Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Anatomi Fisiologis
Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Apendiks pertama kali
tampak saat perkembangan embriologi minnggu ke delapan yaitu bagian
ujung dari protuberans sekum. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per
hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum.
Pada bayi apendiks berbentuk kerucut lebar pada pangkal dan
menyempit kea rah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens
Appendisitis pada usia tersebut.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated
Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ialah Imunoglobulin A (lg-A). Imunoglobulin ini
sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol
proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin
dan antigen intestinal lainnya. Namun pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali
jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan saluran tubuh.

B. Definsi Penyakit
Apendiks merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpondirnya appendik atau pembuluh darah( Corwin, 2009).
Apendistis adalah peradangan dari apendik vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Manssoer,
Arief,dkk,2007)

Dari referensi diatas dapat disimpulkan apendisitis adalah


peradangan/inflamasi dari apendiks yang dapat menjadi penyebab
abdomen akut yang paling sering setelah obstruksi appendiks oleh feses
atau pembuluh darah dimana penyakit ini dapat mengenai berbagai
rentang umur dan paling sering menyerang laki-laki pada umur 10-30
tahun.

C. Epidemiologi
Apendisitis akut merupakan penyebab terbanyak dari suatu akut abdomen.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan
pada usia 20-30 tahun, walaupun jarang ditemui di atas 65 tahun tetapi
sering berakibat pada apendisitis perforasi. Resiko seseorang yang terkena
apendisitis akut sepanjang hidup sekitar 6-9% (Anderson2012), dimana di
Negara barat 7% dari penduduknya menderita apendisitis akut dan
memerlukan intervensi bedah (Soybel,2010). Kasus apendisitis akut paling
banyak dijumpai di Amerika Utara, Inggris, Australia, dan lebih jarang
ditemui di asia, Afrika tengah dan masyarakat Eskimo.Apendisitis akut
lebih banyak ditemukan pada mereka yang lebih banyak mengkonsumsi
daging dibandingkan dengan masyarakat yang mengkonsumsi tinggi
serat(Jhon Maa,2007). Di Amerika Serikat kasus apendisitis meliputi II
per 10.000 populasi dan perbandingan insidenpada laki-laki dan wanita3:1
sekitar 70% kasus apendisitis terjadi pada usia di bawah 30 tahun
khususnya terbanyak pada usia 15-30 tahun, dengan resiko raho laki-laki
disbanding dengan perempuan 1, 1:4, resiko terjadi angka kekambuhan
pada laki-laki 8,6% dan perempuan 6,7% di USA (humer dan
Simson,2008) Simpson dan Scholefied,2008) mengatakan insiden
terjadinya apendisitis akut di UK pada laki-laki 1,5% dan 1,9% pada
perempuan per 1000 populasi setiap tahunnya dengan angka kekambuhan
6-20%

D. Penyebab/Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu :
1. Faktor yang sering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena
a. Hiperpalsia dari faekolit limfoid , ini merupakan penyebab
teerbanyak
b. Adanya faekolid dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
strestococus
3. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa) ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limfoid pada maasa tersebut.
4. Tergantuk pada bentuk appendiks:
a. Appendiks yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limfoid dalam lumen apendiks
d. Kelainan kantub di pangkal appendiks (Nuzulul,2009)

E. Patofisiologi dan Pathway


Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatanlumen apendiks
oleh hiperplasian folikel limfoid, frekalit, benda asing, struktur karena
fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstuksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak namun
elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan penekanan tekanan mitralumen. Tekanan yang meningkat
tersebut akan menghambat aliran limfe yang menyebabkan edema
diapedesitis baakteri dan ulserasi mukosa . pada saat inilah terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
.Bila sekresi mukosa terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat
hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis infiltrate
(Mansjoer,2009)
Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan
2. Nyeri tekan local pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan
3. Nyeri tekan lepas dijumpai
4. Terdapat konstipasi atau diare
5. Nyeri lumal, bila apendiks berada dekat rektai
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektai
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter
8. Pemeriksaan rektai positif jika ujung appendiks berada di ujung peluis
9. Tanda rousing dengan melakukan palpasi kudran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan
10. Apabila appendiks sudah rupture, nyeri menjadi menyebar disertai
abdomen terjadi akibat lobus parautik
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi rupture appendiks

G. Klasifikasi
Apendisitis akut, dibagi atas: appendicitis akut fokalis atau
segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul struktur lokal apendisitis
purulrnta difusi : yaitu sudah bertumpuk nanah (Pocstoc,2010.

H. Gejala Klinis
Apendistisis akut seringtampil dengan gejala khas yang didasari
oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala klasik
apendisitis lalah nyeri samar samar dan tumpul yang merupakan nyeri
visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc.
Burney. Disini nyeri dirasakan nyeri somatic setempat. Kadang tidak ada
nyeri epigastrium, tetapi terdapat konshpasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa
mempermudah terjadinya perforasi.

I. Komplikasi
Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka,
perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen atau pelvis, dan jarang sekali
dapat menimbulkan kematian ( Craigi,2011)

J. Pemeriksaan Penunjang atau diagnostik


Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu
(apendicogram) dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya
kotoran (skibala) di dalam lumen usus buntu. Pemeriksaan
USG(ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dalam menegakkan
adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga
panggul (Sanyoto,2007)

K. Penatalaksanaan
Pembedahkan diindikasikan bila diagnose apondisitis telah
ditegakkan. Antibiotic dan cairan IV diberikan sampai pembedahan
dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnose ditegakkan.
Apendikomi (pembedahan untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal, dengan
merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
Apendiktomi Insiden dilakukan secara selektif untuk penderita
resiko tinggi terjadinya apendisitis atau nyeri perut kuadran kanan bawah.
Tujuan dari apendektomy incidental adalah untuk tindakan profilaksis.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya
mengenai:
 Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan
Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang
lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa
mual dan muntah, panas.
 Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan
masalah. kesehatan klien sekarang.
 Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
 Kebiasaan eliminasi
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
 Sirkulasi : Takikardia.
 Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
 Aktivitas/istirahat : Malaise.
 Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
 Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
 Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan
umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik
Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau
napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
 Demam lebih dari 38oC.
 Data psikologis klien nampak gelisah.
 Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
 Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
 Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian
obat.

APENDISITIS
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku
Diagnosis Keperawatan NANDA NIC NOC (2011), diagnosa keperawatan pre
operatif pada penderita apendisitis akut adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan tubuh
2. Hipertermi
3. Nyeri akut
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Ansietas

B. Intervensi
Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku Diagnosis
Keperawatan NANDA NIC NOC (2011), intervensi yang biasa muncul pada
penderita apendisitis akut pre operatif adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan tubuh
Batasan Karakteristik
Subjektif
Haus
Objektif
a. Perubahan status mental
b. Penurunan turgor kulit dan lidah
c. Penurunan haluaran urine
d. Kulit dan membran mukosa kering
e. Hematokrit meningkat
f. Suhu tubuh meningkat
g. Kelemahan
h. Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume dan tekanan nadi.
Faktor yang berhubungan
a. Kehilangan volume cairan aktif
b. Asupan cairan yang tidak adekuat
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Kekurangan volume cairan akan teratasi ditandai dengan
keseimbangan cairan, keseimbanagn elektrolit dan asam basa,
hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan
cairan adekuat.
b. Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai dibuktikan
dengan :
1) Memiliki konsentrasi urine yang normal
2) Tidak mengalami haus abnormal
3) Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
4) Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang
dalam 24 jam.
5) Menamilkan hidrasi yang baik (membran mukosa lembap,
mampu berkeringat.
Intervensi NIC
a. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan\
b. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit,
misalnya diare
c. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
(misalnya kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total, osmolalitas
serum, dan berat jenis urine).
d. Pantau status hidrasi misalnya kelembapan membran mukosa,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik.
e. Kaji orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
f. Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan cairan
g. Memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
h. Membantu dan menyediakan asupan makanan dan cairan dalam diet
seimbang
i. Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecendrungannya
j. Tentukan jumlah cairan yang masuk dalm 24 jam, hitung asupan yang
diinginkan sepanjang sif siang, soreh, dan malam
k. Anjurkan melakukan higiene oral secara sering
l. Kolaborasi pemberian terapi IV sesuai program.

