Anda di halaman 1dari 8

UJME 2 (1) (2013)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Wafik Khoiri , Rochmad, Adi Nur Cahyono


Jurusan Matematika FMIPA UNNES
Gedung D7 Lt.1 Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran menggunakan
Diterima April 2013 PBL berbantuan multimedia kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai
Disetujui April 2013 ketuntasan klasikal, kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat dan lebih baik
Dipublikasikan Mei 2013 daripada siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori, serta terdapat
pengaruh positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan
pemecahan masalah siswa. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi
eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kudus.
Pemilihan sampel dilakukan dengan cluster random sampling sehingga terpilih
Keywords:
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
creative thinking ability
dokumentasi, tes dan wawancara. Dari hasil penelitian ini diperoleh kemampuan
multimedia
pemecahan masalah siswa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal.
problem based learning
Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih baik
Problem Solving Ability
daripada rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.
Terdapat korelasi yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen. Rata-rata peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.

Abstra
The purposes of this research was to find out that by the implementation of learning using
PBL through multimedia, students reach the classical completeness in problem solving
ability, students’ creative thinking ability increases and be better than students who use
expository learning, in addition there was a positive correlation between student’s problem
solving ability and creative thinking ability. This research is an quasi experimental research.
The population of this research was 7th grade students of SMP Negeri 4 Kudus. The
sample selection was done by cluster random sampling so that had chosen the experimental
and control classes. The data was gathered by using documentation, test, and interview
methods. The result of this research stated that the problem solving ability of experimental
class students had reached the classical completeness. The average of creative thinking
ability test result of experimental class students was better than the control class students.
There was a positive correlation between creative thinking ability and problem solving
ability in experimental class. The average improvement of creative thinking ability of
experimental class students was better than the control class students.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


 Alamat Korespondensi
Email: wafik_mat@yahoo.com ISSN 2252-6927
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

Pendahuluan siswa. Dari hasil tes tersebut, nilai rata-rata yang


Ruang lingkup mata pelajaran diperoleh adalah 17,71 untuk nilai maksimal
matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs 100. Tes kemampuan pemecahan masalah
meliputi aspek-aspek: (1) bilangan, (2) aljabar, terdiri atas tiga soal dan diikuti sebanyak 21
(3) geometri dan pengukuran, dan (4) statistika siswa. Dari hasil tes tersebut, tidak terdapat
dan peluang (BSNP, 2006). Materi bangun datar siswa yang menjawab dengan benar soal yang
termasuk dalam aspek geometri dan pengukur. telah diberikan.
Akan tetapi, penguasaan materi bangun datar Berdasarkan hasil analisis dari Rencana
siswa masih di bawah standar. Hal tersebut Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
ditunjukkan dari hasil daya serap ujian nasional digunakan guru mata pelajaran matematika
SMP/MTs tahun 2011/2012 pada kemampuan SMP Negeri 4 Kudus, diperoleh informasi
uji menyelesaikan masalah yang berkaitan bahwa di SMP Negeri 4 Kudus pada mata
dengan luas bangun datar di SMP Negeri 4 pelajaran matematika menggunakan
Kudus menunjukan daya serap sebesar 5,74%. pembelajaran ekspositori. Dalam pembelajaran
Sedangkan pada tingkat kabupaten sebesar ekspositori kegiatan mengajar terpusat pada
20,38%, pada tingkat provinsi sebesar 29,91%, guru (Dimyati & Mudjiono, 2009). Langkah-
dan pada tingkat nasional sebesar 31,04% langkah pembelajaran ekspositori dimulai
(Kemdikbud, 2012). Hal ini menunjukkan dengan persiapan, penyajian materi,
bahwa penguasaan soal pada materi bangun menghubungkan pengalaman siswa,
datar di sekolah tersebut masih kurang baik. menyimpulkan, dan mengaplikasikan. Hal ini
Materi segitiga merupakan bagian dari materi menyebabkan siswa pasif, pertanyaan dari siswa
bangun datar. Dengan demikian dapat jarang muncul. Kegiatan pembelajaran seperti
disimpulkan bahwa penguasaan soal pada ini tidak memberikan kesempatan yang luas
materi segitiga di sekolah tersebut masih kurang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
baik. dalam pemecahan masalah, penalaran,
Penguasaan materi bukan satu-satunya representasi, koneksi dan komunikasi
tujuan akhir dari mata pelajaran matematika. matematis, sehingga hal ini akan
Akan tetapi, mata pelajaran matematika juga mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir
membekali siswa dengan kemampuan berpikir kreatif siswa.
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta Berdasarkan kondisi tersebut, maka
kemampuan bekerjasama (BSNP, 2006). perlu adanya inovasi pembelajaran matematika
Menurut Mahmudi (2010), pengembangan yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang
kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
karena kemampuan ini merupakan salah satu dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
kemampuan yang dikehendaki dalam dunia mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
kerja. Oleh karena itu, pengembangan siswa. Problem Based Learning (PBL) adalah
kemampuan berpikir kreatif merupakan salah suatu pendekatan pembelajaran yang
satu fokus pembelajaran matematika. Akan menggunakan masalah dunia nyata sebagai
tetapi, dalam pembelajaran matematika masih suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
jarang sekali memperhatikan kreativitas. Guru keterampilan pemecahan masalah (Arends,
biasanya menempatkan logika sebagai titik incar 2007). Dalam PBL, masalah yang diajukan oleh
pembicaraan dan menganggap kreativitas guru adalah permasalahan dunia nyata dan
merupakan hal yang tidak penting dalam menarik, sehingga siswa dilatih untuk
pembelajaran matematika (Siswono, 2004). memecahkan masalah yang membutuhkan
Sehingga hal ini akan mengakibatkan pemikiran kreatif (Bilgin et al., 2009). PBL
rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. memberikan tantangan kepada siswa, bekerja
Pengalaman di lapangan menunjukkan bersama dalam suatu kelompok untuk
bahwa kemampuan berpikir kreatif dan menyelesaikan permasalahan. Permasalahan ini
kemampuan pemecahan masalah siswa SMP digunakan untuk memberikan tantangan
Negeri 4 Kudus materi segitiga termasuk dalam kepada siswa tentang keingintahuan dan
kategori kurang. Hal tersebut diperoleh dari prakarsa untuk menyelesaikan suatu masalah.
hasil tes awal yang dilakukan oleh peneliti pada PBL banyak menggunakan pemecahan masalah
tanggal 14 Desember 2012. Tes berpikir kreatif sebagai aktivitas belajar dan memberikan
terdiri atas tiga soal dan diikuti sebanyak 32 kesempatan kepada siswa untuk berpikir

115
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

kreatif, mengemukakan ide kritisnya, dan dinamis dan interaktif yang mengombinasikan
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya teks, grafik, animasi, audio dan gambar.
kepada teman. PBL membantu siswa Dengan menggunakan multimedia
mengembangkan keterampilan berpikir dan pembelajaran akan lebih menarik dan pesan
keterampilan pemecahan masalah (Ibrahim & yang disampaikan dapat mudah dipahami oleh
Nur, 2005). siswa.
PBL merupakan salah satu aplikasi Permasalahan dalam penelitian ini
pembelajaran aktif. PBL adalah pendekatan adalah apakah kemampuan pemecahan
yang berpusat pada siswa dan berfokus pada masalah siswa yang menggunakan model PBL
keterampilan, belajar seumur hidup, berbantuan multimedia telah mencapai
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, ketuntasan klasikal? Apakah kemampuan
dan keterampilan dalam pemecahan masalah berpikir kreatif siswa dengan model PBL
(Tarhan et al., 2008). Menurut Albanese & berbantuan multimedia lebih baik daripada
Mitchell; Dolmans & Schmidt, sebagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
dikutip oleh Selcuk (2010), mengungkapkan pembelajaran ekspositori? Apakah kemampuan
bahwa PBL selain melengkapi siswa dengan berpikir kreatif berpengaruh positif terhadap
pengetahuan, PBL juga bisa digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah siswa yang
meningkatkan keterampilan pemecahan menggunakan model PBL berbantuan
masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, multimedia? Apakah kemampuan berpikir
belajar sepanjang hayat, keterampilan kreatif siswa yang menggunakan model PBL
komunikasi, kerjasama kelompok, adaptasi berbantuan multimedia meningkat?
terhadap perubahan dan kemampuan evaluasi
Metode Penelitian
diri. PBL dirancang untuk membantu guru
Jenis penelitian ini termasuk dalam
memberikan informasi sebanyak-banyaknya
penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam
kepada siswa melalui suatu permasalahan. PBL
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP
membantu siswa untuk mengembangkan
Negeri 4 Kudus tahun pelajaran 2012/2013.
keterampilan berpikir dan keterampilan
Pengambilan sampel dalam penelitian ini
mengatasi masalah, mempelajari orang dewasa
menggunakan metode cluster random sampling.
dan menjadi pelajar yang mandiri (Arends,
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
2007).
adalah kelas VII B sebagai kelas eksperimen
Agar siswa lebih tertarik untuk yang dikenai perlakuan model PBL berbantu
menyelesaikan permasalahan yang diberikan multimedia, sedangkan kelas VII F sebagai
guru dalam model PBL, maka guru kelas kontrol yang diberi pembelajaran
menggunakan media. Menurut National ekspositori. Desain penelitian yang digunakan
Education Association, sebagaimana dikutip oleh dalam penelitian ini adalah nonequivalent control
Arsyad (2011), memberikan definisi media group design (Sugiono, 2012).
sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik cetak
maupun audio visual. Media pembelajaran Tebel 1. Nonequivalent Control Group Design
dapat menjadi alat untuk mengkomunikasikan
suatu permasalah. Penggunaan media dapat
membantu mengatasi beberapa hambatan bagi
siswa untuk memahami suatu masalah yang
diberikan oleh guru. Penggunaan media Keterangan:
pembelajaran akan lebih menarik dan E = kelas eksperimen;
menyenangkan dalam penyajian suatu masalah. K = kelas kontrol;
Penggunaan media pembelajaran pada tahap
O1, O3 = tes awal atau pre-test;
orientasi pembelajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan O2, O4 = tes akhir atau post test.
penyampaian pesan dan isi pelajaran (Arsyad,
2011). Media pembelajaran yang digunakan Langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah multimedia. dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Menurut Robin & Linda, sebagaimana dikutip tahap observasi dan perencanaan, meliputi tes
oleh Suyanto (2005), multimedia merupakan awal kemampuan berpikir kreatif dan
alat yang dapat menciptakan presentasi yang kemampuan pemecahan masalah, analisis RPP

116
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

yang digunakan guru, analisis data awal, data yang menunjukkan bahwa populasi dalam
menentukan sampel, dan menyiapkan penelitian ini berdistribusi normal, mempunyai
perangkat pembelajaran; (2) pelaksanaan, varians yang homogen, dan memiliki rata-rata
meliputi validasi perangkat, uji coba instrumen, yang tidak berbeda. Hal ini berarti populasi
pelaksanaan pembelajaran dan tes; (3) analisis berasal dari kondisi atau keadaan yang sama.
data; (4) penyusunan laporan; dan (5) evaluasi. Proses penelitian dilanjutkan dengan
Metode yang digunakan untuk merancang perangkat pembelajaran yang
memperoleh data yaitu metode dokumentasi, digunakan dalam penelitian. Sebelum perangkat
tes, dan wawancara. Metode dokumentasi pembelajaran digunakan, perangkat
digunakan untuk mendapatkan nilai raport dan pembelajaran divalidasi oleh para ahli.
RPP yang digunakan oleh guru matematika di Perangkat pembelajaran yang divalidasi
SMP Negeri 4 Kudus sebelum penelitian. Nilai meliputi silabus, RPP, multimedia, LKS, kisi-
raport digunakan untuk mengetahui keadaan kisi dan pedoman penskoran soal tes
awal dari populasi. Sedangkan RPP digunakan kemampuan berpikir kreatif, soal tes
untuk mengetahui model pembelajaran yang kemampuan berpikir kreatif, kisi-kisi dan
digunakan di SMP 4 Kudus. Metode pedoman penskoran soal tes kemampuan
dokumentasi dilakukan sebelum penelitian pemecahan masalah, soal tes kemampuan
dimulai. Metode tes digunakan untuk pemecahan masalah, dan soal tes pendalaman
memperoleh data pre-test dan post test kemampuan berpikir kreatif. Beberapa hasil
kemampuan berpikir kreatif, kemampuan validasi ahli mendapatkan rata-rata skor untuk
pemecahan masalah, dan pendalaman silabus sebesar 4,46, RPP sebesar 4,33,
kemampuan berpikir kreatif pada materi multimedia sebesar 4,18, dan LKS sebesar 4,31.
segitiga. Sedangkan metode wawancara dalam Berdasarkan validasi para ahli dapat
penelitian ini digunakan untuk memperoleh disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
data tentang kemampuan pemecahan masalah yang disusun merupakan perangkat yang sangat
materi segitiga pada tahap melihat kembali valid dengan beberapa revisi sesuai dengan
(looking back) pada siswa kelas eksperimen dan kritik dan saran dari validator ahli. Hasil dari
untuk memperoleh data tentang pendalaman multimedia yang telah direvisi bisa dilihat pada
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas Gambar 1. Setelah perangkat pembelajaran
eksperimen dengan cara mengambil sampel direvisi, instrumen diuji cobakan.
pada kelas tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian dimulai dari melakukan tes
awal pada siswa kelas VII di SMP Negeri 4
Kudus untuk mengetahui kemampuan berpikir
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah
siswa. Dari tes awal yang dilakukan diperoleh
informasi bahwa kemampuan berpikir kreatif
dan pemecahan masalah siswa masih kurang
memuaskan.
Penelitian dilanjutkan dengan
Gambar 1. Slide Multimedia
menganalisis RPP yang digunakan guru
matematika di SMP Negeri 4 Kudus untuk Instrumen diuji cobakan pada kelas VII
mengetahui pembelajaran yang digunakan di G dan kelas VII H. Soal uji coba tes
tempat penelitian. Diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 12 butir
pembelajaran yang digunakan di sekolah soal dan soal uji coba tes kemampuan
tersebut menggunakan pembelajaran pemecahan masalah terdiri dari 8 butir soal.
ekspositori. Selain menganalisis RPP, peneliti Setelah dilakukan analisis dengan uji validitas,
juga menganalisis nilai awal siswa berupa nilai uji reliabilitas, daya pembeda, dan taraf
raport siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri kesukaran, diperoleh 8 butir soal tes
4 Kudus tahun ajaran 2012/2013 dengan uji kemampuan berpikir kreatif dan 5 butir soal tes
normalitas, homogenitas, dan ANAVA. kemampuan pemecahan masalah yang terbaik.
Berdasarkan hasil analisis tahap awal diperoleh Sehinggga diperoleh perangkat pembelajaran

117
4
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

siap digunakan. Negeri 4 Kudus. KKM yang ditetapkan untuk


Proses pembelajaran dilaksanakan mata pelajaran matematika adalah 75.
tanggal 2 Februari 2013 sampai dengan 28 Sedangkan hasil wawancara yang telah
Februari 2013. Pelaksanaan pembelajaran pada dilakukan untuk mengetahui kemampuan
siswa kelas eksperimen dan kontrol masing- pemecahan masalah pada tahap melihat
masing dilaksanakan delapan kali pertemuan kembali (looking back), ditemukan informasi
dengan rincian satu kali pertemuan pre-test bahwa siswa melakukan tahapan pemecahan
kemampuan berpikir kreatif, empat kali masalah melihat kembali sebesar 72,82%. Hal
pertemuan pembelajaran menggunakan model, ini berarti bahwa siswa dalam memecahkan
satu kali pertemuan post test kemampuan masalah kemungkinan besar melakukan tahap
berpikir kreatif, satu kali pertemuan untuk tes melihat kembali. Artinya siswa dalam
kemampuan pemecahan masalah, dan satu kali menjawab soal akan memeriksa atau meneliti
selanjutnya untuk tes pendalaman. kembali jawaban mereka apakah sudah benar
Pada kelas eksperimen pembelajaran atau masih ada kesalahan.

Gambar 2. Produk Kreatif Indikator Fluency

menggunakan model PBL yang menggunakan Hasil temuan pada jawaban siswa yang
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks menunjukkan produk kreatif siswa.
pembelajaran. Dengan menghadirkan masalah Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa siswa
dunia nyata, maka rasa ingin tahu siswa hadir. mengerjakan soal secara tepat dan benar. Ini
Sehingga siswa lebih tertarik untuk menunjukkan bahwa siswa menghasilkan
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh produk kreatif berupa pengerjaan soal dengan
guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak memberikan jawaban secara tepat dan benar.
memecahkan masalah. Oleh karena itu Pada Gambar 3 terlihat bahwa siswa
keterampilan pemecahan masalah dan mengerjakan soal dengan dua cara yang
kemampuan berpikir kreatif siswa semakin berbeda. Ini menunjukkan bahwa siswa
meningkat. menghasilkan produk kreatif berupa pengerjaan
Berdasarkan hasil uji proporsi dengan soal dengan dua cara yang berbeda.

Gambar 3. Produk Kreatif Indikator Flexibility


uji-z, diperoleh bahwa kemampuan pemecahan Pada Gambar 4 terlihat bahwa siswa
masalah siswa kelas eksperimen telah mencapai mengerjakan soal dengan cara mereka sendiri.
ketuntasan klasikal dengan proporsi 75% dan Ini menunjukkan bahwa siswa menghasilkan
sesuai dengan KKM yang ditetapkan di SMP produk kreatif berupa pengerjaan soal dengan

118
5
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

Gambar 4. Produk Kreatif Indikator Originality


cara sendiri. +0,6083. Nilai positif (+) di depan koefisien
Sedangkan pada Gambar 5 terlihat korelasi menunjukkan bahwa adanya hubungan
bahwa siswa memunculkan permasalahan baru linear sempurna langsung antara kemampuan
melalui pengajuan soal baru. Ini menunjukkan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan
bahwa siswa menghasilkan produk kreatif masalah. Jadi nilai kemampuan berpikir kreatif
berupa pengajuan soal. yang tinggi berpasangan dengan nilai

Gambar 5. Produk Kreatif Indikator Elaboration


Hasil uji kesamaan dua rata-rata post kemampuan pemecahan masalah yang tinggi,
test, dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan sedangkan nilai kemampuan berpikir kreatif
Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa rata-rata post yang rendah berpasangan dengan nilai
test kemampuan berpikir kreatif siswa yang kemampuan pemeahan masalah yang rendah
menggunakan model PBL berbantuan pula. Penelitian ini menunjukkan bahwa
multimedia lebih baik daripada rata-rata post test kemampuan berpikir kreatif memberikan
kemampuan berpikir kreatif siswa yang kontribusi terhadap pencapaian kemampuan
menggunakan pembelajaran ekspositori. pemecahan masalah siswa pada kelas
eksperimen sebesar 37%, sedangkan 63%
Tabel 2. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Post test
Tabel 3. Hasil Kriteri Gain Ternormalisasi
secara klasikal

Sedangkan hasil analisis pengaruh


kemampuan berpikir kreatif terhadap
kemampuan pemecahan masalah dengan Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
analisis regresi linear, diperoleh bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
pengaruh positif kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
terhadap kemampuan pemecahan masalah kriteria gain ternormalisasi secara klasikal.
siswa yang menggunakan model PBL Sedangkan peningkatan kemampuan berpikir
berbantuan multimedia. Besar korelasi antara kreatif siswa dilihat secara individu dapat dilihat
kemampuan berpikir kreatif dengan Tabel 4.
kemampuan pemecahan masalah yaitu
119
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

Tabel 4. Hasil Kriteri Gain Ternormalisasi kemampuan yang terpenting dan harus dimiliki
Secara Individual seorang pemecah masalah. Sehingga
peningkatan flexibility seharusnya termasuk
dalam kategori sedang atau tinggi. Berangkat
dari temuan tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian mendalam tentang kemampuan
berpikir kreatif pada indikator flexibility dengan
cara wawancara dan tes pendalaman.
Tabel 5. Hasil Pre-test dan Post test Berdasarkan hasil wawancara dan
Kemampuan Berpikir Kreatif analisis lebar jawab siswa menunjukkan bahwa
siswa cenderung mengerjakan soal yang
diberikan dengan satu cara dan siswa cenderung
berhenti mengerjakan ketika mengerjakan soal
menemukan kebuntuan dalam menjawaban soal
Ket: (Pre-test) – (Post test): rata-rata peningkatan
tersebut. Dari temuan di atas, hal tersebut yang
kemampuan berpikir kreatif siswa menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa
pada indikator flexibility peningkatan dalam
Berdasarkan Tabel 5 terlihat hasil pre-test kategori rendah.
dan post test kemampuan berpikir kreatif.
Hal ini hampir serupa dengan hasil
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
penelitian Sugandi, Setiyani, dan Noer yang
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata
telah terlebih dahulu meneliti tentang model
peningkatan dengan uji-t. Berdasarkan Tabel 6
PBL. Hasil penelitian Sugandi (2011)
dapat disimpulkan bahwa rata-rata peningkatan
mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir
kemampuan berpikir kreatif siswa yang
kreatif siswa dengan pembelajaran berbasis
menggunakan model PBL berbantuan
masalah lebih baik daripada siswa dengan
multimedia dari rata-rata peningkatan
pembelajaran ekspositori. Sedangkan hasil
kemampuan berpikir kreatif siswa yang
penelitian Setiyani (2012) dan Noer (2011)
menggunakan pembelajaran ekspositori.
mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
Tebel 6. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata PBL berhasil memberi peningkatan kemampuan
Peningkatan berpikir kreatif siswa.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
implementasi model PBL berbatuan multimedia
untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Tabel 7. Kriteria Gain Ternormalisasi Setiap
kreatif, diperoleh simpulan sebagai berikut. (1)
Indikator Kemampuan pemecahan masalah siswa yang
menggunakan pembelajaran model problem based
learning berbantuan multimedia telah mencapai
ketuntasan klasikal. (2) Kemampuan berpikir
kreatif siswa yang menggunakan pembelajaran
model problem based learning berbantuan
multimedia lebih baik daripada kemampuan
berpikir kreatif siswa yang menggunakan
pembelajaran ekspositori. (3) Kemampuan
Berdasarkan Tabel 7, terlihat
berpikir kreatif berpengaruh positif terhadap
peningkatan flexibility termasuk dalam kategori
kemampuan pemecahan masalah siswa yang
rendah. Padahal menurut Haylock (1997),
menggunakan model problem based learning
berpikir kreatif hampir selalu dilihat dari
berbantuan multimedia. Hal ini berarti bahawa
keluwesannya. Hal tersebut sejalan dengan
semakin tinggi kamampuan berpikir kreatif
pendapat Kiesswetter, sebagaimana dikutip oleh
siswa, maka kemampuan pemecahan masalah
Pehkonen (1997) menyatakan bahwa
akan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah
berdasarkan pengalamannya, pemikiran
kamampuan berpikir kreatif siswa, maka
fleksibel (flexibility) yang merupakan salah satu
kemampuan pemecahan masalah siswa pun
komponen kreativitas merupakan salah satu
akan semakin rendah. (4) Kemampuan berpikir

120
W Khoiri et al / Journal of Mathematics Education 2 (1) (2013)

kreatif siswa pada kelas yang menggunakan default/


pembelajaran model problem based learning files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.
berbantuan multimedia meningkat. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2014%
20ALI%20UNY%20Yogya%20for%20K
Ucapan Terimakasih NM%20UNIMA%20_Mengukur%20Ke
Ucapan terimakasih ditujukan kepada mampuan%20Berpikir%20Kreatif%20_.
pdf [diakses 23-11-2012].
Drs. Arief Agoestanto, M.Si., selaku Ketua
Jurusan Matematika FMIPA Unnes, Syafiudin, Noer, S.H. 2011. Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa.
S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 4 Kudus, Umi Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Salamah, S. Pd., selaku guru matematika SMP MIPA. Lampung: Universitas Lampung.
Negeri 4 Kudus, dan Agus Nurdin, S.Pd., S.E., Pehkonen, E. 1997. The State-of-Art in
M.Pd., Ali Maskur, S.Pd., M.Pd., serta Mathematical Creativity. ZDM, Vol 29:
Sugihardjo, S.Pd., selaku validator perangkat 63-67.
pembelajaran. Selcuk, G. S. 2010. The Effects of Problem-
Based Learning on Pre-service Teachers’
Daftar Pustaka Achievement, Approaches and Atitudes
Arends, R. I. 2007. Learning to Teach: Belajar Towards Learning Physics. International
untuk Mengajar (7th ed). Translated by Journal of Physical Sciences, Vol 5(6): 711-
Soetjipto, H. P & S. M. Soetjipto. 2008. 723. Tersedia di
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. http://www.academicjournals.org/ijps/
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: pdf/pdf2010/Jun/Sel%C3%A7uk.pdf
PT. Raja Grasindo Persada. [diakses 20-2-2013].
Bilgin, I., E. Senocak. & M. Sozbilir. 2009. The Setiyani. 2012. Pengembangan Perangkat
Effects of Problem Based Learning Pembelajaran Matematika dengan
Instruction on University Students’ Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Performance of Conceptual and Berbantuan CD Interaktif Untuk
Quantitative Problem in Gas Concepts. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Eurasia Jurnal of Mathematics, Science & Siswa Pada Materi Bangun Ruang Kelas
Technology Education, Vol 5(2): 153-164. VII. Tesis. Semarang: Universitas Negeri
Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/ Semarang.
FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19670725 Siswono, T. Y. E. 2004. Mendorong Berpikir
1992032%20- Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah
%20SETIYA%20UTARI/JURNAL.pdf (Problem Posing). Makalah disajikan pada
[diakses 23-11-2012]. Konferensi Himpunan Matematika
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Indonesia. Bali: FMIPA UNESA.
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Tersedia di
Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi http://tatagyes.files.wordpress.
dan Kompetensi Dasar SMP/ MTs. com/2009/11/paper04_berpikirkreatif2.
Jakarta : Badan Standar Nasional pdf [diakses 8-12-2012].
Pendidikan. Sugandi, A. I. 2011. Pengaruh Pembelajaran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berbasis Masalah dengan Setting
2012. Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Kooperatif JIGSAW terhadap
Pelajaran 2011/2012. Jakarta: Pusat Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif.
Penilaian Pendidikan Balitbang Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Kemdikbud. MIPA. Lampung: Universitas Lampung.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Haylock, D. 1997. Recognising Mathematical R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Crearivity in Schoolchildren. ZDM, Vol Suyanto, M. 2005. Multimedia Alat untuk
29(3): 68-74. Tersedia di Meningkatkan Keunggulan Bersaing.
http://www.emis.de/journals/ZDM/z Yogyakarta: Andi.
dm973a2.pdf [diakses 20-2-2013]. Tarhan, L., H. A. Kayali., R. O. Urek., & B.
Ibrahim, H. M. & M. Nur. 2005. Pembelajaran Acar. 2008. Problem-Based Learning in
Berdasarkan Masalah (2th ed). Surabaya: 9th Grade Chemistry Class:
UNESA – University Press. ‘Intermolecular Force’. Res Sci Educ, Vol
Mahmudi, A. 2010. Mengukur Kemampuan 38: 285-300. Tersedia di
Berpikir Kreatif Matematis. Makalah http://leman.tarhan@deu.edu.tr
disajikan pada Konferensi Nasional [diakses 23-11-2012].
Matematika XV UNIMA. Manado:
Jurusan Pendidikan Matematika UNY.
Tersedia di http://staff.uny.ac.id/sites/

121

Anda mungkin juga menyukai