Anda di halaman 1dari 43

NEUROLOGI

1. PARKINSION

Parkinson disebut juga paralisis agitans karena pada tubuh penderita tampak tremor dan oleh karena
anggota tubuh tersebut jarang digerakan diperkirakan juga oleh karena kelemahan otot.

Gambaran klinis

1. resting dan alternatingtremor  tremor yang tampak ppada jempol seolah-olah penderita
menghitungkan logam atau membuat pill disebut pill rolling. Tremor ini menghilang sewaktu
penderita tertidur atau sewaktu mengadakan gerakan voluntermisal sewaktu penderita memegang
tangannya.

2. adanay bradikinesia  semua gerakan penderita misalnya berjalan berbalik, bangun dari duduk dan
lain-lain selalu berlangsung lambat

3. coughwheel phenomenon  tonus otot-otot tubuh meningkat (hipertoni) dan memperlihatkan


fenomena roda bergerigi.

Pengobatan

1. obat antikolinergik misal

Cara pemakaian

Hari 1 : 1 mg

Hari 2 : 2 mg selanjutnya setiap interval 3-5 hari dosis dinaikan 2 mg /hari sampai dosis 6-20/hari dibagi
3-4 dosis

2. levadopa contoh madopar  L dopa 100 mg + dopa dekarboksilase (benserazide 25 mhg)

Cara pemakaian

Dimulai dari dosis terendah yaitu 1x1 kapsul kemudian dosis dapat ditingkatkan dalam interval 1
minggu dan dapat dinaikan sampai 8 kapsul perhari  pada umumnya dosis efektif 4-8 kapsul perhari
dibagi dalam 3-4 dosis (3-4 x 2 kapsul).

Pada terapi levodova menahun (2-3 Thn ) dapat timbul efek samping berupa bentuk akinesia.

a. end of dose akinesia (wearing off efect)

 twerlihatnya trias parkinson 3-3 ½ jam setelah setiap dosis L-dopa yang disebabkan menurunnya
konsentrasi dopamin di neostratum

b. on off phenomenon

 fenomena bifisik yang terjadi secara cepat berupa timbulnya bikinase dan akinasia secara silih
berganti yang disebabkan rendahnya levodopa didalam plasma. Dan tidak berhubungan dengan
waktu penderita minum obatnya.

c. akinesia pardoksika

 terlihat pendeita membeku ketika ia hendakmelewati sebuah pintu seperti sebuah moil yang
mesinya tiba-tiba mogok sedangkan sedangkan staternya mogok (ngambek)
3. dopamin misalnya bromokriptin  parlodel (2,5 mg/tablet)

Cara pemberian

Pada minggun pertama dosis 1-2 x 1,25 mg (1/2 tablet) perhari kemudian dosis dinaikan setiap minggu
1,25 mg perhari sesuai dengan repon dan toleransi penderita 10-60 mg/hari dalam dosis terbagi)

 Diberika pada penderita yang telah bertahun-tahun mendapat levodopa dan telah
memperlihatkan efeksamping diatas dapat di kombinasikan dangan 1 dopa untuk
menghilangkan efeksamping 1- dopa diatas
 Misal minggu pertama : 1 x1/2 tablet  minggu ke dua : 1x 1 tablet dst.

SEFALGIA
1. Nama diagnosis : Sefalgia
a. sefalgia jenis kontraksi otot.
b. Sefalgia vaskuler tipe migren.
c. Sefalgia post trauma kapitis
d. Neuralgia trigeminal glossofaringeal
2. Kriteria diagnosis : keluhan
a. nyeri kepala rasa berat/rasa diikat/dibebani/ditekan /pegal
/panas dll. Lokasi biasanya diffus bilateal. Biasanya khronis.
Bisa bercampur dengan migren.
b. nyeri kepala berdenyut singkron dengan nadi timbulnya
episodik, sering oleh suatu faktor presipitasi. Bertambah berat
apabila melakukan aktivitas. Biasanya unilateral/hemicrania,
dapat disertai neunea, muntah, epifora sebela. Dapat didahului
aura. Kronis dan sub kronis.
c. nyeri / vertigo setelah trauma kepala, terutama bila kepala
digerakan. Bisa menjadi kronis
d. neuralgia trigeminal, glossofaringeal. Nyeri hebat, rasa
mencucuk, memancar, dibor, panas, hilan timbul beberapa detik.
Timbul di daerah persarafan yang terlibat. Dapat dicetuskan
dengan sentuhan pada daerah tertentu (trigger point), berbicara,
ketawa, mengunyah, sapu wajah, minum air dll.
Catatan :
Pengobatan
1. inhalasi oksigen 7 l/menit
2. ergetamin tartrate
Dosis : 1-2 mg secara sub lingual yang dapat diulang setiap 30 menit sampai dosis
max : 6 mg( dosis maksimum perminggu : 10 mg)
3. sumaftriptan succinate
Dosis p.o initial 100 mg (1 tablet) dan 6 mg secara subcutan dan bila gejala
menetap dapat diulangi sejam kemudian dengan dosis max 300 mgatau 2 x 6
mgsecara subcutan dalam sehari.
4. indonefrasin
Dosis ; 25-150 mg/hari dibagi dalam 1-3 dosis (3x25-50 mg/hari)

4. MIGREN
Definisi :
 Suatu serangan nyeri kepala yang berulang dan familiar, bervariasi dalam hal
intensitas, frekuensi maupun durasinya, serangan umumnya unilateral dan disertai
dengan wsejak anorekisa, nausea dan muntah-muntah, sering didahului oleh
gejala neurologis atau psikologis
Komplikasi
 a. Migren with aura
b. migren without aura
A. migren with aura
Aura dapat berupa :
1. visual aura misal :
- tampak bintik-bintik kecil yang banyak
- gangguan salah satu sisi lapang pandang
-kilaan cahaya yang menyilaukan
2. sensorik aura  kebas atau rasa panas pada separuh badan
3. motorik aura misal
- hemiparase atau kelemahan salah satu anggota badan
- Disfagia
- kesulitan bicara
8. standart RS : - semua rumah sakit
- pada penyakit yang sulit sembuh atau migren neurologik
dirawat di RS oleh dokter ahli.
9. Penyulit : kesulitan menegakan diagnosis, menyebabkan diagnosis
kurang teliti.
10. standart tenaga : dokter umum, bila ada kesulitan diagnosis atau terapi rujuk ke
dokter spesialis
11. Inormed consest : tidak perlu
12. lama perawatan : berobat jalan, dirawat apabila rasa sakit tidak tertahankan.
13. Masa pemulihan : terganung keadaan

14. Output : biasanya seranan dapat diatasi

Pada migren, bisa timbul defisit neurologis yang menetap

15. PA : tidak perlu kecuali pada arteritis

16. Otopsi/risalah rapat : tak ada

Catatan :

Kriteria diagnostik migren with aura

1. minimal mengalami 2 serangan yang memiliki kriteria di bawah ini :

2. paling tidak ada 2 dari 4 gejala karakteristik di bawah ini :

a. terdapat satu atau lebih gejala aura fokal serebralkortikal dan atau disfungsi brain stem reversibel

b. minimal salah satu gejala auranya berkurang secara melebihi 4 hari

c. tidak ada aura yang berlangsung melebi 60 menit

d. nyeri kepala timbul sesudah aura dengan free internal kurang dari 60 menit(nyeri kepala bisa
dimulai sebelum ataupun bersamaan dengan auranya)

b. migren without aura

kriteria diagnostik

minimal terdapat 5 episode serangan nyeri seperti dibawah ini

a. berlangsung 4-72 jam (tanpa diobati dan pasien minum obat sakit aja atau pengobatan ala kadar
saja) pada anak < 15 tahun serangan biasanya berlangsung 2-48 jam dan akan menghilang sesudah
bangun tidur

b. minimal nyeri kepala memenuhi 2 kruteria di bawah ini

1. unilateral

2. berpulsasi

3. Intensitas sedang sampai berat  menghilang atau tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari

4. nyeri bertambah apabila mnaiki tangga atau melakukan aktivitas fisik sehari hari

c. nyeri kepala disertai paling tidak salah satu gejala dibawah ini

1. nausea dan atau muntah

2. fotofabia dan fonofobia

Pada nyeri without aura biasanya pada masa 24 jam atau lebih sebelum serangan terdapat sejak gejala