2. Hipertermi
Batasan Karakteristik
Objektif
a. Kulit merah
b. Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
c. Frekuensi napas meningkat
d. Kejang atau konvulsi
e. Kulit teraba hangat
f. Takikardi
g. Takipneu
Faktor yang Berhubungan
a. Dehidrasi
b. Penyakit atau trauma
c. Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
d. Pakaian yang tidka tepat
e. Obat atau anastesia
f. Terpajan lingkungan yang panas (jangka panjang)
g. Aktivitas yang berlebihan
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. TTV dalam rentang normal
b. Pasien akan menunjukkan termoregulasi
c. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
d. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
peningkatan suhu tubuh.
Intervensi NIC
a. Pantau TTV
b. Pantau hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembapan membran
mukosa)
c. Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan
d. Regulasi suhu NIC:
e. Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai kebutuhan
f. Pantau warna kulit dan suhu
g. Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter per hari
h. Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah
dan mengenali secara dini hipertermia (misalnya sengatan panas,
keletihan akibat panas)
i. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan
selimut saja
j. Berikan kompres hangat untuk mengatasi demam
k. Kolaborasi pemberian obat antipiretik.

3. Nyeri akut
Batasan Karakteristik
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif
a. Posisi untuk menghindari nyeri
b. Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas, tidak bertenaga
sampai kaku
c. Perubahan selera makan
d. Perilaku ekspresif (misalnya gelisah, merintih, menangis, peka
terhadap rangsang, dan menghela napas panjang)
e. Wajah topeng (nyeri)
f. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
g. Bukti nyeri yang dapat diamati
h. Berfokus pada diri sendiri
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur, atau
tidak menentu dan menyeringai)
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Memperlihatkan Pengendalian Nyeri, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering atau selalu ):
1. Mengenali awitan nyeri
2. Menggunakan tindakan pencegahan
3. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Melaporkan Tingkat Nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau
tidak ada):
1) Ekspresi nyeri pada wajah
2) Gelisah atau ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah
SKALA NYERI
Nilai Skala Nyeri
0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
7–9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien
dengan aktivitas yang biasa dilakukan.
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
Keterangan : 1–3 (Nyeri ringan)
4–6 (Nyeri sedang)
7–9 (Nyeri berat)
10 (Sangat nyeri)

Intervensi NIC
a. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala 0-10
b. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respon pasien
c. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, imajinasi tebimbing, terapi
musik, terapi bermain, distraksi, kompres hangat atau dingin
sebelum, setelah, dan jika memungkinkan , selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan
bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.
d. Lakukan perubahan posisi, massase [punggung dan relaksasi
e. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan yang menyangkutn
aktivitas keperawatan
f. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri
dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui TV,
radion, dan interaksi dengan pengunjung
g. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai program terapi

4. Hambatan mobilitas fisik


Batasan Karakteristik
Objektif
a. Penurunan waktu reaksi
b. Kesulitan membolak-balik tubuh
c. Dispnea saat beraktivitas
d. Perubahan cara berjalan (misalnya, penurunan aktivitas dan
kecepatan berjalan, kesulitan utnuk memulai berjalan, langkah
kecil, berjalan dengan menyeret kaki, pada saat berjalan badan
mengayun ke samping)
e. Pergerakan menyentak
f. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik
kasar
g. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik
halus
h. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
i. Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
j. Ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas
kehidupan sehari-hari)
k. Melambatnya pergerakan
l. Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
.
Faktor yang Berhubungan
a. Perubahan metabolisme sel
b. Indeks massa tubuh di atas persentil ke-75 sesuai usia
c. Gangguan kognitif
d. Kepercayaan budaya terkait aktivitas sesuai usia
e. Penurunan kekuatan, kendali, atau massa otot
f. Keadaan alam perasaan depresi atau ansietas
g. Keterlambatan perkembangan
h. Ketidaknyamanan
i. Intoleransi aktivitas dan penuruna kekuatan dan ketahanan
j. Kaku sendi atau kontraktur
k. Defesiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
l. Kurang dukungan lingkungan fisik atau sosial
m. Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
n. Hilangnya integritas struktur tulang
o. Medikasi
p. Gangguan muskuloskeletal
q. Gangguan neuromuskular
r. Nyeri
s. Program pembatasan pergerakan
t. Keengganan untuk memulai pergerakan
u. Gaya hidup yang kurang gerak atau disuse atau melemah
v. Malnutrisi (umum atau selektif)
w. Gangguan sensori persepsi
x.
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
Memperlihatkan mobilitas yang dibuktikan dengan indikator:
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan sendi dan otot
Berjalan
Bergerak dengan mudah

Aktivitas Keperawatan
Tingkat 1
a. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan di rumah
dan kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
b. Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
c. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah (misalnya dari
tempat tidur ke kursi)
d. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan
e. Berikan penguatan positif selama aktivitas
f. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang
mendukung untuk berjalan
g. Pengaturan posisi (NIC):
1) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika
tubuh yang benar saat melakukan aktivitas
2) Pantau ketepatan pemasangan traksi
Tingkat 2
a. Kaji kebutuhan belajar pasien
b. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dari
lembaga kesehatan di rumah dan alat kesehatan yang tahan lama
c. Ajarkan dan dukungpasien dalam latihan ROM aktif atau pasif
untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot
d. Instruksikan dan dukung pasien untuk menggunakan trapeze atau
pemberat untuk meningkatkan serta memperthanakan kekuatan
ekstremitas atas
e. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
f. Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
g. Instruksikan pasien untuk memperhatikan kesejajaran tubuh yang
benar
h. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau
meningkatkan mobilitas
i. Berikan penguatan positif selama aktivitas
j. Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan
k. Gunakan sabuk penyokong saat memberikan bantuan ambulasi
atau perpindahan.
Tingkat 3dan 4
a. Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau
mengembalikan mobilitas sendi dan otot
b. Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai sumber dalam perencanaan
aktivitas perawatan pasien
c. Dukung pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan dengan
realistis
d. Berikan penguatan positif selama aktivitas
e. Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
f. Susun rencana yang spesifik, seperti:
1) Tipe alat bantu
2) Posisi pasien
3) Cara memindahkan dan mengubah posisi pasien
4) Jumlah personel yang dibutuhkan untuk memobilisasi pasien
5) Peralatan eliminasi yang diperlukan (misal, pispot, urinal, dan
pispot fraktur)
6) Jadwal aktivitas
g. Pengaturan posisi (NIC):
1) Pantau pemasangan alat traksi yang benar
2) Letakkan matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar
3) Atur posisi dengan kesejajaran tubuh yang benar
4) Letakkan pada posisi terapeutik
5) Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap dua jam
berdasarkan jadwal spesifik
6) Letakkan tombol pengubah posisi tempat tidur dan lampu
pemanggil dalam jangkauan pasien
7) Dukung latihan ROM aktif atau pasif, jika diperlukan.
8) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan Karakteristik
Subjektif
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menolak makan
d. Persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Melaporkan perubahan sensasi rasa
f. Merasa cepat kenyang setelah mengomsumsi makanan
Objektif
a. Diare atau steatore
b. Bising usus hiperaktif
c. Kurangnya minat terhadap makanan
d. Membran mukosa pucat
e. Tonus otot buruk
f. Menolak untuk makan
g. Kelemahan otot untuk menelan atau mengunyah
Faktor yang Berhubungan
a. Kesulitan mengunyah atau menelan
b. Intoleransi makanan
c. Faktor ekonomi
d. Kebutuhan metabolik tinggi
e. Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
f. Hilang nafsu makan
g. Mual dan muntah
h. Pengabaian oleh orang tua
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Selera makan: Keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit
atau sedang menjalani pengobatan
b. Memperlihatkan status gizi yang adekuat
c. Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
e. Melaporkan tingkat ekergi yang adekuat.
Tujuan dan Kriteria Hasil menurut Wilkinson (2007)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat, zat gizi
terpenuhi, asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik, serta mencapai
berat badan ideal
Intervensi NIC
a. Kaji faktor pencetus mual dan muntah
b. Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah
c. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
d. Manajemen nutrisi NIC:
1) Ketahui makanan kesukaan pasien
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
4) Timbang pasien pada interval yang tepat
e. Ajarkan orang tua dan anak tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
f. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
g. Berikan makanan dalam porsi sedikit tetapi sering dengan
makanan yang bervariasi
h. Membantu pasien untuk makan
i. Kolaborasi pemberian obat antiemetik dan atau analgesik
sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan.

6. Ansietas
Batasana Karakteristik
Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup
c. Gerakan yang tidak relevan (misalnya mengeret kaki, gerakan
lengan)
d. Gelisah
e. Memandang sekilas
f. Insomnia
g. Kontak mata buruk
h. Resah
i. Menyelidik dan tidak waspada
Afektif
a. Gelisah
b. Kesedihan yang mendalam
c. Distres
d. Ketakutan
e. Perasaan tidak adekuat
f. Fokus pada diri sendiri
g. Peningkatan kekhawatiran
h. Iritabilitas
i. Gugup
j. Gembira berlebihan
k. Nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten
l. Marah
m. Menyesal
n. Perasaan takut
o. Ketidakpastian
p. Khawatir
Fisiologis
a. Wajah tegang
b. Insomnia
c. Peningkatan keringat
d. Peningkatan ketegangan
e. Terguncang
f. Gemetar atau tremor di tangan
g. Suara bergetar
Parasimpatis
a. Nyeri abdomen
b. Penurunan tekanan darah
c. Penurunan nadi
d. Diare
e. Pingsan
f. Keletihan
g. Mual
h. Gangguan tidur
i. Kesemutan pada ekstremitas
j. Sering berkemih
k. Berkemih tidak lampias
l. Urgensi berkemih
Simpatis
a. Anoreksia
b. Eksitasi kardiovaskuler
c. Diare
d. Mulut kering
e. Wajah kemerahan
f. Jantung berdebar-debar
g. Peningkatan tekanan darah
h. Peningkatan nadi
i. Peningkatan refleks
j. Peningkatan pernapasan
k. Dilatasi pupil
l. Kesulitan bernapas
m. Vasokontriksi superfisial
n. Kedutan otot
o. Kelemahan
Kognitif
a. Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis
b. Blocking pikiran
c. Konfusi
d. Penurunan lapang pandang
e. Kesulitan untuk berkonsentrasi
f. Keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah
g. Keterbatasan kemampuan untuk belajar
h. Takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik
i. Fokus pada diri sendiri
j. Mudah lupa
k. Gangguan perhatian
l. Tenggelam dalam dunia sendiri
m. Melamun
n. Kecendruangan untuk menyalahkan orang lain
Faktor yang Berhubungan
a. Terpajan toksin
b. Hubungan keluarga/hereditas
c. Transmisi dan penularan interpersonal
d. Krisis situasi dan maturasi
e. Stres
f. Penyalahgunaan zat
g. Ancaman kematian
h. Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan,
status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi
i. Ancaman terhadap konsep diri
j. Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial
k. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
a. Ansietas berkurang
b. Kemampuan untuk fokus pada stimulus tertentu
c. Memiliki TTV dalam batas normal
d. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun mengalami
kecemasan
Intervensi NIC
a. Kaji tingkat ansietas pasien
Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian
kecemasan (ansetas) terdiri dari 14 item, meliputi:
1) Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
mudah tersinggung.
2) Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur,
muka merah dan pucat serta merasa lemah.
9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik,
sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, perasaan panas di perut.
12) Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan
keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka
merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada
3 = berat / lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat / semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil:
1) Skor < 14 = tidak ada kecemasan.
2) Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.
3) Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
4) Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
5) Skor 42 – 56 = panik.
b. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas di masa lalu
c. Berikan informasi tentnag gejala ansietas
d. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan aperasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
e. Yakinakan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik
secara verbal dan nonverbal secara bergantian
f. Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi serta
izinkan pasien untuk menangis
g. Bermain dengan anak atau bawa anak ke tempat bermain anak di
rumah sakit dan libatkan anak dalam permainan
h. Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas.
D. EVALUASI
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan ( La ode gaffar, 1997 : 50 ). Evaluasi asuhan
keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi
appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol ,
prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien
/ keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat dipertahankan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan
jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan
sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut juga
mengevaluasi tujuan jangka panjang
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C dan Hackley, JiAnn C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah:


Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai