Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENCERNAAN

Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ yang berkaitan. Saluran
pencernaan adalah sebuah tabung berlekuk melintang sepanjang sekitar 7 m, tempat lewat
makanan saat makanan terurai. Jalur pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan (pharynx),
oesophagus, lambung, usus-halus dan usus-besar, rektum, serta anus. Organ pencernaan yang
terkait, mencakup tiga pasang kelenjar ludah, hati, pankreas, serta empedu. Sistem pencernaan
mengurai makanan menjadi komponen-komponen lebih sederhana yang bisa digunakan oleh
sel-sel tubuh dan membuang bahan-sisa sebagai zat buangan.
Diagram sistem
pencernaan

1. Kelenjar ludah
2. Parotis
3. Submandibularis
(bawah rahang)
4. Sublingualis (bawah
lidah)
5. Rongga mulut
6. Tekak / Faring
7. Lidah
8. Kerongkongan /
Esofagus
9. Pankreas
10. Lambung
11. Saluran pankreas
12. Hati
13. Kantung empedu
14. Usus dua belas jari
(duodenum)
15. Saluran empedu
16. Usus tebal / Kolon
17. Kolon datar
(tranverse)
18. Kolon naik
(ascending)
19. Kolon turun
(descending)
20. Usus penyerapan
(ileum)
21. Sekum
22. Umbai cacing
23. Poros usus / Rektum

24. Anus

Mulut dan oesophagus


Proses pencernaan dimulai dari mulut. Gerakan gigi dan lidah ketika mengunyah melumat
makanan menjadi bagian-bagian kecil lunak untuk ditelan, sedangkan zat-zat dalam ludah
mulai mengurai karbohidrat dalam makanan. Ketika menelan, lidah mendorong campuran
makanan dan ludah (bolus) melalui kerongkongan ke oesophagus. Sementara langit-langit
lunak menutup rongga hidung, epiglottis (sebuah penutup kecil dari tulang-rawan di pangkal
lidah) bergerak menutup larynx.
Lambung
Makanan turun melalui oesophagus ke lambung. Di sana, dalam waktu bisa sampai 5 jam,
dilumat dan diurai sebagian oleh cairan pencerna sampai menjadi zat semi-cair (chyme).
Caftan yang diminum, air misalnya, langsung melalui lambung menuju kantung kemih dalam
beberapa menit.
Usus halus
Chyme memasuki duodenum (bagian awal usus halus) dan diurai lebih lanjut oleh cairan
pencernaan dari hati dan pankreas. Tahap akhir pencernaan berlanjut di bagian usus halus
berikutnya. Di sini, cairan pencernaan yang dikeluarkan dari dinding usus halus memecah zat
makanan menjadi unit-unit kimia yang cukup kecil sehingga bisa menerobos dinding usus
halus dan memasuki jaringan pembuluh darah di sekitarnya.
Usus besar
Setelah zat makanan terserap di usus halus, zat sisa disalurkan ke usus besar. Kebanyakan
kandungan airnya diserap kembali ke dalam tubuh, dan zat buang semi-padat sisanya (tinja)
bergerak ke rectum, untuk disimpan sampai dikeluarkan melalui anus.
Hati, empedu, dan pancreas
Hati, empedu, dan pankreas membantu mengurai makan secara kimia. Hati menggunakan
hasil pencernaan untuk membuat protein seperti antibodi (untuk membantu kita melawan
infeksi) dan faktor pembeku darah. Hati juga mengurai sel darah yang usang dan
mengeluarkan buangannya sebagai bile, yang disimpan di empedu dan berperan dalam
pencernaan lemak. Masuknya makanan ke dalam duodenum (pangkal usus halus) merangsang
empedu untuk melepas bile ke dalam duodenum melalui saluran bile. Pankreas mengeluarkan
cairan pencerna yang kuat, yang dikeluarkan ke duodenum begitu makanan memasukinya.
Bersama cairan pencema yang dihasilkan permukaan dinding usus halus, mereka mengurai
nutrien menjadi zat-zat yang terserap dalam darah dan dibawa ke hati.

Tindakan Keperawatan Sistem Pencernaan


1. Perawatan kolostomi
 Pengertian
 Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk pengeluaran feces (M.Bouwhuizen, 1991)
 Pembuatan lubang sementara atau permanent dari usus besar melalui dinding perut
untuk mengeluarkan feces (Randy, 1987)
 Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk
mengeluarkan feces (Evelyn, 1991, Pearce, 1993).
 Pengertian perawatan kolostomi
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dan mengganti kantong kolostomi
secara berkala sesuai kebutuhan.

 Tujuan perawatan kolostomi


 Menjaga kebersihan klien
 Mencegah terjadinya infeksi
 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
 Mempertahankan kenyamanan klien dan lingkungannya.

 Jenis-jenis kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya
ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
permanen maupun sementara.
1. Kolostomi permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak
memungkinkan feces melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang)
2. Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feces sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua
ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double
barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya
masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparatomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feces yang dapat mengkontaminasi lika
laparatomi, Perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan
mangganti balutan luka jika balutan terkontaminasi feces.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah
berisi feces atau jika kantong kolostomi bocor dan feces cair mengotori abdomen.
Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini
penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep/zink oil
atau segera konsultasikan pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk
memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

 Komplikasi kolostomi
1. Obstruksi/penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feces yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya secara mandiri di kamar mandi.
2. Infeksi
Kontaminasi feces merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus
menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalami
pengerutan.
4. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adequat pada saat pembedahan.
5. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma yang terjadi karena adanya jaringan scar pada
pertemuan mukosa stoma dan kulit.
6. Perdarahan stoma

 Pendidikan pada pasien


Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun
setelah operasi terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus
menggunakan kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien antara lain:
 Tehnik penggantian/pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
 Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
 Waktu penggantian kantong kolostomi
 Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
 Jadwal makan/pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
 Pengeluaran feces agar tidak mengganggu aktivitas pasien
 Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
 Berbagai aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakuan pasien
 Berbagai hal/keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter (jika pasien sudah
dirawat di rumah)
 Berobat/kontrol ke doktor secara teratur
 Makanan: yang tinggi serat.

 Cara perawatan kolostomi


Persiapan alat:
1. Kantong kolostomi
2. Satu set ganti balutan (pinset anatomi, pinset chirurgis, kom kecil dan gunting)
3. Kapas
4. Kassa steril
5. Larutan NaCl 0,9%
6. Zink salep/zink oil
7. Betadin sol (k/p)
8. Plester (k/p)
9. Sepasang sarung tangan
10. Bengkok/piala ginjal
11. Perlak dan pengalasnya
12. Kantong plastik
13. Tempat sampah.
Persiapan pasien:
 Memberi penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan dll
 Mengatur posisi tidur klien (supinasi)
 Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien (menutup gorden jendela, pintu
memasang penyekat tempat tidur (k/p), pempersilakan keluarga untuk menunggu
diluar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi.
Pelaksanaan:
1. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan
2. Meletakkan perlak dan pengalasnya di sebelah kanan/kiri klien sesuai letak stoma
3. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh klien
4. Membuka set ganti balutan danmenyiapkan cairan NaCl 0,9%
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, bau, jumlah)
6. Membuka kantong kolostomi yang terpasang pada tubuh klien dengan sangat hati-
hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit klien
7. Membuang kantong kolostomi kotor ke tempat sampah/plastik
8. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas NaCl 0,9%
9. Membersihkan stoma dan sisa feces/produk stoma dengan kapas NaCl 0,9%
dengan sangat hati-hati (hindari perdarahan)
10. Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kassa steril kering
11. Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma
12. Memberi zink salep/zink oil jika perlu (jika ada iritasi)
13. Mengakui stoma dari membuat lubang pada kantong stoma yang akan dipakai
sesuai ukuran stoma
14. Membuka salah satu sisi perekat kantong kolostomi
15. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertikal/horisontal/miring sesuai
kebutuhan klien (sesuaikan dengan aktivitas klien)
16. Memasukkan stoma kelubang kantong kolostomi dengan menggunakan pinset
17. Membuka perekat kantong kolostomi pada sisi yang lain dan menempelkan
dengan tepat dengan menghindari udara masuk kantong kolostomi
18. Merapikan klien dan lingkungannya
19. Mengevaluasi respom klien dan keadaan stoma
20. Menampilkan alat-alat yang telah digunakan dan membuang sampah
21. Melepas sarung tangan dan cuci tangan
22. Mendokumentasikan tindakan keperawatan dan respon klien pada catatan
keperawatan.
Sikap perawat:
 Tidak menunjukkan rasa jijik
 Terampil dan tidak ragu-ragu
 Menjalankan komunikasi terapeutik
 Menunjukkan sikap empati
 Efetik dan efisien
 Menjaga privacy klien.

CHECKLIST PERAWATAN KOLOSTOMI


NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT PENILAIAN SKORE KETERANGAN
1 2 3 4
I Tahap Pra Interaksi
1. Cek catatan keperawatan & catatan
medis klien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat:
a. Kantong kolostomi
b. Satu set ganti balutan (pinset anatomi, pinset
chirurgis, kom kecil dan gunting)
c. Kapas
d. Kassa steril
e. Larutan NaCl 0,9%
f. Zink salep/zink oil
g. Betadin sol (k/p)
h. Plester (k/p)
i. Sepasang sarung tangan
j. Bengkok/piala ginjal
k. Perlak & pengalasnya
l. Kantong plastik
m.Tempat sampah.
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur & lamanya tindakan
pada klien/keluarga
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya.
III Tahap Kerja
1. Menanyakan keluhan utama klien
2. Jaga privacy klien
3. Memulai dengan cara yang baik
4. Menggunakan sarung tangan
5. Meletakkan perlak & pengalasnya di bagian
kanan/kiri klien sesuai letak stoma
6. Meletakkan bengkok di atas perlak &
didekatkan ke tubuh klien
7. Mengobservasi produk stoma (warna,
konsistensi, bau, dll)
8. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati
dengan menggunakan pinset & tangan kiri
menekan kulit klien
9. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan
kapas NaCl 0,9% / kapas basah (air hangat)
10. Membersihkan stoma dengan sangat hati-hati
menggunakan kapas NaCl 0,9% / kapas basah,
hindari terjadinya perdarahan
11. Mengeringkan kulit di sekitar stoma dengan
kassa steril
12. Observasi stoma & kulit sekitar stoma
13. Memberikan zink salep/ zink oil (tipis-tipis) jika
terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
14. Mengukur stoma & membuat lubang kantong
kolostomi sesuai ukuran stoma
15. Membuka salah satu sisi (sebagian) perekat
kantong kolostomi
16. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi
vertikal/horisontal/miring sesuai kebutuhan klien
17. Menggunakan pinset untuk mempermudah
memasukkan stoma melalui lubang kantong
kolostomi
18. Membuka sisa perekat hindari
masuknya udara dalam kantong kolostomi
19. Merapikan klien & lingkungannya
20. Merapikan kembali alat-alat & membuang
sampah
21. Melepas sarung tangan
22. Mencuci tangan.
IV Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (subyektif & obyektif)
2. Berikan umpan balik positif pada klien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan,
waktu, & tempat)
4. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
5. Cuci tangan.
V Dokumentasi
Catat hasil tindakan di dalam catatan keperawatan.

KETERANGAN :
1. = Tidak dilakukan sama sekali
2. = Dilakukan sebagian kecil
3. = Dilakukan sebagian besar/ tidak sempurna
4. = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Batas Lulus = 75 %

NILAI Jumlah nilai yang didapat


X 100 %
= Jumlah aspek yang dinilai

Yogyakarta,........................20
Evaluator

.............................................
2. Pemasangan NGT (Nasogastric Tube)
 Pengertian
Nasogastric Tube (NGT) adalah selang yang dimasukkan melalui nasopharynx
menuju lambung.

 Tujuan pemasangan NGT


1. Mengeluarkan cairan/isi lambung (lavage) dan gas yang ada dalam gaster
(decompression)
2. Mencegah atau mengurangi mual (nausea) dan muntah (vomiting) setelah
pembedahan atau trauma
3. Irigasi karena perdarahan atau keracunan dalam lambung
4. Untuk memberikan obat dan makanan secara langsung pada saluran pencernaan
5. Mengambil spesimen dari lambung untuk pemeriksaan laboratorium.

 Tipe dan indikasi pemasangan NGT


1. NGT tipe Salem sump, Levin, Miller-Abbott untuk Decompression
2. NGT tipe Duo, Dobhoff, Levin untuk feeding (gavage)
3. NGT tipe Sengtaken-Blakemore untuk Compression
4. NGT tipe Levin, Ewald, Salem sumo untuk mengeluarkan isi lambung (lavage).

 Perhatian!!!
1. Sebelum difiksasi, NGT jangan sampai dilepas selama pemasangan
2. Fiksasi dimulai dan diakhiri di batang hidung
3. Evaluasi dilakukan selama dan sesudah tindakan
4. Tindakan yang dilakukan tidak harus berurutan sesuai petunjuk dengan catatan
yang tidak prinsip
5. NGT tidak perlu difiksasi/diklem ketika diinsersikan
6. Untuk bayi baru lahir dan prematur pemasangan NGT dengan prinsip steril.
CHECKLIST MEMASANG NGT

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT PENILAIAN SKORE KETERANGAN


1 2 3 4
I Tahap Pra Interaksi
1. Cek Catatan perawatan & catatan medik klien
2. Siapkan alat-alat meliputi :
a. Selang sonde (NGT)
b. Sepasang Handscoen (sarung
tangan)
c. Jelly
d. Stetoscope
e. Spuit 10cc/20cc
f. Plester & gunting
g. Kassa steril & tissue
h. 1 pinset anatomis & 1 bengkok
i. Spatel lidah (tongue blade) & senter
j. Handuk
k. Peniti (pin).
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam & panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur & lama tindakan pada
kien/keluarga.
III Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan dimulai
2. Menanyakan keluhan utama klien
3. Berikan privacy klien
4. Membantu klien untuk posisi high fowler
5. Perawat mencuci tangan
6. Perawat memakai handscoen/sarung tangan
(prinsip bersih)
7. Menyiapkan alat disamping tempat tidur klien &
memasang handuk pada dada klien, meletakan
tissue, bengkok, & air minum pada jangkauan
klien
8. Ukur selang NGT dengan cara:
a. Metode Tradisional: NGT diukur, dengan
meletakkan ujung NGT pada ujung tulang
dada (Prosesus Xipoideus) kemudian
memanjang lurus sampai ke dahi, membelok
ke telinga
b. Metode Hanson: Mula-mula tandai 50cm
pada selang kemudian lakukan pengukuran
dengan metode tradisional. Selang yang
akan dimasukkan pertengahan antara 50cm
& tanda tradisional
9. Ujung selang NGT diolesi jelly & ratakan
dengan kassa steril sepanjang 10-20cm
10. Mengingatkan klien bahwa selang segera akan
dimasukkan dengan posisi kepala
ditengadahkan (ekstensi), masukkan selang
melalui lubang hidung yang telah ditentukan
11. Memerintah klien untuk menundukkan kepala
ke dada (fleksi) setelah selang melewati
nasopharynx & klien diminta untuk rileks
sebentar
12. Menekankan perlunya bernapas dengan mulut
& menelan selama prosedur berlangsung.
13. Tidak memaksakan selang masuk bila ada
hambatan; menghentikan mendorong selang &
segera menarik selang; mengecek posisi
selang menggunakan spatel lidah (tongue
blade) & senter
14. Mengecek letak selang:
a. Memasang spuit pada ujung NGT;
memesang stetoscope pada perut bagian kiri
atas klien (daerah gaster), kemudian
suntikan 10-20cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung
Bila selang belum sampai di lambung, masukan
lagi selangnya kira-kira 2,5-5cm
15. Melepas handscoen/sarung tangan
16. Fiksasi selang dengan plester :
a. Memotong 5-7,5cm plester; membelah
menjadi 2 salah satu ujungnya sepanjang
3,5cm; memasang ujung yang lainnya di
batang hidung klien; lingkarkan/silangkan
plester pada selang yang keluar dari hidung
& tempelkan pada batang hidung
b. Tempelkan ujung NGT pada baju klien
dengan memasang plester pada ujungnya &
penitikan pada baju
17. Merapikan alat-alat.
IV Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi klien setelah pemasangan NGT
2. Memberikan reinforcement
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mencuci tangan
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi
salam pamitan.
V Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan

KETERANGAN :
1. = Tidak dilakukan sama sekali
2. = Dilakukan sebagian kecil
3. = Dilakukan sebagian besar/ tidak sempurna
4. = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Batas Lulus = 75 %

NILAI Jumlah nilai yang didapat


X 100 %
= Jumlah aspek yang dinilai

Yogyakarta,........................20
Evaluator

.............................................
3. Melakukan Huknah (Lavement)
 Pengertian
Huknah adalah memasukkan cairan hangat ke dalam colon melalui anus.
Istilah lain huknah adalah Lavement, Enema dan Klisma.

 Macam-macam huknah
 Huknah rendah
 Huknah tinggi

 Huknah rendah
Huknah rendah adalah memasukkan cairan hangat ke dalam colon desendens dengan
mempergunakan kanula recti melalui anus
Huknah rendah untuk dewasa dengan ketinggian 30cm dari bokong (7,5cm untuk
anak).
 Tujuan huknah rendah:
1. Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar
2. Mengosongkan usus sebagai persiapan bagi tindakan operasi.
 Dilakukan pada pasien:
1. Akan dilakukan operasi
2. Persiapan tindakan diagnostic misalnya (pemeriksaan radiologi)
3. Dengan malena
4. Obstipasi.

 Huknah tinggi
Huknah tinggi adalah memasukkan cairan hangat melalui anus (rectum) sampai ke
dalam colon ascendens dengan mempergunakan kanula usus.
Huknah tinggi untuk dewasa dengan ketinggian 30-45cm di atas bokong.
 Tujuan huknah tinggi:
Mengosongkan usus untuk suatu tindakan operasi atau diagnostik
 Dilakukan pada pasien:
Akan dilakukan tindakan operasi atau diagnostik.

 Perhatian!!!
1. Hindari tindakan yang menyebabkan pasien malu dan sakit, tetap menjaga
kesopanan
2. Prosedur ini dilakukan ditempat tidur pasien atau di kamar mandi
3. Pada waktu memasukkan kanula, bila ada hambatan jangan dipaksakan, hal ini
dimungkinkan ada hemmoroid, carcinoma recti atau lainnya
4. Pada pasien usila gunakan “nelaton canulle” dan masukkan lebih dalam
5. Perhatikan dan catat reaksi yang timbul pada saat setelah pemberian huknah.
CHECKLIST PEMBERIAN HUKNAH

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT PENILAIAN SKORE KETERANGAN


1 2 3 4
I Tahap Pra Interaksi
1.Cek Catatan perawatan dan catatan medik klien
2. Siapkan Alat – alat meliputi :
a. Irigator Lengkap (Saluran Karet, Klem,
Kanula rectum)
b. Selimut Mandi
c. Cairan hangat sesuai kebutuhan (misalnya
aiar biasa, NaCl, Air sabun)
Cairan untuk:
o Huknah rendah dewasa 1 - 1,5 liter
o Huknah tinggi dewasa 2 - 3 liter
d. Bengkok
e. Vaseline/ jelly
f. Tissue
g. Pengalas bokong/perlak
h. Pispot
i. Air Bersih untuk cebok
j. Sarung tangan/handscoan bersih
k. Baskom Kecil
l. standard infus.
II Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan panggil klien dengan
namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur & lama tindakan
pada klien/ keluarga.
III Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk
bertanya sebelum kegiatan di mulai
2. Berikan privacy klien
3. Mencuci tangan & memakai sarung tangan
4. Membentangkan perlak & alasnya di bawah
bokong
5. Menanggalkan pakaian bagian bawah klien
6. Membantu memposisikan klien :
a. Pada huknah rendah klien dimiringkan kekiri
& lutut kanan di tekuk
b. Pada huknah tinggi klien dimiringkan kekanan
dengan kedua lutut ditekuk & klien tanpa
bantal
7. Meletakkan bengkok dekat bokong
8. Menggantung irrigator pada standard infus:
a. Pada huknah rendah, tinggi irrigator < 30 cm
dari bokong klien
b. Pada huknah tinggi, tinggi irrigator 30 – 45
cm dari bokong klien
9. Mengoleskan vaseline pada kanula, kemudian
mengeluarkan udara dari dalam saluran dengan
membuka klem & airnya di tampung ke dalam
bengkok
10. Menutup klem, kemudian memasukkan kanula
ke dalam dubur dengan cara tangan kiri
mengangkat pantat bagian atas untuk
memastikan lubang anus:
a. Pada huknah rendah masukkan kanula
sedalam 10 cm
b. Pada huknah tinggi masukkan kanula
sedalam 17 – 20 cm
11.Membuka klem agar larutan masuk ke dalam
sigmoid / kolon
12.Menutup klem bila cairan hamper habis,
keluarkan kanula perlahan-lahan, kemudian
letakkan ke dalam bengkok
13.Meminta klien untuk menahan cairan, klien
diposisikan terlentang kemudian memasang
pispot dibawah bokong klien, selanjutnya klien
dianjurkan untuk BAB
14.Memberikan air untuk cebok, tawarkan apakah
klien mau cebok sendiri atau di Bantu
15.Melepaskan sarung tangan, klien dirapikan
kembali
16.Membereskan alat-alat (dibersihkan dan
dikembalikan ke tempatnya masing – masing)
17. Perawat mencuci tangan.
IV Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan
setelah di lakukan tindakan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah di
lakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selajutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi
salam pamitan.
V Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan
keperawatan.

KETERANGAN :
1. = Tidak dilakukan sama sekali
2. = Dilakukan sebagian kecil
3. = Dilakukan sebagian besar/ tidak sempurna
4. = Dilakukan dengan sempurna

Nilai Batas Lulus = 75 %

NILAI Jumlah nilai yang didapat


X 100 %
= Jumlah aspek yang dinilai

Yogyakarta,........................20
Evaluator

............................................

Anda mungkin juga menyukai