Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN AMENORHEA


NAMA KELOMPOK 5 :

1. Made Udayati (10.321.0864)


2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858)
3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859)
4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)
5. Ni Putu Yuli Wahyuni (10.321.0874)
6. Ni Wayan Chandra Utami (10.321.0875)
7. I Wy. Gd Aditya Warman (10.321.0856)
8. A.A Ayu Sintha Pramita D. (10.321.0886)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi / Pengertian
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Dalam
kamus istilah kedokteran, Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi
pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas,
kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi
interaksi antara komplek hipotalamus – hipofisis – aksis indung telur serta organ
reproduksi yang sehat.
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan,
laktasi dan sesudah menopause.
b. Amenorrhea Patologik
 Amenorrhea Primer : Wanita umur 18 tahun keatas tidak pernah haid.
Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetik.
 Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian
tidak dapat lagi.
Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress
psikologis.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus


Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya
amenore yang bersifat patologik. Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak
menstruasi :
a. sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas
b. sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain
c. sudah menstruasi, tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus
atau lebih atau selama 6 bulan

3. Etiologi / Penyebab
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
a. Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.
b. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid
atau hanya sedikit.
c. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
d. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan

Sistem Reproduksi II
e. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
f. Endometrium tidak bereaksi
g. Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar dan ginjal.

4. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan
pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat
menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (disgenesis gonad). Kegagalan ovarium premature dapat
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang
berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyak
sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone
steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut
juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar
dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya
amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang
merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga
estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat
menekan pembentukan GnRH.

5. Pathway
Terlampir

Sistem Reproduksi II
6. Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
 Tidak terjadi haid
 Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah

7. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV
dan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat
hormone seperti osteoporosis.

8. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang


Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi,
histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan
tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar
hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada
amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hormone
prolaktin dalam tubuh.
9. Penatalaksanaan
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah
kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian
dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat
dipertahankan.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah
terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang

Sistem Reproduksi II
berlebih juga dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang
mengalami Amenorrhea Primer

Sistem Reproduksi II
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan sejak kanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat pertama
kali mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan.
Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan saudara wanita)
mengenai usia mereka pada saat menstruasi pertama, informasi tentang
banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode menstruasi terakhir, juga
perlu untuk ditanyakan. Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita, trauma,
operasi, dan pengobatan juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan
dalam kehidupan seksual, penggunaan narkoba, olahraga, diit, situasi dirumah
& sekolah dan kelainan psikisnya juga penting untuk dianyakan.

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda
vital dan juga termasuk tinggi badan, berat badan dan perkembangan seksual.
Pemeriksaan yang lain adalah :
• Keadaan umum :
 Anoreksia-cacheksia, bradikardi, hipotensi, dan hipotermi.
 Tumor hipofise-perubahan pada funduskopi, gangguan lapang pandang,
dan tanda-tanda saraf kranial.
 Sindroma polikistik ovarium-jerawat, akantosis, dan obesitas.
 Inflammatory bowel disease-Fisura, skin tags, adanya darah pada
pemeriksaan rektal.
 Gonadal dysgenesis (sindroma Turner)- webbed neck, lambatnya
perkembangan payudara.
• Keadaan payudara
 Galactorrhea - palpasi payudara.
 Terlambatnya pubertas- diikuti oleh rambut kemaluan yang jarang.
 Gonadal dysgenesis (sindroma Turner)- tidak berkembangnya payudara
dengan normalnya pertumbuhan rambut kemaluan.
• Keadaan rambut kemaluan dan genitalia eksternal
 Hiperandrogenisme- distribusi rambut kemaluan dan adanya rambut di
wajah.
 Sindroma insensitifitas androgen- Tidak ada atau jarangnya rambut
ketiak dan kemaluan dengan perkembangan payudara.
 Terlambatnya pubertas- tidak disertai dengan perkembangan payudara.
 Tumor adrenal atau ovarium- clitoromegali, virilisasi.
 Massa pelvis- kehamilan, massa ovarium, dan genital anomali.
• Keadaan vagina
 Imperforasi himen- menggembung atau edema pada vagina
eksternal.
 Agenesis (Sindroma Rokitansky-Hauser)- menyempitnya vagina
tanpa uterus dan rambut kemaluan normal.
 Sindroma insensitifitas androgen- menyempitnya vagina tanpa
uterus dan tidak adanya rambut kemaluan.
• Uterus : Bila uterus membesar, kehamilan bisa diperhitungkan.
• Cervix : Periksa lubang vagina, estrogen bereaksi dengan mukosa vagina
dan sekresi mukus. Adanya mukus adalah tanda bahwa estradiol sedang
diproduksi oleh ovarium. Kekurangan mukus dan keringnya vagina adalah
tanda bahwa tidak adanya estradiol yang sedang diproduksi.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap perkembangan,
perseptual, dan penyakit
c. Harga diri rendah situasional berhubungkan dengan gangguan fungsional
(amenorrhea primer)
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat
tentang penyakitnya (amenorrhea)

