Akinori Ida, Koichi Ito, Yoko Kubota,Maiko Nosaka, Hiroshi Kato, and Yoshiyuki
Tsuji
Department of Obstetrics and Gynecology, Kobe Adventist Hospital, 4-1, 8-Chome, Arinodai, Kita-ku, Kobe 651-
1321, Japan
Inversio uterus adalah salah satu penyebab PPH. Inversio uterus mengacu
pada keadaan di mana permukaan endometrium terbalik. Dalam kondisi ini,
fundus uterus akan turun dan terbalik, dan dinding bagian dalam rahim kadang-
kadang bisa berada dalam vagina atau vulva. Inversi uterus dapat terjadi bahkan
di wanita yang tidak hamil, misalnya pada kasus di mana tumor timbul di
rongga uterus. Secara umum istilah "Inversio uterus" mengacu pada inversi
uterus yang terjadi saat setelah melahirkan. Inversio terjadi pada kala 3
persalinan karena berlebihan pada saat menarik tali pusat atau pelepasan
plasenta secara manual, dan dilaporkan terjadi pada 1 dari 2000– 8000
kehamilan. Inversio uteri jarang terjadi, bila terjadi dapat menyebabkan
perdarahan masif dari permukaan plasenta yang terlepas atau karena atonik,
yang dapat menyebabkan syok hemoragik. Jadi, inversio uterus adalah kondisi
serius yang bisa menyebabkan kematian bagi ibu jika tidak diobati segera.
Diagnosis dini dan penanganan sangat penting untuk keberhasilan manajemen
kondisi ini, oleh karena itu, pemahamam mengenai inversi uterus penting
dalam praktek klinis sehari-hari.
(Gambar 3): Fundus uterus didorong keatas dengan balon Bakri 400 ml. reduksi
berhasil dan perdarahan berhenti.
Mengikuti kembalinya uterus, pasien diberikan oksitosin, dan diamati
dengan cermat. Tidak terlihat adanya reinversi uterus. Karena penempatan
balon Bakri postpartum juga berguna untuk pencegahan reinversion, balon
dibiarkan untuk tetap di dalam rahim. Vagina ditutup dengan kain kasa untuk
mencegah keluarnya balon postpartum Bakri.
Volume total perdarahan adalah 3449 ml. Pemeriksaan hematologi
sebelum transfusi darah adalah sebagai berikut: jumlah sel darah merah 128,0
× 104 / 𝜇L, hemoglobin, 3,7 g / dL dan nilai hematokrit, 11,4%. Transfusi
darah terdiri 8 unit masing-masing sel darah merah dan fresh frozen plasma.
Pada hari berikutnya, 14 jam setelah penyisipan balon postpartum Bakri,
balon dilepas. Tidak ada reinversi atau perdarahan yang terlihat.
3. Diskusi
Inversio uterus adalah kondisi yang sangat langka; Namun, apabila
terjadi, kemungkinan besar akan terjadi perdarahan massif dan
mengakibatkan syok. Jadi, keadaan ini adalah serius dan merupakan gawat
darurat obstetri yang dapat menyebabkan kematian pada ibu yang melahirkan
jika penanganan awal tidak tepat. Karenanya, keputusan penanganan yang
tepat harus dibuat segera.
Kejadian inversi uterus dapat akut (dalam 24 jam setelah melahirkan),
subakut (lebih dari 24 jam dan hingga postpartum hari ke-30), atau kronis (>
30 hari setelah melahirkan). Inversio uterus dapat diklasifikasikan sebagai
empat derajat sesuai dengan derajat keluarnya uterus.
Penyebab inversi uterus akut pada nifas dapat terjadi endogen atau
eksogen. Penyebab endogen meliputi ekstensi yang berlebihan dari dinding
uterus karena plasenta accreta, lilitan tali pusar, tali pusat yang terlalu pendek,
kehamilan ganda, janin sangat besar, dan polihidramnion, Namun, penyebab
ini jarang terjadi. Kebanyakan kasus inversi uterus akut karena faktor
eksogen, dan kondisinya sering disebabkan oleh kekuatan luar, seperti traksi
tali pusat yang berlebihan pada tahap ketiga persalinan, permukaan plasenta
yang kasar, dan manual plasenta. Karena adhesi antara plasenta dan rahim,
inversio uterus pada kasus ini disebabkan oleh plasenta akreta.
