Anda di halaman 1dari 16

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI ARANG KAYU

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan pembuatan briket dari arang kayu yaitu antara lain :
1. Mampu mempraktikan pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif
pengganti minyak menggunakan tempurung
2. Mengetahui prinsip pembuatan briket arang kayu
3. Dapat membuat briket arang kayu

II. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
1. Tabung pengarangan/kaleng
2. Kompor
3. Cruser
4. Ballmill
5. Sieving
Bahan yang digunakan :
1. Arang Kayu
2. Perekat (Tapioca & Tanah Liat)

III. DASAR TEORI


Kebutuhan energi dalam berbagai sektor di Indonesia mengalami
peningkatan seiring dengan laju pertumbuhan populasi dan ekonomi nasional.
Pemenuhan kebutuhan energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
energi seperti bahan bakar minyak, matahari, biomassa, angin, air, dan lain-
lain. Selama ini sumber energi yang digunakan di Indonesia masih banyak
menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan, seperti bahan bakar
minyak. Hal ini dapat memicu tingginya subsidi yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah apabila harga minyak dunia mengalami lonjakan harga seperti pada
saat ini yang hampir mencapai 100 US$/barrel.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah pemanfaatan sumber-sumber energy alternatif, terutama
sumber-sumber energi terbarukan. Pengalihan sumber energi yang berasal dari
bahan bakar minyak ke sumber energi terbarukan diharapkan dapat
mengurangi tingkat ketergantungan kepada minyak bumi, apalagi mengingat
potensinya yang cukup melimpah di Indonesia. Pada blue print pengelolaan
energi nasional 2005-2025, kebijakan energi Indonesia memiliki sasaran antara
lain pada tahun 2025 akan tercapai penurunan peranan minyak bumi menjadi
26.2%, gas bumi meningkat menjadi 30.6%, batubara meningkat menjadi
32.7% (termasuk briket batubara), panas bumi meningkat menjadi 3.8%, dan
energi terbarukan meningkat menjadi 15% (Agustina, 2006).
Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan adalah
biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian dan limbah hutan,
tinja, dan kotoran ternak (Abdullah, et al.1998). Menurut Abdullah, et al.
(1998), selain digunakan untuk tujuan primer (serat, bahan pangan, pakan
ternak, minyak/lemak, bahan bangunan dan sebagainya), biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Umumnya yang digunakan
sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau
merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Biomassa terutama
dalam bentuk kayu bakar dan limbah pertanian merupakan sumber energi yang
tertua. Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat
penting dengan berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan
pangan, dan lain-lain yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan
domestik juga diekspor dan menjadi andalan penghasil devisa negara.
Biomassa sebenarnya dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai
sumber energi panas, karena biomassa memiliki kasar energi yang dihasilkan
dalam proses fotosintesa saat tumbuhan masih hidup. Proses fotosintesa terjadi
absorbs energi matahari, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur molekul dalam subtansi tumbuhan.
Penggunaan biomassa secara langsung sebagai sumber energi panas
untuk memasak, kurang efisien karena nilai yang dihasilkan hanya sebesar
3000 kkal/kg. sedangkan briket mampu menghasilkan energi sebesar 5000
kkal/kg. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar
dengan briket mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Oleh karena
itu biomassa perlu diubah menjadi energi kimia. Briket memiliki nilai kalori
lebih tinggi serta ramah lingkungan (bebas polusi) bila digunakan. Ditinjau dari
segi polusi udara, briket relatif lebih aman bila dibandingkan dengan bahan
bakar batu bara maupun minyak tanah, yang menghasilkan CO2 pada proses
pembakarannya. Jumlah CO2 yang berlebihan diudara akan mencemari udara.

Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket
yang paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket
gambut, dan briket biomassa. Briket dapat dibuat dengan 2 cara, yaitu : bahan
organik diarangkan terlebih dahulu kemudian dicetak atau dengan mencetak
biomassa kemudian diarangkan.
Briket batok kelapa adalah bahan bakar alternatif terbuat dari bahan baku
tempurung/batok kelapa yang sudah diolah menjadi briket yang dicetak dengan
bentuk dan ukuran sesuai keinginan. Briket ini diharapkan menjadi bahan
bakar pengganti sebagai pilihan yang dibutuhkan masyarakat.
Briket merupakan salah satu solusi altenatif yang cukup efektif dan
efisien dalam menghadapi krisis sumber energi atas energi fosil untuk bahan
bakar seperti yang telah diperkirakan oleh para ahli dan ilmuan. Briket
bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang
terbuat dari bioarang kualitas dari bioarang ini tidak kalah dengan batubara
atau bahan bakar jenis arang lainnya.
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat
dari aneka macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-
daunan, rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat
dikarbonisasi. Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah
satunya adalah menjadi briket bioarang.
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah
bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian
ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan
manual dan selanjutnya dikeringkan.
Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud
padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan
penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga
briket bioarang relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat.

Keunggulan dan Kelemahan Briket Bioarang


Adapun keunggulan dari briket bioarang antara lain:
1. Lebih murah dan ekonomis
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran
yang lama
3. Tidak beresiko meledak/terbakar seperti kompor minyak tanah atau kompor
elpiji
4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga sehingga tidak
membuat alat-alat memasak menjadi rusak
5. Sumber briket batok kelapa melimpah
6. Ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan
Sumber bahan baku yang melimpah di Indonesia menjadikannya sebagai
sumber daya energi yang paling menjanjikan. Namun selain sumber daya yang
melimpah dan keamanan yang lebih terjamin, biomassa juga memiliki celah-
celah keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum benar-benar
menjadikannya sebagai primadona energi alternatif di Indonesia.
Proses Pembuatan Briket dari Arang Kayu
Proses pembuatan briket arang disajikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan briket

Proses pertama adalah proses membuat arang. Bahan baku yang berupa
batok kelapa dibuat arang dengan cara dibakar dalam tabung tertutup. Jika
dibakar didalam ruang atau tabung terbuka maka sampah yang dibakar akan
menjadi abu. Pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan drum atau
bak didalam tanah. Drum untuk pengkarbonan disajikan pada Gambar 1.2.
Setelah menjadi arang, smpah bakar kemudian digiling atau ditumbuk sehingga
berbentuk bubuk arang.
Gambar 1.2 Drum untuk proses pengkarbonan

Selanjutnya, bubuk arang tersebut dicampur dengan adonan perekat yang


terbuat dari kanji. Setelah itu barulah dilakukan pencetakan dan pengepresan.
Pengepresan merupakan bagian sangat penting karena menyangkut kualitas
kepadatan briket. Semakin padat briket, maka semakin tinggi daya nyala
apinya. Proses pencetakan briket menentukan briket yang akan dibuat. Cetakan
briket pun beragam, ada yang kotak dan ada juga yang bulat. Setelah proses
pencetakan selesai, briket yang masih basah itu kemudian dikeringkan dengan
cara dijemur selama kurang lebih 2 hari. Setelah kering, briket pun siap
digunakan. Adapun mutu briket berdasarkan SNI disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Mutu Briket Berdasarkan SNI

