Anda di halaman 1dari 9

Keberhasilan Mereduksi Inversio Uteri Akut Setelah Melahirkan dengan

Menggunakan Balon Postpartum Bakri

Akinori Ida, Koichi Ito, Yoko Kubota,Maiko Nosaka, Hiroshi Kato, and Yoshiyuki
Tsuji
Department of Obstetrics and Gynecology, Kobe Adventist Hospital, 4-1, 8-Chome, Arinodai, Kita-ku, Kobe 651-
1321, Japan

Inversio uterus adalah keadaan di mana permukaan endometrium terbalik.


Meskipun kondisi ini dapat terjadi pada wanita yang tidak hamil, tetapi paling
sering terjadi pada saat melahirkan. Dalam kasus ini, seorang wanita berusia 37
tahun tanpa riwayat inversi uterus sebelumnya. Setelah melahirkan, dia mengeluh
sakit perut bagian bawah yang hebat, kemudian, terjadi perdarahan yang berasal
dari perlekatan sebagian plasenta. Temuan ini didiagnosis sebagai plasenta akreta,
dan pasien mengalami keadaan syok. Balon Postpartum Bakri dimasukkan ke
dalam rongga uterus di bawah bimbingan ultrasonografi dan diisi dengan cairan
garam fisiologis. Dengan prosedur ini, inversi uterus berhasil direduksi dan
perdarahan dihentikan. Selanjutnya, tidak ada reinversi yang terlihat pada periode
pasca operasi. Temuan ini menunjukkan bahwa balon postpartum bakri dapat
digunakan untuk mereduksi inversio uterus secara non-invasive dan mencegah
kekambuhannya.
1. Pendahuluan

Perdarahan postpartum (PPH) didefinisikan sebagai pendarahan yang


terjadi segera setelah plasenta lahir. PPH merupakan penyebab utama di antara
lima penyebab kematian ibu hamil di negara maju dan berkembang.

Inversio uterus adalah salah satu penyebab PPH. Inversio uterus mengacu
pada keadaan di mana permukaan endometrium terbalik. Dalam kondisi ini,
fundus uterus akan turun dan terbalik, dan dinding bagian dalam rahim kadang-
kadang bisa berada dalam vagina atau vulva. Inversi uterus dapat terjadi bahkan
di wanita yang tidak hamil, misalnya pada kasus di mana tumor timbul di
rongga uterus. Secara umum istilah "Inversio uterus" mengacu pada inversi
uterus yang terjadi saat setelah melahirkan. Inversio terjadi pada kala 3
persalinan karena berlebihan pada saat menarik tali pusat atau pelepasan
plasenta secara manual, dan dilaporkan terjadi pada 1 dari 2000– 8000
kehamilan. Inversio uteri jarang terjadi, bila terjadi dapat menyebabkan
perdarahan masif dari permukaan plasenta yang terlepas atau karena atonik,
yang dapat menyebabkan syok hemoragik. Jadi, inversio uterus adalah kondisi
serius yang bisa menyebabkan kematian bagi ibu jika tidak diobati segera.
Diagnosis dini dan penanganan sangat penting untuk keberhasilan manajemen
kondisi ini, oleh karena itu, pemahamam mengenai inversi uterus penting
dalam praktek klinis sehari-hari.

Di sini kami menggambarkan pengalaman kami dengan sebuah kasus di


mana inversi uterus akut pada kala 3 yang disebabkan oleh plasenta akreta yang
berhasil ditangani secara non-invasif dengan menggunakan balon postpartum
Bakri (Cook Medical Incorporated, Bloomington, IN, USA).
2. Presentasi kasus
Pasien adalah seorang wanita 37 tahun (gravida 2, para 1) dengan riwayat
persalinan pervaginam dan pelepasan plasenta normal. Kehamilannya saat ini
didapatkan melalui transfer embrio beku. Tidak ada masalah selama
kehamilan. Dia dirawat di rumah sakit karena pecahnya ketuban dan induksi
persalinan pada 39 minggu 3 hari kehamilan. Persalinan selesai dengan
lancar, dan dia melahirkan seorang bayi perempuan (Berat, 3115 gr, Apgar
skor, 9/9) tanpa masalah. Mengikuti rekomendasi WHO, kami melakukan
tarikan tali pusat terkendali. Plasenta ditarik dengan lancar. Namun, ketika
kira-kira setengah dari plasenta telah keluar melalui vagina, dia mengeluh
nyeri perut bawah yang intens dan, oleh karena itu tarikan dihentikan.
Ultrasonografi menggambarkan inversi uterus lengkap, "pseudostripe" dan
"tanda target" dilaporkan oleh Rana dan Patel.

Gambar 1: (a) Transabdominal sonogram sagital menunjukkan gambar cermin uterus


dengan pseudostripe endometrium diwakili oleh dua permukaan serosa yang berlawanan.
Plasenta yang melekat pada fundus dapat dilihat pada sisi vagina (panah putih). Gambar: (B)
Transabdominal sonogram transversal menunjukkan tanda target dengan hyperechoic
inversion fundus central (panah hitam) dikelilingi oleh cairan hypoechoic (panah putih)
antara fundus dan dinding vagina.
Dia mengeluh sakit perut bagian bawah yang intens. Saat ini, plasenta
berwarna merah gelap dan menonjol karena adanya hematoma retroplasental,
hematom kemudian pecah dan menghasilkan pendarahan masif. Pemeriksaan
terhadap plasenta yang keluar dari vagina mengungkapkan bahwa kira-kira
setengah dari plasenta masih menempel di rahim. Perdarahan berasal dari
tempat perlengketan. Pengamatan ini menyebabkan munculnya diagnosis
plasenta akreta. Pada saat ini, pasien mengalami keadaan shock, tekanan
darah 68 / 38mmHg, denyut nadi 113 denyut / menit, wajah pucat, dan indeks
syok 1,66. Plasenta dikembalikan ke vagina, dan pasien dipindahkan ke ruang
operasi dan siap untuk menjalani transfusi darah. Pelepasan plasenta telah
dicoba dengan melakukan tarikan ringan di bawah anestesi intravena. Namun,
baik uterus maupun plasenta turun dan keluar dari vagina, yang membuat
pelepasan plasenta menjadi sulit. Oleh karena itu, plasenta yang terlepas
sebagian dilepaskan secara manual. Endometrium fundus uterus terbalik dan
terletak di luar vagina, dengan demikian inversio uterus disebut lengkap.
Perdarahan terus berlanjut, dan tekanan darah pasien menurun. Oleh karena
itu, tanpa menggunakan relaksan uterus, pengembalian dicoba dengan metode
Johnson's. Bagian terbalik dikembalikan ke dalam rahim dan direduksi
menjadi keadaan inversio yang tidak lengkap, karena reduksi yang lebih baik
tidak dapat dicapai. Meskipun uterus relaxant dianggap perlu, ada
kekhawatiran tentang perdarahan lebih lanjut dan hipotensi akibat
penggunaan relaksan tersebut. Karena itu, kami mempertimbangkan untuk
mencapai hemostasis dengan menggunakan balon postpartum Bakri sampai
transfusi darah selesai. Karenanya, balon Bakri postpartum dimasukkan ke
dalam rongga uterus dengan memegang dasar balon dengan forcep plasenta
di bawah bimbingan ultrasonografi. Selanjutnya, 300mL dari garam fisiologis
dimasukkan ke dalam balon, dan forcep plasenta yang memegang balon
didorong ke arahnya fundus uterus; Namun, perbaikan total tidak tercapai,
dan perdarahan menetap.
Gambar 2: Fundus uteri didorong keatas dengan balon bakri 300 ml. reduksi
complete tidak tercapai

Karena itu, 100 mL garam fisiologis disuntikkan dan meningkatkan total


volume cairan fisiologis hingga 400 mL, dan tang plasenta yang memegang
balon itu dinaikkan lagi. Akibatnya, rahim berhasil dikembalikan dan
perdarahan dihentikan

(Gambar 3): Fundus uterus didorong keatas dengan balon Bakri 400 ml. reduksi
berhasil dan perdarahan berhenti.
Mengikuti kembalinya uterus, pasien diberikan oksitosin, dan diamati
dengan cermat. Tidak terlihat adanya reinversi uterus. Karena penempatan
balon Bakri postpartum juga berguna untuk pencegahan reinversion, balon
dibiarkan untuk tetap di dalam rahim. Vagina ditutup dengan kain kasa untuk
mencegah keluarnya balon postpartum Bakri.
Volume total perdarahan adalah 3449 ml. Pemeriksaan hematologi
sebelum transfusi darah adalah sebagai berikut: jumlah sel darah merah 128,0
× 104 / 𝜇L, hemoglobin, 3,7 g / dL dan nilai hematokrit, 11,4%. Transfusi
darah terdiri 8 unit masing-masing sel darah merah dan fresh frozen plasma.
Pada hari berikutnya, 14 jam setelah penyisipan balon postpartum Bakri,
balon dilepas. Tidak ada reinversi atau perdarahan yang terlihat.

3. Diskusi
Inversio uterus adalah kondisi yang sangat langka; Namun, apabila
terjadi, kemungkinan besar akan terjadi perdarahan massif dan
mengakibatkan syok. Jadi, keadaan ini adalah serius dan merupakan gawat
darurat obstetri yang dapat menyebabkan kematian pada ibu yang melahirkan
jika penanganan awal tidak tepat. Karenanya, keputusan penanganan yang
tepat harus dibuat segera.
Kejadian inversi uterus dapat akut (dalam 24 jam setelah melahirkan),
subakut (lebih dari 24 jam dan hingga postpartum hari ke-30), atau kronis (>
30 hari setelah melahirkan). Inversio uterus dapat diklasifikasikan sebagai
empat derajat sesuai dengan derajat keluarnya uterus.
Penyebab inversi uterus akut pada nifas dapat terjadi endogen atau
eksogen. Penyebab endogen meliputi ekstensi yang berlebihan dari dinding
uterus karena plasenta accreta, lilitan tali pusar, tali pusat yang terlalu pendek,
kehamilan ganda, janin sangat besar, dan polihidramnion, Namun, penyebab
ini jarang terjadi. Kebanyakan kasus inversi uterus akut karena faktor
eksogen, dan kondisinya sering disebabkan oleh kekuatan luar, seperti traksi
tali pusat yang berlebihan pada tahap ketiga persalinan, permukaan plasenta
yang kasar, dan manual plasenta. Karena adhesi antara plasenta dan rahim,
inversio uterus pada kasus ini disebabkan oleh plasenta akreta.
Gejala yang muncul akibat inversio uterus akut adalah nyeri perut
bagian bawah, perdarahan masif, dan syok. Gejala-gejala khas ini mungkin
tidak muncul ketika inversio ringan; oleh karena itu, jika penyebab
perdarahan yang tidak diketahui pada tahap ketiga persalinan, kemungkinan
inversio uterus harus dipertimbangkan. Diagnosis inversio uterus akut pada
nifas cukup mudah yaitu jika permukaan bagian dalam rahim mengenai
endoserviks atau vagina. Namun, perlu dicatat bahwa jika ahli kebidanan
tidak menyadari inversio uterus, kondisi ini mungkin salah didiagnosis
sebagai mioma submukosa dan mungkin dapat mencegah diagnosis dini.
Tidak terabanya fundus uterus segera setelah pelepasan plasenta berguna
untuk diagnosis. Namun, jika inversio uterus dicurigai, ultrasonografi harus
dilakukan. Jika "bagian fundus turun dan terbalik," "pseudostripe," dan "tanda
target," yang menunjukkan bahwa fundus uterus telah jatuh ke dalam rongga
uterus, diagnosis definitif dapat dengan mudah dibuat
Berkenaan dengan pengobatan inversio uterus akut, penanganan syok
sistemik secara cepat dan secara bersamaan mengembalikan inversion uteri
seharusnya dilakukan. Pertama infus, transfusi darah, terapi antishock, dan
terapi DIC harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi sistemik. Teknik
noninvasif atau invasif dapat digunakan untuk mereduksi invertio uteri.
Metode perbaikan noninvasif, seperti penggunaan tekanan manual atau
hidrostatik, seharusnya dicoba dulu. Berkenaan dengan metode manual,
metode yang dijelaskan oleh Johnson sering digunakan. Sebagai tambahan,
metode reduksi tekanan hidrostatik sebelumnya dijelaskan oleh O’Sullivan.
Baru-baru ini, Gupta et al melaporkan modifikasi reduksi hidrostatik
menggunakan reseksi transurethral dari prostat untuk mengurangi kegagalan.
Sebaliknya, metode reduksi invasif termasuk operasi transvaginal menurut
Spinelli dan Kutner. Operasi transabdominal menurut Huntington dan metode
Haultain, dan histerektomi sederhana. Di kasus ini, kami menggunakan
metode non-invasif dengan Balon Bakri postpartum dan berhasil mereduksi
uterus. Metode ini terdiri dari kombinasi prinsip-prinsip metode Johnson dan
metode tekanan hidrostatik. Prinsip metode Johnson adalah sebagai berikut:
inversion uterus menarik banyak ligamen uterus, setelah ligamen penyokong
uterus mulai berkontraksi inversio uterus dapat kembali dengan
menggunakan kekuatan kontraksi ini. Metode reduksi ini tidak bisa dilakukan
dengan satu kali pengangkatan. Tekanan hidrostatik, metode reduksi ini
melibatkan penggunaan tekanan hidrostatik yang dihasilkan ketika larutan
garam fisiologis dimasukkan ke dalam rahim dari lokasi yang lebih tinggi
metode balon Bakri Postpartum melibatkan kombinasi hidrostatik, di mana
balon diisi dengan normal saline untuk memperluas rahim dan menekan
seluruh rongga uterus, dan efek metode Johnson, di mana ligamen penunjang
uterus dikembalikan dengan mengangkat balon setinggi mungkin dengan
menggunakan tang plasenta. Selain itu, metode ini juga memiliki efek
hemostatik terhadap perdarahan karena atoni, yang merupakan peran utama
dari balloon Bakri postpartum. Studi terbaru melaporkan bahwa perawatan
balon Bakri postpartum seefektif arteri uterina embolisasi. Inversi uterus
sering berulang bahkan ketika telah berhasil direduksi. Oleh karena itu,
pencegahan kekambuhan juga merupakan tujuan pengobatan yang penting.
Berbagai metode untuk mencegah reinversi baru-baru ini telah dilaporkan,
dan penempatan balon Bakri postpartum adalah pencegahan yang efektif
terhadap reinversi. Pemberian 400 mL garam fisiologis, seperti yang
digunakan dalam kasus ini, menghasilkan balon bulat dengan diameter sekitar
10,5 × 8,2 cm (Gambar 4) oleh karena itu, reduksi berhasil dilakukan dengan
tekanan dari dalam rongga uterus dan elevasi uterus dengan balon bulat ini.

Gambar 4: Ukuran Balon dari 100-500 ml

Jumlah ahli obstetri wanita baru - baru ini meningkat, kemungkinan


dokter wanita menghadapi kasus Inversi uterus juga meningkat. Namun,
seorang dokter kandungan wanita mungkin tidak memiliki kekuatan yang
besar untuk mereduksi inversio uteri dengan tinjunya. Oleh karena itu,
penggunaan balon Bakri postpartum sangat membantu dalam kasus seperti
itu. Diagnosis cepat dan pengobatan dini adalah faktor kunci untuk berhasil
mengurangi inversi uterus akut pada nifas pada pasien. Perawatan dengan
balon postpartum Bakri dapat dilakukan segera dengan invasi minimal dan
dapat menghasilkan efektivitas hemostatik yang signifikan dan berkontribusi
untuk pemulihan cepat dari keadaan syok. Pada saat ini, penggunaan balon
Bakri postpartum efektif untuk hemostasis, reduksi, dan pencegahan
reinversi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai opsi sementara untuk pasien
selagi menunggu perawatan yang lebih agresift. Jadi, kami percaya bahwa
prosedur ini dapat digunakan sebagai terapi non-invasif untuk reduksi inversi
uterus.

Anda mungkin juga menyukai