Anda di halaman 1dari 14

RUMAH SAKIT UMUM LEONA

Jalan Soverdi No.20


Kupang-NTT
Hp. 08113818622 Email : admrsuleona@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT LEONA KUPANG


NOMOR : 134/SKDIR-RSLEONA/VI/2022
TENTANG
PENETAPAN DPJP RUMAH SAKIT LEONA KUPANG

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan


di Rumah sakit Leona Kupang.
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan pengelolaan rangkaian
asuhan medis pasien di Rumah sakit Leona Kupang
c. Bahwa kelompok Staf Medis Fungsional memiliki wewenang
menetapkan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP).
d. Bahwa penetapan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
perlu ditetapkan melalui surat keputusan.
Mengingat : a. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
c. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No
334/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit.
e. Permenkes RI No 1419 tahun 2005 tentang penyelenggaraan
praktek Dokter dan Dokter Gigi
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT LEONA
KUPANG TENTANG KEBIJAKAN PENETAPAN DPJP
RUMAH SAKIT LEONA KUPANG
Kedua : Menetapkan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan
Pedoman Pelaksanaannya di Rumah sakit Leona Kupang sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) berasal dari masing-
masing jenis pelayanan medis dan bertanggung jawab langsung
terhadap Direktur
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kupang
Pada tanggal : 28 Juni 2022
Direktur RS Leona Kupang

dr. Sienny Amelia Kwok


Lampiran
Keputusan Direktur RS Leona Kupang Tentang Kebijakan Penetapan DPJP
Nomor : 134/SKDIR-RSLEONA/VI/2022
DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN
RS LEONA KUPANG

No SPESIALIS NAMA DOKTER


1 Anak a. dr. Samuel Willem Nalley, Sp. A
b. dr. Fransiskus Taolin, Sp.A
c. dr. Regina Maya Manubulu, Sp.A
d. dr.Vininsia M. Laura Mesang. Sp.A
2 Bedah a. dr. Stefanus Nangoi, Sp.B
b. dr. Amrul Marpaung, Sp.B
3 Orthopedi a. dr. Paul Steven, Sp.OT
b. dr. I Made Oka Mahendra, Sp.OT
4 Penyakit Dalam a. dr. Stefania Novinda Ratu Taga, Sp.PD
b. dr. Yuliana Sherly Manupadaka, Sp.PD
c. dr. Lily Candrawati , Sp.PD
5 Obstetri dan Ginekologi a. dr. Jansen Loudwik Lalandos, Sp.OG
b. dr. Indrawan, Sp.OG
c. dr. Juniwati Gunawan, Sp.OG
d. dr. Victor Leo, Sp.OG
6 Anastesi a. dr. Budi Yulianto Sarim, Sp.An
b. dr. Intin Talantan, Sp.An
c. dr. Marlon Richart Abuno, Sp.An
7 Bedah Anak dr. Irene Lokananta, Sp.BA
8 Paru dr. Nita Cory An Waruwu, Sp.P
9 Rehabilitasi Medik dr. Jeris S. Paonganan, Sp.KFR
10 Saraf dr. Yuliana M.I Wea Ora Adja, M.Biomed, Sp.S
11 Urologi dr. Arley Sadra Telussa, Sp.U
12 Kulit dan Kelamin dr. Margaretha Juniawaty Bya, Sp.KK
13 Bedah Mulut drg. Indah Wulansari, Sp.BMM
14 Mata dr. Komang Dian Lestari, Sp.M

KEBIJAKAN PENETAPAN DPJP RUMAH SAKIT LEONA KUPANG

1. Dokter Penanggung jawab Pelayananan (DPJP) adalah dokter yang bertanggung jawab
atas pelayanan pasien yang dirawatnya.
2. Yang dimaksud dengan penjelasan kepada pasien adalah semua informasi yang menjadi
hak pasien khususnya yang terkait dengan pelayanan medik yang dijalaninya.
3. Yang dimaksud dengan Dokter Utama adalah dokter spesialis yang menerima pertama
pasien, baik dari rujukan dokter umum maupun menerima langsung pasien tersebut.
4. Pasien dan keluarganya mempunyai hak mendapat informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dari Dokter
Penanggungjawab Pelayanan (DPJP).
5. Setiap pasien yang dirawat di RS Leona Kupang harus dirawat oleh Dokter
Penanggung jawab Pelayanan.
6. Jika pasien dirawat oleh dokter, maka dokter tersebut secara otomatis menjadi Dokter
Penanggung jawab Pelayanan atas pasien tersebut.
7. Jika pasien dirawat bersama oleh dua dokter atau lebih, maka dokter utama menjadi
Dokter Penanggung jawab Pelayanan atas pasien tersebut.
8. Dokter Penanggung jawab Pelayanan dapat menyerahkan kepada dokter spesialis lain
yang lebih sesuai bidang spesialisasinya dengan penyakit pasien untuk menjadi Dokter
Penanggung jawab Pelayanan atas pasien tersebut.
9. Jika dokter yang diserahi untuk menjadi Dokter Penanggung jawab Pelayanan menerima
penyerahan tersebut, maka status Dokter Penanggung jawab Pelayanan berpindah
kepadanya.
10. Jika dokter yang diserahi untuk menjadi Dokter Penanggung jawab Pelayanan menolak
penyerahan tersebut, maka harus diinformasikan kepada Dokter Penanggung
jawab Pelayanan dengan memberikan alasan yang jelas.
11. Dokter Penanggung jawab Pelayanan memiliki tugas / kewajiban :
a. Membuat rencana pelayanan yang dimuat /ditulis dalam berkas rekam medik
pasien.
b. Memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk
pasien termasuk terjadinya kejadian yang diharapkan dan tidak diharapkan.
c. Memberikan edukasi kepada pasien secara lisan tentang kewajibannya terhadap
rumah sakit.
d. Mencatat dalam berkas rekam medik pasien, bahwa dokter sudah
memberikan penjelasan.
12. Selama Dokter Penanggungjawab Pelayanan cuti atau berhalangan, maka dapat
didelegasikan kepada dokter lain untuk visite, mengatasi keluhan, mengatasi
kegawatdaruratan dan memberikan penjelasan seperlunya kepada pasien.
LAMPIRAN SK DIREKTUR RSU LEONA KUPANG

NOMOR:134/SKDIR-RSLEONA/VI/2022

TENTANG

DOKTER PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN(DPJP)

RSU LEONA

Buku Pedoman Operasional

A Pendahuluan

Rumah sakit adalah institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada


masyarakatdengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau
kecacatan.Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau
meminimalkan resiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama
proses pelayanan kesehatan berlangsung sehingga terlaksana pelayanan yang aman
bagi pasien.

Oleh karena itu keselamatan pasien dirumah sakit merupakan prioritas utama dalam
semua bentuk kegiatan dirumah sakit.Untuk mencapai kondisi pelayanan yang
efektif,efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang
tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan dirumah sakit sesuai dengan kompetensi
dan wewenangnya.

Selanjutnya kerja sama tim merupakan prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut
dan dilengkapi dengan komunikasi yang baik. Serta tidak dapat dipungkiri bahwa
peranan dokter sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan pasien,karena
semua proses pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor
catatan medis yang lengkap dan baik,dimana semua proses pelayanan terhadap pasien
direkam secara reel time dan akurat. Sehingga apabila terjadi sengketa medis, rekam
medis ini benar-benar menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan
telah dijalankan dengan benar sesuai prosedur,atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula
berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.

B Maksud dan tujuan

a Maksud: Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan dari


kebijakan direktur tentang Dokter penanggung jawab pelayanan DPJP yang
menjelaskan tata cara operasional dari konsep dan kebijakan DPJP di Rumah
Sakit Umum Leona Kupang.

b Tujuan umum: Tercapainya mutu pelayanan yang baik disemua lini pelayanan
dengan mencegah dan meminimalisasi kejadian tidak diharapkan (KTD) dan
kejadian nyaris cidera (KNC) serta meningkatkan kepuasaan pasien terhadap
rumah sakit.

c Tujuan khusus:Adanya pedoman bagi seluruh staf rumah sakit baik medis,
keperawatan,maupun penunjang dalam menerapkan pola operasional DPJP
sehingga mterjadi persamaan, pengertian, keseragaman dalam pelaksanaan,
pencatatan, dan pelaporan. Pengelolaan asuhan medis pasien oleh DPJP
terlaksana dengan baik sesuai kebijakan dan SPM, SPO dan standar
keselamatan pasien yang ditetapkan olek Kemenkes dan Komisi Nasional
keselamatan pasien.

