Anda di halaman 1dari 32

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Beberapa pasien berusaha “melawan” kanker, AIDS, penyakit jantung atau penyakit lain
selama bertahun-tahun, tetapi kemudian menyadari bahwa penanganan yang dijalani tidak
efektif dan penyakit yang dideritanya bersifat terminal. Di lingkungan rumah sakit, pasien
seperti ini dikelompokkan dalam pasien “tanpa kode” karena upaya resusitasi akan sia-sia
dalam upaya memperpanjang kualitas hidup pasien.

Hospice adalah pendekatan khusus untuk merawat indiividu yang mengalami sakit terminal
yang menekankan pada perawatan paliatif yaitu mengurangi nyeri dan gejala-gejala yang
menggangu kenyamanan yang berlawanan dengan perawatan kuratif. Selain itu, untuk
memenuhi kebutuhan medis pasien, perawatan hospice diarahkan pada kebutuhan fisik,
psikososial, dan spiritual pasien, sama seperti pada keluarga. Dalam makalah ini akan dibahas
tentang bagaimana proses Hospice Care pada pasien Kanker Payudara.

1 Neoplasma pada masa abnormal terdiri dari sel-sel yang mengalami proliferasi bersifat
otonom dan tak terkoordinasi, tidak adaptif meskipun rangsang dihilangkan terus tumbuh
serta dibedakan atas jinak (benigna) yang sering disebut dengan tumor dan ganas (maligna)
yang sering disebut kanker. Sifat neoplasma jinak (tumor) peristiwa lokal/setempat,
proliferasi bersifat kohesif, pertumbuhan bersifat sebtrifugal dengan batas nyata, bergerak
keluar, menyebabkan desakan jaringan sekitar, tidak menyebar jauh, laju pertumbuhan
lambat dan ukuran tetap stabil selama berbulan-bulan/bertahun-tahun sedangkan sifat
neoplasma ganas (Kanker) bertumbuh lebih cepat, progresif, tidak kohesif, penyebaran tidak
teratur, tidak berkapsul, sukar dipisahkan dengan jaringan sekitar dan menyerbu kedaerah
sekitar (infiltrasi), mencari jalan secara destruktif dimana sel neoplasma melepaskan diri dari
tumor primer menuju sirkulasi mengakibatkan emboli sel sehingga tersangkut, keluar
pembuluh darah berproliferasi menjadi tumor sekunder bersifat metastasis atau pengalihan
penyakit dari bagian / alat tubuh satu kealat atau bagian tubuh lainnya yang tidak saling
berhubungan yang biasanya bersifat lebih ganas dimana produksi sel-sel yang tidak normal
dan tidak mengikuti jaringan yang normal. Salah satu neoplasma ganas yang sering terjadi
pada beberapa kasus adalah carcinoma mammae dan jaringan sekitarnya
B. Tujuan

Tujuan Umum:

· Menurunkan angka kematian kanker payudara

· Meningkatkan kulalitas hidup penderita kanker payudara

· Mengurangi permasalahan psiko-sosial penderita kankerpayudara.

Tujuan Khusus:

· Mempersiapkan mental penderita preoperative

· Mengurangi perasaan nyeri pre dan post operatif

· Mengurangi bau busuk ulkus yang tidak mengenakan

· Melatih pergerakkan sendi bahu supaya tidak mengalami kontraktur

· Menghindari pembengkakan lengan

· Mencegah infeksi luka operasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan
mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang bertumbuh perlahan karena suplai
limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang banyak mengandung banyak
pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.

Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur
parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus
(10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker
payudara/mammae tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar
melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati,
otak dan kulit.

B. Etiologi

Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetpi ada beberapa faktor yang berkaitan
erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan , faktor hormonl
dan familial;

1. Wanita resiko tinggi dari pada pria (99:1)

2. Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun

3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga Ca Mammae pada ibu/saudara perempuan

4. Riwayat meastrual:

· Early menarche (sebelum 12 thun)

· Late menopouse (setelah 50 th)

5. Riwayat kesehatan: Pernah mengalami/ sedang menderita otipical hiperplasia atau


benign proliverative yang lain pada biopsy payudara, Ca. endometrial.