1. perasaan lemah, lelah, lesu


2. kurang nafsu makan

3. perasaan sensitiv terhadap sentuhan, suara, bau bauan maupun cahaya

4. sering berak mengunyah

5. sering-sering kencing dsb

Pengobatan

a. non farmakologik

1. hindari faktor pencetus timbulnya migren misal stres, marah dsb

2. hidup teratur

3. olah raga secukupnya

b. medika mentosa

1. first line therapy

a. analgestik mis

1). Paracetamol dosis 1-2 gram/hari

2). Asporin dosis 4-6 gram /hari

b. nonsteroid antiinflamasi drugs mis

1) Na siklofenak dosis 100-200 mg/hari dibagi 2-4 dosis

2) indinetradin dosis 25-150 mg/hari dibagi 1-3 dosis

3) ibuprofen dosis 00-1250 di bagi 3 dosis

4) Paroxicam 1-2 x 20 mg /hari

c. antiemetik mis

1) dinpovdin disus 3-4 x 10 mg

2) mefelopramide dosis 3x 10 mg

2. second line therpy

a. ergotamin tastrat

dosis dewasa 1-2 mg secara sublingual, via rectal. Dapat diulang setiap 30 menit sampai dosis max 6
mg ( max perminggu : 10 mg)

b. difudrogatamin mesilate

dosis untuk 12 tahun – dewasa : 1-3 x 2,5 mg dan untuk pemakaian jangaka lama kurangi dosis
secepatnya mis 2x2,5 mh

c. sumafriptamin succinafe

dosis p.o initial : 100 mg (tablet) 6 mg bsecara SC. Bila perlu dapat dibagi 1 jam kemudian dengan
dosis max 300 mg atau 2x60 mg secara SC dalam sehari
d. noraftrptan dan zalmitriptan

dosis p.o :1-3 x 2,5 mg (tablet)

e. farmakoterapi pencegahan

1. beta adenoreseptor bloker mis

a. proprandol dosis 0,6-2 mg/kkbb/hari secara p.o dibagi 3-4 dosis dengan dosis maksimum 4
mg/kgbb/hari

b. metoprolol

dosis anak : 1-5 mg/kgbb/hari

dewasa 100-450 mg/kgbb/hari

2. ca antagonist

Contoh : flunarizin dengan dosis 2x5 mg yaitu 5mg pada betime atau ½ tablet pada pagi dan malam
hari atau dosis 1x10 mg b ila perlu.

4. anti konpulsan

Contoh : valproic acid dosis 10-15 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis kemudian dosis dapat di naikkan
5-10 mg/kgbb/hari setiap minggu untuk mendapatkan terapi.

5. anti histamin

Contoh : cyprofeptadine dosis 2-3x4mg ( max 0,5 mg/kgbb/hari )

Obat-obatan yang efektif untuk pengobatan

Nama obat Nama paten dosis


Anti inflamasi non steroid
1. acetaminophen 4-6 x 650 mg/hari
2. aspirin 4-6 x 650 mg/hari
3. diclofenac Cataflam 4-6 x 50-100 mg/hari max
4. ibu profen Advil, motrin 200 mg/ hari
6-8x 400 mg/hari
Combinasi analgesic
-acetaminophen 500 mg Ergioplus 1-2 tablet (max 6 tab/hari)
Plus butalbital 50 mg
Plus caffein 40 mg
-acetaninophen 650 mg Phrenelin forte 1 tablet (max 6 tablet /hari)
Plus butalbital 50 mg
-aspirin 650 mg plus Axotal 1 tablet setiap 4 jam
buntalbital 50 mg (max 6 tablet perhari)
-aspirin 325 plus butalbital
50 mg Plus caffein 40 mg
- acetaminophen 350 mg Floricet 1-2 tablet (max 6 tablet/hari)
Plus butalbital 50 mg plus Esgic
caffein 40 mg

Pencegahan
Nama obat Nama paten Dosis
1. amitriptilin Elavil 10- 50 mg sebelum tidur
2. doxepin Sineguan 10- 75 mg sebelum tidur
3. nartriptilin Panelar 25- 75 mg sebelum tidur

Obat-obatan untuk migren akut

Nama obat Nama paten Dosis obat


Antinflamasi non steroid
Acetaminaphen, aspirin dan Exedrin migranin 2 tablet atau setiap
caffein sejam (max 8
tablet/hari)
5. HT agonis
a. sediaan peroral
1. ergotamine Ergomar
1 tablet 2mg sublingual
pada saat serangan dan
setiap ½ jam (max 3
tabley perhari, 5 tablet
2. ergotamin 2 mg caffein Ercaf, wigranin perminggu)
100 mg 1-2 tablet saat serangan
dan kemudian setiap ½
jam (max 6 tablet /hari,
10 tab /minggu)
3. rizaltriptan Maxalt
Tablet 5-10 mg pada
saat serangan yang
dapat diulangi setelah 2
ajam (max 30 mg/hari)
4. sumatriptan Imitrex 100
mg/tablet dan Tablet 50-100 mg pada
6mg/0,5 ml saat serangan yang
injeksi dapat diulang setelah 2
jam (max 200 mg/hari)
b. sediaan parenteral
1. dihidroergotamine
DHE-15 1 mgsecara IV,IM atau
SC pada saat serangan
dan setiap 1 jam (max 3
mg/hari dan 6 mg
/minggu)
2. sumatriptan
Imitrex injeksi 6 mg secara SC pada
saat serangan (dapat
diulang setelah 1 jam
untuk maximum 2 dosis
dalam 24 jam )
Dopamin antagonist
a. sediaan peroral
1. metoclopramide
2. proklorperazine Reglan 5- 10 mg/hari
Compazin 1-2,5 mg/hari
b. sediaan paretral
1. klorpromazine
0,1 mg/kgbb secara IV
dengan kecepatan 2
mg/menit (max : 35
2. metoclopramide mg/hari)
3. proklorperazine Reglan 10 mg secara IV
Compazin 10 mg secara IV
Obat lain
acetaminophen 350 mg
plus dichloral phenazone Midrin Dua kapsul pada saat
100mg plus isometrotene 65 duradrin serangan diikuti 1
mg kapsul setiap 1 jam
(maximum 5 kapsul)

Obat-obatan untuk pencegahan serangan migren

Nama obat Nama paten Dosis obat


Beta bloker
1. propanolol 80- 320 mg sekali sehari
2. timolol Blocadren 20-60 mg sekali sehari

Antikonvulsan
Sediaan valproat Depakote 2x250 mg (max 1000 mg
perhari)
Antidepresan tricycline
1. amitritilin Elavil 10-50 mg setiap jam
2. nortriptilin Pamelar 25-75 mg setiap jam

Monaamine oksidase
Inhibitor
1. phenelzine Nardil 3x15 mg perhari
2. isocarboxazid Marplan 4x 10 mg perhari

Obat serotonergic
1. metrysergide Sansert 4-8 mg single dose
2. cyprofptadine Periatin 4-16 mg single dose

Obat lain
verapamil Isoptin 40-240 single dose

Sumatriptan dalam waktu 2 jam

 Dosis tunggal 100 mg atau 200mg mengatasi serangan sevara tuntas pada 50-73%
seranan migren dengan atau tanpa aura.
5. HIPOTENSI ORTOSTATIK

DEFINISI

 Menghilannya kesadaran sepintas yang disebabkan oleh berkurangnya aliran


darah ke otak

Etiologi

a. tekanan darah turun banyak

b. berdiri lama pada satu sikap (misal waktu mengikuti upacara)

 menumpuknya darah di vena ekstrimitas bawah yang biasanya dicegah oleh tonus otot dan
penyesuaian vasokontriksi yang terjadi bila badan mengambil sikap berdiri.

c. bangun dari tempat tidur setelah berbaring berhari-hari karena suatu penyakit

d. gangguan tonus vascular simpatetik misal neuropati perifer dan otonom ( pada diabetes, polinefritis
pasca infeksi)

e. obat-obatan seperti

1). Antihipertensi

2). Vasodilatar

3). Fenotiazin

4). L-dopa

f. idiopatis

penatalaksanaan

a. kaos kaki yang elastis

b. perut diikat

c. medikamentosa : fludrocartison 0,1 mg/12 jam


6. Benign Paroksismal Positional Vertigo

Definisi : vertigo yang timbul bila kepala mengambil posisi atau sikap tertentu akibat
gangguan vestibuler perifer yang menyebabkan serangan vertigo yang
berlangsung singkat.
Gambaran Klinis :
1. Berlangsung singkat biasanya kurang dari 1 menit.
Biasanya penderita mengeluhkan vertigo yang menghilang setelah beberapa detik
bila ia tidak menggerakkan kepalanya lagi.
2. Serangan sering terjadi dipagi hari bila pasien bangun dari tempat tidur atau berguling.
Dapat juga terjadi bila ia merebahkan diri ditempat tidur atau bila ia menggerakkan
kepalanya kebelakang atau menengadah.
3. Kesulitan berjalan yang dapat berlangsung beberapa jam setelah serangan.

