0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas tentang penatalaksanaan sedasi pada pasien geriatri dengan memperhatikan perubahan anatomi dan fisiologi pada usia lanjut. Prosedur sedasi harus mengoptimalkan kondisi pasien sebelum, selama, dan sesudah tindakan dengan memberikan obat sedasi dosis rendah dan memantau parameter vital pasien. Pasien perlu diobservasi secara terus menerus di ruang pulih hingga kondisinya stabil sebelum dipindahkan.
Dokumen ini membahas tentang penatalaksanaan sedasi pada pasien geriatri dengan memperhatikan perubahan anatomi dan fisiologi pada usia lanjut. Prosedur sedasi harus mengoptimalkan kondisi pasien sebelum, selama, dan sesudah tindakan dengan memberikan obat sedasi dosis rendah dan memantau parameter vital pasien. Pasien perlu diobservasi secara terus menerus di ruang pulih hingga kondisinya stabil sebelum dipindahkan.
Dokumen ini membahas tentang penatalaksanaan sedasi pada pasien geriatri dengan memperhatikan perubahan anatomi dan fisiologi pada usia lanjut. Prosedur sedasi harus mengoptimalkan kondisi pasien sebelum, selama, dan sesudah tindakan dengan memberikan obat sedasi dosis rendah dan memantau parameter vital pasien. Pasien perlu diobservasi secara terus menerus di ruang pulih hingga kondisinya stabil sebelum dipindahkan.
018/ITO/I/2017 00 1/3 RS. DEDY JAYA Ditetapkan Oleh : Direktur RS. Dedy Jaya STANDAR Tanggal Terbit PROSEDUR 16 Januari 2017 OPERASIONAL Dr. Irma Yurita
Geriatrik / Manula = manusia usia lanjut, > 60 tahun
Sedasi ringan adalah keadaan dimana pasien masih memiliki respon normal terhadap stimulasi verbal dan tetap dapat mempertahankan patensi jalan nafasnya, sedang fungsi ventelasi dan kardiovaskuler tidak dipengaruhi. Sedasi Moderat adalah keadaan penurunan kesadaran dimana pasien masih memiliki respon terhadap perintah verbal, dapat diikuti atau tidak oleh stimulasi tekan ringan, namun masih bisa menjaga PENGERTIAN patensi jalan nafasnya sendiri. Sedasi Dalam adalah suatu keadaan penurunan kesadaraan dimana pasien tidak mudah dibangunkan tetapi masih memberikan respon terhadap stimulasi berulang atau nyeri. Respon ventilasi sudah mulai terganggu. Nafas spontan sudah mulai tidak adekuat dan pasien tidak dapat menjaga patensi jalan nafasnya. Adalah tatalaksana sedasi pada pasien manula dengan penanganan khusus karena adanya perubahan anatomis, penurunan fisiologis organ dan psikis.
1. Mengoptimalkan keadaan pasien pra, intra dan pasca sedasi.
2. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama tidakan TUJUAN induksi. 3. Peningkatan kwalitas pelayanan sedasi.
Peraturan Direktur Rumah Sakit Dedy Jaya Nomor
KEBIJAKAN 006/SK/DIR/I/2017 tentang Kebijakan Pelayanan Bedah Rumah Sakit Dedy Jaya
Ketentuan yang harus diperhatikan
1. Anestetist harus memahami problem sedasi pada usia lanjut : PROSEDUR Anatomi ( degenerasi jaringan ) Kardiovaskuler : jantung membesar karena LAH dan LVH, arteriosclerosis PENATALAKSANAAN SEDASI PADA GERIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
018/ITO/I/2017 00 2/3 RS. DEDY JAYA
Pernafasan : degenerasi jaringan paru makin kedlam menyempit,
dinding thorak kaku Kulit : keriput, elastisitas berkurang Otot : atropi Fisiologi Kardiovaskuler : → Cardiac output ↓, Heart Rate ↓ → Arterioscleroisi : SVR ↑, TD ↑ Repirasi : Vital capacity ↓, Tidal volum ↓, airway reflex ↓, respon hipoxia dan hiperkarbia ↓ Hepar : terjadi penurunan fungsi hepar → metabolisme dan clearance obat jadi terlambat. 2 dari 2 CNS : reflex-reflex menurun, confusion, incontinentia Ginjal : fungsi glomerulus ↓, serum albumin ↓, protein binding ↓ cairan dan elektrolit terganggu 2. Dosis obat sedasi harus dikurangi ( Tetrasi ) 3. Gunakan obat yang tidak mendepresi nafas dan hitamin realese Langkah-langkah Evaluasi klinis : Riwayat penyakit ( Evaluasi problem KVS, Respirasi, Hepar, Ginjal, CNS ) Lab. RÖ, EKG PROSEDUR Pemberian obat sedativ – analgetik sesuai dosis dan kebutuhan tindakan. 1) Midazolam dosis : 0,05 – 0,1 mg / bb 2) Benzodiazepin dosis : 0,01 – 0,2 mg / bb 3) Propofol dosis : 1 – 2 mg / bb atau 25 - 100mcg/kgbb infus kontinu 4) Ketamin dosis : 1 – 2 mg / bb 5) Petidin / fentanyl dosis : 1 – 2 mg / bb, 1 – 2 µg / bb Perhatikan on set obat. Monitoring H R < 100 x / menit MAP 50 – 150 mmHg Pulse oksimeter atau observasi warna kulit Palpasi nadi, capilery refill Pengakhiran sedasi Setelah pembedahan/prosedur invasif selesai kedalaman sedasi harus tetap dipantau dan dicatat. Dokter anestesi atau perawat anestesi melakukan sign out. Sebelum pasien masuk ke ruang pulih petugas menilai kembali tanda-tanda vital pasien. Setibanya diruang pulih dilakukan serah terima dari perawat PENATALAKSANAAN SEDASI PADA GERIATRIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
018/ITO/I/2017 00 3/3 RS. DEDY JAYA
anestesi kepada petugas, mencatat jam waktu datang pasien.
Selama pasien berada di ruang pulih dilakukan pemantauan sampai pasien pulih bugar dari sedasi. Perawat anestesi/petugas ruang pulih mengidentifikasi keadaan sedasi yang berkepanjangan akibat komplikasi atau pemulihan sedasi yang lambat. Bila terjadi demikian laporkan kepada dokter anestesi untuk rencana keperawatan selanjutnya, bila diperluksn pasien dapat langsung dipindahkan ke ICU. Petugas ruang pulih/ perawat anestesi dapat menginformasikan bila pasien sudah pulih dan siap dipindahkan ke ruang perawatan atau dapat dipulangkan.Waktu pemindahan dicatat dalam RM pasein. PROSEDUR Perawat anestesi/petugas ruang pulih harus menginformasikan rencana perawatan pasca sedasi kepada pasien atau keluarganya Sebelum meninggalkan ruang pulih dinilai kembali apakah pasien dapat ditransfor ke ruang rawat inap. Bila perlu dipasang alat monitoring selama transfortasi pasien jika kondisi tidak stabil. Untuk pasien ODC: Observasi pasca sedasi di ruang pulih dilakukan dengan penilaian secara periodik menggunakan kriteria PADSS Pasien pasca sedasi harus diberikan instruksi tertulis atau verbal kepada keluarga atau pasien berupa anjuran, diet, nutrisi, aktivitas, komplikasi yang mungkin terjadi serta tindakan yang harus dilakukan bila terjadi komplikasi. Selama pasien pasca sedasi harus terdokumentasi dsan dimasukan dalam RM pasien.