapai
(biasanya: 1600-2400 mg/hari dalam 3-4 dosis).
2. Kasus Intractable Intracranial section N.IX
9.Parkinson (Penuaan prematur “Premature Aging”)
Parkinson disebut juga paralisis agitans karena pada anggota tubuh penderita dengan penyakit
ini tampak tremor dan karena anggota tubuh itu jarang digerakkan diperkirakan pula oleh
karena ada kelemahan otot.
Simtomatologi
a. Trias gejala Parkinson tdd:
(1) Resting tremor yang kasar dan teratur (alternating tremor);
(2) Rigiditas;
(3) Bradikinesia serta menurunnya refleks postural.
Bila gejala tersebut terbatas pada satu sisi tubuh disebut Hemiparkinson.
b. Memperlihatkan wajah, sikap dan gaya berjalan yang khas:
1) Gerakan otot otot mimik pada wajah berkurang hipomimia
2) Celah kelopak mata tampak agak lebih lebar dari biasanya.
3) Jarang mengedip
4) Penderita terus memandang ke depan
5) Air liurnya menetes keluar dari sudut mulutnya karena penderita lambat menelan.
6) Bila berbicara suaranya lemah (disfonia)
7) Pengucapan kata-kata agak terganggu (disartria)
8) Terdapat palilali yaitu mengulangi-ulangi kata-kata yang diucapkan secara patologis.
9) Berbicara tanpa intonasi (monoton).
10) Tulisan menjadi jelek dan kecil kecil (mikrografi)
11) Reflex palmomental positif. Cara: telapak tangan di pangkal jempol digosok timbul
kontraksi sejenak dari N. mentalis yang akan menimbulkan keriput sejenak pada kulit
dagu.
12) Reflek ketok pada glabella yang hiperaktif
Cara: ketokan pada glabella akan menimbulkan kedipan pada kelopak mata yang dapat
ditimbulkan secara terus menerus bahkan dapat sampai timbul blefarospasmus.
Normal: ketokan pada glabella setelah beberapa kali akan terjadi penyesuaian (kelopak
mata tidak berkedip lagi).
13) Kulit wajah penderita seperti berminyak
14) Jarang tampak berdiri tegak lurus biasanya ia agak membungkuk.
15) Bila berjalan maka tidak tampak gerakan asosiatif seperti ayunan lengan dimana kedua
lengan berada dalam keadaan fleksi/aduksi.
16) Langkah penderita tampak menggeser dan kecil (marche a petits pas)
17) Terdapat kecenderungan untuk berjalan dengan langkah yang semakin bertambah cepat
oleh karena terganggunya refleks postural.
18) Sering memperlihatkan depresi
19) Adanya bradikinesia maka semua gerak penderita berjalan, berbalik, bangun dari duduk
dan lain lain selalu berlangsung lambat.
20) Tonus otot-otot tersebut meningkat (hipertoni) dan memperlihatkan fenomena roda
bergigi (coghwheel phenomenon).
21) Resting dan alternating tremor yang khas adalah tremor yang tampak pada jempol
seolah-olah penderita menghitung uang logam atau membuat pil (pill rolling) yang
hilang sewaktu penderita tertidur dan sewaktu mengadakan gerakan volunter misalya
sewaktu tangannya digenggamkannya
Terapi Parkinson
Obat-obat yang dipergunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson dapat dibagi dalam 4
kelompok, yaitu:
1. Obat-obat antikolinergik
2. Amantadine (symmetrel)
3. Levodopa (L-dopa)
4. Bromokriptin
Di samping itu dapat pula penderita diberikan fisioterapi dan bila perlu dapat pula dilakukan
pembedahan (Kriotalamotomi menurut cooper).
3. Levodopa (L-dopa)
Dengan pemberian penghambat dopa dekarboksilase bersama dengan L-dopa, maka
aktivitas dopa dekarboksilase perifer dapat dinetralisir sehingga dengan dosis L-dopa yang
rendah dapat pula dicapai kadar L-dopa yang cukup tinggi di neostriatum.
Contoh preparat L dopa + penghambat dopa dekarboksilase adalah madopar (L-dopa 100
mg + benserazide 25 mg).
Pengobatan dimulai dengan dosis terendah yaitu satu kapsul/tab setiap hari (1x1 kapsul)
lambat laun dosis ini ditingkatkan dan dapat dinaikkan sampai 4 x 2 kapsul (8 kapsul sehari).