Keluhan penderita BPPV serta frekuensi


Bentuk keluhan Frekuensi (%)
Keseimbangan terganggu 57
Vertigo (rasa berputar) 53
Sulit berjalan 48
Kepala terasa enteng 42
Nausea 35
Rasa terangkat 24
Keringat 22
Pandangan kabur 15

Pengobatan
1. Obat-obat anti vertigo misalnya meklisin, betahestini dan phenergan.
2. Obat-obat simptomatik misalnya metoclopramide dsb.
3. Obat anti ancietas dan anti depresi yang sering menyentri penderita dengan BPPV misal
foixitas dan ludiomil.
4. Glucocorticoid misalnya dexametason 4 mg setiap 6 jam hanya diberikan pada edema
vasogenic akibat tumor oleh abses tidak untuk head injury dan stroke.
7. TRAUMA KAPITIS : ICD 850-854 Intracranial Injury.
1. Komosio serebri : ICD 850-854
2. Kontusio Serebri : ICD 851
3. Edema serebri traumatika : ICD 854
4. Fraktur kranii tertutup : ICD 800.1
5. Fraktur kranii terbuka : ICD 800.3
6. Impressi fraktur tanpa gejala neurologik fokal (>1cm).
7. Impressi fraktur disertai gejala neurologik fokal (<1cm).
8. Fraktur basis kranii.
9. Perdarahan Epidural : ICD 852
10. Perdarahan Subdural : ICD 852
11. Perdarahan Intraserebral.
12. Perdarahan Subarakhnoid.
1. Nama Penyakit / Diagnosa : TRAUMA SUSUNAN SARAF PUSAT KEPALA
(TRAUMA KAPITIS)
2. Kriteria Diagnosis : a. Anamnese / dilihat sendiri : adanya benturan
dikepala, riwayat pingsan, muntah amnesia retrograd,
post traumatic amnesia. Adanya lucid interval, pusing,
pening, perdarahan telinga, hidung dll.
b. Pemeriksaan : gangguan tingkat kesadaran,
kelumpuhan, kejang, SKG.
3. Diagnosis Diagnosis : CVD / Stroke, Epilepsi, Tumor Otak.
4. Pemeriksaan Penunjang : X foto tengkorak AP/Lat, CT Scan Otak / MRI,
Arteriografi/ EKG, LP.
5. Konsultasi : Bedah saraf / bedah (tergantung indikasi).
6. Terapi : a. Istirahat, observasi dan simptomatis.
b. Anti edema serebri : manitol dll.
c. Perawatan intensif jika kasus berat.
d. operatif pada kasus-kasus tertentu.
e. fisioterapi dan rehabilitasi.
7. Perawatan Rumah Sakit : Semua kasus trauma kapitis harus dirawat nginap
dirumah sakit minimal 3 hari untuk observasi adanya
suatu perdarahan epidural / subdural yang mempunyai
lucid interval (terutama pada daerah RS yang tidak
mempunyai alat CT Scan / Arteriografi).
8. Standard Rumah Sakit : - pada komosio serebri + kontusio ringan : semua RS. –
Pada kasus-kasus yang lebih berat : minimal RS kelas C.
9. Penyulit : - Perdarahan masif. – Edema serebri yang tak
terkontrol. – Sindroma otak organik. – herniasi.
10. Infromed consent : terutama pada kasus yang berat
11. standart tenaga : - dokter spesialis saraf
- dokter umum (pada daerah yang tidak ada ahli saraf).
12. lama perawatan : minimal 3 hari
13. output : Post trauma kapitis syndroma, gejala sisa / kelumpuhan
SOO
14. autopsi : dilakukan jika klinis meragukan umtuk kepentingan
hukum.
Note : prinsip penanganan pasien dengan peningkatan TIK.
1. Elevasikan kepala di tempat tidur
2. Medikamentosa
a. Manital bolus / gram /kgBB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis
0,25-0,5 gr/kgBB setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam  target osmolaritas 300-
320 mosmol/L
b. Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intra vena dosis
10 mL/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan sedang).
c. Furosemide 1 mg/kgBB secara intravena

8. SLEEP APNUE
Etiologi : obtruksi saluran napas bagian atas yang dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan misal disfungsi otot-otot faring dan malformasi saluran bagian
atas.
Gambaran klinis :
1. Gejala subjektive
a. Banyak tidur ( Hypersomnolence) disiang hari yang di akibatkan oleh sering
terbangun di malam hari oleh episode apnue akibat terdapat peningkatan ringan
pada tahanan saluran nafas bagian atas  biasanya tidak disadari oleh pasien
b. Nyeri kepala waktu bangun pagi, depresi, deteriosi, intelektual hipertensi sistemik
dan pulmonal, aritmia jantung sepintas dan stroke sebagai kemungkinan akibat
sindrom apnue waktu tudur.
2. Gejala objektive
a. Pada keadaan tidur bernapas terhenti selama > 10 detik dan frekuensinya rata-rata
> 10x tiap jam waktu tidur malam.
b. Mendengkur kuat dan bergerak berlebihan (abnormal) sewaktu tidur.

Komplikasi : Sudden death pada keadaan yang berat.


Pengobatan
1. Minum alkohol dan obat hipnotik harus dihindari karena dapat mencetuskan apnue.
2. Berat badan yang berlebihan harus diturunkan.
3. Pada kasus yang obstruktive, trakeastomi dapat menghilangkan gangguan.
4. Pada kasus yang ringan
Anafranil  klomipramide Hcl 25 mg/tablet (anti depresan).
Dosis : 10 mg perhari (awal) dan ditingkatkan menjadi 30-150 mg
perhari.
5. Terapi lain dapat berupa tindakan bedah tergantung keadaan misal : maxillofacial atau
uvolopalatopharyngoplasty.

9. INSOMNIA
Definisi : ketidak mampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau mempertahankan
keadaan tidur.
Penyebab insomnia sepintas
1. Stress emosional
2. Rasa nyeri
3. Perubahan pada rutinitas

Note : bila insomnia berlangsung berminggu maka penyebabnya perlu dicari.


Pengobatan
1. Benzodiazepin : mempunyai efek hipnotik, ansiolitik, muscle relaxant dan anti
konvulsi.
Pembagian Benzodiazepin
a. Masa kerja yang singkat dan sangat singkat.
1. Midazolam dosis 7,5-15 mg/hari.
2. Triazolam (haleion) dosis 0,125-0,25 mg/hari. Memfasilitasi mulanya tidur dan
tidak mengakibatkan sedasi disiang hari.
b. Masa kerja sedang (intermediate)
Misal temazepam dosis 10-30 mg/hari. Efektif memulai tidur,
mempertahankan dan mengkonsolidasi masa tidur yang terputus-putus.
c. Benzodiazepin kerja lama
1. Diazepam dosis 2,5-10 mg/hari
2. Elsazepate dosis 7,5-22,5 mg/hari
3. Flurazepam dosis 15-30 mg/hari
4. Estazolam dosis 1-2mg/hari misal esilgan.
 Mempunyai efek sedative melampaui malam hari dan mengkonsolidasi tidur dan
mengakibatkan sedasi pada hari berikutnya.

Semua obat benzodiazepine seharusnya digunakan secara interupsi. Misalnya 5 hari


dalam seminggu, istirahat 2 hari dan siklus pemakaian jangan melebihi satu bulan.
2. Barbituran Contoh Phenobarbital (Luminal)
 digunakan pada mereka yang tidak dapat mentoleransi atau yang tidak berespon baik
terhadap Benzodiazepine.
Dosis : 100-200 mg pada malam hari dengan onset of action 1 jam dan durasi of action
12 jam.
3. Antidepresan tricycle contoh Amitriptilin.
 Efektif pada insomnia idiopatik.
Dosis : 50-100 mg diberikan waktu tidur.

4. NSAID contoh aspirin.


 Meningkatkan arsitek tidur dan kualitas tidur nokturnal pada pasien yang menderita
nyeri kronis oleh reumatik dan dapat juga memperbaiki insomnia kronis.

10. NEUROPATI
Definisi : suatu penyakit dengan gejala klinik yang timbul karena kelainan saraf perifer,
umumnya berupa degenerasi non inflamasi yang luas dengan gejala yang
meliputi kelemahan motorik, gangguan sensorik, gangguan autonom dan
melemahnya refleks tendon.
Gambaran klinik
a. Kelainan motorik
1. Kelemahan yang dapat mengenai otot-otot kaki dan tungkai terlebih dahulu dan
pada umumnya lebih berat, kemudian baru mengenai otot-otot tangan dan lengan.
Pada kasus ringan hanya mengenai kaki saja.
2. Atropi otot yang terjadi secara perlahan-lahan setelah beberapa minggu atau bulan
bergantung berat atau ringannya kerusakan serabut saraf.
3. Refleks tendon akan berkurang sampai hilang sama sekali bergantung pada derajat
lesi.
b. Kelaianan sensorik  terutama mengenai bagian distal tungkai dan lengan.
1. Kehilangan rasa raba dan nyeri saja mungkin pula terdapat kehilangan rasa tekan,
getar, rasa diskriminasi dua titik serta rasa sikap sendi.
2. Parestesi dan disestesi kadang-kadang seperti rasa geli, rasa arus listrik dan rasa
seperti disuntik matirasa pada saat akan dilakukan pencabutan gigi.
3. Rasa nyeri sangat dan nyeri tusuk
4. Restless-leg sindrome  kelainan sensorik berupa pegal bila tungkai istirahat dan
membaik bila tungkai digerakkan
c. Kelainan Autonom
1. Anhidrosus dan produksi air mata dan air liur yang terkurang.
2. Hipotensi ostsostatik.
3. Papil yang kurang reaktive.
4. Impotensi, kelemahan sfingter uretra dan anus.
5. Gangguan miksi karena distonia vesica urinaria  Retensi urine.

Pengobatan
1. Menghindari obat-obatan dan makanan yang dapat menyebabkan neuropati seperti
a. Vinkristin
b. Isoniazid
c. Hidralazin
d. Nitrofurantoin
e. Klorokuin
f. Makanan kaleng serba saji
2. Obat-obat yang dapat merangsang proteosintesis sel schwan untuk regenerasi :
a. Metikobalamin (Derivat Vit B12)
Dosis 1.500 mg perhari selama 6-10 minggu.
b. Gangliosid dengan dosis 2x200mg perhari secara intramuscular selama 8
minggu.
3. Pemberian neurotonika yaitu kombinasi vitamin B1 B6 dan B12 dosis tinggi misal
Neurobion, Ikanehron 5.000 dsb.
4. Untuk menghilangkan nyeri dapat diberikan analgesik yang dapat dikombinasi
dengan neuroleptika atau carbamazepine.
5. Cortism atau ACTH
 Di pertimbangkan pada neuropati kronis atau pada neuropati yang residif.
11. Guillain – Barre Syndrome
(Polineuropati, infeksiosa Akut, Poli radikulonearitis)
Definisi
Suatu polineuropati yang menyeluruh dapat berlangsung akut atau subakut, mungkin terjadi
spontan atau sesudah suatu infeksi dapat terjadi pada semua umur dan terbanyak pada usia 4-
10 tahun.

Gejala Klinis
- Biasanya didahului oleh demam atau ISPA dan Gasrtoenteritis 1-3 minggu sebelumnya
- Terjadi kelemahan otot yang sama beratnya antara proksimal dengan distal.
- Kadang kelumpuhan seolah-olah menjalar ke atas (Ascending) dari otot kaki, tungkai,
abdomen, thoraks, lengan dan muka  disebut paralisis Askending Landry (Landry’s
Paralysis)
- Otot-otot yang terkena bersifat Simetris
- Kelumpuhan jenis Flaksida dengan refleks tendon yang menurun tetapi tidak terlihat atrofi
- Gangguan sensitivitas dapat berat, ringan atau tidak ada sama sekali
- Kelumpuhan dapat dimulai atau didahului oleh hiperplasia, arestesia dengan rasa nyeri
atau parestesia.

Pemeriksaan Laboratorium
- Bed Rest, bila otot-otot pernapasan terlibat maka sebaiknya penderita dirawat di ICU
karena memerlukan ventilator mekanik
- Trakeostomi, bila otot-otot bulbar terlibat sehingga terjadi kelumpuhan otot-otot
tenggorokan.
- Pemberian kortikosteroid untuk menghilangakn edema saraf
a. Dexametason, dosis 0,08-0,3 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis dapat diberikan
secara PO, IM atau IV
b. Prednison, dosis 0,1-2 mg/kgBB/hari dibagi 1-4 dosis diberikan secara PO atau IV.
Prognosis
- Biasanya perbaikan terlihat dalam 1-10 hari dari penyembuhan terjadi sempurna tanpa
gejala sisa. Terkadang dapat sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan
- Kematian disebabkan oleh paralisis otot pernapasan.
12. Neuropati Diabetik
Penatalaksanaan
- Berdasarkan etiopatofisiologi : Pemberian vitami B dosis tinggi
- Penanganan terhadap keluhan
a. Untuk nyeri, analgesik yang bila perlu dapat dikombinasi dengan antidepresan dan atau
Carbamazepin dosis 2-4x1 tablet
b. Gastroparesis, metoclopramide
c. Gastatory Sweating, antikolinergik contoh Trihecyohenidyl

13. Encephalitis
Definisi
Infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme

Etiologi
- Bakteri
- Protozoa
- Cacing
- Jamur
- Spirokaeta
- Virus  penyebab terpenting

Gambaran Klinis
- Suhu yang secara mendadak naik sering hiperpireksia
- Kesadaran dengan cepat menurun
- Sebelum kesadaran menurun seringkali megeluh sakit kepala
- Muntah sering ditemukan
- Kejang dapat berlangsung berjam-jam dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja.
- Defisit neurologis dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama misal parese atau
paralisis, afasia dsb.
- Pada ensefalitis pasca infeksi maka gejala primer penyakit dapat membantu diagnosa.
Pemeriksaan neurologis
a. Refeks patologis misalnya babinski, oppeinheimer, chaddock gordon, schaeffer,
hoffman tromner, klonas kaki (+).
b. Rangsangan mengingeal (-)
Pemeriksaan LCS
a. LCS serign dalam batas normal
b. Difftell pada awal PMN>MN MN > PMN
c. Kadang ditemukan sedikit peningkatan sel, protein atau glukosa.

Penatalaksanaan
- Bila penderita kejang  Antikonvulsi
a. Diazepam, dosis 5-10 mg secara IV maksimal 30 mg/ 8 jam
b. Phenobarbital, dosis awal 15-20mg/kgBB/hari di bagi 1-2 dosis
- Hiperpireksia
a. Surface cooling, dengan menempatka os pada permukaan tubuh yang mempunyai
pembuluh darah besar misalnya kaki, tangan, leher, ketiak, selangkangan, proksimal
betis dan diastas kepala.
b. Hibernasi, dengan pemberian Largactil 50 mg dan phenergan 50 mg secara IV
(dimasukan ke dalam dextrose 5%)
- Largactil dosis 2 mg/kgBB/hari Dibagi dalam 3 dosis secara IM atau IV
- Phenergan dosis 4 mg/kgBB/hari
c. Antipiretikum bila memungkinkan pemberian PO
- Parasetamol 3x500mg
- Asetosal 3x500mg
- Pemberantasan edema otak
a. Dexametason 0,5 mg/kgBB/ hari dibagi 3 dosis secara IV atau
b. Manoital 20% 1 gr/kgBB/hari dihabiskan dalam 20-30 menit dan bila perlu dapat
diulangi 8-12 jam kemudian.
- Kombinasi antibiotika poli fragmasi untuk mengatasi kemungkinan infeksi sekunder yang
diberikan secara kombinasi
a. Sefalosporin generasi III + ampisilin
b. Ampisilin + kloramphenicol
- Obat supportive misal Piracetam
- Obat anti virus misalnya Acyclovir
a. Untuk herpes zoster  5x400-800 mg/hari
b. Untuk herpes simpex  1200 mg/hari dibagi 3-6 dosis biasanya 5x200 mg
Diberikan selama 7-10 hari

14. Miastenia Gravis


Kriteria Diagnosis
Kelemahan otot yang progesif sewaktu melakukan aktifitas diikuti dengan perbaikan setelah
masa istirahat

Diagnosis Diferensial
- Polimiositis
- Thyrotoksikosis
- Exopthalmic ophthalmoplegia
- Myasthenic syndrome
- Periodic paralysis dll.

Pemeriksaan Penunjang
- Tonsilon test/ prostigmin test
- EMG (Jolly Test/ Harvey Masland Test)
- Foto Rontgen Thoraks AP-L-OBL
- Pemeriksaan imunologis
- CT Scan

Konsultasi
- Bagian patologi klinik untuk pemeriksaan hematologi-imunologi
- Bagian bedah (bedah thotaks)

Perawatan rumah sakit


Miastenia umum yang berat dan krisis miastenia harus dirawat kalau bisa diruang ICU.

Terapi
- Anti kholinestrase (pyri-dostigmin atau prostismin)
- Kortikosteroid ( Methyl-prednisolone atau dexamethason)
- immunosuppresive (Amzothioprine atau siklofosfamid)
- Timektomi
- Plasmaphoresis

Standart Rumah Sakit


Sedapat mungkin rumah sakit yang mempunyai ICU dengan alat bantu nafas

Penyulit
- Karena penyakit krisis miastenia dan krisis kholinergik
- Karena tindakan terlambat bertindak/ peralatan repirator yang tidak siap pakai.

Inform Consent : Perlu


Standart Tenaga : Dokter spesialis
Lama perawatan : Tergantung keadaan
Masa pemulihan : 1 minggu atau tergantung keadaan
Output : Paralisis pernapasan, infeksi (biasa pneumonia), sembuh
parsial.
P.A : Bila timektomi
Autopsi : Jarang

15. Neuralgia Glossofaringeus


Definisi
Suatu nyeri paroksimal yang timbul sepanjang N.Glossofaringeus yang dapat dirasakan pada :
a. Pangkal lidah
b. Faring
c. Laring
d. Di dalam telinga
Nyeri dapat dirasakan bila :
a. Menelan atau mengunyah
b. Batuk
c. Berbicara
d. Bersin
e. Memutar kepala atau mengorek telinga

Gambaran Klinik
- Bangkitan nyeri dapat berlangsung beberapa detik sampai 2 menit
- Diluar serapan defisit neurologis (-)
- Kadip disertai oleh bradikardi, sincope, aritmia.

Pengobatan
Carbamazepin, dosis awal 2x100 mg (1/2 tablet) kemudian dosis dinaikan 100 mg tiap 3-4 hari
sampai menjadi 3-4x1 tablet (maksimum 1200mg/hari).

21. EPILEPSI
Definisi :
Manifestasi klinis yang serupa dan berulang serta paroksimal yang disebabkan oleh
hiperaktivitas listrik (lepasnya muatan listrik berlebihan) sekelompok sel saraf di otak yang
spontan dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.
Macam-macam epilepsi :
1. Grand mall epilepsi
a. Bangkitan terjadi sekonyong-konyong dengan suatu teriakan penderita jatuh
pingsan, kepala berpatah kesamping atau ke belakang
b. Terjadi kejang tonik yang beberapa detik kemudiamn diikuti kejang klonik yang
biasanya terjadi sinkron pada kedua sisi
c. Lidah dapat tergigit dan mulut tampak berbuih
d. Fase kejang klonik kemudian disusul dengan fase koma dan kemudian pasien
berangsur-angsur sadar
e. Setelah siuman tampak amnesia retrogred walaupun beberapa memori masih
dapat diingat.
2. Petit mall epilepsi
a. Biasa pada anak-anak dimanaakan tampak adanya absence yang berlangsung
selama beberapa detik, seperti mata memandang ke satu tempat dan bila ia
sedang berbicara maka pada saat serangan ia akan berhenti di tengah-tengah
suatu kalimat
b. Penderita tidak jatuh dan setelah beberapa detik pemderita siuman kembali dan
pekerjaannya dilanjutkan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
3. Epilepsi psikomotor
a. Memperlihatkan gejala gangguan jiwa seperti ilusi, halusinasi, waham sehingga
sepertinya penderita seorang paranioid, mungkin pula ada gejala dejavu (merasa
sudah pernah melihat) atau jamaisme (tidak pernah melihat) dan mungkin pula
penderita menjadi agresive.
b. Kesadaran penderita saat itu berubah (dreamy state)
c. Tidak jarang penderita memperlihatkan gejala otomatisme seperti membuka
bajunya, mengusap-usap mulutnya, berjalan-jalan, yang intinya melakukan
gerakan tanpa disadari dan tanpa tujuan.
4. Epilepsi akinetik
a. Tonus otot tiba-tiba hilang sehingga penderita mau jatuh tetapi segera tonus otot
kembali pulih
b. Kesadaran penderita tetap baik
5. Epilepsi mioklonik
a. Kontraksi kasar seperti kejutan, singkkat tidak berulang dari suatu grup otot
dimana keadaan ininbisa melemparkan benda dari tangan pasien atau sesekali
melemlarkan pasien melemparkan ke tanah.
b. Biasanya bergabung dengan bentuk epilepsi lain dalam sebuah sindrom Lennox-
Gustaat yang tandanya :
 Absence
 Bangkitan akinetik
 Bangkitan mioklonik
6. Epilepsi jecksen
a. Terjadi secara unilateral, bersifat ritmis (klonis) pada salah satu anggota tubuh
yang kemudia dPat menjalar kebagian tubuh lain
b. Kesadaran penderita tetap baik

Pengobatan :
Indikasi pemberian obat anti epilepsi
1) Bangkitan epilepsi lebih dari 2 kali dalam sehari
2) Bangkitan pertama langsung diberi obat bila
 Gambaran EEG sesuai untuk epilepsi
 Didapatkan kelainan otak pada pemeriksaan radiologis
 Dijumpai kelainan neurologis yang sesuai dengan gangguan kerusakan otak
 Orangtua atau saudara kandungnya menderita epilepsi
 Pernah menderita infeksi otak atau cidera kepala
 Sedang menderita infeksi otak aktif
 Berupa status epileptikus
3) Dexametason 4mg setiap 6 jam (pemakaian glukokortikoid harus dihindari pada
traumaa kapitis, stroke iskemik dan stroke hemoragik) digunakan hanya untuk
peningkatan TIK akibat tumor atau abses
Prinsip pengobatan epilepsi :
1. Obat sesuaai jenis epilepsi dengan dosis minimal yang efektif
2. Pengobatan harus dimulai dari dosis terendah dan dinaikkan ke dosis yang diperlukan
untuk mempertahankan terapeutik plasma level
3. Obat diupayakan tunggal
4. Bila kombinasi 2 anti konvulsan tidak berhasil dan yang ke 3 hendak dipakai maka
salah satu dari anti konvulsan sebelumnya harus ditarik.

Obat anti epilepsi dapat dihentikan apabila :

1. Bebas serangan kurang lebih 2 tahun yang dilakukan d3ngan penurunan dosis secara
bertahap dan dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan
2. Memperlihatkan gambaran EEG yang normal

Urutan drug of choice untuk tiap jenis epilepsi :

Grand mal Petit mal Psikomotor Mioklonik

1. 1. Valproic 1. 1. Valproic
Carbammazepin acid Carbamazepin acid

2. Valproic
2. Valproic acid 2. Clonazepam 2. Clonazepam
acid

3. Fenitoin 3. Fenitoin

4. Clonazepam

1. Fenitoin (30mg dan 100mg / kapsul)


Dosis : 3-4 × 100mg (maksimal 600mg / hari)
2. Carbamazepin (200mg / tablet)
Dosis : dimulai dengan dosis terendah 2 × 100 – 200 mg kemudian berangsur-
angsur ditingkatkan hingga dosis 2-3 × 400 mg atau 3-4 × 200mg
Dosis maintanance : 800-1000 mg / hari
3. Valproic acid (250mg/tablet)
Dosis : awal 15 mg / kgBB / hari dibagi 3 dosis kemudian setiap interval seminggu
dosis ditingkatkan sebesar 5-10 mg / kgBB / hari sampai kejang teratasi
atau bila muncuk efek samping misal badan terasa lemah, mual muntah,
diare, BB meningkat, tremor, dan kelainan laboratorium darah berupa
trombositopenia ringN dan peningkatan enzim hepatik. Dosis maksimal
30 mg / kgBB / hari.
4. Clonazepam (2mg/tablet)
Dosis : dosis awal 2 × 0,1 mg sehari kemudian 0,2 – 2,4 mg / hari dibagi 2-4 dosis.
Biasanya 2,5 mg / hari dibagi 3 dosis berarti 3 × 0,8 mg sehari

Nasehat kepada penderita epilepsi


a. Hindari kegiatan yang dapat membahayakan diri
b. Makan harus teratur jangan sampai lapar
c. Tidak boleh minum alkohol
d. Rokok dan kopi tidak dilarang
e. Buang air besar harus teratur
f. Tidur harus teratur
g. Jangan mengendarai kendaraan terutama mobil angkutan
h. Boleh berenang asal ada yang mengawasi

Diagram penanganan status epileptikus :


1. Beri oksigen
2. IVFD NaCl 0,9% tetesan lambat
3. Larutan glukosa 40% 50cc secara lambat IV
4. Tiamin (vit B) 100mg secara IM atau IV
5. Diazepam dosis 0,3 mg / kgBB / dosis secara
IV
Max 20 mg dengan kecepatan 5 mg /
menit yang dapat diulang kemudian
setelah 5 menit bila kejang masih positif

Kejang tidak teratasi Kejang teratasi

Penaambahan obat untuk terapi


Fenitoin 20 mg / kgBB secara IV emergency tidak pdiperlukan lagi
(1000-1500mg) dengan kecepatan 50 bila kejang telah berhenti dan
mg / menit penyebab dari status epilepticus
segera dikoreksi.

Kejang positif
Fenitoin dosis ditambahkan 5-10 mg
/ kgBB (5 -10 mg /kgBB)

Kejang positif

Fenobarbital dosis 20mg / kgBB


secara IV (1000-1500 mg) dengan
kecepatan 50-75 mg / menit (30
menit)

Kejang positif

Fenobarbital dosis 5-10mg /kgBB


secara IV

Kejang positif, menetap > 60 menit

Anastesi dengan Phentobarbital


22. TUMOR OTAK
1. C : Primer
 Jaringan otak
 Spinal kord
 Selaput otak
 Pembuluh darah
 Keelenjar pituitari dan pineal

Metastase

 Paru-paru
 Saluran cerna
 Payudara
 Ginjal

2. Diferensial diagnosa : ● Hematoma Subdural


● abses otak
● ensefalitis akut
● Meningitis Tuberkulosa
● Pseudo tumor serebri

3. Pemeriksaan penunjang : a. Foto tengkorak(schedula foto) dijumpai


 Kalsifikasi inttakranial
 Tanda-tanda peningkatan intrakranial
 Pembentukan tulang baru
 Destruksi tulang
 Udara pada ventrikel

b. Foto Thorax
c. Computed tomography
d. EEG
e. Punksi Lumbal
f. Echo Encephalography
g. Ventikulography
h. Lain-lain

4. Konsultasi : bagian bedah, Paru, Mata, dan THT

5. Perawatan rumah sakit : Rawat inap dan berobat jalan

6. T e r a p i :
 Operasi tergantung pada jenis dan lokasi tumor,
tidak dilakukan pada tumor batang otak,
noncapsule dan luas (infiltrating)
 Radiasi dan steroid
 Tumor primer ganas
 Tumor metastosis
 Kortikosteroid untuk mencegah edema
serebri diberikan methyl prednisolon 80-
100 mg / hari
 Kemoterapi
 Pemberian IV (sistemik)
 Methamicin
 Vicristin sulfat
 B.C.N.U
 Pemberian intra arterial
 Nitrogen mustard
 Metho threkasat
 Bremuridin
 5. Fluonracil
 B.C.N.U + radio therapy efektif
7. Standar rumah sakit : RS yang lengkap dengan fasilitas penunjang dan terapi

8. Penyulit :
 Lokalisasi tumor yang sangat dalam dan dekat
dengan bagian vital otak spthpothalamus, batang
otak
 Karakteristik tumor sangat ganas
 Sarana peralatan operasi yang lengkap

9. Inform consent : perlu

10. Standard tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis


23. NYERI PUNGGUNG

1) Nama penyakit/diagnosis : Nyeri Punggung


a. Nyeri tengkuk
b. Nyeri punggung bawah
c. Nyeri dada belakang
2) Kriteria diagnosa : ● Nyeri tengkuk
Nyeri yang berasal dari tengkuk, lokla,
adakalanya menjalar ke kepala belakang
atau lengan dan jari yang tidak berasal dari
organ viseral. Misalnya : trauma,
spondilosis, HNP, dll.
 Nyeri punggung bawah
Nyeri yang berasal dari punggung bawah,
lokal, adakalanya menjalar ke tungkai, kaki,
dan jari yang tidak berasal dari organ
viseral. Misalnya : trauma, HNP,
Osteoartropati, ankilosing spondilitis,
neoplasma (ekstradural malignant tumors),
infeksi, dll.
 Nyeri dada belakang
Misalnya : spondilitis tuberkulosis, dll.

3) Diferensial diagnosa : ● Nyeri Psikogenik


 Nyeri pada tangkuk atau pun punggung bawah,
tapi pada pemeriksaan tidak di jumpai kelainan
saraf
4) Pemeriksaan penunjang : a. Darah rutin, urin rutin, likuor
b. Foto tulang Vertebra, Mielografi, CT Scan,
MRI, dll.

5) Konsultasi : Bedah saraf, Ortopedie, dll (tergantung kausa)

6) Perawatan rumah sakit : a. Rawat jalan


b. Rawat inap tergantung kausa, berat ringannya,
penyulit

7) T e r a p i : analgetik, relaksan otot, tergantung kausa.

8) Standar rumah sakit : semua rumah sakit


9) Penyulit : karena penyakit :
Bila kausa tidak bisa di tanggulangi, mosalnya
malignansi, osteoporosis, dll

10) Inform consent : bila perlu

11) Standard tenaga : Dokter umum bila tidak ada dokter spesialis

12) Lama perawatan : Rawat jalan


 Sampai rasa nyeri hilang biasanya 6-8 minggu
Rawat inap
 Tergantung kausa

13) Masa pemulihan : Rawat inap tergantung kausa

14) Output : tergantung kausa

15) P.A : bila perlu (misal tumor)

16) Autopsi : bila perlu


24. V E R T I G O
Definisi :
Ilusi bergerak dimana penderita merasakan atau melihat lingkungan bergerak atau penderita
merasakan dirinya bergerak. Gerakan vertigo umumnya gerakan berputar, namun sesekali
dijumpai kasus dimana gerakan bersifat linier (gerak lurus) tubuh seolah-olah didorong atau
ditarik menjauh bidang vertikal.
Perbedaan vertigo tipe sentral dan perifer :
Vertigo perifer Vertigo sentral
Batang otak,
Telinga dalam,
Sumber serebelum atau
saraf vestibular
kelainan otak
Vertigo Berat Ringan
Terutama satu
arah, fase cepat, Dua atau satu
Arah nistagmus
Gejala Klinis

kontralateral arah
terhadap lesi
Nistagmus Tidak pernah
Mungkin ada
vertikal ada
Tinitus dan atau
Sering ada Biasanya ada
tuli
Disfungsi
Tidak ada Sering ada
batang otak
1. Neuronitus
Toksik (misal vestibullar
obat anti 2. Vertigo
konvulsi) posisional
benigna
1. Stroke
3. Penyakit
vertebrobasiler
meniere
2. Trauma
Penyebab

Infeksi 4. Traumma
3. Migren
5. Fisiologis
basiler
(motism
4. Neoplasma
sickness)
5. Degenerasi
6. Obat-obatan
spinoserebelar
7. Tumor di
Hipotiroid
fossa posterior
misalnya
neuroma
akastik
Pengobatan :

Nama Obat Nama Paten Dosis Lazim


Meclizine - 3 × 25-50 mg / hari
Dimenhydrinate Dramamine 4 × 25-50 mg / hari
Antihistamin

4 × 12,5-25 mg / hari
Promethazine Phenegran
(25-50 mg / hari)
Cinnarizine Stagerone 3 × 15-30 mg / hari
Betahistin 3 × 6-12 mg / hari
Merislon
mesylate Maksimum 6 tablet (@ 6 mg)
Betahistin di HCL Betaserc 3 × 8 mg / hari
Scopolamine - 3 – 4 × 0,3 – 0,6 mg
Antiko
linergi
k

Scopolamine trans
- 1,5 mg selama 3 hari
dermal patch
Simptom
imetik

4 × 12,5 – 25 mg / hari
Ephedrine -
(25 mg / hari)

Diazepam - 2 – 3 × 2 – 5 mg / hari
odiaz
Benz

epin

Lorazepam - 3 × 0,5 – 1 mg / hari


Kombina

Efedrin dan
- Masing-masing 25 mg / hari
si

prometazin

Antivertigo
1) Cinnarizine : Stugeron 25 mg / tablet dan 75 mg / tablet forte
Dosis 3 × 1 tablet atau 1 × 1 tablet forte
2) Flunarizine : Sibelium, Unalium 5 mg dan 10 mg / tablet
Dosis 1 × 5 mg atau 10 mg pada sore hari atau 2,5 mg
Atau 5 mg pada pagi hari dan sore hari
3) Betahistin di HCL : Betaserc 8 mg / tablet
Dosis 3 × 1 tablet
4) Betahistin mesilat : Mareslon, mertigo 6 mg / tablet
Dosis 3 × 1 tablet
5) Dimenhydrinate : Dramamine 50 mg / tablet dan 50 mg / ampul
Dosis 3 × 1 tablet
25. S T R O K E
Definisi :
Setiap kelainan otak akibat proses patologis pada sistem pembuluh darah otak yang
dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding
pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Sifat klinik proses penyumbatan pembuluh darah otak yang spesifik :
a. Timbul mendadak
b. Menunjukan gejala neurologis kontralateral terhadap pembuluh yang tersumbat.
Tampak sangat jelas pada penyakit pembuluh darah otak sistem karotis dan perlu lebih
teliti pada observasi sistem vertebrobasiler
c. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada perdarahan otak, sedang pada
stroke iskemik lebih jarang terjadi penurunan kesadaran.

SIRIRAJ STORE SCORE


Rumus :
2,5 × kesadaran + 2 × muntah + 2 × sakit kepala + 0,1 × TD diastolik – (3 × penyakit menahun
+ 12)

Keterangan :
Kesadaran : compos mentis :0
Apatis – somnolen :1
Sopor - koma :2
Muntah, sakit kepala, penyakit : positif :1
menahun Negatif :0

Contoh :
a. Claudicatio intermitten
b. Diabetes mellitus
c. Atrial fibrilasi
Kesimpulan :
a. Siriraj stroke score > + 1 = stroke hemorragic
b. Siriraj stroke score < - 1 = stroke iskemik
Management pasien stroke :
1) Perawatan umum pasien stroke
a. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu beri oksigen 1-
2 liter / menit sampai ada hasil analisa gas darah. Bila lendir (+) hendaknya di
suction
b. Miksi harus diperhatikan, kandung kemih yang penuh harus dikosongkan
sebaiknya dengan kateterisasi secara steril secara intermittwn minimal 3 kali
sehari
c. Menjamin nutrisi, cairan dan elektrolit yang optimal dan stabil cairan input dan
output hendaknya diperhatikan agar tidak terjadi hipo atau hipervolemia.
Umumnya pemberian cqiran berkisar 2000 – 2500 cc / hari. Bila hendak
dibatasi cairan karena ada efek massa oleh edema otak maka pengurangan
cairan hendaknya sedang saja misalnya menjadi 1500 cc/hari. Kemampuan
menelan penderita perlu diperhatikan untuk menenukan apakah dapat diberikan
nutrisi melalui peroral atau dengan NGT (personde). Kemudian gangguan
menelan harus diperhitungkan pada keadaan-keadaan :
1. Stroke berat (Kesadaran menurun, Kelumpuhan berat dan ataksia
trunkal, Displasia hemineglect dan hemianopsia)
2. Usia tua
3. Kegelisahan
4. Parase diafragma
5. Kontrol batuk yang jelas terganggu
6. Suara sesak, bicara berat
Pada penderitta stroke akut, cairan yang diberikan tidak boleh mengandung
glucosa karena hiperglikemik menyebabkan perburukan fungsi neurologis dan
keluaran disamping itu oleh karena pada fase akut stroke keadaan hiperglikemik
awal sering dijumpai. Hal ini disebabkan karena stres dan peningktN kadar
katekolamin di dalam serum.
d. Kebersihan badan diperhatikan, penderita dimandikan deng sabun dan
dibedaki. Defeksasi hendaknya diatur dengan membrikan spuit gloserin tiap 2-
3 hari atau dapat jiga diberikan sediaan supposituria misal Dulcolax supo.
Kebersihan mata dengan boorwater dan kebersihan mulut dengan alkohol atau
boraksgliserin hendaknya diperhatikan.
e. Letak penderita harus sering diubah (tidur bolak-balik) untuk mencegah
timbulnya dekubitus dan trombosis vena dalam akibat immobilisasi.
f. Mencegah timbulnya stress ulcer dengan pemberian antasida atau proton pump
inhibitor misal omeprazol.
g. Mencegah infeksi sekunder terutama pada tractus respiratorius dan tractus
urinarius. Bronkopneumoniae hendaknya dicegah dengan pemberian antibiotik
profilaksis dan pemasangan kateter yang steril. Bila timbul edema paru dengan
gejala dyspnea, sianosis, dan sputum yang kemerahan dapat diberi aminofhin,
diuretik dan kortikosteroid
Pengobatan Spesifik Pasien Stroke

a. Stroke Iskemik Akut


1. Obat –obat anti agregasi platelet (anti trombosis)
A. Asam asetil salisilat
1. Aspirin dosis 2 x 300mg - 650mg sehari atau
2. Aspilet (thrombo aspilet) dosis 1 x 81mg sehari
 Diberikan seumur hidup
B. Dipiridamol
1. Persantin  25, 50, dan 75 mg/tablet
2. Cadial cortab  25 mg/tablet
3. Dilasan  50 mg/kaplet
4. Vasodimal, vasokor, vasotin  25 dan 75 mg/tablet
 Dosis : 3 x 50 mg sehari diberikan 1 jam sebelum makan.
C. Tiklopidin
Contoh : cartrilet, klobitor  250 mg / tablet
Dosis : 2 x 1 tablet sehari
 Penderita yang mendapat tiklopidin harus dimonitor secara
teratur tiap 2 minggu selama 4 bulan pertama hitung leukosit,
jika terjadi neutropenia maka obat segera dihentikan dan
biasanya bila obat dihentikan maka neutropenia akan pulih
kembali dalam 7-10 hari.

2. Obat Trombolitik  rt-PA


Pasien yang diobati dalam kurun waktu 90 menit setelah serangan
mendapatkan hasil yang terbaik.
Dosis : 0,9 mg/KgBB maksimal 90 mg dimana 10% diberikan
perbolus dan sisanya diberikan secara perinfus dalam waktu 1 jam
dengan observasi teliti.
3. Obat Hemoreologi (memperbaiki sirkulasi darah)
a. Pentoxifilina (platof)  400 mg/kaplet
Dosis : 3 x 400 mg durante coenam dengan air yang banyak.
b. Naftidrofuril oksalat (vascuprax 100 mg/ kapsul, 200 mg /tablet)
Dosis : 3 x 100 selama minimal 3 bulan.
c. Pirasetam
1. Benocetam, ciclobrain  400 mg / kapsul, 800 mg/ kaplet
Dosis : 3 x 800 mg
2. Encebion  400 mg/ kapsul, 500 mg / 5 ml sirup
Dosis anak : 30-50 mg/ KgBB / hari
3. Neurotam  400 mg/ kapsul, 600 mg/ kaplet
4. Neurotam injeksi  1000 mg/ 5 ml injeksi
Dosis : 3 x 1000 mg secara IV atau IM

b. Stroke Hemoragik Akut

Perdarahan Intra Serebral Hipertensive Perdarahan


Subarachnoid

Gambaran Klinis Gambaran Klinis

1. Terjadi waktu aktif 1. Sakit kepala


2. Nyeri kepala hebat  yang mual
kesadaran menurun- (occipital)
koma disertai muntah
3. Riwayat hipertensi 2. Kesadaran
kronis menurun 
4. Gejala klinis neurologis koma
tergantung lokasi dan tergantung luas
luasnya hematom. perdarahan
Misalnya hematom di 3. Tanda
lobus frontalis dan perangsangan
lobus temporalis  meningeal
kejang (kaku kuduk
5. Penderita yang selamat, (+) )
perbaikan kesadaran 4. Funduskopi 
dalam beberapa hari. perdarahan
6. Rebleeding (-) retina
5. Gangguan
psikis
Penatalaksanaan
6. Kadang kejang
1. Menurunkan TD
fokal atau
sistemik yang tinggi
umum
2. Mengatasi edema
7. Rebleeding (+)
serebri
3. Rasa nyeri dapat
diatasi dengan PCT Penatalaksanaan

atau codein dan bila 1. Bedrest total


Transient Ischemic Attack (TIA)
Definisi : serangan kelainan neurologik yang bersifat temporer akibat gangguan
peredaran darah otak, timbul mendadak dan menghilang dengan cepat tanpa gejala sisa.
Gambaran Klinis :
- Bisa berlangsung selama 5-60 menit (biasanya
maksimal 20 menit)
- RIND ( reversible ischemic neurological defisit)
TIA diatas 24 jam

Pembagian TIA
1. TIA tipe carotid
a. Buta sebelah mata
b. Hemiparese
c. Hemihypastesia
d. Aphasia
2. TIA tipe vertebrobasiler
a. Diplopia
b. Disartria
c. Ataxia
d. Disfagia
e. Drops attack
f. Hemiparese
g. Hemihypastesia
h. Hemiparese alternans

3. Mencegah Rebleeding
a. Injeksi vitamin K 5-10 mg
b. Adona AC-17 200-400 mg/hari secara IV atau 4 ampul adona AC dalam
dextrose 5%  14 tetes/menit
c. Asam tranexamat 6 gram 1 hari dalam dosis terbagi ( 1 gram IV atau 1,5 gram
peroral diberikan 4-6 kali sehari.)
4. Mencegah delayed cerebral ischemic  bermula sekitar hari ketiga
Nimodipin  nimotop 30 mg tablet dan 10 mg/50 ml botol infus.
Dosis 4 x 1 tablet selama 21 hari atau infus 2,5cc / jam selama 5-7 hari. Lalu
dilanjutkan 4 x 1 tablet sampai hari ke 21.
Infus awal 1 mg (5 ml) perjam selang 2 jam. Bila toleransi baik dosis
ditingkatkan menjadi 2 mg perjam. Untuk BB < 70 Kg dosis 0,5 mg (2,5 ml)
perjam.
5. Mencegah Iskemik Serebral sekunder akibat SAH
Gejala yang timbul dapat berupa defisit neurologis hemisferik (25%)
penurunan kesadaran (35%) hal ini terjadi secara perlahan membaik dan
timbul dalam beberapa hari biasanya 4-12 hari paska SAH.
 Harus dilakukan CT scan ulang untuk
lebih menentukan adanya iskemik
serebral.
Tindakan yang dapat dilakukan
a. Segera menghentikan nimodipin
b. Infus larutan albumin 5% atau 20% 500 cc
c. Pasang evp untuk melihat hidrasi penderita
d. TD dijaga agar tetap 20-40 mmHg di atas base line
e. Mencegah hipotensi dan monitor cairan serta elektrolit
f. Bila perlu rawat di ICU
6. Mencegah hidrosefalus pada SAH
Biasa terjadi beberapa jam sampai beberapa hari pasca sah dengan gejala
a. Penurunan kondisi klinis yang sub akut
b. Gangguan motilitas okuler ( sunset sign)
c. Dx pasti dengan Head CT Scan
 Dievaluasi selama 24 jam karena dari
penelitian 50% keadaan hidrosefalus
pada SAH akan membaik spontan
kecuali pada penderita dengan
perdarahanintraventrikuler yang
masif. Bila setelah evaluasi 24 jam
tidak membaik spontan maka
dilakukan
1. Pungsi lumbal
2. Pv shunt untuk drainase liquor.
7. Pengobatan komplikasi sistemik SAH
Yang tersering adalah hiponatremia akibat cerebral wasting syndrome karena
natriuresis yang berlebihan disertai penurunan volume plasma.
Gambaran klinis terjadi terutama bila kadar Na < 125 mmol/L
a. Penurunan kesadaran
b. Kejang terutama bila Na < 100mmol/L
c. Hemiparese
d. Asteriksis kemudian koma