6. Menikah tapi tidak melahirkan anak

7. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun.

8.

Tidak menyusui

9. Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy estrogen

10. Mengalami trauma berulang kali pada payudara

11. Terapi radiasi; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen


12. Obesitas

13. Life style: diet tinggi lemak, mengkomsumsi alcohol (minum 2x sehari), merokok.

14. Stres hebat.

C. Manifestasi Klinik

Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

1. Fase induksi 15 – 30 tahun

Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah
jaringan displasia menjadi tumor ganas.

2. Fase insitu: 5 – 10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di serviks
uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di payudara.

3. Fase invasi: 1 – 5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke jaringan
sekitarnya dan ke pembuluh darah limfa

4. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain


4

D. Patofisiologi

Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker
(Maternity Nursing, 1997:254). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori
yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:

1. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormon estrogen dan


progesteron yang dihasilkan pleh ovarium mempengaruhi faktor pertumbuhan sel mammae.
Dimana salah satu fungsi estrogen adalah merangsang pertumbuhan sel mammae. Suatu
penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda lebih jarang
ditemukan menderita carcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan bahea hormon
estrogen lah yang menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun menarche dini dan
menopause lambat ternyata disertai peningkatan resiko kanker mammae dan lebih tinggi pada
wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.

2. Virus, invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebakan adanya massa
anormal pada sel yang sedang mengalami prolifrasi.

3. Genetik

- Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetik”
autosomal dominan

- Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai


peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan
4.

Defesiensi imun, terutama limfosit T yang menyeakan penurunan produksi interferon yang
berfungsi untuk menghambat terjadinya prolifrasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan
aktivitas antitumor. Gangguan prolifrasi tersebut akan menyebabkan timbulnya sel kanker
pada jaringan epithelial dan paling sering pada sistem duktal. Mula-mula terjadinya
hiperflasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah
sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bisa diraba. Ivasi sel kanker yang
mengenai jaringan yang perka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti
periosteum dan pelkus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada
kanker lanjut. Perumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan
melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kalenjar limfe menyebakan terjadinya
pembesaran kalenjar limfe regional.

Disamping itu juga bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak. Penyebaran yang
terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan paru, pleura,
otak tulang (terutama terutama tulang tengkorak, vertebra dan panggul).

Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progresif lemak tumbuh
dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia.

E. Tanda dan Gejala

1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi

2. Nyeri di daerah massa

3. Perubahan bentuk dan besar payudara, Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi
pada areola mammae
4. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)

5. Pengelupasan papilla mammae

6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,

7. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer padahal
ibu tidak sedang hamil / menyusui.

8. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

Penentuan Ukuran Tumor, Penyebaran Berdasarkan Kategori T, N, M

TUMOR SIZE ( T )

1. Tx: Tak ada tumor

2. To: Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer

3. T1: Tumor dengan diameter , kurang dari 2 cm

4. T2: Tumor dengan diameter 2 – 5 cm

5. T3: Tumor dengan diameter lebih dari 5

6. T4: Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan secara


langsung ke dinding thorak atau kulit

REGIONAL LIMPHO NODUS ( N )

1. Nx Kelenjar ketiak tak teraba

2. No: Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

3. N1: Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan

4. N2: Metastase ke kelenjar ketiak homolateral, melekat terfiksasi satu sama lain atau
jaringan sekitrnya
5. N3: Metastase ke kelenjar homolateral suprklavikuler/ infraklavikuler atau odem
lengan

METASTASE JAUH ( M )

1. Mo: Tak ada metastase jauh

2. M1: Metastase jauh termasuk perluasan ke dalam kulit di luar payudara

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan labortorium meliputi:

· Morfologi sel darah

· LED

· Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma

· Pemeriksaan sitologis

2. Test diagnostik lain:

a. Non invasive;

· Mamografi

· Ro thorak

· USG

· MRI

· PET

b. Invasif

· Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan pembedahan

· Aspirasi biopsy (FNAB)

·
7

Dengn aspirasi jarum halus , sifat massa dibedakan antar kistik atau padat

· True cut / Care biopsy

· Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk memandu jarum


pada massa

· Incisi biopsy

· Eksisi biopsy

Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan pemeriksaan histologik secara
froxen section

G. Komplikasi

Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan hati.

H. Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan

Terapi bedah bertujuan kuratif dan paliatif

Jenis terapi : lokal /lokoregional

Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan

Prinsif terapi kuratif bedah

Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :

- Modified radikal mastektomi

- Breast conversing treatment (BCT) ± rekontruksi payudara

- Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ± diseksi axsila

Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan
pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis
dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada
stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan,
patah tulang dan pengobatan ulkus

2. Radioterapi

Pegobatan radioterapi adalah untu penobatanlokal /lokoregional yang sifatnya bisa kuratif
ataupaliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama , misalnya pada operasi BCT dan
kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan
bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA . Pengobatan
kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding pemberian
pengobatan monofaramasi / monoterapi

3. Hormon terapi

Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu
dengan pemberian anti esterogen, pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH,
ovorektomi. Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada
pasiien yangreceptor hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan sebagai terapi
pravelensi kanker payudara.

4. Terapi Paliatif dan pain

Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan
kualitas hhdup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non
medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif)

5. Immunoterapi dan ioterapi

Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon, modified molekuler,
biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung keberhasilan
pengobatan-pengobatan lainnya.

Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika untuk mengoreksi mutasi genetik untuk
mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.
6. Rehabilitasi fisik dan psikis

Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat pengobatan konvensiobnal seperti


pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah
timbulnya komplikasi akiabt treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk
mendorong semangat hidup yang lebh baik.

7. Kemoterapi

Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sisitemik yang mengguanakan obat-obat


sitostatika melalui aliran sisitemik, sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium
IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambahan

Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan tergantung sejauh mana pertumbuhan
dan penyebaranya dipilih berdasar stadiumnya.dan chemotherapy.

I. Pengkajian Keperawatan

a. Sistem Integumen

- Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus

- Inspeksi kemerahan & gatal, eritem

- Perhatikan pigmentasi kulit

- Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

b. Sistem Gastrointestinalis
- Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi

- Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit

- Kaji diare & konstipasi

- Kaji anoreksia

- Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

c. Sistem Hematopoetik

- Kaji Netropenia

ü Kaji tanda infeksi

ü Auskultasi paru

ü Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe

ü Kaji suhu

- Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat

- Kaji Anemia

ü Warna kulit, capilarry refill

ü Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular

- Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif –
terutama bleomisin

- Kaji tanda CHF

10
Lakukan pemeriksaan EKG

e. Sistem Neuromuskular

- Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik

- Perhatikan adanya parestesia

- Evaluasi reflex

- Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

- Kaji gangguan pendengaran

- Diskusikan ADL

f. Sistem genitourinary

- Kaji frekwensi BAK

- Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine

- Kaji : hematuria, oliguria, anuria

11 Monitor BUN, kreatinin

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Diana Kristina

Jenis Kelamin : Wanita

Umur : 45 tahun

Agama : Kristen Protestan

Tgl Masuk : 25 April 2013

No. RM : 00.54.07.76

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Kembang Ganyong No. 15

Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran, Nyeri di bagian dada akibat benjolan di bagian
dada dan ada perasaan takut dan cemas.

Riwayat Penyakit Sekarang : Mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan
kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas. Pada payudara terdapat adanya
orok yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat. Klien tampak enggan bergaul dan
berintegrasi dengan pasien lain. Observasi gejala memegang payudara dan wajah tampak
menyeringai. Terkadang klien juga mengalami penurunan kesadaran dan nyeri di bagian
kepala.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Adanya siklus perubahan hormonal yang lama serta
penggunaan obat-obatan hormonal kontasepsi.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Tidak ada

12
B. Tanda-tanda Vital

TD : 130/70 mm/Hg Kesadaran : Somnolen

DN : 90x/i Keadaan Gizi : Sedang

Term : 36,70C Keadaan Umum : Buruk

RR : 24x/i

Skala Nyeri : 5 (di payudara dan kepala)

TB : 155cm

BB : 55Kg

C. Diagnosa Medis

Ca. Mammae dan Metastasis Brain

D. Therapi Medis

- IVFD R-sol 20 tts/i

- Inj. Keterolak

- O2 5 liter

- Dexamethason / 8jam

- Inj. ranitidin
13

E. Hasil Pemeriksaan Lengkap

Jenis Pemeriksaan

Satuan

Hasil

Rujukan

Keterangan

Hematolog

Darah Lengkap (CBC)

g%

13,70

11,7 - 15,5

Hb (HGB)

106/mm3
4,06

4,20 - 4,87

Eritrosit (RC)

103/mm3

3,17

4,5 - 11,0

Leukosit (WBC)

38,50

38 - 44

Hematokrit

106/mm3

539

150 - 450

Trombosit (PCT)

Fl

77,60

85 - 95
MCV

Pg

27,60

28 - 32

MCH

g%

35,60

33 - 35

MCHC

14,30

11,6 - 14,8

RDW

Fl

8,50

7,0 - 10,2

MPV

0,46
PCT

Fl

9,0

PDW

Hitung Jenis:

- Neutofil

40,10

37 - 80

- Limfosit
43,80

20 – 40

- Monosit

15,50

2–8

- Eusinofil

0,30

1–6

- Basofil

0,300

0–1

- Neutrofil Absoult

1,27

2,7 – 6,5
- Limfosit Absolut

1,39

1,5 -3,7

- Monosit Absolut

0,49

0,2 – 0,4

- Eusinofil Absolut

0,01

0 – 0,10

- Basofil Absolut

0,01

0 – 0,1

14
Jenis Pemeriksaan

Satuan

Hasil

Rujukan

Kimia Klinik

Analisa Gula Darah

· pH

7.465

7,35 – 7,45

· pCO2

mmHg

37,7
36 – 42

· pO2

mmHg

187,9

85 – 100

· Bikarbonat (HCO3)

mmol/L

26,5

22 – 26

· Total CO2

mmol/L

27,7

19 – 25

· Kelebihan Basa (BE)

mmol/L

2,8

(-2) – (+2)

· Saturasi O2

99,7

95 – 100

METABOLISME KARBOHIDRAT
· Glukosa Darah

mg/dL

145,00

<200

GINJAL

Ureum

mg/dL

13,00

<50

Kreatini

mg/dL

0,60

0,50 – 0,90

ELEKTOLIT

Natrium (Na)
mEq/L

140

135 – 155

Kalium (K)

mEq/L

3,4

3,6 – 5,5

Klorida (CL)

mEq/L

102

96 – 1-6

15

13

F. ANALISA DATA

No

Data
Etiologi

Masalah

DS: Pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri di bagian payudara nya.

DO : Pasien tampak meringis kesakitan.

- Adanya ulkus pada daerah mammae

Nyeri Akut pada daerah mammae

DS : Pasien mengatakan bahwa ia cemas terhadap operasi yang akan dijalani nya.

Do : Pasien tampak cemas dengan kondisinya.

- Kurangnya pengetahuan tentang pre dan post operasi

Ansietas

DS : Pasien mengatakan bahwa ia tidak selera makan DO: Pasien tampak tidak
menghabiskan makanan nya

BB = 52Kg

- Akibat adanya rasa mual

Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b/d adanya ulkus pada daerah mammae d/d pasien tampak meringis
kesakitan.

2. Ansietas b/d Kurangnya pengetahuan tentang pre dan post operasi d/d pasien tampak
cemas.
3.

16

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa mual d/d pasien tampak tidak
meghabiskan makananya dan penurunan BB.

H. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa : Nyeri Akut b/d adanya ulkus pada daerah mammae d/d pasien tampak meringis
kesakitan

Tujuan : Mengurangi rasa Nyeri

Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.

No

Intervensi

Rasional

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri.

Membantu dalam mengindentifikasi derajat kenyamanan dan kebutuhan efektif analgetik.

Bantu pasien menemukan posisi nyaman.

Peninggian lengan, ukuran baju dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien untuk
istirahat secara efektif.

Anjurkan penggunaan manajemen stress, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi.

Menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ke tingkat yang lebih nyaman yang dapat
ditoleransi oleh pasien.
4

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic sesuai indikasi.

Penggunaan agen farmakologis untuk meredakan atau menghilangkan nyeri.

17

Diagnosa : Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang pre dan post operasi d/d pasien
tampak cemas.

Tujuan : Cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan


berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan post operasi, secara
verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisiknya.

No

Intervensi

Rasional

Jelaskan apa yang terjadi selama praoperasi dan pasca operasi, termasuk tes laboratorium pra
operasi, alasan status puasa, obat-obatan pos operasi, tinggal di ruang pemulihan program
pasca operasi. Informasikan pada klien obat nyeri bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.
Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kerjasama pasien.

Memberikan dorongan emosi pada saat operasi untuk mengurangi tingkat kecemasan
misalnya dorongan untuk semangat agar bisa berkumpul dengan keluarga di rumah.

Memerberikan penenangan, penerimaanm dan bantuan/ dukungan selama masa stres

Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pasca operasi

Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intevensi bedah membantu menurunkan
kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.

18

Diagnosa : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa mual d/d pasien tampak
tidak meghabiskan makanannya dan penurunan BB .

Tujuan : Kebutuhan Nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil : Memperlihatkan status gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan tubuh.

No

Intervensi

Rasional

Awasi keluhan mual dan muntah


Berguna dalam mendefinisikan masalah dan intervensi yang tepat.

Berikan perawatan mulut sebelum makan

Menghilangkan rasa tak enak dan dapat meningkatkan nafsu makan.

Kaji berat badan pasien

Penurunan BB menunjukkan tidak kuatnya nutrisi

19

I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No

Diagnosa

Implementasi

Nyeri Akut b/d adanya ulkus pada daerah mammae d/d pasien tampak meringis kesakitan

- Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas nyeri.

- Membantu pasien menemukan posisi nyaman.

- Menganjurkan penggunaan manajemen stress, contoh teknik relaksasi, bimbingan


imajinasi

- Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic sesuai indikasi.

2
Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang pre dan post operasi d/d pasien tampak cemas.

- Menjelaskan apa yang terjadi selama praoperasi dan pasca operasi. Informasikan pada
klien obat nyeri bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.

- Memberikan dorongan emosi pada saat operasi untuk mengurangi tingkat kecemasan
misalnya dorongan untuk semangat agar bisa berkumpul dengan keluarga di rumah

- Mengizinkan pasien untuk mengetahui keadaan pasca operasi

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa mual d/d pasien tampak tidak
meghabiskan makanannya dan penurunan BB .

- Mengawasi keluhan mual dan muntah

- Memberikan perawatan mulut sebelum makan

- Mengkaji berat badan pasien

DAFTAR PUSTAKA

· Mareili, T.M. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta

· Baradero, Mary. Dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. EGC. Jakarta

· Gale, Danielle. Jane Charotte. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta

· http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-kanker-
payudara-ca.html

· http://laloerezan.blogspot.com/2012/12/askep-ca-mammae_8.html
· Ahern, Wilkinson. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. EGC. Jakarta

20

Diposting oleh AdiN di 01.15

Anda mungkin juga menyukai