Efek samping:
- Anoreksia, nausea dan vomitus
- Hipotensi
- Dyskinesia
- Psikosis
Pada terapi levodopa menahun (selama 2-3 tahun) dapat timbul efek samping lain yang
biasanya berupa bentuk akinesia secara periods yaitu:
a) End of dose akinesia (wearing off effect)
Berupa terlihatnya trias Parkinson 3-3,5 jam setelah setiap dosis levodopa disebabkan
oleh karena menurunnya konsentrasi dopamine di dalam neostriatum.
b) On-off phenomenon
Terjadi fenomena bifasik yang secara cepat berupa timbulnya diskinesia dan akinesia
secara silih berganti timbulnya off berkaitan dengan rendahnya kadar levodopa di dalam
plasma dan tidak berhubungan dengan waktu si penderita meminum obatnya.
c) Akinesia paradoksika
Terlihat penderita membeku sewaktu ia hendak melewati sebuah pintu seperti sebuah
mobil yang mesinnya tiba-tiba mogok sedangkan starternya ngambek.
Mekanisme bentuk akinesia di atas berhubungan dengan fakta bahwa Parkinson adalah
suatu penyakit degenerasi sistem yang menyangkut susunan neuromelanin. Pengobatan
dengan levodopa mula-mula menghilangkan gejala Parkinson namun demikian proses
degenerasi tetap berlangsung terus dan pada suatu saat ujung serabut serabut nigrostriatal
jumlahnya di neostriatum tidaklah memadai lagi sehingga timbullah gejala di atas.
4. Bromokriptin (sediaan 2,5 mg/tab) contoh: parlodel
Merupakan suatu stimulator kuat dari dopamine reseptor D2, dopamine agonist.
Indikasi: diberikan pada penderita yang telah mendapat levodopa bertahun tahun dan telah
memperlihatkan efek samping di atas. Bromokriptin diberikan di samping L dopa
(dikombinasi) sehingga dapat menghilangkan efek samping tersebut di atas.
Dosis: 10-60 mg per hari dalam dosis terbagi.
Cara pemberian: (1-2) x 125 mg (1/2 tab) per hari untuk 1 minggu pertama kemudian dosis
dinaikkan setiap minggu 1,25 mg/hari, mis: minggu I: 1 x ½ tablet minggu II: 1x1 tablet,
dsb.
10.Tension Type Headache
Etiologi:
Kontraksi otot yang berlebihan daripada otot kepala dan kuduk sebagai reaksi penderita
- Terhadap stress psikis dalam kehidupan RT maupun pekerjaan
- Pulsasi arteri pada kulit kepala yang berkurang
- Gangguan lalu lintas elektrolit (t.u Na) pada daerah kulit kepala.
- Sikap dan posisi badan, kepala yang salah dan terus menerus dalam waktu lama.
- Perangsangan yang tidak wajar akibat penyakit kronis yang diderita di daerah kulit kepala
dan sekitarnya (mis: sinusitis).
- Drug overused seperti
a) Konsumsi lebih dari 45 gr aspirin dan sejenisnya
b) Morphinomimetir drug > 2 kali sebulan
c) Penggunaan diazepam atau sejenisnya melebihi 300 mg setiap bulannya.
Pengobatan
1) Analgetik
a. Parasetamol: 1-2 gram/hari
b. Aspirin: 4-6 gram/hari
2) NSAID, contoh:
a. Na diclofenak: 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis (2-4 x 50 mg)
b. Indomethasin 3 x (25-50) mg
c. Ibuprofen 3 x (200-400) mg
d. Proxicam 1 x 20 mg atau 2 x 20 mg
3) Tricyclic Anti depressan
Contoh: Amitriptilin HCl, dosis: awal dengan 25 mg pada bed time kemudian dapat
dinaikkan sampai dosis max 300 mg per hari bila perlu.
4) Anti konvulsan
Contoh: Valproic acid: 10-15 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis kemudian setiap minggu dosis
dinaikkan 5-10 mg/kg/hari bila diperlukan.