Tindakan yang dilakukan :


1. NaCl isotonus atau /rtn R/D Rn bila perlu diberi albumin
2. Fludrocortison asetat 400 mg / hari dibagi 2 dosis
3. Pertahankan CVP 8-10 mmHg dan pulmonary pressure 8-12 mmHg
Bila keadaan akut telah telah dapat diatasi dan penderita telah memasuki fase stroke
yang kronis maka pengobatan dapat diberikan sebagai berikut :
1. Vasodilantasia contoh pentoxifilina, vascuprax
2. Obat anti hiperuriksemia asidemia
3. Bila terdapat gejala edema akibat edema serebri
 Gliserol 3 x 2 sendok makan selama 1
minggu
4. Depresi pasca stroke dapat diberikan obat anti depresi :
a. Amitriptilin
b. Fluoxetine
c. Sertraline

Glasgow Coma Scale


1. Membuka mata
a. Spontan : 4
b. Dengan perintah : 3
c. Rangsang nyeri : 2
d. Respon (-) : 1
2. Respon verbal
a. Bisa bercerita : 5
b. Kalimat baik : 4
c. Kata tidak dimengerti : 3
d. Merintih / mengerang : 2
e. Suara (-) : 1
3. Respon motorik
a. Sesuai perintah : 6
b. Tahu lokasi nyeri : 5
c. Fleksi abduksi : 4
d. Fleksi adduksi : 3
e. Ekstensi : 2
f. Respon (-) : 1
26. Neurogenic Bladder
1. Nama penyakit : Neurogenic Bladder
2. Kriteria diagnosis : gangguan fungsi kandung kemih akibat gangguan
sistem saraf.
3. Diagnosa banding : gangguan fungsi KK akibat batu, infeksi, prostat,
hipertrofi, malignansi, dll.
4. Pemeriksaan penunjang : BNO, IVP/sistouretrografi, faal ginjal.
5. Konsultasi : bila perlu dokter ahli fisioterapi.
6. Perawatan rumah sakit :
- Kalau masih akut dirawat inap
- Kalau lama tergantung keadaan
7. Terapi :
1. Tahap akut
Kateterisasi intermitten.
Metode ini dengan teknik “non touched”, ritriksi pemberian cairan. Bila
penderita dirawat di ruang ber AC, maka jumlah total cairan yang diberikan
1500cc/hari, dibagi rata tiap 2 jam. Kateterisasi tiap 6 jam. Urin yang
diperoleh tidak lebih dari 500cc.
2. Tahap rehabilitasi
Pada tahap ini KK telah terbagi dua, KK UMN dan KK LMN
1. KK Umum.
Dua hari kemudian dilakukan pemeriksaan refleks anal superfisial, refleks
bulbokapernosus dan tes air dingin. Bila belum memberikan respons,
evaluasi diulangi tiap 72 jam.
Bila percobaan-percobaan tersebut memberikan hasil yang positif, maka
latihan KK (bladder training) dimulai. Kateterisasi dapat dihentikan, bila
jumlah urin yang keluar spontan sama dengan jumlah yang diperoleh via
kateter
A. Kadang-kadang bladder training tidak memberikan hasil yang memuaskan, untuk itu
pemberian obat-obatan dapat dipertimbangkan, misalnya :
a. Untuk otot detrusor kurang efisien, obat kolinergik, misalnya
o Karbakol 0,25 mg IM tiap 6 jam.
o Betanekol klorida 10 mg SK tiap 6 jam.
o Tab. Betanekol 4 x 50 mg

Terkadang otot detrusor terlalu kuat kontraksi, untuk mengatasinya obat


antikolinergik misalnya, oral : bantin 4 x 50 – 100 mg, probantin 4 x 15 mg 
propantheline Br 15 mg/ tablet. Dosis : 1 tab. sebelum makan, 2 tab. sebelum
tidur
b. Obat yang mengurangi spastik berlebihan sfingter :
o Diazepam 4 x 10 – 20 mg
o Baklofen 3 x 5 – 30 mg (golongan anti
depresan)
Contoh : lioresal 10 mg/ tablet
Dosis dewasa : 30-75 mg sehari
Indikasi : spastisitas otot rangka pada sklerosis multipel dan spinal
trauma.
o Karbakol 2 mg / tablet atau 0,25 mg/ml
ampul.
Dosis oral 3 x 0,2 – 0,8 mg
 Tidak boleh diberikan IV
o Betanekol klorida 5 mg dan 10 mg / tablet dan
5 mg/ml
Dosis oral 10-30 mg
Dosis subkutan 2,5-5,0 mg
 Tidak boleh diberikan IV atau IM
B. Bila dengan bantuan obat bladder training belum juga membaik :
a. Anastesi mukosa KK.
b. Blok N, Pudendus untuk sfingter uretra yang terlalu apastik.
C. Bila gagal lagi :
Pada wanita, mungkin implantasi sfingter uretra artifisial.
2. KK LMN
Manual compression
8. Standar rumah sakit : semua rumah sakit
9. Penyulit : infeksi
10. Informed consent : perlu
11. Standar tenaga : dokter umum
12. Lama perawatan : tergantung keadaan
13. Masa pemulihan : tergantung keadaan
14. Output : tergantung keadaan
15. P.A :-
16. Autopsi :-
Obat – obat Penyakit Parkinson
N Nama obat Paten dosis Efek
o samping

1 Trihexyphenidy Artane 3 x 2-5 mg Mulut


l kering,
pandangan
kabur,
bingun

2 Benztropine Cogentin 3 x 0,5-2 Mulut


mg kering,
bingung

3 Levodopa Sinemet 10/100- Hipotensi


25/250 mg orstatik,
ditingkatka keluhan
n secara intestinal,
bertahap halusinasi,
sampai 3-4 bingung,
x chorea,
pemberian diskinesia,

4 Amantadine Symmetre 2 x 100 mg depresi,


l hipotensi
postural,
psikosis,
retensi urin

5 Bromocriptin Parlodel 7,5 – 30 mg Hipotensi


sehari postural,
dibagi mual,
dalam muntah,
beberapa halusinasi,
dosis psikosis.
6 Pergolide Permax 0,05 - 3 mg Mual,
sehari dizzines,
dibagi halusinasi
dalam konfusi
beberapa konstipasi,
dosis hipotensi
postural,
diskinesia

7 Pramipexole Mirapex 3 x 0,5-1,5 Dizzines,


mg sehari konfusi,mual
, edema
periperal,
altered sleep

27. Tremor
Definisi : serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan getaran yang
timbul karena berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian.

Tremor yang sering dijumpai


penyakit Jenis Tremor

Istirahat Postural Intensi

Parkinson Selalu Kadang


dijumpai
Tremor Jarang Selalu Jarang
esensial
Penyakit Selalu -
serebelum
hemisfer
Penyakit - selalu -
serebelum
conjunctivum
brakhium
Penyakit Selalu -
metabolisme (asterixis)
Alkohol Selalu -
Tirotoksikosis Selalu -
Ansietas Selalu -
Fatigue Selalu -
Intoksikasi Selalu - Sering
feritoin

Resting tremor  tremor yang timbul bila bagian tubuh tersebut ditopang
(atau disangga) dan tidak ada aktivitas otot volunter.
Postural tremor  tremor yang timbul bila bagian tubuh tersebut ditempatkan
melawan gaya berat. Misalnya pasien disuruh merentangkan tangannya serta
memekarkan jari-jarinya.
Intensi tremor  tremor yang timbul sewaktu melakukan gerakan volunter
dan menjadi lebih nyata ketika gerakan hampir mencapai tujuannya.

Penatalaksanaan
a. β Blocker
1. propanolol dosis 3 x 10-40 mg perhari
2. nadolol dosis tunggal 40-80 mg perhari
3. metoprolol dosis 25 mg tiap hari sampai didapatkan efek optimal atau
sampai dosis maksimum 3 x 50 mg sehari tercapai
 digunakan pada pasien yang tidak dapat mentolerir propanolol
misalnya pasien asma, dsb.
b. Primidone
Contohnya : mysoline 250 mg/tablet. Dosis dapat dimulai rendah dari 12,5
mg – 25 mg sehari dan ditingkatkan secara gradual biasanya dosis 50-500
mg dalam dosis yang terbagi. Terkadang ada pasien sudah mendapat
khasiat dengan dosis 50 mg sehari tetapi ada juga yang membutuhkan
sampai dosis 1000 mg.
 Maksimum 1500 mg/ hari
c. Obat α adrenergik
Contoh : klonidin dosis 0,1 mg – 0,9 mg sehari

Anda mungkin juga menyukai