PENDAHULUAN
1
penyebab kematian terbesar dibandingkan seluruh penyebab kematian lainnya pada balita,
yaitu sebesar 16%.2
Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia berdasarkan
diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara sebesar 0,2%. Sedangkan berdasarkan
diagnosis/gejala sebesar 1,8%. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 yang
sebesar 2,13%, period prevalence pneumonia pada tahun 2013 mengalami penurunan
menjadi 1,8%. Pada balita, period prevalence berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per
3
1.000 balita dan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita. Angka
kematian balita disebabkan pneumonia di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,3%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, Case Fatality Rate (CFR) akibat
pneumonia pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 0,32% dan CFR pada kelompok umur
<1 tahun sebesar 0,27%.4
Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Jawa Tengah
tahun 2017 sebesar 50,5%, menurun dibandingkan capaian tahun 2016 yaitu 54,3%.5
Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian
balita di Indonesia.
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia
diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia balita sedini mungkin di pelayanan
kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Kinerja Puskesmas dinilai
dengan membandingkan cakupan kegiatan yang ada di Puskesmas dengan target yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Diantaranya adalah cakupan
Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar dengan target
yang harus tercapai sebesar 70%. Adapun sasaran balita dengan pneumonia yang harus
ditemukan atau ditangani sesuai standar menurut SPM adalah 5,12% x 10% x jumlah
penduduk.
Di Puskesmas Muntilan I Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang,
berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bulan Januari-Juli 2017
didapatkan cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai
standar masih jauh dibawah target yaitu 23,08% dari target Dinkes Kabupaten
2
Magelang yaitu 60% sehingga pencapaiannya sebesar 38,46% (<100%). Oleh karena
itu penulis membuat rencana peningkatan cakupan program tersebut. Berdasarkan
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) didapatkan data balita yang
terkena pneumonia sebanyak 17 balita pada bulan Januari – Juli 2018.
I.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, dan melakukan analisis penyebab serta menyusun
rencana lanjut untuk pemecahan masalah belum tercapainya target program P2 ISPA
cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di
Puskesmas Muntilan 1 selama periode Januari – Juli 2018.
3
1.4. Manfaat
a) Bagi Mahasiswa :
1. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ada.
3. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada balita.
b) Bagi Puskesmas :
1. Memberikan informasi mengenai kemungkinan penyebab rendahnya cakupan
Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar
khususnya di Puskesmas Muntilan 1.
2. Sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan kegiatan Puskesmas khususnya
program P2 ISPA.
c) Bagi Masyarakat :
Masyarakat khususnya yang mempunyai Balita diharapkan dapat lebih mengetahui
tentang penyakit pneumonia dan bahayanya jika terkena pada Balita.
d) Bagi Penulis Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi,
serta referensi jika akan dilakukan penelitian selanjutnya.