Gejala yang muncul akibat inversio uterus akut adalah nyeri perut
bagian bawah, perdarahan masif, dan syok. Gejala-gejala khas ini mungkin
tidak muncul ketika inversio ringan; oleh karena itu, jika penyebab
perdarahan yang tidak diketahui pada tahap ketiga persalinan, kemungkinan
inversio uterus harus dipertimbangkan. Diagnosis inversio uterus akut pada
nifas cukup mudah yaitu jika permukaan bagian dalam rahim mengenai
endoserviks atau vagina. Namun, perlu dicatat bahwa jika ahli kebidanan
tidak menyadari inversio uterus, kondisi ini mungkin salah didiagnosis
sebagai mioma submukosa dan mungkin dapat mencegah diagnosis dini.
Tidak terabanya fundus uterus segera setelah pelepasan plasenta berguna
untuk diagnosis. Namun, jika inversio uterus dicurigai, ultrasonografi harus
dilakukan. Jika "bagian fundus turun dan terbalik," "pseudostripe," dan "tanda
target," yang menunjukkan bahwa fundus uterus telah jatuh ke dalam rongga
uterus, diagnosis definitif dapat dengan mudah dibuat
Berkenaan dengan pengobatan inversio uterus akut, penanganan syok
sistemik secara cepat dan secara bersamaan mengembalikan inversion uteri
seharusnya dilakukan. Pertama infus, transfusi darah, terapi antishock, dan
terapi DIC harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi sistemik. Teknik
noninvasif atau invasif dapat digunakan untuk mereduksi invertio uteri.
Metode perbaikan noninvasif, seperti penggunaan tekanan manual atau
hidrostatik, seharusnya dicoba dulu. Berkenaan dengan metode manual,
metode yang dijelaskan oleh Johnson sering digunakan. Sebagai tambahan,
metode reduksi tekanan hidrostatik sebelumnya dijelaskan oleh O’Sullivan.
Baru-baru ini, Gupta et al melaporkan modifikasi reduksi hidrostatik
menggunakan reseksi transurethral dari prostat untuk mengurangi kegagalan.
Sebaliknya, metode reduksi invasif termasuk operasi transvaginal menurut
Spinelli dan Kutner. Operasi transabdominal menurut Huntington dan metode
Haultain, dan histerektomi sederhana. Di kasus ini, kami menggunakan
metode non-invasif dengan Balon Bakri postpartum dan berhasil mereduksi
uterus. Metode ini terdiri dari kombinasi prinsip-prinsip metode Johnson dan
metode tekanan hidrostatik. Prinsip metode Johnson adalah sebagai berikut:
inversion uterus menarik banyak ligamen uterus, setelah ligamen penyokong
uterus mulai berkontraksi inversio uterus dapat kembali dengan
menggunakan kekuatan kontraksi ini. Metode reduksi ini tidak bisa dilakukan
dengan satu kali pengangkatan. Tekanan hidrostatik, metode reduksi ini
melibatkan penggunaan tekanan hidrostatik yang dihasilkan ketika larutan
garam fisiologis dimasukkan ke dalam rahim dari lokasi yang lebih tinggi
metode balon Bakri Postpartum melibatkan kombinasi hidrostatik, di mana
balon diisi dengan normal saline untuk memperluas rahim dan menekan
seluruh rongga uterus, dan efek metode Johnson, di mana ligamen penunjang
uterus dikembalikan dengan mengangkat balon setinggi mungkin dengan
menggunakan tang plasenta. Selain itu, metode ini juga memiliki efek
hemostatik terhadap perdarahan karena atoni, yang merupakan peran utama
dari balloon Bakri postpartum. Studi terbaru melaporkan bahwa perawatan
balon Bakri postpartum seefektif arteri uterina embolisasi. Inversi uterus
sering berulang bahkan ketika telah berhasil direduksi. Oleh karena itu,
pencegahan kekambuhan juga merupakan tujuan pengobatan yang penting.
Berbagai metode untuk mencegah reinversi baru-baru ini telah dilaporkan,
dan penempatan balon Bakri postpartum adalah pencegahan yang efektif
terhadap reinversi. Pemberian 400 mL garam fisiologis, seperti yang
digunakan dalam kasus ini, menghasilkan balon bulat dengan diameter sekitar
10,5 × 8,2 cm (Gambar 4) oleh karena itu, reduksi berhasil dilakukan dengan
tekanan dari dalam rongga uterus dan elevasi uterus dengan balon bulat ini.