Sistem Reproduksi II
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Ansietas Setelah dilakukan asuhan  Kaji tingkat kecemasan : ringan,
berhubungan keperawatan selama .. x 24 sedang, berat, panic
dengan status jam cemas pasien dapat  Berikan kenyamanan dan ketentraman
kesehatan teratasi dengan kriteria hasil : hati
 Beri dorongan pada pasien untuk
 Cemas berkurang
 Tidak menunjukan mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan
perilaku agresif
kecemasan
 Anjurkan distraksi seperti nonton tv,
dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.
 Singkirkan stimulasi yang berlebihan

Gangguan citra Setelah diberikan asuhan  Gunakan pendekatan yang


tubuh berhubungan keperawatan selama .. x 24 menenangkan
dengan biofisik, jam pasien diharapkan tidak  Berikan informasi factual mengenai
tahap mengalami gangguan citra diagnosis, tindakan prognosis
 Dengarkan dengan penuh perhatin
perkembangan, tubuh dengan kriteria hasil :  Identifikasi tingkat kecemasan
perseptual, dan  Mengidentifikasi dan
penyakit mengungkapkan
gejala cemas
 Mengungkapkan
tehnik mengontrol
cemas

Harga diri rendah Setelah diberikan asuhan  Tetapkan hubungan saling percaya
situasional keperawatan selama .. x 24 perawat dan pasien
berhubungkan jam pasien diharapkan tidak  Cipakan batasan terhadap

dengan gangguan mengalami harga diri rendah pengungkapan negative


 Bantu untuk mengidentifikasi respon
fungsional dengan kriteria hasil :
positif terhadap orang lain
(amenorrhea  Mengungkapkan  Bantu penyusunan tujuan yang realitas
primer) penerimaan diri secara untuk mencapai harga diri rendah yang
verbal tinggi
 Berikan penghargaan dan pujian
terhadap pengembangan pasien dalam
pencapaian tujuan

Kurang Setelah dilakukan asuhan  Mengkaji tingkat pengetahuan pasien


pengetahuan keperawatan selama .. x 24 tentang penyakit yang dideritanya
berhubungan jam pasien mampu  Memberikan pengajaran sesuai dengan
dengan kurang menjelaskan penyakit dan tingkat pemahaman pasien
Memberikan informasi dari sumber-
informasi yang mampu mengenal
sumber yang akurat dan dapat
didapat tentang penyakitnya dengan kriteria
dipertanggungjawabkan
penyakitnya hasil :
(amenorrhea)  pasien mengetahui
tentang penyakitnya

4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan

5. Evaluasi
a. Ansietas teratasi
b. Gangguan Citra tubuh teratasi
c. Tidak mengalami HDR
d. Pengetahuan tentang penyakit bertambah

Kegagalan fungsi Kelainan genetik Penyakit, Stress,

hipotalamus- obat-obatan

hipofisis
Tertikular Disgenesis
Siklus
feminization gonad
hipogonadotropin menstruasi
Ovarium terganggu
Tidak Testis OvariumSistem Reproduksi II
berupa
FSH &LH menurun punya menggantikan gagal
Ovarium tidak janringan
uterus ovarium berkembang
terangsang pengikat
Tidak terjadi
siklus
menstruasi

Tidak dapat
Amenore
mengalami menstruasi
Estrogen & Sekunder
progesterone tidak
dihasilkan

Ansietas
Siklus menstruasi
Amenore Primer
tidak terjadi

Gangguan Citra Harga diri rendah Kurang pengetahuan


tubuh situasional

Sistem Reproduksi II
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.

Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai