Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas berkat rahmat, nikmat, dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Analisis Interaksi Sosial di Daerah Terkena
Bencana Banjir Jasinga ini. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas IPS dengan materi Interaksi
Sosial yang menjadi sarat nilai untuk kenaikan kelas. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Yuyun
yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Tak lupa kepada teman-teman dan keluarga
yang memfasilitasi dan mendukung pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari harapan sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran atas makalah ini supaya selanjutnya, kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi. Dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya,
Aamiin.

Bogor, 7 Agustus 2018

Penulis

1
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
I.I. Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
I.II. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
I.III. Tujuan ........................................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 5
II.I. Interaksi Sosial .............................................................................................................................. 5
II.II. Bencana Alam di Jasinga .......................................................................................................... 155
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 18
III.I. Faktor Penyebabab Banjir ........................................................................................................... 18
III.II. Pengaruh Dari Bencana Banjir Terhadap Pola Interkasi Sosial ............................................ 188
III.III. Dampak Dari Bencana Banjir Terhadap Pola Interaksi Sosial ............................................. 199
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 222

2
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

BAB I
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial dan oleh karena itu manusia pasti melakukan
interaksi sosial. Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan
manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan kehidupannya.
Interaksi sosial yang dilakukan manusia pada umumnya terus menerus secara kontinyu sehingga
menjadi suatu proses yaitu sosialisasi.

Seperti kita ketahui sosialisasi manusia banyak faktor yang mempengaruhinya salah
satunya yaitu kondisi lingkungan alam. Apabila kondisi alam di suatu daerah atau tempat yang
ditinggali oleh suatu masyarakat tidak baik tentunya akan mempengaruhi sosialisasi antar
masyarakat di daerah tersebut, diantaranya yaitu mempengaruhi pola interaksi sosial pada
masyarakat di daerah tersebut. Pola interaksi sosial yang berubah saat sebelum perubahan
lingkungan (bencana alam) dan saat setelah perubahan lingkungan menjadi daya Tarik bagi kami
untuk melakukan analisis ini.

I.II. Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam makalah ini dirumuskan
sebagai berikut :

1. Mengapa 6 desa di Kecamatan Jasinga dapat terendam banjir?


2. Mengapa bencana banjir dapat berpengaruh terhadap pola interaksi sosial?
3. Bagaimana dampak bencana banjir pada pola interaksi sosial pada masyarakat di Jasinga?

I.III. Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dalam makalah ini dirumuskan
sebagai berikut:

1. Mengetahui penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Jasinga.


2. Mengetahui pengaruh dari bencana banjir terhadap pola interkasi sosial.

3
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

3. Mengetahui dampak dari bencana banjir terhadap pola interaksi sosial pada masyarakat
Jasinga

4
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Interaksi Sosial


A. Pengertian Interaksi Sosial
 Macionis (1997:149), interaksi sosial adalah proses bertindak (aksi) dan membalas
tindakan (reaksi) yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
 Broom & Selznic (1961:11) menyebut interaksi sosial sebagai proses bertindak yang
dilandasi oleh kesadaran adanya orang lain dan proses menyesuaikan respon (tindakan
balasan) sesuai dengan tindakan orang lain.

B. Proses Terjadinya Interaksi Sosial


Interaksi sosial terjadi karena adanya dua pihak yang saling kontak dan melakukan
komunikasi. Syarat terjadinya interaksi sosial :
1. Kontak Sosial
Kontak secara harfiah berarti bersama-sama menyentuh. Secara sosiologi, kontak
diartikan hubungan dengan orang lain (langsung ataupun tidak). Kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk (Soerjono Soekanto : 59) yaitu sebagai berikut :
 Antara orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam
keluarganya. Proses demikian terjadi melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana
anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat
di mana dia menjadi anggota.
 Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang merasakna bahwa tindakan-
tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat.
 Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk mengalahkan partai
politik lainnya.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain
melalui berbagai sarana komunikasi. Sarana utama komunikasi adalah bahasa.

5
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

3. Tindakan sosial
Tindakan sosial dapat di bedakan menjadi empat macam, yaitu :
 Tindakan rasional instrumental, tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan
kesesuaian antara cara dan tujuan.
 Tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan ini berkaitan dengan nilai-nilai dasar
dalam masyarakat sehingga pelaku tidak lagi mempermasalahkan tujuan dan tindakan
yang menjadi persoalan dan perhitungan pelaku hanyalah tentang cara. Contoh :
memberi atau menerima sesuatu pada orang lain harus dengan tangan kanan.
Tindakan ini kita lakukan karena msyarakat memandang tangan kanan lebih sopan
dari pada tangan kiri.
 Tindakan tradisional. Tindakan tradisional tidak memperhatikan pertimbangan
rasional, tindakan ini dilaksanakan berdasarkan pertimbangan kebiasaan dan adat
istiadat.
 Tindakan efektif. Tindakan ini dilakukan oleh individu ataupun kelompok
berdasarkan perasaan (afeksi). Contoh seorang ibu langsung memeluk anaknya ketika
anaknya menangis sebagai ungkapan langsung kasih sayang tanpa
mempertimbangkan alasan maupun tujuannya.

C. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Interaksi Sosial


 Faktor dari dalam diri seseorang
a. Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial. Howard Gardner, setiap manusia memiliki
kecerdasan antar pribadi, yaitu kecerdasan dalam mengelola hubungan dengan orang
lain.
b. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan.
c. Dorongan untuk mengembangkan diri dan mempengaruhi orang lain.
 Imitasi
Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang
lain baik sikap, penampilan, maupun gaya hidup. Proses imitasi memiliki dua
sisi, yaitu positif dan negatif. Proses imitasi memiliki sisi positif apabila
seseorang meniru perilaku yang dapat membangun dirinya menuju ke arah yang
lebih baik. Sisi negatif terjadi, apabila proses imitasi meniru berbagai perilaku
yang akan menjadi bumerang bagi dirinya. Misalnya, penayangan adegan

6
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

smack down di televisi yang ditiru oleh anak-anak, akan merugikan dirinya
sendiri dan orang lain.
 Identifikasi
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk
menjadi sama dengan individu yang ditirunya. Oleh sebab itu, identifikasi erat
kaitannya dengan imitasi.
 Sugesti
Sugesti adalah rangsangan yang diberikan oleh seorang individu kepada
individu lain, sehingga yang menerimanya menuruti atau melakukan apa yang
disugestikan tanpa berpikir lagi. Sugesti juga berarti sikap menerima suatu
pandangan atau pemikiran dari pengaruh pihak lain. Berlangsungnya proses
sugesti biasanya terjadi karena pihak yang terpengaruh dalam keadaan tidak
stabil emosinya sehingga kurang bisa berpikir secara sehat. Proses sugesti dapat
diberikan antarindividu dan antarkelompok. Sugesti dapat berupa berbagai
bentuk sikap atau tindakan, pendapat, saran, dan pertanyaan.
 Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang diberikan oleh seorang individu
kepada individu yang lain, sehingga orang yang diberi motivasi akan menuruti
dan melaksanakan apa yang dimotivasikan. Motivasi dapat berupa berbagai
bentuk sikap atau tindakan, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.
 Simpati
Simpati adalah suatu proses kejiwaan yang merasa tertarik kepada
seseorang atau sekelompok orang karena sikap, perilaku, wibawa, atau
perbuatannya.

 Faktor dari luar individu


Interaksi sosial selalu terjadi karena ada aksi dan reaksi di antara pihak-pihak
yang terlibat di dalamnya.

D. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


 Berdasarkan sifatnya :
1. Interaksi primer
2. Interaksi sekunder

7
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

 Berdasarkan proses sosial :


 Asosiatif
1. Kerja sama (Cooperation)
Kerja sama yaitu suatu bentuk usaha bersama antara beberapa orang atau
antarbeberapa lembaga tertentu untuk mencapai suatu tujuan bersama. Adanya
kepentingan dan tujuan yang sama akan menjadi dasar lahirnya kerja sama antara
seseorang dan yang lainnya atau antara suatu kelompok dan kelompok lainnya.
Kerja sama juga dapat didorong oleh adanya serangkaian kewajiban yang
ditugaskan untuk dilaksanakan secara bersama.
Dilihat dari alasan yang mendasari lahirnya kerja sama, kerja sama dapat
dibedakan menjadi dua berikut ini.
1) Kerja sama spontan (Spontaneous Cooperation), yaitu bentuk kerja sama atas
dasar spontanitas, misalnya karena ada seseorang yang meninggal di suatu
daerah, maka secara spontan masyarakat di sekitar daerah tersebut bekerja
sama untuk membantu keluarga yang anggotanya meninggal dalam proses
penguburan mayat.
2) Kerja sama langsung (Directed Coopration), yaitu bentuk kerja sama sebagai
reaksi atas adanya instruksi dari atasan, misalnya TNI masuk desa yang
saling bekerja sama dalam membantu rakyat di pedesaan dalam membangun
desanya.
Adapun bentuk kerja sama jika dilihat dari motif pelaksanaannya dapat
dikelompokkan menjadi lima bentuk sebagai berikut.
1) Kerukunan (Harmony), kerja sama semacam ini terwujud dalam gotong
royong dan tolong-menolong, misalnya program jumat bersih atau kerja
sama kelompok masyarakat dalam menguburkan salah seorang dari anggota
keluarga yang meninggal.
2) Kooptasi (Cooptation), yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru oleh
pemimpin sebuah organisasi yang ditujukan dalam rangka mencegah
terjadinya gangguan atau keguncangan dalam organisasi tersebut.
3) Joint Venture, yaitu bentuk kerja sama beberapa perusahaan dalam
mengembangkan bidang usaha tertentu. Satu sebagai pemodal dan pihak
lainya mengelola usaha atau proyek tertentu.
4) Bargaining, yaitu kerja sama pertukaran barang atau jasa antara dua
organisasi atau dua negara, misalnya kerja sama JICA (Japan Indonesian

8
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

Corporation Agencies) dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia untuk


mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan.
5) Koalisi (Coalition), yaitu kerja sama antara dua pihak yang memiliki
kepentingan atau tujuan yang sama, misalnya koalisi yang dibentuk oleh
beberapa partai politik dalam mengusung calon Bupati/Wali Kota dalam
proses PILKADA.

2. Akomodasi
Akomodasi yaitu suatu proses atau upaya yang dilakukan untuk
meredakan konflik atau ketegangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan dari akomodasi adalah untuk mengurangi dan menyelesaikan konflik
antarindividu atau kelompok masyarakat sebagai akibat adanya perbedaan paham
sehingga diharapkan akan timbul kerja sama di antara individu yang sedang
konflik tersebut.
Bentuk-bentuk akomodasi sebagai suatu proses biasanya terdiri atas
berikut ini.
1) Kompromi (Compromise) adalah bentuk akomodasi di mana masing-masing
pihak yang bertikai berupaya mengurangi tuntutannya sehingga perselisihan
dapat terselesaikan.
2) Paksaan (Coercian) adalah bentuk akomodasi, di mana ancaman, tekanan,
atau kekuatan fisik menjadi alat penyelesaian konflik di antara pihak yang
bertikai.
3) Mediasi (Mediation) adalah bentuk akomodasi yang melibatkan pihak ketiga
dalam upaya penyelesaian konflik yang terjadi. Sifat keputusan pihak ketiga
biasanya tidak mengikat.
4) Arbitrasi (Arbitration) bentuk akomodasi yang melibatkan pihak ketiga
dalam upaya penyelesaian konflik yang terjadi. Sifat keputusan pihak ketiga
biasanya mengikat.
5) Toleransi (Tolerantion) adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya saling
memahami atas sikap pihak lain yang tidak disetujui.
6) Konsiliasi (Conciliation) adalah suatu upaya untuk mempertemukan pihak-
pihak yang bertikai agar tercapai kesepakatan.

9
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

7) Ajudikasi (Adjudication) adalah upaya penyelesaian konflik yang dilakukan


secara damai dengan bantuan yang berwenang. Tujuannya agar pihak yang
bertikai mendapatkan keadilan.
8) Stalemate adalah penyelesaian konflik yang tercapai dengan sendirinya.
Biasanya, disebabkan adanya kekuatan yang berimbang di antara pihak yang
bertikai. Hal ini disebabkan oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada
kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.

3. Asimilasi
Asimilasi yaitu suatu upaya untuk meningkatkan kesatuan tindakan,
sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan
bersama. Asimilasi biasanya ditandai dengan adanya upaya untuk mengurangi
perbedaan yang terjadi antara kelompok yang bertikai. Asimilasi merupakan
proses lanjutan dari akomodasi untuk memperbaiki pertentangan-pertentangan
yang ada dalam masyarakat.
Terdapat beberapa faktor pendorong atau pendukung dan penghambat
suksesnya proses asimilasi. Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Faktor Pendukung
 Sikap empati dari masing-masing pihak
 Sikap toleransi
 Sikap terbuka akan perbedaan dan kritik
 Adanya desakan dari pihak lain untuk terjadinya asimilasi
 Adanya kesamaan unsur budaya.
2) Faktor Penghambat
 Sikap tertutup dan antipasti
 Perbedaan unsur-unsur kebudayaan
 Kehidupan yang terisolasi dari kelompok lain
 Kurangnya pengetahuan yang dimiliki
 Sikap hidup egoisme dan individualistic

4. Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah perpaduan budaya yang kemudian
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya
tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling

10
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bisa saling
memengaruhi.
Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya
bermacam-macam, antara lain sebagai berikut.
1) Kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat,
atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat.
2) Kontak budaya dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan.
3) Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam
seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa, teknologi,
kemasyarakatan, agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
4) Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau
sedikit.
5) Kontak budaya baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur
budaya fisik.

 Disosiatif
1. Persaingan (Competition)
Persaingan adalah suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-
kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik
atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan.
Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya :
1) Persaingan ekonomi. Timbul karena terbatasnya persediaan apabila
dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2) Persaingan kebudayaan. Menyangkut persaingan kebudayaan, keagamaan,
lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan sebagainya.
3) Persaingan kedudukan dan peranan. Di dalam diri seseorang maupun di
dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai orang
atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang.
4) Persaingan ras. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit, bentuk
tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu

11
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaanperbedaan dalam


kebudayaan.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki beberapa fungsi, antara


lain:

1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat


kompetitif.
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada
suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka
yang bersaing.
3) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.
4) Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang akhirnya
akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif..

Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor, antara lain :

1) Kepribadian seseorang
2) Kemajuan masyarakat
3) Solidaritas kelompok
4) Disorganisasi

2. Kontravensi
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses social yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi
Menurut Leopold von Wiese, dan Howard Becker, bentuk-bentuk
kontravensi ada 5, yaitu :
1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan,
perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
2) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di depan umum,
memaki melalui selembaran surat, mencerca, memfitnah, melemparkan
beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya. Yang intensif
mencakup penghasutan, menyebarkan desasdesus, mengecewakan pihak lain,
dsb.

12
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

3) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat,


dll.
4) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol dalam pemilihan
umum.
Tipe-tipe Kontravensi
Menurut von Wiese dan Becker terdapat tiga tipe umum kontravensi
yaitu kontravensi generasi masyarakat 9 (bentokan antara generasi muda dengan
tua karena perbedaan latar belakang pendidikan, usia dan pengalaman),
kontravensi yang menyangkut seks (hubungan suami dengan istri dalam
keluarga) dan kontravensi parlementer (hubungan antara golongan mayoritas
dengan minoritas dalam masyarakat baik yang menyangkut hubungan mereka di
dalam lembaga-lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dan seterusnya).
Selain tipe-tipe umum tersebut ada ada pula beberapa kontravensi
yang sebenarnya terletak di antara kontravensi dan pertentangan atau
pertikaian,yang dimasukkan ke dalam kategori kontravensi, yaitu :
a) Kontravensi antar masyarakat
b) Antagonism keagamaan
c) Kontravensi intelektual
d) Oposisis moral
Kontravensi, apabila dibandingkan dengan persaingan dan pertentangan
bersifat agak tertutup atau rahasia.

3. Pertentangan
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu
atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Penyebab terjadinya pertentangan, yaitu :
1) Perbedaan individu-individu.
2) Perbedaan kebudayaan.
3) Perbedaan kepentingan.
4) Perbedaan sosial.
Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau
kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di

13
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

dalam srtuktur sosial tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat


positif. Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan
benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-
valve institutions yang menyediaka objek-objek tertentu yang dapat mengalihkan
perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain.
Bentuk-bentuk pertentangan antara lain :
1) Pertentengan pribadi.
2) Pertentangan rasial.
3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial, umumnya disebabkan oleh karena
adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4) Pertentangan politik
5) Pertentangan yang bersifat internasional.
Akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :
1) Bertambahnya solidaritas “in-group” atau malah sebaliknya yaitu terjadi
goyah dan retaknya persatuan kelompok.
2) Perubahan kepribadian.
3) Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu.

E. Interaksi Sosial dan Pola Keteraturan Sosial


Keteraturan sosial adalah suatu keadaan yang berciri hubungan sosial yang berlangsung
di antara anggota-anggota masyarakat tercermin adanya keselarasan, keserasian dan
keharmonisan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Dengan demikian kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
1. Tertib sosial
contoh : individu atau kelompok bertindak sesuai norma dan nilai yang berlaku.
2. Order
Contoh : perintah untuk melaksanakan kerja bakti membersihkan selokan, membersihkan
halaman dan bersih desa.
3. Keajegan
Contoh : setiap pagi para siswa pergi ke sekolah dengan mengenakan pakaian seragam,
mengikuti pelajaran dan kegiatan lain di sekolah.
4. Pola
Contoh : seorang siswa harus menghormati gurunya.

14
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

II.II. Bencana Alam di Jasinga


Kutipan Berita dari klikkabar.com

KLIKKABAR.COM, JAWA BARAT – Jalan penghubung antara Kabupaten Bogor dengan


Kabupaten Lebak, Banten, sempat lumpuh akibat hujan deras mengguyur wilayah Jasinga, Bogor,
Sabtu (14/4) malam. Sebanyak 20 rumah pun terendam banjir akibat hujan dengan intensitas
tinggi.

Hujan pada Sabtu, berlangsung hampir seharian. Jalur utama penghubung Bogor-Banten di
Kampung Parung Sapi, Desa Sipak, Jasinga tertutup material longsor, dari tebing setinggi 10
meter dengan panjang 20 meter, tepat berada di sisi jalan.

Akibatnya, jalan tidak bisa digunakan. Aparat Polsek Jasingan, dibantu Koramil, BPBD dan
warga setempat pun gotong royong membersihkan material longsor, yang juga menghantam
sebuat tiang listrik hingga memutus aliran listrik di Jasinga.

“Longsor diduga karena hujan lebat itu. Tapi longsoran yang menutup akses jalan sudah
dibersihkan bersama warga dengan bantuan satu alat berat dan satu unit mobil damkar, sehingga
jalur sudah bisa dilewati lagi sejak 02.30 WIB tadi,” kata Kapolsek Jasinga AKP Santoso dikutip
dari inilahkoran.com Minggu 15 April 2018.

Hujan deras juga menyebabkan banjir yang merendam 20 rumah di Desa Pamagersari,
Kecamatan Jasinga. Bahkan, dua rumah dan dua mobil hanyut terbawa arus banjir akibat luapan
Sungai Cikeam.

“Ini luapan Sungai Cikeam yang ketiga. Pertama September tahun lalu, terus Jumat kemarin juga
meluap. Paling parah ini Sabtu. Listrik juga mati, soalnya ada gardu kena longsor,” kata Abidin
(28) warga Kampung Sawah, Desa Pamagersari, Jasinga.

Kepala Desa Pamagersari Nurohman menjelaskan, luapan Sungai Cikeam kerap jadi penyebab
banjir di wilayahnya kala hujan lebat mengguyur. “Kalau hujan lebat selalu meluap. Tapi, warga
dan BPBD lngsung membersihkan sampah dan mendata rumah yang terendam,” katanya.

Sementara itu dikutip via okezone, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Bogor mencatat ada sekitar 8 titik yang tersebar di wilayah Kabupaten Bogor mengalami bencana
banjir dan longsor dalam dua hari terakhir.

15
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

Sekertaris BPBD Kabupaten Bogor Budi Pranowo mengatakan bencana banjir dan tanah longsor
tersebut diakibatkan oleh intensitas hujan yang tinggi melanda Bogor sejak Jumat 13 April 2018
lalu.

“Data sementara, yang paling terdampak bencana ada di tiga desa di Kecamatan Jasinga yaitu
Desa Curug, Lugalajaya, dan Pamegarsari. Akses jalan juga ada yang sempat putus,” kata Budi.

Budi menjelaskan, bencana awal yaitu banjir yang merendam 9 rumah Desa Pamagarsari,
Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor pada Jumat 13 April 2018. Banjir tersebut akibat luapan
dari sungai Cikeam.

“Tidak ada korban jiwa, hanya rumah warga terdiri dari 41 jiwa terendam air sekitar 30
sentimeter. Ada juga jembatan yang jadi penghubung dua kampung di lokasi terendam air dan
rawan ambruk,” jelas Budi.

Bencana kedua yaitu banjir merendam 3 rumah di Desa Lugalajaya, Jasinga, Kabupaten Bogor.
Selain merendam rumah, banjir juga menghanyutkan sebuah jembatan semi permanen di
kampung tersebut.
“Di lokasi ini juga tidak ada korban jiwa hanya rumah warga terdiri dari 11 jiwa terendam dan
memutus jembatan semi permanen karena terbawa hanyut sungai Cilingcir yang meluap karena
banjir,” jelasnya.

Bencana yang ketiga yaitu banjir dan tanah longsor terjadi di Desa Curug, Kecamatan Jasinga,
Kabupaten Bogor. Bencana merendam 2 rumah warga dan akses jalan penghubung dua kampung
terkikis longsor.

“Tidak ada korban jiwa, hanya rumah warga dan akses jalan desa penghubung Kampung Baru
dan Kampung Liud Bojong Soang sebagian terkikis kali Cibereum sepanjang 20 meter,”
tambahnya.

Kemudian, bencana keempat yaitu longsor di Desa Purwabakti, Kecamatan Jasinga, Kabupaten
Bogor. Longsor setinggi 15 meter mengancam 3 rumah di bawahnya dan menutup akses jalan
warga sekitar.

“Rumah warga yang terancam longsor butuh penanganan lebih lanjut karena dikhawatirkan
terjadi longsoran yang lebih besar. Untuk akses jalan warga sedang dilakukan penanganan
lanjutan, ” ujar Budi.

16
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

Bencana kelima yaitu longsor setinggi 5 meter yang terjadi di Desa Pamijahan, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor. Longsoran tersebut menimpa halaman rumah warga dan ruang
kelas MI Mujahidin.

“Tidak ada korban jiwa atau luka, tetapi dikhawatirkan terjadi bencana longsor susulan kalau
hujan deras dan membutuhkan penanganan lanjutan,” kata Budi.

Bencana keenam yaitu angin kencang di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten
Bogor. Hujan dengan angin kencang itu membuat pohon kelapa tumbang dan menimpa rumah
warga.

“Pohon kelapa itu menimpa satu rumah warga di bagian dapur dan kamar yang teridiri dari 1
kepala keluarga 4 jiwa. Tidak ada korban jiwa,” jelasnya.

17
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

BAB III
PEMBAHASAN

III.I. Faktor Penyebabab Banjir


Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa banjir yang terjadi di Kecamatan
Jasinga disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah dari manusia yang menempati
alam itu sendiri. Walaupun alam terlihat lebih besar dalam memainkan peran dalam bencana
banjir ini, tetapi manusialah yang sebenarnya memainkan peran yang lebih besar. Manusia yang
menyebabkan alam yang ditempatinya menjadi rusak, salah satu contoh kasus adalah di
Kecamatan Jasinga.

Di Kecamatan Jasinga terjadi banjir yang disebabkan oleh air Sungai Cikeam yang
meluap akibat curah hujan yang tinggi. Banjir bukanlah semata-mata akibat faktor alam, namun
juga sosial. Ada beberapa faktor sosial yang menyebabkan terjadinya banjir ini, seperti kurang
pedulinya masyarakat terhadap tempat yang meraka dan orang lain tempati. Sebagai contoh
membuang sampah di sungai, kegiatan ini merupakan salah satu contoh perilaku cerminan
ketidakpedulian terhadap lingkungannya sendiri dan orang lain. Sikap ketidak pedulian ini dapat
disebabkan karena tidak adanya efek yang secara spontan terjadi akibat dari perbuatan tersebut,
padahal hal ini dapat menyebabkan sesuatu yang lebih besar di kemudian hari seperti aroma
sungai yang tidak sedap, sungai yang tidak enak dipandang karena banyak sampah, dan
pendangkalan sungai akibat tumpukan sampah yang mengenap di dasar sungai.

Selain membuang sampah sembarangan, tidak adanya interaksi dalam bentuk kerja sama
baik kerjasama tidak langsung antara pemerintah ataupun kerjasama dalam bentuk koalisi
masyarakat untuk membersihkan sampah sampah yang ada di sungai juga menjadi penyebab
banjir di sungai. Dari kedua alasan yang sudah disebutkan, faktor edukasi dan kerja sama
berperan penting dalam menjaga sungai agar tidak banjir, kurangnya contoh baik dalam menjaga
sungai yang bebas sampah pun juga menjadi penyebanya sehingga masyarakat tidak bisa
mengimitasi contoh baik tersebut.

III.II. Pengaruh Dari Bencana Banjir Terhadap Pola Interkasi Sosial


Bencana banjir mempengaruhi pola interaksi sosial masyarakat. Bencana alam
menimbulkan banyak interaksi sosial baik dalam bentuk primer maupun sekunder. Dalam

18
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

prosesnya pun berbeda – beda. Hal yang bisa kita lihat dari pola interaksi sosial masyarakat
akibat bencana alam adalah bentuk interaksi sosial yang berubah dari sekunder yang artinya tidak
bertatap muka secara langsung menjadi hampir sepenuhnya dalam bentuk primer, perubahan ini
dapat disebabkan karena teknologi yang digunakan untuk berinterkasi dalam bentuk sekunder
sudah terbatas. Namun interkasi primer ini kebanyakan terjadi hanya pada masyarakat terdampak
bencana saja dan tidak mengubah bentuk interaksi sosial masyarakt bukan terdampak bencana.
Selain itu bencana juga menyebabkan terjadinya interaksi sosial dengan berbagai proses, baik
Asosiatif ataupun Disosiatif . Kerjasama merupakan salah satu proses interaksi sosial yang
timbul akibat bencana alam, baik kerjamasa secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya
adalah Bupati yang memerintahkan perangkat – perangkatnya untuk membantu masyarakat
terdampak bencana atau masyarakat yang berkoalisi untuk membantu membersihkan sisa sisa
bencana alam bersama relawanngmenimbulkan simpati dan empati dari orang lain kepada orang
yang terdampak bencana alam, hal ini dapat dilihat dari banyaknya relawan – relawan yang
datang untuk membantu pasca kejadian banjir ini hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
simpati dan empati manusia sebagai makhluk sosial. Selain interkasi sosial Asosiatif, adapula
interaksi sosial disosiatif akibat bencana alam. Interaksi disosiatif ini biasanya berupa
pertentangan , kontravensi dan persaingan. Hal ini biasanya terjadi di tengah – tengah masyarakat
yang terdampak bencana, karena akibat bencana alam barang barang kebutuhan warga menjadi
terbatas seperti pakaian, makanan dan tempat untuk tidur. Sedangakn hal ini berbanding terbalik
dengan masyarakat yang membutuhkannya sehingga menyebabkan persaingan antar masyarakat
untuk mendapatkan hal – hal tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sehingga tidak jarang
seorang individu menghalangi individu lain untuk mendapatkan kebutuhan tersebut supaya
individu yang menghalangi tercapai tujuannya. Selain itu terjadi juga pertentangan karena
berbeda kepentingan, salah satyu contoh ketika sedang mencari korban yang hilang. Keluarga
korban memaksa untuk tetap mencari tanpa memperhitungkan resiko sedangkan tim pencari
menolak karena beberapa alasan teknis lapangan.

III.III. Dampak Dari Bencana Banjir Terhadap Pola Interaksi Sosial


Bencana alam akan memaksa seseorang untuk berusaha mencari jalan keluar dari dampak
bencana alam itu sendiri. Salah satu interkasi sosial yang terjadi adalah kerjasama dan akulturasi.
Setelah terjadinya bencana alam masyarakat menjadi sadar akan pentingnya menjaga alam
sehingga terjadi kerjasama untuk menjaga alam yang ditempatinya, masyarakat berkoalisi untuk
mencapai tujuan bersamanya yaitu menjaga sungai tetap bersih dan bebas banjir. Adapun

19
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

akulturasi terjadi karena relawan yang datang ke daerah bencana membawa budaya baru yang
berkaitan dengan menjaga lingkungan alam seperti budaya tidak membuang sampah sembarangan
ke sungai. Budaya ini menyatu dengan budaya gotong royong masyarakat desa dengan budaya
membuang sampah pada tempatnya sehingga menimbulkan budaya baru yaitu budaya gotong
royong untuk menjaga inngkungan sekitar dengan cara tidak membuang sampah sembarangan
dan membersihkan sungai. Hali ini menimbulkan keteraturan sosial yang berciri hubungan sosial
yang berlangsung di antara anggota-anggota masyarakat tercermin adanya keselarasan, keserasian
dan keharmonisan sesuai dengan nilai-nilai yang sudah terbentuk dan berlaku. Dengan demikian
kebutuhan masyarakat berupa lingkungan yang bersih dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat
timbul akibat faktor motivasi serta sugesti dalam masyarakat untuk tidak mengalami bencana
yang sama dan faktor imitasi dari masyarakt untuk meniru kebiasaan baik masyarakat lain untuk
menjaga alamnya.

20
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

KESIMPULAN

Interaksi sosial di suatu daerah dapat muncul atau berubah jika terjadi perubahan keadaan di
daerah tersebut, salah satunya karena adanya bencana alam. Banjir yang terjadi di daerah jasinga dapat
disebabkan karena kurangnya kepedulian antarsesama untuk saling mengingatkan satu sama lain untuk
menjaga kebersihan, dalam artian kurangnya interaksi sosial positif di daerah Jasinga. Bencana banjir ini
menimbulkan dorongan untuk terjadinya interaksi sosial antara warga di daerah jasinga sendiri dan warga
lain yang tak terkena bencana berupa simpati dan empati. Sehingga dengan adanya faktor bencana banjir
terjadi perubahan pola interaksi sosial di antara masyarakat dari yang awalnya acuh tak acuh menjadi
muncul sikap empati dan simpati.

21
MAKALAH IPS – INTERAKSI SOSIAL DI DAERAH TERKENA BENCANA BANJIR JASINGA

DAFTAR PUSTAKA

 Firmansyah, Herlan, dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
 http://diyo-experience.blogspot.com/2013/12/makalah-tentang-interaksi-sosial.html
 http://klikkabar.com/2018/04/15/jasinga-bogor-dilanda-longsor-dan-banjir/
 http://www.abimuda.com/2015/11/pengertian-akulturasi-dan-contoh-akulturasi-
budaya.html
 Suprihartoyo, dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial 1 untuk SMP/MTs. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.

22

Anda mungkin juga menyukai