Interaksi Obat Terhadap Ekskresi Obat
Interaksi Obat Terhadap Ekskresi Obat
PENDAHULUAN
1
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat dengan
ekskresi obat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem ekskresi sering terjadi di ginjal. Ginjal merupakan sebuah organ tubuh yang berfungsi
mengekskresi produk hasil metabolisme seperti urea, asam urat, dan kreatinin. Disamping itu,
ginjal juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai pengatur homeostasis dan regulasi elektrolit
dan volum ekstraseluler dan keseimbangan asam basa. Darah mengalami filtrasi, di mana
semua komponennya melintasi “saringan‟ ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah.
Setiap ginjal mengandung lebih kurang 1 juta filter kecil (glomeruli) dan setiap 50 menit
se;uruh darah tubuh (k.l. 5 liter) sudah dimurnikan melewati saringan tersebut. Fungsi
penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ
terpenting dalam pengaturan homeostasis, yaitu keseimbangan dinamis antara cairan intrasel
dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstra sel. Homeostasis
3
sangat dipengaruhi oleh jumlah ion Na+, yang sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan
intrasel, dan diplasma darah.Kadar Na+ di cairan ekstrasel diregulasi oleh sekresi
ADHdineurohipofisis.
Pada obat-obat anestetik inhalasi, sebagian besar obat diekskresi lewat empedu atau urin.
Darah yang memasuki ginjal sepanjang arteri renal, mula-mula dikirim ke glomeruli tubulus,
dimana molekul-molekul kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam dan
beberapa obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein
plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian lain dari tubulus ginjal
dimana transport aktif yang dapat memindahkan obat dan metabolitnya dari darah ke filtrat
tubulus. Sel tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi) untuk
mereabsorpsi obat. Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjal, dapat
terjadi perobahan aktivitas dan lama kerja sesuatu obat.
Interaksi obat dalam ekskresi obat dapat terjadi pada :
a. Ekskresi melalui empedu dan sirkulasi enterohepatik. Gangguan dalam ekskresi
melalui empedu terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk sistem
transport yang sama. Sedangkan sirkulasi enterohepatik dapat diputuskan dengan
mensupresi bakteri usus yang menghidrolisis konyugat obat atau dengan mengikat
obat dibebaskan sehingga tidak dapat direabsorbsi.
b. Sekresi tubuli ginjal. Penghambatan sekresi di tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi
antara obat untuk sistem transportasi aktif yang sama, terutama sistem transport untuk
obat asam dan metabolit yang bersifat asam.
c. Perubahan pH urin. Perubahan ini akan menghasilkan perubahan bersihan ginjal
(melalui perubahan jumlah reabsorbsi pasif di tubuli ginjal ) yang berarti secara klinik
hanya bila : (1) fraksi obat yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih dari
30%), dan (2) obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5-10 atau asam lemah dengan
pKa 3,0-7,5.
4
2. Pengaruh pada difusi pasif (perubahan pH urin). Sehingga akan mempengaruhi
eliminasi asam / basa lemah.
3. Penurunan toksisitas renal oleh diuretika.
4. Penurunan eliminasi obat melalui stimulasi ekskresi empedu.
5. Peningkatan ekskresi obat melalui pengikatan dalam traktus gastro-intestinal.
Obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5 – 10 atau asam lemah dengan pKa 3,0 – 7,5.
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal hanya akan nyata secara klinis
bila obat atau metabolit aktifnya tereliminasi secara berarti oleh ginjal. pH urin dapat
mempengaruhi aktivitas obat dengan mengubah kecepatan bersihan ginjal. Bila berada dalam
bentuk tak terion, maka obat akan lebih cepat berdifusi dari filtrat glomerular kembali ke
dalam aliran darah. Dengan demikian, untuk obat basa, seperti amfetamin, sebagian besar
berada dalam bentuk tak terion dalam urin basa, sehingga banyak yang tere-absorbsi ke
dalam darah, yang akibatnya dapat memperlama aktivitasnya.
Senyawa yang dapat meningkatkan pH urin adalah natrium bikarbonat, sehingga bila
diberikan bersamaan dengan amfetamin dosis tunggal, maka efek amfetamin dapat
berlangsung selama beberapa hari. Sebaliknya, obat yang bersifat asam, seperti salisilat,
sulfonamid, fenobarbital, lebih cepat terekskresi bila urin alkalis (pH tinggi). Oleh karena itu
pemberian bersama-sama obat ini dengan obat yang me-ningkatkan pH urin, seperti diuretik
penghambat karbonat anhidrase (asetazolamid), atau antasida sistemik (natrium bikarbonat),
dapat mempercepat bersihan obat asam sehingga efeknya cepat hilang.
Interaksi yang menyebabkan peningkatkan pH urin ini dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan eliminasi over dosis fenobarbital atau metotreksat yang digunakan dengan
dosis tinggi untuk pengobatan tumor. Di sisi lain, obat-obat basa seperti antihistamin,
meperidin, dan imipramin, lebih cepat terekskresi bila pH urin rendah. Pengasaman ini dapat
terjadi dengan pemberian amonium klorida atau glutamat hidroklorida. Obat-obat yang
mengalami peningkatan bersihan dari ginjal bila urin asam antara lain amitriptilin,
amfetamin, antihistamin, imipramin, mekamilamin, meperidin, kuinakrin, dan efedrin.
5
Sedangkan obat-obat yang mengalami peningkatan bersihan dari ginjal bila urin alkalis antara
lain aspirin, sulfonamid, asam salisilat, streptomisin, asam nalidiksat, dan nitrofurantoin.
Pemberian diuretic loop dapat meningkatkan risiko aritmia pada pasien yang juga
mendapat digitalis atau obat antiaritmia.
Pemberian bersama obat yang bersifat nefrotoksik seperti amininoglikosida dan anti
kanker sispaltin akan meningkatkan risiko nefrositotoksisitas.
Probenesid mengurangi sekresi diuretic ke lumen tubulus sehingga efek diuresisnya
berkurang.
Berinteraksi dengan warfarin dan klofibrat melalui penggeseran ikatannya dengan
protein.
Pada penggunaan jangka lama diuretic loop dapat menurunkan klirens litium.
Penggunaan bersama sefalosporin dapat menigkatkan nefrotoksisitas sefalosporin
Anti inflamasi non steroid terutama indometasin dan kortikosteroid melawankerja
furosemid
6
Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi
oleh obat-obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi antara probenesid dengan penisilin
melalui kompetisi sekresi tubuli sehinggan proses sekresi penisilin terhambat, maka kadar
penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh. Interaksi probenisid dan penisilin adalah contoh
interaksi yang menguntungkan secara terapetik. Klinidin juga menghambat sekresi aktif
digoksin dengan akibat peningkatan kadar digoksin dalam darah, kira-kira sampai 2 kali,
sehingga terjadi peningkatan kejadian efek toksik digoksin. Salisilat menghambat sekresi
aktif metotreksat. Obat-obat diuretika menyebabkan retensi lithium karena hambatan pada
proses ekskresinya.
Interaksi obat cukup penting untuk diperhatikan namun cenderung terlupakan karena
banyak terlalu fokus pada penyakit yang kompleks sehingga melupakan obat-obat tersebut
dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi obat kerap terjadi akibat penggunaan
banyak obat, sehingga membahayakan nyawa pasien itu sendiri.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
meningkatkan keracunan obat
ekskresi obat A A
Indometasin Obat Ketika indometasin, Mengakibatkan Sebaiknya kedua
antihipertensi, agen anti- gagal ginjal obat ini jangan
diuretik lain, inflammatory drugs, akut diminum secara
agen diberikan dengan bersamaan.
preanesthetic triamterene. Efek
dananestesi, potensiasi jika
relaksan otot diberikan bersama:
rangka obat antihipertensi,
(nondepolarizing) diuretik lain, agen
. preanesthetic
dananestesi, relaksan
otot rangka
(nondepolarizing)
Agen potassium-
sparingharus
digunakan dengan
hati-hati bersama
angiotensin-
converting enzyme
(ACE) inhibitor
karena peningkatan
risiko hiperkalemia.
9
metformin dalam dalam tubuh obat ini secara
eliminasi renal meningkat bersamaan
10
eksresi dari obat yang bersifat basa seperti (amfetamin). Dengan dipercepatnya eksresi obat
yang bersifat basa dapat menurunkan efek dari obat tersebut. Tetapi, hal ini juga akan
berguna untuk menangani masalah keracunan terhadap obat yang bersifat basa.
Ketika indometasin, agen anti-inflammatory drugs, diberikan dengan triamterene.Efek
potensiasi jikadiberikan bersama: obat antihipertensi, diuretik lain, agen preanesthetic
dananestesi, relaksan otot rangka (nondepolarizing). Agen potassium-sparingharus digunakan
dengan hati-hati bersama angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor karena peningkatan
risiko hiperkalemia.
Penggunaan sulfonil urea dengan obat yang menghambat CYP2C9 dapat menyebabkan
gangguan fungsi ginjal sehingga dapat menurunkan eliminasi sulfonilurea. Akibatnya karena
proses eliminasi diturunkan maka kadar obat sulfonilurea dalam darah akan meningkat
sehingga dapat menimbulkan toksisitanya.
Pirimetamin sering dipakai bersamaan dengan obat-obat golongan sulfa seperti
sulfametoksazsol. Kombinasi ini sering digunakan untuk pengobatan antiprotozoa baik pada
hewan maupun manusia. Namun pemberian kombinasi dua macam obat atau lebih dalam
waktu bersamaan akan dapat menyebabkan interaksi obat yang merugikan. Pirimetamin dapat
menghambat eliminasi sulfametoksazol dalam tubuh.
11
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal hanya akan nyata secara
klinis bila obat atau metabolit aktifnya tereliminasi secara berarti oleh ginjal. pH urin
dapat mempengaruhi aktivitas obat dengan mengubah kecepatan bersihan ginjal. Bila
berada dalam bentuk tak terion, maka obat akan lebih cepat berdifusi dari filtrat
glomerular kembali ke dalam aliran darah. Interaksi obat atau metabolitnya melalui
organ ekskresi terutama ginjal dapat dipengaruhi oleh obat-obat lain contohnya interaksi
antara probenesid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli sehingga proses
sekresi penisilin terhambat, maka kadar penisilin dapat dipertahankan dalam tubuh.
Interaksi probenisid dan penisilin adalah contoh interaksi yang menguntungkan secara
terapetik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13