Standar Mutu Briket Arang Kayu (SNI


Parameter
No. 1/6235/2000)
Kadar Air (%) ≤8
Kadar Abu (%) ≤8
Kadar Karbon (%) ≥ 77
Nilai Kalor (kal/g) ≥ 5000
IV. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan palu/batu, kemudian arang yang tersedia ditumbuk halus
hingga menjadi bubuk arang. Selanjutnya bubuk arang tersebut
dikumpulkan pada suatu tempat misalnya ember dan diayak guna
mendapatkan bubuk arang berukuran 60 mesh dan 170 mesh.
2. Menyiapkan perekat (minggu ke 1 : tapioca, minggu 2 : tanah liat),
memanaskan air sebanyak massa bioarang yang akan dibuat (1:1).
3. Mencampurkan perekat tersebut dengan bubuk arang sehingga menjadi
adonan yang lengket. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan
tercampur rata dan cukup lengket
4. Siapkan cetakan briket.
5. Setelah cetakan siap, adonan yang telah disiapkan dimasukkan
kedalamnya dengan cara dipadatkan, lalu setelah padat dan berbentuk,
dikeluarkan dari cetakan
6. Briket arang kayu dijemur dan di oven selama beberapa jam sampai
kering.

Analisa pada Bioarang dari Arang Kayu


Uji Kadar Lengas (Moisture)
1. Panaskan cawan porselen pada 104 - 110oC. Dinginkan selama 15 - 30
menitdalam desikator. Timbang berikut tutupnya.
2. Masukan 1 gram sampel ke dalam cawan, tutup dan timbang segera.
3. Sisihkan tutup, masukan segera cawam ke dalam oven pada suhu 104 -
110oC selama 1 jam.
4. Keluarkan cawan dari oven, tutup cawan. Selanjutnya cawan dan tutupnya
didinginkan dalam desikator hingga suhu ruang, timbang segera.
Perhitungan hasil :
𝐴−𝐵
%Lengas Tertambat = 𝑥 100
𝐴
A = berat sampel sebelum dipanaskan (g)
B = berat sampel setelah dipanaskan (g)
Uji Kadar Abu (Ash)
1. Timbang cawan porselen berikut tutupnya
2. Masukan 1 gram sampel ke dalam cawan, tutup segera. Timbang
3. Tempatkan cawan (tanpa tutup) berikut sampel kedalam furnace, panaskan
perlahan-lahan hingga suhu 450-500oC selama 1 jam. Naikan suhu 700-
750oC sampai 1 jam, lanjutkan pemanasan selama 1 jam.
4. Sisihkan cawandari furnace, tutup cawan. Dinginkan dalam desikator,
timbang.
Perhitungan hasil :
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
D = berat abu (g)
C = berat sampel (g)

Uji Lama Pembakaran


1. Menyiapkan sampel biobriket arang.
2. Membakarnya dengan menggunakan sedikit minyak tanah dan korek api.
3. Menyalakan stopwatch, mencatat waktu lamanya penyalaan dan lamanya
pembakaran.
V. DATA PENGAMATAN
 Kadar Air

Jenis Konsentrasi Ukuran Berat Berat Kadar


Perekat Perekat (mesh) Sampel Sampel Air
Sebelum Setelah (%)
Pemanasan Pemanasan
(A) (B)
(gram) (gram)
5% 60 1.19 1.02 14.2
170 1.25 1.11 11.2
7% 60 1.12 0.9 19.64
Tapioca 170 1.38 1.16 15.9
9% 60 1.14 0.79 30.7
170 1.44 1.14 20.8
5% 60 1 0.87 13
170 1.02 0.93 8.8
Tanah 7% 60 1.37 1.15 16.05
Liat 170 1.22 1.08 11.47
9% 60 1.16 0.92 20.68
170 1.21 0.98 19

 Kadar Abu

Jenis Konsentrasi Ukuran Berat Sampel Berat Abu Kadar


Perekat Perekat (mesh) (C) (D) Abu
(gram) (gram) (%)
5% 60 1.23 0.108486 8.82
170 1.11 0.096126 8.66
Tapioca 7% 60 1.42 0.126664 8.92
170 1.36 0.121992 8.97
9% 60 1.2 0.107880 8.99
170 1.24 0.111848 9.02
5% 60 1.04 0.099320 9.55
170 1.16 0.109968 9.48
Tanah 7% 60 1.27 0.123952 9.76
Liat 170 1.19 0.115311 9.69
9% 60 1.45 0.144275 9.95
170 1.39 0.136915 9.85
 Lama Pembakaran

Jenis Perekat Konsentrasi Ukuran Lama Lama


Perekat (mesh) Penyalaan Pembakaran
(menit) (menit)
5% 60 1.54 65
170 1.30 63
Tapioca 7% 60 3 67
170 2.51 66
9% 60 3.13 70
170 3.06 68
5% 60 4 75
170 3.55 65
Tanah 7% 60 3.6 88
Liat 170 3.52 80
9% 60 4.7 101
170 3.57 98
VI. PERHITUNGAN
 Kadar Air
 Perekat Tapioca
 5%, 60 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.19 − 1.02
%Air = 𝑥 100 = 14.2
1.19
 5%, 170 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.25 − 1.11
%Air = 𝑥 100 = 11.2
1.25
 7%, 60 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.12 − 0.9
%Air = 𝑥 100 = 19.64
1.12
 7%, 170 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.38 − 1.16
%Air = 𝑥 100 = 15.9
1.38
 9%, 60 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.14 − 0.79
%Air = 𝑥 100 = 30.7
1.14
 9%, 170 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.44 − 1.14
%Air = 𝑥 100 = 20.8
1.44
 Perekat Tanah Liat
 5%, 60 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1 − 0.87
%Air = 𝑥 100 = 13
1
 5%, 170 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.02 − 0.93
%Air = 𝑥 100 = 8.8
1.02
 7%, 60 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.37 − 1.15
%Air = 𝑥 100 = 16.05
1.37
 7%, 170 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.22 − 1.08
%Air = 𝑥 100 = 11.47
1.22
 9%, 60 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.16 − 0.92
%Air = 𝑥 100 = 20.68
1.16
 9%, 170 mesh
𝐴−𝐵
%Air = 𝑥 100
𝐴
1.21 − 0.98
%Air = 𝑥 100 = 19
1.21

 Kadar Abu
 Perekat Tapioca
 5%, 60 mesh
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.108486
%Abu = 𝑥 100 = 8.82
1.23

 5%, 170 mesh


𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.096126
%Abu = 𝑥 100 = 8.66
1.11

 7%, 60 mesh
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.126664
%Abu = 𝑥 100 = 8.92
1.42

 7%, 170 mesh


𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.121992
%Abu = 𝑥 100 = 8.97
1.36

 9%, 60 mesh
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.107880
%Abu = 𝑥 100 = 8.99
1.2

 9%, 170 mesh


𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.111848
%Abu = 𝑥 100 = 9.02
1.24

 Perekat Tanah Liat


 5%, 60 mesh
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.099320
%Abu = 𝑥 100 = 9.55
1.04

 5%, 170 mesh


𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.109968
%Abu = 𝑥 100 = 9.48
1.16

 7%, 60 mesh
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.123952
%Abu = 𝑥 100 = 9.76
1.27

 7%, 170 mesh


𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.115311
%Abu = 𝑥 100 = 9.69
1.19

 9%, 60 mesh
𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.144275
%Abu = 𝑥 100 = 9.95
1.45

 9%, 170 mesh


𝐷
%Abu = 𝑥 100
𝐶
0.136915
%Abu = 𝑥 100 = 9.85
1.39
VII. ANALISA PERCOBAAN
Proses percobaan briket dari arang kayu dimulai dengan melakukan proses
penggerusan arang. Arang digerus dengan cara manual, yaitu dengan
menghacurkannya menggunakan palu/batu. Kemudian diayak dengan
menggunakan mesin ayakan, proses ini bertujuan untuk menghasilkan arang
kayu yang lebih halus dan berukuran seragam, sehingga mempermudah proses
selanjutnya. Ukuran yang digunakan pada praktikum ini yaitu 60 mesh dan 170
mesh. Serbuk arang kayu yang digunakan yaitu sebanyak 100 gr per biobriket.
Setelah didapat serbuk arang kayu, kemudian dilakukan proses perekatan
dengan menggunakan tepung tapioka dan tanah liat. Konsentrasi perekat yang
digunakan beragam yaitu 5%, 7%, dan 9%. Perekat dicampurkan dengan air
dengan perbandingan 1 : 1, kemudian dicampurkan dengan serbuk arang kayu
sehingga didapat adonan briket yang siap dicetak. Setelah proses pencetakan,
briket dijemur di udara luar selama beberapa jam untuk kemudian dilanjutkan
dengan melakukan pengujian kadar air, kadar abu, dan lama pembakaran
briket.
Uji kadar air briket dilakukan dengan menggunakan sampel briket seberat
1 gr. Kemudian dioven pada suhu 1100C dan didinginkan dalam desikator
sampai didapat berat konstan. Berdasarkan data yang didapatkan, dapat
dianalisa bahwa ukuran butir, konsentrasi perekat, dan jenis perekat
mempengaruhi nilai kadar air yang dihasilkan. Semakin besar ukuran butir dan
konsentrasi perekat kadar airnya juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
Dan jenis perekat tapioka lebih tinggi kadar airnya dibandingkan tanah liat. Hal
ini didapat terjadi karena sifat tapioka yang tidak tahan lembab dan dapat
menyerap air dari udara.
Uji kadar abu briket dilakukan dengan menggunakan sampel 1 gr,
kemudian dimasukkan kedalam cawan dan difurnace hingga suhu 5000C.
Setelah mencapai suhu yang diinginkan, pemanasan pada alat furnace
dihentikan dan dibiarkan hingga suhu furnace menurun sampai suhu ruangan.
Sampel abu briket kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya.
Berdasarkan tabel data kadar abu dan briket arang kayu, kadar abunya 8 – 9%.
Konsentrasi tersebut tidak sesuai dengan standar briket menurut SNI dengan
nilai kadar abu maksimal 8%. Akan tetapi sesuai dengan standar briket dunia
yang berkisar 8-10%. Dan dari data yang didapat, dapat dianalisa bahwa
kecendrungan meningkatnya kadar abu dikarenakan kadar perekat yang
semakin tinggi, karena pertambahan kadar abu dari perekat yang digunakan.
Hal ini dikarenakan bahan tambahan berupa briket perekat sudah memiliki
komponen – komponen anorganik dengan persentase kadar abu masing –
masing yang pada akhirnya menambah persentase kadar abu briket itu sendiri.
Pengujian lama pembakaran briket dilakukan dengan cara mmbakar briket
menggunakan sedikit bensin dan korek api. Perhitungan dimulai pada saat bara
api mulai muncul pada briket, dari data dapat dilihat bahwa briket dengan
perekat tapioka akan lebih mudah menyala dibandingkan briket dengan perekat
tapioka akan lebih mudah menyala dibandingkan briket dengan tanah liat. Hal
ini dimungkinkan bahwa tanah liat bukan bahan bakar, sehingga adanya tanah
dalam briket menghambat proses pembakaran, sedangkan tepung tapioka dapat
terbakar dan tidak menghambat proses pembakaran.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahawa :
1. Semakin kecil ukuran butir, kadar air semakin rendan. Dan sebaliknya.
2. Semakin tinggi konsentrasi perekat, semakin tinggi pula kadar abu dan
airnya. Hal ini dikarenakan campuran perekatan yang mengandung banyak
air, dan juga memiliki kadar abu masing-masing sehinga menambah kadar
air dan abu pada hasil biobriket.
3. Perekat tanah liat memiliki sifat tidak dapat terbakar, sehingga pada
pengujian lama pembakaran briket dengan perekat tanah liat lebih suit
dibakar. Sedangkan tapioca memiliki sifat yang mudah terbakar, sehingga
membantu proses pembakaran briket itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai