1. PARKINSION
Parkinson disebut juga paralisis agitans karena pada tubuh penderita tampak tremor dan oleh karena
anggota tubuh tersebut jarang digerakan diperkirakan juga oleh karena kelemahan otot.
Gambaran klinis
1. resting dan alternatingtremor tremor yang tampak ppada jempol seolah-olah penderita
menghitungkan logam atau membuat pill disebut pill rolling. Tremor ini menghilang sewaktu
penderita tertidur atau sewaktu mengadakan gerakan voluntermisal sewaktu penderita memegang
tangannya.
2. adanay bradikinesia semua gerakan penderita misalnya berjalan berbalik, bangun dari duduk dan
lain-lain selalu berlangsung lambat
Pengobatan
Cara pemakaian
Hari 1 : 1 mg
Hari 2 : 2 mg selanjutnya setiap interval 3-5 hari dosis dinaikan 2 mg /hari sampai dosis 6-20/hari dibagi
3-4 dosis
Cara pemakaian
Dimulai dari dosis terendah yaitu 1x1 kapsul kemudian dosis dapat ditingkatkan dalam interval 1
minggu dan dapat dinaikan sampai 8 kapsul perhari pada umumnya dosis efektif 4-8 kapsul perhari
dibagi dalam 3-4 dosis (3-4 x 2 kapsul).
Pada terapi levodova menahun (2-3 Thn ) dapat timbul efek samping berupa bentuk akinesia.
twerlihatnya trias parkinson 3-3 ½ jam setelah setiap dosis L-dopa yang disebabkan menurunnya
konsentrasi dopamin di neostratum
b. on off phenomenon
fenomena bifisik yang terjadi secara cepat berupa timbulnya bikinase dan akinasia secara silih
berganti yang disebabkan rendahnya levodopa didalam plasma. Dan tidak berhubungan dengan
waktu penderita minum obatnya.
c. akinesia pardoksika
terlihat pendeita membeku ketika ia hendakmelewati sebuah pintu seperti sebuah moil yang
mesinya tiba-tiba mogok sedangkan sedangkan staternya mogok (ngambek)
3. dopamin misalnya bromokriptin parlodel (2,5 mg/tablet)
Cara pemberian
Pada minggun pertama dosis 1-2 x 1,25 mg (1/2 tablet) perhari kemudian dosis dinaikan setiap minggu
1,25 mg perhari sesuai dengan repon dan toleransi penderita 10-60 mg/hari dalam dosis terbagi)
Diberika pada penderita yang telah bertahun-tahun mendapat levodopa dan telah
memperlihatkan efeksamping diatas dapat di kombinasikan dangan 1 dopa untuk
menghilangkan efeksamping 1- dopa diatas
Misal minggu pertama : 1 x1/2 tablet minggu ke dua : 1x 1 tablet dst.
SEFALGIA
1. Nama diagnosis : Sefalgia
a. sefalgia jenis kontraksi otot.
b. Sefalgia vaskuler tipe migren.
c. Sefalgia post trauma kapitis
d. Neuralgia trigeminal glossofaringeal
2. Kriteria diagnosis : keluhan
a. nyeri kepala rasa berat/rasa diikat/dibebani/ditekan /pegal
/panas dll. Lokasi biasanya diffus bilateal. Biasanya khronis.
Bisa bercampur dengan migren.
b. nyeri kepala berdenyut singkron dengan nadi timbulnya
episodik, sering oleh suatu faktor presipitasi. Bertambah berat
apabila melakukan aktivitas. Biasanya unilateral/hemicrania,
dapat disertai neunea, muntah, epifora sebela. Dapat didahului
aura. Kronis dan sub kronis.
c. nyeri / vertigo setelah trauma kepala, terutama bila kepala
digerakan. Bisa menjadi kronis
d. neuralgia trigeminal, glossofaringeal. Nyeri hebat, rasa
mencucuk, memancar, dibor, panas, hilan timbul beberapa detik.
Timbul di daerah persarafan yang terlibat. Dapat dicetuskan
dengan sentuhan pada daerah tertentu (trigger point), berbicara,
ketawa, mengunyah, sapu wajah, minum air dll.
Catatan :
Pengobatan
1. inhalasi oksigen 7 l/menit
2. ergetamin tartrate
Dosis : 1-2 mg secara sub lingual yang dapat diulang setiap 30 menit sampai dosis
max : 6 mg( dosis maksimum perminggu : 10 mg)
3. sumaftriptan succinate
Dosis p.o initial 100 mg (1 tablet) dan 6 mg secara subcutan dan bila gejala
menetap dapat diulangi sejam kemudian dengan dosis max 300 mgatau 2 x 6
mgsecara subcutan dalam sehari.
4. indonefrasin
Dosis ; 25-150 mg/hari dibagi dalam 1-3 dosis (3x25-50 mg/hari)
4. MIGREN
Definisi :
Suatu serangan nyeri kepala yang berulang dan familiar, bervariasi dalam hal
intensitas, frekuensi maupun durasinya, serangan umumnya unilateral dan disertai
dengan wsejak anorekisa, nausea dan muntah-muntah, sering didahului oleh
gejala neurologis atau psikologis
Komplikasi
a. Migren with aura
b. migren without aura
A. migren with aura
Aura dapat berupa :
1. visual aura misal :
- tampak bintik-bintik kecil yang banyak
- gangguan salah satu sisi lapang pandang
-kilaan cahaya yang menyilaukan
2. sensorik aura kebas atau rasa panas pada separuh badan
3. motorik aura misal
- hemiparase atau kelemahan salah satu anggota badan
- Disfagia
- kesulitan bicara
8. standart RS : - semua rumah sakit
- pada penyakit yang sulit sembuh atau migren neurologik
dirawat di RS oleh dokter ahli.
9. Penyulit : kesulitan menegakan diagnosis, menyebabkan diagnosis
kurang teliti.
10. standart tenaga : dokter umum, bila ada kesulitan diagnosis atau terapi rujuk ke
dokter spesialis
11. Inormed consest : tidak perlu
12. lama perawatan : berobat jalan, dirawat apabila rasa sakit tidak tertahankan.
13. Masa pemulihan : terganung keadaan
Catatan :
a. terdapat satu atau lebih gejala aura fokal serebralkortikal dan atau disfungsi brain stem reversibel
d. nyeri kepala timbul sesudah aura dengan free internal kurang dari 60 menit(nyeri kepala bisa
dimulai sebelum ataupun bersamaan dengan auranya)
kriteria diagnostik
a. berlangsung 4-72 jam (tanpa diobati dan pasien minum obat sakit aja atau pengobatan ala kadar
saja) pada anak < 15 tahun serangan biasanya berlangsung 2-48 jam dan akan menghilang sesudah
bangun tidur
1. unilateral
2. berpulsasi
3. Intensitas sedang sampai berat menghilang atau tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari
4. nyeri bertambah apabila mnaiki tangga atau melakukan aktivitas fisik sehari hari
c. nyeri kepala disertai paling tidak salah satu gejala dibawah ini
Pada nyeri without aura biasanya pada masa 24 jam atau lebih sebelum serangan terdapat sejak gejala
Pengobatan
a. non farmakologik
2. hidup teratur
b. medika mentosa
a. analgestik mis
c. antiemetik mis
2) mefelopramide dosis 3x 10 mg
a. ergotamin tastrat
dosis dewasa 1-2 mg secara sublingual, via rectal. Dapat diulang setiap 30 menit sampai dosis max 6
mg ( max perminggu : 10 mg)
b. difudrogatamin mesilate
dosis untuk 12 tahun – dewasa : 1-3 x 2,5 mg dan untuk pemakaian jangaka lama kurangi dosis
secepatnya mis 2x2,5 mh
c. sumafriptamin succinafe
dosis p.o initial : 100 mg (tablet) 6 mg bsecara SC. Bila perlu dapat dibagi 1 jam kemudian dengan
dosis max 300 mg atau 2x60 mg secara SC dalam sehari
d. noraftrptan dan zalmitriptan
e. farmakoterapi pencegahan
a. proprandol dosis 0,6-2 mg/kkbb/hari secara p.o dibagi 3-4 dosis dengan dosis maksimum 4
mg/kgbb/hari
b. metoprolol
2. ca antagonist
Contoh : flunarizin dengan dosis 2x5 mg yaitu 5mg pada betime atau ½ tablet pada pagi dan malam
hari atau dosis 1x10 mg b ila perlu.
4. anti konpulsan
Contoh : valproic acid dosis 10-15 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis kemudian dosis dapat di naikkan
5-10 mg/kgbb/hari setiap minggu untuk mendapatkan terapi.
5. anti histamin
Pencegahan
Nama obat Nama paten Dosis
1. amitriptilin Elavil 10- 50 mg sebelum tidur
2. doxepin Sineguan 10- 75 mg sebelum tidur
3. nartriptilin Panelar 25- 75 mg sebelum tidur
Antikonvulsan
Sediaan valproat Depakote 2x250 mg (max 1000 mg
perhari)
Antidepresan tricycline
1. amitritilin Elavil 10-50 mg setiap jam
2. nortriptilin Pamelar 25-75 mg setiap jam
Monaamine oksidase
Inhibitor
1. phenelzine Nardil 3x15 mg perhari
2. isocarboxazid Marplan 4x 10 mg perhari
Obat serotonergic
1. metrysergide Sansert 4-8 mg single dose
2. cyprofptadine Periatin 4-16 mg single dose
Obat lain
verapamil Isoptin 40-240 single dose
Dosis tunggal 100 mg atau 200mg mengatasi serangan sevara tuntas pada 50-73%
seranan migren dengan atau tanpa aura.
5. HIPOTENSI ORTOSTATIK
DEFINISI
Etiologi
menumpuknya darah di vena ekstrimitas bawah yang biasanya dicegah oleh tonus otot dan
penyesuaian vasokontriksi yang terjadi bila badan mengambil sikap berdiri.
c. bangun dari tempat tidur setelah berbaring berhari-hari karena suatu penyakit
d. gangguan tonus vascular simpatetik misal neuropati perifer dan otonom ( pada diabetes, polinefritis
pasca infeksi)
e. obat-obatan seperti
1). Antihipertensi
2). Vasodilatar
3). Fenotiazin
4). L-dopa
f. idiopatis
penatalaksanaan
b. perut diikat
Definisi : vertigo yang timbul bila kepala mengambil posisi atau sikap tertentu akibat
gangguan vestibuler perifer yang menyebabkan serangan vertigo yang
berlangsung singkat.
Gambaran Klinis :
1. Berlangsung singkat biasanya kurang dari 1 menit.
Biasanya penderita mengeluhkan vertigo yang menghilang setelah beberapa detik
bila ia tidak menggerakkan kepalanya lagi.
2. Serangan sering terjadi dipagi hari bila pasien bangun dari tempat tidur atau berguling.
Dapat juga terjadi bila ia merebahkan diri ditempat tidur atau bila ia menggerakkan
kepalanya kebelakang atau menengadah.
3. Kesulitan berjalan yang dapat berlangsung beberapa jam setelah serangan.
Pengobatan
1. Obat-obat anti vertigo misalnya meklisin, betahestini dan phenergan.
2. Obat-obat simptomatik misalnya metoclopramide dsb.
3. Obat anti ancietas dan anti depresi yang sering menyentri penderita dengan BPPV misal
foixitas dan ludiomil.
4. Glucocorticoid misalnya dexametason 4 mg setiap 6 jam hanya diberikan pada edema
vasogenic akibat tumor oleh abses tidak untuk head injury dan stroke.
7. TRAUMA KAPITIS : ICD 850-854 Intracranial Injury.
1. Komosio serebri : ICD 850-854
2. Kontusio Serebri : ICD 851
3. Edema serebri traumatika : ICD 854
4. Fraktur kranii tertutup : ICD 800.1
5. Fraktur kranii terbuka : ICD 800.3
6. Impressi fraktur tanpa gejala neurologik fokal (>1cm).
7. Impressi fraktur disertai gejala neurologik fokal (<1cm).
8. Fraktur basis kranii.
9. Perdarahan Epidural : ICD 852
10. Perdarahan Subdural : ICD 852
11. Perdarahan Intraserebral.
12. Perdarahan Subarakhnoid.
1. Nama Penyakit / Diagnosa : TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT KEPALA
(TRAUMA KAPITIS)
2. Kriteria Diagnosis : a. Anamnese / dilihat sendiri : adanya benturan
dikepala, riwayat pingsan, muntah amnesia retrograd,
post traumatic amnesia. Adanya lucid interval, pusing,
pening, perdarahan telinga, hidung dll.
b. Pemeriksaan : gangguan tingkat kesadaran,
kelumpuhan, kejang, SKG.
3. Diagnosis Diagnosis : CVD / Stroke, Epilepsi, Tumor Otak.
4. Pemeriksaan Penunjang : X foto tengkorak AP/Lat, CT Scan Otak / MRI,
Arteriografi/ EKG, LP.
5. Konsultasi : Bedah saraf / bedah (tergantung indikasi).
6. Terapi : a. Istirahat, observasi dan simptomatis.
b. Anti edema serebri : manitol dll.
c. Perawatan intensif jika kasus berat.
d. operatif pada kasus-kasus tertentu.
e. fisioterapi dan rehabilitasi.
7. Perawatan Rumah Sakit : Semua kasus trauma kapitis harus dirawat nginap
dirumah sakit minimal 3 hari untuk observasi adanya
suatu perdarahan epidural / subdural yang mempunyai
lucid interval (terutama pada daerah RS yang tidak
mempunyai alat CT Scan / Arteriografi).
8. Standard Rumah Sakit : - pada komosio serebri + kontusio ringan : semua RS. –
Pada kasus-kasus yang lebih berat : minimal RS kelas C.
9. Penyulit : - Perdarahan masif. – Edema serebri yang tak
terkontrol. – Sindroma otak organik. – herniasi.
10. Infromed consent : terutama pada kasus yang berat
11. standart tenaga : - dokter spesialis saraf
- dokter umum (pada daerah yang tidak ada ahli saraf).
12. lama perawatan : minimal 3 hari
13. output : Post trauma kapitis syndroma, gejala sisa / kelumpuhan
SOO
14. autopsi : dilakukan jika klinis meragukan umtuk kepentingan
hukum.
Note : prinsip penanganan pasien dengan peningkatan TIK.
1. Elevasikan kepala di tempat tidur
2. Medikamentosa
a. Manital bolus / gram /kgBB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis
0,25-0,5 gr/kgBB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam target osmolaritas 300-
320 mosmol/L
b. Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intra vena dosis
10 mL/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan sedang).
c. Furosemide 1 mg/kgBB secara intravena
8. SLEEP APNUE
Etiologi : obtruksi saluran napas bagian atas yang dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan misal disfungsi otot-otot faring dan malformasi saluran bagian
atas.
Gambaran klinis :
1. Gejala subjektive
a. Banyak tidur ( Hypersomnolence) disiang hari yang di akibatkan oleh sering
terbangun di malam hari oleh episode apnue akibat terdapat peningkatan ringan
pada tahanan saluran nafas bagian atas biasanya tidak disadari oleh pasien
b. Nyeri kepala waktu bangun pagi, depresi, deteriosi, intelektual hipertensi sistemik
dan pulmonal, aritmia jantung sepintas dan stroke sebagai kemungkinan akibat
sindrom apnue waktu tudur.
2. Gejala objektive
a. Pada keadaan tidur bernapas terhenti selama > 10 detik dan frekuensinya rata-rata
> 10x tiap jam waktu tidur malam.
b. Mendengkur kuat dan bergerak berlebihan (abnormal) sewaktu tidur.
9. INSOMNIA
Definisi : ketidak mampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau mempertahankan
keadaan tidur.
Penyebab insomnia sepintas
1. Stress emosional
2. Rasa nyeri
3. Perubahan pada rutinitas
10. NEUROPATI
Definisi : suatu penyakit dengan gejala klinik yang timbul karena kelainan saraf perifer,
umumnya berupa degenerasi non inflamasi yang luas dengan gejala yang
meliputi kelemahan motorik, gangguan sensorik, gangguan autonom dan
melemahnya refleks tendon.
Gambaran klinik
a. Kelainan motorik
1. Kelemahan yang dapat mengenai otot-otot kaki dan tungkai terlebih dahulu dan
pada umumnya lebih berat, kemudian baru mengenai otot-otot tangan dan lengan.
Pada kasus ringan hanya mengenai kaki saja.
2. Atropi otot yang terjadi secara perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulan
bergantung berat atau ringannya kerusakan serabut saraf.
3. Refleks tendon akan berkurang sampai hilang sama sekali bergantung pada derajat
lesi.
b. Kelaianan sensorik terutama mengenai bagian distal tungkai dan lengan.
1. Kehilangan rasa raba dan nyeri saja mungkin pula terdapat kehilangan rasa tekan,
getar, rasa diskriminasi dua titik serta rasa sikap sendi.
2. Parestesi dan disestesi kadang-kadang seperti rasa geli, rasa arus listrik dan rasa
seperti disuntik matirasa pada saat akan dilakukan pencabutan gigi.
3. Rasa nyeri sangat dan nyeri tusuk
4. Restless-leg sindrome kelainan sensorik berupa pegal bila tungkai istirahat dan
membaik bila tungkai digerakkan
c. Kelainan Autonom
1. Anhidrosus dan produksi air mata dan air liur yang terkurang.
2. Hipotensi ostsostatik.
3. Papil yang kurang reaktive.
4. Impotensi, kelemahan sfingter uretra dan anus.
5. Gangguan miksi karena distonia vesica urinaria Retensi urine.
Pengobatan
1. Menghindari obat-obatan dan makanan yang dapat menyebabkan neuropati seperti
a. Vinkristin
b. Isoniazid
c. Hidralazin
d. Nitrofurantoin
e. Klorokuin
f. Makanan kaleng serba saji
2. Obat-obat yang dapat merangsang proteosintesis sel schwan untuk regenerasi :
a. Metikobalamin (Derivat Vit B12)
Dosis 1.500 mg perhari selama 6-10 minggu.
b. Gangliosid dengan dosis 2x200mg perhari secara intramuscular selama 8
minggu.
3. Pemberian neurotonika yaitu kombinasi vitamin B1 B6 dan B12 dosis tinggi misal
Neurobion, Ikanehron 5.000 dsb.
4. Untuk menghilangkan nyeri dapat diberikan analgesik yang dapat dikombinasi
dengan neuroleptika atau carbamazepine.
5. Cortism atau ACTH
Di pertimbangkan pada neuropati kronis atau pada neuropati yang residif.
11. Guillain – Barre Syndrome
(Polineuropati, infeksiosa Akut, Poli radikulonearitis)
Definisi
Suatu polineuropati yang menyeluruh dapat berlangsung akut atau subakut, mungkin terjadi
spontan atau sesudah suatu infeksi dapat terjadi pada semua umur dan terbanyak pada usia 4-
10 tahun.
Gejala Klinis
- Biasanya didahului oleh demam atau ISPA dan Gasrtoenteritis 1-3 minggu sebelumnya
- Terjadi kelemahan otot yang sama beratnya antara proksimal dengan distal.
- Kadang kelumpuhan seolah-olah menjalar ke atas (Ascending) dari otot kaki, tungkai,
abdomen, thoraks, lengan dan muka disebut paralisis Askending Landry (Landry’s
Paralysis)
- Otot-otot yang terkena bersifat Simetris
- Kelumpuhan jenis Flaksida dengan refleks tendon yang menurun tetapi tidak terlihat atrofi
- Gangguan sensitivitas dapat berat, ringan atau tidak ada sama sekali
- Kelumpuhan dapat dimulai atau didahului oleh hiperplasia, arestesia dengan rasa nyeri
atau parestesia.
Pemeriksaan Laboratorium
- Bed Rest, bila otot-otot pernapasan terlibat maka sebaiknya penderita dirawat di ICU
karena memerlukan ventilator mekanik
- Trakeostomi, bila otot-otot bulbar terlibat sehingga terjadi kelumpuhan otot-otot
tenggorokan.
- Pemberian kortikosteroid untuk menghilangakn edema saraf
a. Dexametason, dosis 0,08-0,3 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis dapat diberikan
secara PO, IM atau IV
b. Prednison, dosis 0,1-2 mg/kgBB/hari dibagi 1-4 dosis diberikan secara PO atau IV.
Prognosis
- Biasanya perbaikan terlihat dalam 1-10 hari dari penyembuhan terjadi sempurna tanpa
gejala sisa. Terkadang dapat sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan
- Kematian disebabkan oleh paralisis otot pernapasan.
12. Neuropati Diabetik
Penatalaksanaan
- Berdasarkan etiopatofisiologi : Pemberian vitami B dosis tinggi
- Penanganan terhadap keluhan
a. Untuk nyeri, analgesik yang bila perlu dapat dikombinasi dengan antidepresan dan atau
Carbamazepin dosis 2-4x1 tablet
b. Gastroparesis, metoclopramide
c. Gastatory Sweating, antikolinergik contoh Trihecyohenidyl
13. Encephalitis
Definisi
Infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme
Etiologi
- Bakteri
- Protozoa
- Cacing
- Jamur
- Spirokaeta
- Virus penyebab terpenting
Gambaran Klinis
- Suhu yang secara mendadak naik sering hiperpireksia
- Kesadaran dengan cepat menurun
- Sebelum kesadaran menurun seringkali megeluh sakit kepala
- Muntah sering ditemukan
- Kejang dapat berlangsung berjam-jam dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja.
- Defisit neurologis dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama misal parese atau
paralisis, afasia dsb.
- Pada ensefalitis pasca infeksi maka gejala primer penyakit dapat membantu diagnosa.
Pemeriksaan neurologis
a. Refeks patologis misalnya babinski, oppeinheimer, chaddock gordon, schaeffer,
hoffman tromner, klonas kaki (+).
b. Rangsangan mengingeal (-)
Pemeriksaan LCS
a. LCS serign dalam batas normal
b. Difftell pada awal PMN>MN MN > PMN
c. Kadang ditemukan sedikit peningkatan sel, protein atau glukosa.
Penatalaksanaan
- Bila penderita kejang Antikonvulsi
a. Diazepam, dosis 5-10 mg secara IV maksimal 30 mg/ 8 jam
b. Phenobarbital, dosis awal 15-20mg/kgBB/hari di bagi 1-2 dosis
- Hiperpireksia
a. Surface cooling, dengan menempatka os pada permukaan tubuh yang mempunyai
pembuluh darah besar misalnya kaki, tangan, leher, ketiak, selangkangan, proksimal
betis dan diastas kepala.
b. Hibernasi, dengan pemberian Largactil 50 mg dan phenergan 50 mg secara IV
(dimasukan ke dalam dextrose 5%)
- Largactil dosis 2 mg/kgBB/hari Dibagi dalam 3 dosis secara IM atau IV
- Phenergan dosis 4 mg/kgBB/hari
c. Antipiretikum bila memungkinkan pemberian PO
- Parasetamol 3x500mg
- Asetosal 3x500mg
- Pemberantasan edema otak
a. Dexametason 0,5 mg/kgBB/ hari dibagi 3 dosis secara IV atau
b. Manoital 20% 1 gr/kgBB/hari dihabiskan dalam 20-30 menit dan bila perlu dapat
diulangi 8-12 jam kemudian.
- Kombinasi antibiotika poli fragmasi untuk mengatasi kemungkinan infeksi sekunder yang
diberikan secara kombinasi
a. Sefalosporin generasi III + ampisilin
b. Ampisilin + kloramphenicol
- Obat supportive misal Piracetam
- Obat anti virus misalnya Acyclovir
a. Untuk herpes zoster 5x400-800 mg/hari
b. Untuk herpes simpex 1200 mg/hari dibagi 3-6 dosis biasanya 5x200 mg
Diberikan selama 7-10 hari
Diagnosis Diferensial
- Polimiositis
- Thyrotoksikosis
- Exopthalmic ophthalmoplegia
- Myasthenic syndrome
- Periodic paralysis dll.
Pemeriksaan Penunjang
- Tonsilon test/ prostigmin test
- EMG (Jolly Test/ Harvey Masland Test)
- Foto Rontgen Thoraks AP-L-OBL
- Pemeriksaan imunologis
- CT Scan
Konsultasi
- Bagian patologi klinik untuk pemeriksaan hematologi-imunologi
- Bagian bedah (bedah thotaks)
Terapi
- Anti kholinestrase (pyri-dostigmin atau prostismin)
- Kortikosteroid ( Methyl-prednisolone atau dexamethason)
- immunosuppresive (Amzothioprine atau siklofosfamid)
- Timektomi
- Plasmaphoresis
Penyulit
- Karena penyakit krisis miastenia dan krisis kholinergik
- Karena tindakan terlambat bertindak/ peralatan repirator yang tidak siap pakai.
Gambaran Klinik
- Bangkitan nyeri dapat berlangsung beberapa detik sampai 2 menit
- Diluar serapan defisit neurologis (-)
- Kadip disertai oleh bradikardi, sincope, aritmia.
Pengobatan
Carbamazepin, dosis awal 2x100 mg (1/2 tablet) kemudian dosis dinaikan 100 mg tiap 3-4 hari
sampai menjadi 3-4x1 tablet (maksimum 1200mg/hari).
21. EPILEPSI
Definisi :
Manifestasi klinis yang serupa dan berulang serta paroksimal yang disebabkan oleh
hiperaktivitas listrik (lepasnya muatan listrik berlebihan) sekelompok sel saraf di otak yang
spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Macam-macam epilepsi :
1. Grand mall epilepsi
a. Bangkitan terjadi sekonyong-konyong dengan suatu teriakan penderita jatuh
pingsan, kepala berpatah kesamping atau ke belakang
b. Terjadi kejang tonik yang beberapa detik kemudiamn diikuti kejang klonik yang
biasanya terjadi sinkron pada kedua sisi
c. Lidah dapat tergigit dan mulut tampak berbuih
d. Fase kejang klonik kemudian disusul dengan fase koma dan kemudian pasien
berangsur-angsur sadar
e. Setelah siuman tampak amnesia retrogred walaupun beberapa memori masih
dapat diingat.
2. Petit mall epilepsi
a. Biasa pada anak-anak dimanaakan tampak adanya absence yang berlangsung
selama beberapa detik, seperti mata memandang ke satu tempat dan bila ia
sedang berbicara maka pada saat serangan ia akan berhenti di tengah-tengah
suatu kalimat
b. Penderita tidak jatuh dan setelah beberapa detik pemderita siuman kembali dan
pekerjaannya dilanjutkan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
3. Epilepsi psikomotor
a. Memperlihatkan gejala gangguan jiwa seperti ilusi, halusinasi, waham sehingga
sepertinya penderita seorang paranioid, mungkin pula ada gejala dejavu (merasa
sudah pernah melihat) atau jamaisme (tidak pernah melihat) dan mungkin pula
penderita menjadi agresive.
b. Kesadaran penderita saat itu berubah (dreamy state)
c. Tidak jarang penderita memperlihatkan gejala otomatisme seperti membuka
bajunya, mengusap-usap mulutnya, berjalan-jalan, yang intinya melakukan
gerakan tanpa disadari dan tanpa tujuan.
4. Epilepsi akinetik
a. Tonus otot tiba-tiba hilang sehingga penderita mau jatuh tetapi segera tonus otot
kembali pulih
b. Kesadaran penderita tetap baik
5. Epilepsi mioklonik
a. Kontraksi kasar seperti kejutan, singkkat tidak berulang dari suatu grup otot
dimana keadaan ininbisa melemparkan benda dari tangan pasien atau sesekali
melemlarkan pasien melemparkan ke tanah.
b. Biasanya bergabung dengan bentuk epilepsi lain dalam sebuah sindrom Lennox-
Gustaat yang tandanya :
Absence
Bangkitan akinetik
Bangkitan mioklonik
6. Epilepsi jecksen
a. Terjadi secara unilateral, bersifat ritmis (klonis) pada salah satu anggota tubuh
yang kemudia dPat menjalar kebagian tubuh lain
b. Kesadaran penderita tetap baik
Pengobatan :
Indikasi pemberian obat anti epilepsi
1) Bangkitan epilepsi lebih dari 2 kali dalam sehari
2) Bangkitan pertama langsung diberi obat bila
Gambaran EEG sesuai untuk epilepsi
Didapatkan kelainan otak pada pemeriksaan radiologis
Dijumpai kelainan neurologis yang sesuai dengan gangguan kerusakan otak
Orangtua atau saudara kandungnya menderita epilepsi
Pernah menderita infeksi otak atau cidera kepala
Sedang menderita infeksi otak aktif
Berupa status epileptikus
3) Dexametason 4mg setiap 6 jam (pemakaian glukokortikoid harus dihindari pada
traumaa kapitis, stroke iskemik dan stroke hemoragik) digunakan hanya untuk
peningkatan TIK akibat tumor atau abses
Prinsip pengobatan epilepsi :
1. Obat sesuaai jenis epilepsi dengan dosis minimal yang efektif
2. Pengobatan harus dimulai dari dosis terendah dan dinaikkan ke dosis yang diperlukan
untuk mempertahankan terapeutik plasma level
3. Obat diupayakan tunggal
4. Bila kombinasi 2 anti konvulsan tidak berhasil dan yang ke 3 hendak dipakai maka
salah satu dari anti konvulsan sebelumnya harus ditarik.
1. Bebas serangan kurang lebih 2 tahun yang dilakukan d3ngan penurunan dosis secara
bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan
2. Memperlihatkan gambaran EEG yang normal
1. 1. Valproic 1. 1. Valproic
Carbammazepin acid Carbamazepin acid
2. Valproic
2. Valproic acid 2. Clonazepam 2. Clonazepam
acid
3. Fenitoin 3. Fenitoin
4. Clonazepam
Kejang positif
Fenitoin dosis ditambahkan 5-10 mg
/ kgBB (5 -10 mg /kgBB)
Kejang positif
Kejang positif
Metastase
Paru-paru
Saluran cerna
Payudara
Ginjal
b. Foto Thorax
c. Computed tomography
d. EEG
e. Punksi Lumbal
f. Echo Encephalography
g. Ventikulography
h. Lain-lain
6. T e r a p i :
Operasi tergantung pada jenis dan lokasi tumor,
tidak dilakukan pada tumor batang otak,
noncapsule dan luas (infiltrating)
Radiasi dan steroid
Tumor primer ganas
Tumor metastosis
Kortikosteroid untuk mencegah edema
serebri diberikan methyl prednisolon 80-
100 mg / hari
Kemoterapi
Pemberian IV (sistemik)
Methamicin
Vicristin sulfat
B.C.N.U
Pemberian intra arterial
Nitrogen mustard
Metho threkasat
Bremuridin
5. Fluonracil
B.C.N.U + radio therapy efektif
7. Standar rumah sakit : RS yang lengkap dengan fasilitas penunjang dan terapi
8. Penyulit :
Lokalisasi tumor yang sangat dalam dan dekat
dengan bagian vital otak spthpothalamus, batang
otak
Karakteristik tumor sangat ganas
Sarana peralatan operasi yang lengkap
11) Standard tenaga : Dokter umum bila tidak ada dokter spesialis
kontralateral arah
terhadap lesi
Nistagmus Tidak pernah
Mungkin ada
vertikal ada
Tinitus dan atau
Sering ada Biasanya ada
tuli
Disfungsi
Tidak ada Sering ada
batang otak
1. Neuronitus
Toksik (misal vestibullar
obat anti 2. Vertigo
konvulsi) posisional
benigna
1. Stroke
3. Penyakit
vertebrobasiler
meniere
2. Trauma
Penyebab
Infeksi 4. Traumma
3. Migren
5. Fisiologis
basiler
(motism
4. Neoplasma
sickness)
5. Degenerasi
6. Obat-obatan
spinoserebelar
7. Tumor di
Hipotiroid
fossa posterior
misalnya
neuroma
akastik
Pengobatan :
4 × 12,5-25 mg / hari
Promethazine Phenegran
(25-50 mg / hari)
Cinnarizine Stagerone 3 × 15-30 mg / hari
Betahistin 3 × 6-12 mg / hari
Merislon
mesylate Maksimum 6 tablet (@ 6 mg)
Betahistin di HCL Betaserc 3 × 8 mg / hari
Scopolamine - 3 – 4 × 0,3 – 0,6 mg
Antiko
linergi
k
Scopolamine trans
- 1,5 mg selama 3 hari
dermal patch
Simptom
imetik
4 × 12,5 – 25 mg / hari
Ephedrine -
(25 mg / hari)
Diazepam - 2 – 3 × 2 – 5 mg / hari
odiaz
Benz
epin
Efedrin dan
- Masing-masing 25 mg / hari
si
prometazin
Antivertigo
1) Cinnarizine : Stugeron 25 mg / tablet dan 75 mg / tablet forte
Dosis 3 × 1 tablet atau 1 × 1 tablet forte
2) Flunarizine : Sibelium, Unalium 5 mg dan 10 mg / tablet
Dosis 1 × 5 mg atau 10 mg pada sore hari atau 2,5 mg
Atau 5 mg pada pagi hari dan sore hari
3) Betahistin di HCL : Betaserc 8 mg / tablet
Dosis 3 × 1 tablet
4) Betahistin mesilat : Mareslon, mertigo 6 mg / tablet
Dosis 3 × 1 tablet
5) Dimenhydrinate : Dramamine 50 mg / tablet dan 50 mg / ampul
Dosis 3 × 1 tablet
25. S T R O K E
Definisi :
Setiap kelainan otak akibat proses patologis pada sistem pembuluh darah otak yang
dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Sifat klinik proses penyumbatan pembuluh darah otak yang spesifik :
a. Timbul mendadak
b. Menunjukan gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh yang tersumbat.
Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak sistem karotis dan perlu lebih
teliti pada observasi sistem vertebrobasiler
c. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak, sedang pada
stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.
Keterangan :
Kesadaran : compos mentis :0
Apatis – somnolen :1
Sopor - koma :2
Muntah, sakit kepala, penyakit : positif :1
menahun Negatif :0
Contoh :
a. Claudicatio intermitten
b. Diabetes mellitus
c. Atrial fibrilasi
Kesimpulan :
a. Siriraj stroke score > + 1 = stroke hemorragic
b. Siriraj stroke score < - 1 = stroke iskemik
Management pasien stroke :
1) Perawatan umum pasien stroke
a. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu beri oksigen 1-
2 liter / menit sampai ada hasil analisa gas darah. Bila lendir (+) hendaknya di
suction
b. Miksi harus diperhatikan, kandung kemih yang penuh harus dikosongkan
sebaiknya dengan kateterisasi secara steril secara intermittwn minimal 3 kali
sehari
c. Menjamin nutrisi, cairan dan elektrolit yang optimal dan stabil cairan input dan
output hendaknya diperhatikan agar tidak terjadi hipo atau hipervolemia.
Umumnya pemberian cqiran berkisar 2000 – 2500 cc / hari. Bila hendak
dibatasi cairan karena ada efek massa oleh edema otak maka pengurangan
cairan hendaknya sedang saja misalnya menjadi 1500 cc/hari. Kemampuan
menelan penderita perlu diperhatikan untuk menenukan apakah dapat diberikan
nutrisi melalui peroral atau dengan NGT (personde). Kemudian gangguan
menelan harus diperhitungkan pada keadaan-keadaan :
1. Stroke berat (Kesadaran menurun, Kelumpuhan berat dan ataksia
trunkal, Displasia hemineglect dan hemianopsia)
2. Usia tua
3. Kegelisahan
4. Parase diafragma
5. Kontrol batuk yang jelas terganggu
6. Suara sesak, bicara berat
Pada penderitta stroke akut, cairan yang diberikan tidak boleh mengandung
glucosa karena hiperglikemik menyebabkan perburukan fungsi neurologis dan
keluaran disamping itu oleh karena pada fase akut stroke keadaan hiperglikemik
awal sering dijumpai. Hal ini disebabkan karena stres dan peningktN kadar
katekolamin di dalam serum.
d. Kebersihan badan diperhatikan, penderita dimandikan deng sabun dan
dibedaki. Defeksasi hendaknya diatur dengan membrikan spuit gloserin tiap 2-
3 hari atau dapat jiga diberikan sediaan supposituria misal Dulcolax supo.
Kebersihan mata dengan boorwater dan kebersihan mulut dengan alkohol atau
boraksgliserin hendaknya diperhatikan.
e. Letak penderita harus sering diubah (tidur bolak-balik) untuk mencegah
timbulnya dekubitus dan trombosis vena dalam akibat immobilisasi.
f. Mencegah timbulnya stress ulcer dengan pemberian antasida atau proton pump
inhibitor misal omeprazol.
g. Mencegah infeksi sekunder terutama pada tractus respiratorius dan tractus
urinarius. Bronkopneumoniae hendaknya dicegah dengan pemberian antibiotik
profilaksis dan pemasangan kateter yang steril. Bila timbul edema paru dengan
gejala dyspnea, sianosis, dan sputum yang kemerahan dapat diberi aminofhin,
diuretik dan kortikosteroid
Pengobatan Spesifik Pasien Stroke
Pembagian TIA
1. TIA tipe carotid
a. Buta sebelah mata
b. Hemiparese
c. Hemihypastesia
d. Aphasia
2. TIA tipe vertebrobasiler
a. Diplopia
b. Disartria
c. Ataxia
d. Disfagia
e. Drops attack
f. Hemiparese
g. Hemihypastesia
h. Hemiparese alternans
3. Mencegah Rebleeding
a. Injeksi vitamin K 5-10 mg
b. Adona AC-17 200-400 mg/hari secara IV atau 4 ampul adona AC dalam
dextrose 5% 14 tetes/menit
c. Asam tranexamat 6 gram 1 hari dalam dosis terbagi ( 1 gram IV atau 1,5 gram
peroral diberikan 4-6 kali sehari.)
4. Mencegah delayed cerebral ischemic bermula sekitar hari ketiga
Nimodipin nimotop 30 mg tablet dan 10 mg/50 ml botol infus.
Dosis 4 x 1 tablet selama 21 hari atau infus 2,5cc / jam selama 5-7 hari. Lalu
dilanjutkan 4 x 1 tablet sampai hari ke 21.
Infus awal 1 mg (5 ml) perjam selang 2 jam. Bila toleransi baik dosis
ditingkatkan menjadi 2 mg perjam. Untuk BB < 70 Kg dosis 0,5 mg (2,5 ml)
perjam.
5. Mencegah Iskemik Serebral sekunder akibat SAH
Gejala yang timbul dapat berupa defisit neurologis hemisferik (25%)
penurunan kesadaran (35%) hal ini terjadi secara perlahan membaik dan
timbul dalam beberapa hari biasanya 4-12 hari paska SAH.
Harus dilakukan CT scan ulang untuk
lebih menentukan adanya iskemik
serebral.
Tindakan yang dapat dilakukan
a. Segera menghentikan nimodipin
b. Infus larutan albumin 5% atau 20% 500 cc
c. Pasang evp untuk melihat hidrasi penderita
d. TD dijaga agar tetap 20-40 mmHg di atas base line
e. Mencegah hipotensi dan monitor cairan serta elektrolit
f. Bila perlu rawat di ICU
6. Mencegah hidrosefalus pada SAH
Biasa terjadi beberapa jam sampai beberapa hari pasca sah dengan gejala
a. Penurunan kondisi klinis yang sub akut
b. Gangguan motilitas okuler ( sunset sign)
c. Dx pasti dengan Head CT Scan
Dievaluasi selama 24 jam karena dari
penelitian 50% keadaan hidrosefalus
pada SAH akan membaik spontan
kecuali pada penderita dengan
perdarahanintraventrikuler yang
masif. Bila setelah evaluasi 24 jam
tidak membaik spontan maka
dilakukan
1. Pungsi lumbal
2. Pv shunt untuk drainase liquor.
7. Pengobatan komplikasi sistemik SAH
Yang tersering adalah hiponatremia akibat cerebral wasting syndrome karena
natriuresis yang berlebihan disertai penurunan volume plasma.
Gambaran klinis terjadi terutama bila kadar Na < 125 mmol/L
a. Penurunan kesadaran
b. Kejang terutama bila Na < 100mmol/L
c. Hemiparese
d. Asteriksis kemudian koma
27. Tremor
Definisi : serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran yang
timbul karena berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian.
Resting tremor tremor yang timbul bila bagian tubuh tersebut ditopang
(atau disangga) dan tidak ada aktivitas otot volunter.
Postural tremor tremor yang timbul bila bagian tubuh tersebut ditempatkan
melawan gaya berat. Misalnya pasien disuruh merentangkan tangannya serta
memekarkan jari-jarinya.
Intensi tremor tremor yang timbul sewaktu melakukan gerakan volunter
dan menjadi lebih nyata ketika gerakan hampir mencapai tujuannya.
Penatalaksanaan
a. β Blocker
1. propanolol dosis 3 x 10-40 mg perhari
2. nadolol dosis tunggal 40-80 mg perhari
3. metoprolol dosis 25 mg tiap hari sampai didapatkan efek optimal atau
sampai dosis maksimum 3 x 50 mg sehari tercapai
digunakan pada pasien yang tidak dapat mentolerir propanolol
misalnya pasien asma, dsb.
b. Primidone
Contohnya : mysoline 250 mg/tablet. Dosis dapat dimulai rendah dari 12,5
mg – 25 mg sehari dan ditingkatkan secara gradual biasanya dosis 50-500
mg dalam dosis yang terbagi. Terkadang ada pasien sudah mendapat
khasiat dengan dosis 50 mg sehari tetapi ada juga yang membutuhkan
sampai dosis 1000 mg.
Maksimum 1500 mg/ hari
c. Obat α adrenergik
Contoh : klonidin dosis 0,1 mg – 0,9 mg sehari