11.Elasterheadache
Kriteria diagnostic
Paling tidak ada 5 seranan yang memenuhi syarat dari b s/d d
Serupa serangan nyeri yang amat sangat (serene) urillateral disekitar orbital, supa orbital
dan bisa menyebar didaerah temporal yang berlangsung 15-150 menit tanpa diobati
Nyeri kepala sehubungan dengan palling tidak salah satu dibawah ini terasa pada sisi uyang
sakit
1) conjunctival injection
2) lakrimasi
3) nasal congestium
4) rhinarrhoe
5) kening dan wajah berkeringat
6) miosis (pupil mengecil)
7) ptosis
8) edema kelopak mata
Frekuensi serangan: 1-8 kali perhari dengan bersekip beberapa hari
Chronic paroxysmal hemicrania = sjaastads syndrome
Kriteria diagnostic
a. Paling tidak mengalami 50 kali serangan yang memenuhi persyaratan b-e
b. Serangan nyeri sekali di daerah orbital semilateral supraorbital dan atau daerah temporal
dan selalu pada sisi yang sama yang berlangsung selama 2-45 menit
c. Frekuensi serangan lebih dari 5x sehari akan teteap waktunya singkat sampai separuhnya
d. Nyeri dirasa paling sedikit satu dibawah ini pada sisi yang sama
1) Conjuctival injection
2) Lakrimasi
3) Nasal congestims
4) Chrorrhoe
5) Ptosis
6) Edema kelopak mata
e. Absolut sangat efektif diobati dengan indometsasin (dosis , 150 mg/hari)
Pengobatan
1) Inhalasi oxygen (7tetes/menit)
2) Ergotamine tartrata, dosis: 1-2 mg secara sublingual dan dapat diulang setiap 30 menit
seperti dosis max. 6 ng (dosis maximum per hari: 10 mg)
3) Suma triptan suocinata, dosis PO: awal 1 tablet (100mg) dan perinjeksi 6 mg sc dapat
diulangi 1 jam kemudian bila gejala menetap dengan dosis max 3 tablet atau 2x6 ng sc dalam
sehari
4) Indomethasin dosis 25-150 mg/hari dibagi 1-3 dosis . 3x (25-50) mg perhari (indomethasin
merupakan drug of choice dari chronic paroxymal hemicrania)
5) Chronic paroxymal hemicraria merupakan
- Nyeri kepala yang dirasakan menyerupai eluster hedache
- Serangannya lebih singkat
- Lebih sering
- Lebih sering pada wanita dari pada pria
- Obat pilihan utama adalah indomethasine
12.Vertigo
Definisi
Suatu bentuk gangguan orientasi diruangan dimana perasaan dirinya bergerak berputar ataupun
bergelombang terhadap ruangan disekitarnya (vertigo subsjective) atau ruangan sekitarnya
bergerak terhadap dirinya (vertigo objectif)
Menieres disease
Penyakit ini mempunya triase gejala
1) Ketajaman pendengaran menurun yang berfluktuasi
2) Episodik vertigo
3) Tinitus
Vertigo berserangan berulang dan berlangsung dar beberapa menit sampai beberapa hari pasien
bisa sampai muntah dan berkeringat dingin. Serangan biasanya mula-mula satu telinga (90%)
yang kemudian kelaqamaan menyeranga kedua telinga
Vertigo juga dapat disebabkan obat-obatan verstilobulostatik
1) Antibiotika: aminoglikosid, gentamisin, amikasim, tetramisin, steptomisin, terutama bila
dikombinasi dengan diuretik makan sifat vestibulo statik dan ototoksik meningkat dan
menetap
2) Antikonvulsan
Ex: fenitoin, karbamazepin, primiodine, dimana bila dosis dikurangi maka gejala akan
berkurang
3). Salisilat: dapat menyebabkan tinitus dan vertigo
Pengobatan Vertigo
1. Obat-obatan
- Antihistamin
Dihidromine: 10-50 mg/ dosis setiap 4 jam jika diperlukan (max 400mg?hari)
- Antimetikum
Ex: dimenhydrinate, dosis 50-100 mg setiap 4-6 jam (dosis max: 400 mg/hari)
Diklizin: PO 50 mg setiap 4-6 jam dalam dosis terbagi
- Vasodilatasi (ca antagonist)
Ex: cinnarizine dosis 3x25 mg (1 tablet) atau 1x 1 tablet (75 mg) perhari
Flunarizine
Sediaan 5 mg cara pakai: 1 tablet pada malam hari dan ½ tablet pada pagi hari dan ½
tablet pada malam hari
Sediaan 10 mg cara pakai: 1 tablet pada malam hari
Fungsi Ca antaginist: vestibular supresan
- Fenotiazin inus
Prometazine: 0,5 mg/kgBB/hari, dapat diberikan 2-3x perhari ((2x3)x(25-50) mg perhari)
Chlorpromazine: dosis: 10-25 mg setiap 4-6 jam, didikasi untuk mual dan muntah
- Simpatomimetid ets
Dosis amphetamin: 1- mg/hari
Efidrine: 25-25mg tiap pemberian
- Minor transquilizer
1. Antiansietas bila ansietas lebih menonjol
Ex: chlordiazepoksid: 30 mg/hari dalam dosisi terbagi (3x1 tab(5mg))
Diazepam dosis 6-10 mg/hari, ringan: 3x(2 mg- 5 mg), berat: 15-40 mg/hari dalam
dosis terbagi
2. Antidepresan bila depresi lebih menonjol
Ex: amtriptidin: dosis 75 mg/hari dosis tunggal
Nortriptidin, dosis: 75 mg/hari (bed time)
Pada serangan akut menieres
Berikan injeksi vestibular sedatime prochlorperazine secara 1M dosis: 0,1-0,15
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis
Sen PO: 5-10 mg/dosis,3-4x perhari
Pasien diberikan 10-20 mg urea cristal yang diberikan bersamaan dengan air jeruk/
air putih yang berfungsi sebagai osmotik diuretik cepat yang dapat membuat
dehidrasi sistem telinga.