C Ruang lingkup

Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi :IGD,
Rawat jalan, Ruang perawatan, Ruang tindakan (OK dan VK) dan sarana penunjang
medis.
D Defenisi

1. Dokter penanggung jawab pelayanan DPJP adalah dokter yang bertanggung


jawab sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien di RSU
LEONA KUPANG (apabila pasien hanya perlu asuhan medis dari 1orang
dokter).

2. DPJP Utama adalah dokter koordinator yang memimpin proses pengelolaan


asuhan medis bagi pasien yang harus dirawat bersama lebih dari 1 orang dokter.

3. DPJP Tambahan adalah dokter yang ikut memberikan asuhan medis pada
seorang pasien oleh karena kompleksitas penyakitnya memerlukan perawatan
beersama oleh lebih dari 1 orang dokter.

E Hak dan Kewajiban

Hak DPJP Utama:

1. Sebagai ketua tim klinis (clinical leader) bila pasien hanya dirawat oleh 1 (satu)
orang dokter atau DPJP yang bersangkutan
2. Mendapatkan informasi yang lengkap tentang perkembangan pasien dari masing-
masing PPA.
3. Mendapatkan masukan dan saran dari masing-masing PPA berkaitan dengan
proses pelayanan pasien.
4. Mendapatkan jasa pelayanan medis sebagai DPJP sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
Kewajiban DPJP Utama :
1. Memberikan penjelasan medis kepada keluarga atas kemajuan atau kondisi pasien
2. Mengisi resume rekam medis pasien
3. Menjawab pertanyaan pihak ketiga maupun keluarga
F Pola operasional DPJP

1. Setiap pasien yang berobat di RS Leona Kupang harus memiliki DPJP

2. Apabila pasien berobat diunit rawat jalan maka DPJP adalah dokter klinik terkait
3. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawat inap maka DPJP adalah dokter
jaga IGD.

4. Apabila dirawat inap maka DPJP nya dokter spesialis disiplin yang sesuai

5. Apabila pasien dirawat bersama lebih dari 1 orang dokter spesialis maka harus
ditunjuk seorang serbagai DPJP utama dan yang lain sebagai DPJP tambahan.

G Penentuan DPJP

(1) Penentsuan DPJP harus dilakukan sejak pertama kali pasien masuk rumah
sakit(baik rawat jalan, IGD, maupun rawat inap)dengan mempergunakan cap
stempel pada berkas rekam medis pasien.
(2) Cap stempel “DPJP Dr.......”untuk pasien yang dirawat oleh seorang dokter
(3) Cap stempel “DPJP Utama Dr.....”untuk pasien yang dirawat bersama beberapa
dokter.
H Klarifikasi DPJP di Ruang Rawat

1) Penentuan DPJP
a. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP.
b. Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola seorang pasien,
pergantian DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas ditetapkan
oleh Direktur.
c. Penunjukan seorang DPJP untuk mengelola seorang pasien ditentukan berdasarkan :
a) Permintaan pasien
b) Sesuai dengan jadwal jaga pada ruangan rawat inap
c) Sesuai dengan jadwal praktek pada poliklinik rawat jalan
d) Konsul/rujukan langsung.
d. Pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP maka harus ditentukan DPJP
Utama yang sesuai dengan SPK dan RKK untuk merawat pasien.
e. Kriteria penunjukkan DPJP Utama berdasarkan hal-hal sebagai berikut ;
a) DPJP utama berasal dari DPJP yang terkait dengan kondisi klinis paling dominan
yang dialami pasien.
b) DPJP utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada
awal perawatan pasien.
c) DPJP utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan kondisi medis
terparah atau penyakit paling menonjol saat itu atau kondisi yang membutuhkan
tindakan medis terbanyak, apabila membutuhkan lebih dari satu DPJP
d) DPJP utama dapat merupakan pilihan dari pasien.
e) DPJP Utama dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan antar para DPJP terkait
f. Semua DPJP tersebut bekerja secara tim dalam tugas mandiri maupun kolaboratif,
berinteraksi dan berkoordinasi.
g. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan/atau keluarga. Rumah
sakit berwenang mengubah DPJP bila terjadi pelanggaran prosedur.
h. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para profesional pemberi asuhan yang bekerja
secara tim sesuai dengan konsep Pelayanan Fokus pada Pasien, DPJP sebagai ketua
tim harus proaktif melakukan koordinasi dan mengintegrasikan asuhan pasien, serta
berkomunikasi efektif dan intensif dalam tim
i. DPJP Utama (U) dapat didampingi oleh DPJP Pendamping (P). DPJP Pendamping
terdiri dari DPJP Konsultan (K), DPJP Operator (O) dan DPJP Anestesi (A).
Termasuk dalam DPJP Konsultan adalah DPJP Pemeriksaan Penunjang yang
merupakan dokter penanggung jawab teknis medis diagnostik laboratorium klinik
atau diagnostik imajing.
j. Dalam hal pasien memerlukan pelayanan beberapa DPJP, maka DPJP Utama adalah
Ketua Tim yang bertanggung jawab terhadap koordinasi pelayanan pasien dan
melakukan pertemuan kasus (case meeting) pada saat kondisi klinis pasien tidak
membaik atau apabila diperlukan, setidaknya satu kali selama perawatan. Peran DPJP
Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien
dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif,
keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun sinergisme, mencegah duplikasi
k. Apabila pasien diputuskan untuk dirawat di ruang intensive care, maka DPJP
utamanya adalah Dokter Primer.
l. Di kamar operasi DPJP Bedah adalah Ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di
kamar operasi berlangsung.
m. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi/informasi kepada pasien
karena merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Berfokus pada
Pasien (Patient Centered Care),
n. Tingkat kepatuhan pada Alur Perjalanan Klinis/Clinical Pathway ini akan menjadi
objek Audit Klinis dan Audit Medis yang akan dilakukan oleh Sub Komite Mutu
Profesi Komite Medik Rumah Sakit Leona Kupang.

I Rawat Bersama

Seorang DPJP hanya memberiikan pelayanan sesuai bidang dan kompetensinya saja.
Bila ditemukan penyakit yang memerlukan penanganan multi disiplin maka perlu
dilakukan rawat bersama.

1) Pengalihan DPJP di IGD

a. Pada Instalasi Gawat Darurat, dokter gawat darurat menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal/penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya saat
dilakukan konsultasi/rujuk ditempat (on site) atau konsultasi lisan dengan dokter
spesialis, dan dokter tersebut memberikan asuhan medis maka dokter spesialis
tersebut telah menjadi DPJP pasien terkait sehingga saat itulah DPJP telah berganti
dari dokter gawat darurat/dokter jaga IGD kepada dokter spesialis tersebut.
b. Pergantian DPJP perlu pengaturan rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak
dibenarkan pergantian DPJP yang rutin. Contoh : pasien A ditangani setiap minggu
dengan pola hari Senin dr. SpPD X, hari Rabu dr. SpPD Y, hari Sabtu dr. SpPD Y.
Karena hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya kontinuitas pelayanan.
c. Bila ada penggantian DPJP, pencatatan di rekam medis harus jelas untuk proses
pengalihan DPJP.

2) DPJP di Ruang Rawat

(1) DPJP pasien baru di ruangan adalah dokter spesialis yang menerima konsul dari
dokter IGD atau pasien dari poliklinik.
(2) Rawat Bersama
Dalam melakukan rawat bersama untuk menentukan DPJP utama harus dilihat
kondisi pasien yang paling dominan saat itu dan membutuhkan penanganan
segera/cito/yang mengancam nyawa dan menyebabkan kecacatan.
(3) Perubahan DPJP
Perubahan DPJP dapat dilakukan bila:
a. DPJP yang merawat pasien saat itu berhalangan seperti tugas keluar kota, berduka
karena kematian orang tua, istri/suami sah dan anak kandung, DPJP mengalami
sakit/celaka dan lain-lain.
b. Terjadi perubahan diagnosa dan prioritas penanganan pasien dengan
memperhatikan pertimbangan MPP/tim PPA melalui rapat dan koordinasi
bersama.
c. Perubahan DPJP harus dilakukan menggunakan komunikasi efektif dan harus
tercatat dalam rekam medis secara baik dan benar
(4) DPJP pasien rawat ICU
DPJP di ICU adalah dokter primer yang merawat pasien sebagai DPJP utama dan
dokter anestesi sebagai DPJP Pendamping. DPJP Utama yang melakukan koordinasi
dan kolaborasi dengan DPJP Konsultan. Contoh, pasien anak dengan DSS yang
dirawat di ICU yang menjadi DPJP utama adalah Dokter Spesialis Anak, sedangkan
Dokter Spesialis Anestesi menjadi DPJP Pendamping/DPJP Konsultan. Contoh lain,
pasien penyakit paru dengan ancaman gagal nafas dan dilakukan perawatan di ICU,
Dokter Spesialis Paru sebagai DPJP Utama dan Dokter Anestesi sebagai DPJP
Pendamping/DPJP Konsultan.
(5) DPJP pasien rawat ICCU adalah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.
(6) DPJP Utama di Kamar Operasi.
a. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di
kamar bedah
b. Pada keadaan khusus, misalnya seperti konsul pada saat di meja operasi, dokter
yang dirujuk tersebut melakukan tindakan atau memberikan instruksi, maka
otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tersebut.
DPJP dapat mendelegasikan wewenangnya (Delegation of Authority) kepada
Asisten DPJP namun tanggungjawab tetap pada DPJP yang mendelegasikan.
Pendelegasian kewenangan DPJP ini dengan mekanisme yang disebut standing
order.
(7) Asisten DPJP adalah dokter jaga ruangan/dokter magang/dokter internship yang
diberi kewenangan menangani pasien. Asisten DPJP sudah memiliki kompetensi
klinis sesuai surat penugasan klinis dari Direktur dimana yang bersangkutan boleh
menulis/mencatat di rekam medis, serta tanggung jawab adalah tetap pada DPJP,
sehingga DPJP yang bersangkutan harus memberikan supervisi, dan melakukan
validasi berupa pemberian paraf/tandatangan pada setiap catatan kegiatan tersebut di
rekam medis setiap hari.
DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter disiplin lain sesuai kebutuhan.
Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP utama dengan beberapa cara antara lain :

 Penyakit yang terberat atau

 Penyakit yang memerlukan tindakan segera atau

 Dokter yang pertama mengelolah pasien

Dalam hal rawat bersamengelolah pasien dan keputusan dicatat dalam berkas rekam
medis.

Perubahan DPJP utama untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelayanan,DPJP


utama dapat saja beralih dengan pertimbangan seperti diatas atau atas keinginan
pasien atau keluarga atau keputusan komite medis. Perubahan DPJP utama harus
dicatat dalam berkas rekam medis dan ditentukan sejak kapan berlakunya.

J Koordinasi dan Transfer Informasi antar DPJP

(1) Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien harus
dilaksanakan secara komprehensif terpadu dan efektif serta selalu berpedoman
pada SPM dan standar keselamatan pasien.

(2) Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP harus dilaksanakan secara tertulis
(3) Apabila secara tertulis dirasa belum optimal maka harus dilakukan koordinasi
langsung dengan komunikasi pribadi atau pertemuan rapat

(4) SMF yang sama dapat ditulis dalam berkas rekam medis tetapi antar
departemen /kelompok SMF harus ,menggunakan formulir khusus /lembar
kosultasi.

(5) Konsultasi bisa biasa atau segera/cito.

(6) Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi,lembar konsul bisa
menyusul sebelumnya melalui telepon.

(7) Kosultasi dari dokter jaga IGD kepada kosulen juga bisa lisan pertelepon yang
kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh dokter jaga IGD.

(8) Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dengan profesi kesehatan
lain(instalasi gizi, rehabilitas medis, radiologi, instalasi farmasi, laboratorium)
dilakukan secara lisan dan tertulis.

(9) Koordinasi dan transfer informasi DPJP dengan bagian profesi kesehatan lain
dapat diwakilkan oleh dokter jaga yang sedang bertugas.

Anda mungkin juga menyukai